PENDAHULUAN
bakteria, virus, atau protozoa pada wanita yang sedang hamil. Terdapat dua jenis
infeksi pada kehamilan yaitu infeksi akut seperti infeksi virus, bakteria atau protozoa,
dan penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore, lifogranuloma venereum, dan
AIDS. Selain itu, pada wanita hamil juga dapat terjadi infeksi cacing dari golongan
Jika penyakit infeksi timbul pada seorang wanita yang sedang hamil, akan
timbul beberapa pertanyaan pada dokter dan petugas medis lainnya, yaitu apakah
abortus, persalinan kurang bulan, atau dapat mempengaruhi bayi atau jalan
persalinan.
Atas alasan itu, penanganan penyakit infeksi pada wanita hamil harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Infeksi patogen sangat berpotensi untuk
suhu dan metabolisme janin, invasi kuman ke dalam tubuh janin melalui plasenta, dan
menimbulkan perdarahan pada desidua. Dokter juga harus teliti dalam pemberian
obat-obat anti infeksi karena terdapat banyak obat-obat yang berpotensi teratogenik
1
BAB II
Infeksi Virus
Terdapat banyak jenis virus yang bisa ditemukan dalam tubuh janin, tetapi
hanya 3 jenis virus yang mempunyai efek teratogenik yaitu virus rubella,
sitomegalovirus, dan herpes hominis. Ketiga jenis virus ini, bersama protozoa
sangat ditakuti pada wanita hamil. Istilah TORCH dikemukakan oleh Nahmias dkk
pada tahun 1971 untuk menggambarkan infeksi perinatal yang sama pada janin dan
ibu. Manifestasi klinik pada ibu sering tidak ada tetapi ancaman mortalitas pada janin
sangat besar.
Rubella
tidak gejalanya tidak jelas atau sangat jarang dikeluhkan oleh pasien, tetapi dapat
2
meningkatkan angka kematian perinatal dan kecacatan kongenital pada janin. Jika
timbul pada wanita yang hamil dalam trimester pertama, 50% anaknya akan lahir
Kelainan mata yang didapatkan pada janin yang dijangkiti rubella adalah
didapatkan pula adalah duktus arteriosus persistens, stenosis pulmonalis dan septum
terbuka.Pada sistem pendengaran janin pula akan terjadi ketulian yang bersifat
menetap, manakala pada sistem saraf pusat akan terjadi meningoensefalitis dan
retardasi mental.
Selain dari penyakit yang disebutkan di atas, janin yang terinfeksi dengan
pnemonitis interstisialis kronika difusa dapat terjadi yaitu suatu penyakit yang
menyebabkan radang pada jaringan paru dan terjadinya kelainan kromosom seperti
retardasi mental. Janin dengan kelainan kromosom yang berat berisiko abortus. Selain
itu, bayi yang terinfeksi rubella dalam bulan-bulan pertama kehidupannya dapat
Cara mendiagnosis rubella adalah sesuatu yang tidak mudah karena penyakit
ini sering muncul tanpa gejala. Jika gejalanya muncul, ia selalu tidak jelas atau
bersifat subklinis sahaja. Pada viremia, virus yang ada dalam darah ibu akan masuk
ke tubuh janin melalui plasenta dan merusak tubuh janin. Diagnosis penyakit ini
3
cuma bisa dilakukan dengan isolasi virus atau ditemukan titer antibodi rubella serum
yang meningkat.
Seorang wanita yang sudah kebal akan memiliki titer 1:10 atau lebih tetapi
apabila titernya mula-mula 1:8 dan 10-14 hari berikutnya titer ini meningkat 4 kali
lebih ditinggi, harus difikirkan kemungkinan viremia, walaupun wanita itu tidak
Penatalaksanaan penyakit ini pada wanita hamil yang terinfeksi adalah sangat
sulit karena tidak ada obat yang dapat mencegah viremia pada wanita yang tidak
kebal. Oleh karena itu, setiap anak perempuan yang memasuki usia produktif atau
yang akan menikah diberi vaksin rubella. Vaksin ini sangat baik untuk mencegah
penyakit rubella, tetapi dapat menimbulkan beberapa efek samping yaitu artralgia
atau artritis.
Jika seorang wanita hamil itu mendapat infeksi rubella pada trimester kedua,
kemungkinan cacat janin berkurang menjadi 6,8% dan dalam trimester ketiga, resiko
Sitomegalovirus
kongenital pula dapat terjadi pada 1-2% kehamilan juga. Walaupun penyakit ini
jarang terjadi, tetapi 10-15% anak yang terinfeksi dari ibunya akan mengalami cacat
kongenital. Jika infeksi sitomegalovirus terjadi pada trimester pertama dan kedua,
4
mental dan juga dapat ditemukan kalsifikasi serebral. Jika infeksi terjadi pada bulan-
korioretinitis dan pneumonitis. Jika infeksi terjadi setelah lahir, pada bayi itu akan
terjadi pneumonia, hepatosplenomegali dan sepsis yang terjadi pada bulan pertama
kehidupannya. Infeksi setelah lahir ini umumnya terjadi karena kontak virus dari
cara ELISA). Ini dilakