Anda di halaman 1dari 30

HIV/AIDS

Harry Rachmat Pembimbing :

17174016 Dr. Mainiadi, Sp.KK


Tinjauan Pustaka
Defenisi
• Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menyerang
sistem imunitas manusia yaitu sel limfosit T-CD4+ (T helper) yang
berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi sistem pertahanan tubuh
yang penting.

Etiologi
• HIV-1 dan HIV-2
• Hubungan seksual

• Cairan tubuh yang terinfeksi HIV

• Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi


Patogenesis
Gejala Klinis
• Stadium 1 (asimtomatik/limfadenopati generalisata persisten)
• Stadium 2 (dini)
• BB menurun <10%
• Ulkus pada mulut berulang
• Herpes zozter kronik persiten
• ISPA berulang
• Stadium 3 (menengah)
• BB menurun >10%
• Diare kronik
• Demam > 1 bulan
• TB paru
• Pneumoni
• Stadium 4 (AIDS)
• Infeksi oportunistik
• keganasan
Diagnosis
Anamnesis Status
dermatologi
Pemeriksaan
laboratorium

Satus Pemeriksaan
Internus penunjang
Penatalaksanaan
• Zidofudin 500 mg 1x1
• Lamivudin 150 mg 1x1
• Nevirapin 200 mg 1x1 >14 hari 2x1
Pencegahan
Promkes pada
masyarkat

Hindari
Hindari seks penggunaan
bebas jarum suntik
bersamaan

Kontak seksual
Penggunaan
pada penderita
kondom
HIV/AIDS
Laporan Kasus
Identitas Pasien
• Nama : Ny. K
• Usia : 25 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Status Perkawinan : Belum Menikah
• Alamat : Langsa
• Suku : Aceh
• Pekerjaan : Mahasiswi
• No RM : 1-11-56-25
• Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2017
Anamnesis

• Keluhan Utama : langit-langit mulut sampai tenggorokan


dan lidah terasa panas dan sakit.
• Keluhan Tambahan : diare dan demam
• Riwayat Penyakit Sekarang :

• Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan


dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh pada awalnya
mengalami sariawan di langit-langit kemudian pasien
mengoleskan obat sariawan namun malah sariawan jadi
bertambah lebar September 2017, lalu pasien diberi obat dan
Keluhan sakit lalu berkurang namun sariawan masih tetap ada.
Pada Oktober 2017 pasien kembali mengeluhkan rasa panas dan
tidak nyaman pada lidah kemudian langit-langit sampai
tenggorokan. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan
secara drastis karena kesulitan makan. Pasien mengalami diare
dan demam sejak 3 bulan yang lalu.
• Riwayat Penyakit dahulu : ulkus pada mulut berulang.
• Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang
mengalami keluhan serupa

• Riwayat Penggunaan Obat : Albothyl, Cefixime,


Acyclovir, dan Lanzoprazole.
• Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial : Pasien
bekerja sambilan sebagai penyayi kafe. Riwayat hubungan
seksual dan sering berganti-ganti pasangan (+)
Status Internus
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : E 4 M6 V 5
Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 78 kali/ menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 38,50C
Keadaan Gizi : kurang baik
Status Dermatologi
• a. Ruam primer
Pseudo membrane putih, makula eritem,
plak, nodus (+) a/r oral.
• b. Ruam skunder
ulkus (+) a/r oral
Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi : terlihat ulkus di bagian mulut


• Palpasi : pembesaran KGB di leher
• Perkusi : normal
• Auskultasi : suara peristaltic meningkat
Pemeriksaan Penunjang
• KOH (+)
• CD4+ 260/µ L

Diagnosa
• Diagnosis banding : suspek HIV/AIDS et
Kandidosis oral, ulkus mole, sifilis.
• Diagnosis kerja : suspek HIV/AIDS et
Kandidosis oral

Terapi
• flukonazole 150 mg 1x1
• Zidofudin 500 mg 1x1
• Lamivudin 150 mg 1x1
• Nevirapin 200 mg 1x1
• Oralit 200 mr
• Paracetamol 500 mg 3x1
Prognosis
Bila tidak diatasi prognosis buruk.
Pembahasan
kasus
• Pasien mengeluhkan rasa panas dan terbakar di langit-langit
hingga ke lidah dan tenggorokan kemudian ditemukan
gambaran pseudomembran pada orofaring. Menunjukkan
kandida orofaringeal. Kandidiasis oral mengenai lebih dari
90% pasien HIV/AIDS.
• Lesi rongga mulut yang berkaitan dengan kandidiasis pada
pasien HIV/AIDS dapat berupa pseudomembran, plak putih
yang tidak dapat dikerok dan kandidiasis orofaring yang
merupakan infeksi jamur paling sering ditemukan pada pasien
yang terinfeksi HIV. Pasien umumnya mengeluhkan rasa
terbakar atau menurunnya sensasi rasa namun ada juga yang
asimtomatis.
TERIMA KASIH
Jurnal
Manajemen Kasus Herpes Zozter yang
Beresiko Tinggi Neuralgia Paska Herpetik

Pembimbing :
Harry Rachmat
17174016 Dr. Mainiadi, Sp.KK
Abstrak

• Herpes Zoster (HZ) penyakit kulit akibat infeksi reaktivasi virus


Varicella-zoster (VZV).Sebagian besar bersifat ringan dan dapat
sembuh sendiri, tetapi HZ dapat menimbulkan keluhan nyeri yang
menetap (NPH) yang menurunkan kualitas hidup.
• Faktor risiko utama NPH yaitu usia>50 tahun dan
immunocompromised.
• Diagnosis yang cepat dan tepat serta manajemen yang efektif
diperlukan untuk mengatasi keadaan akut serta mencegah komplikasi
khususnya NPH.
• Pendahuluan
• HZ merupakan penyakit kulit akibat reaktivasi (VZV). Setelah infeksi varisela,
VZV menetap dalam kondisi nonaktif dalam sel neuronal dan terkadang
didalam ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik saraf kranial dan
kemudian menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan
segmen yang dipersarafinya.
• Faktor-faktor yang menyebab reaktivasi VZV diantaranya adalah pajanan
VZV sebelumnya, lanjut usia(>50 tahun), immunocompromised (HIV/AIDS,
keganasan), penggunaan obat-obatan imunosupresif, stress psikologis, dan
trauma.
• Pendahuluan
• Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal, baik sistemik, maupun
lokal. Biasanya ada neuralgia beberapa hari sebelum atau bersamaan dengan
erupsi kulit. Gejala prodormal jarang ditemukan pada
imunokompeten(<30tahun), namun banyak ditemukan pada usia >60 tahun.
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan bila terdapat gambaran klinis yang
meragukan sehingga diragukan patogennya virus varisela zoster atau herpes
simpleks. Dilakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
identifikasi antigen/asam nukleat VZV.
• Pendahuluan
• TerapiHZ bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan lesi,
mengurangi keluhan nyeri akut, mengurangi risiko komplikasi NPH dan
memperpendek durasi NPH.
• Antiviral therapy
• acyclovir 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
• valacyclovir3x1 gr/hari selama 7 hari.
• famcyclovir 3x500mg/hari selama 7 hari.
• Analgetic
• Parasetamol.
• NSAIDs.
• Opioid ringan.
• Antidepressant/anticonvulsant
• amitriptilin 10mg/hari selama 3 bulan.
• gabapentin 300mg/hari selama 4-6 minggu.
• pregabalin 50-75mg/hari selama 2-4 minggu pada HZ yang berisiko
tinggi NPH.
• Pendahuluan
• NPH dapat menimbulkan terjadinya depresi, kelelahan, insomnia,
menurunnya produktivitas, dan kualitas hidup sosial serta individu dengan
NPH dapat mengalami gejala anorexia, keterbatasan dalam beraktivitas, dan
kesulitan berkonsentrasi.
• NPH digolongkan menjadi 3
• acute herpetic neuralgia (muncul dalam 30 hari setelah timbulnya ruam
pada kulit),
• subacute herpetic neuralgia (30-120 hari setelah timbulnya ruam pada
kulit).
• postherpetic neuralgia (nyeri yang menetap minimal 120 hari / 3 bulan
timbulnya ruam pada kulit).
• Kesimpulan
• Diagnosis dan terapi yang cepat dan tepat bertujuan untuk mempercepat
proses penyembuhan lesi, mengurangi keluhan nyeri akut, mengurangi risiko
komplikasi NPH, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
• Manajemen kasus HZ dengan risiko tinggi NPH didasarkan pada strategi 6A,
yaitu
• attract patient early (menarik pasien lebih awal)
• asses patient fully ( menilai pasien sepenuh nya)
• antiviral therapy (terapi anti replikasi)
• Analgetic (anti nyeri)
• antidepressant/anticonvulsant (anti cemas)
• allay anxiety-counseling (konseling meredakan kesemasan)
• Pemberian antiviral terapi yang paling bermanfaat pada kasus HZ yang
berisiko tinggi mengalami komplikasi seperti pada lanjut usia dan pasien
immunocompromised dan harus dimulai sedini mungkin dalam 72 jam setelah
munculnya lesi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai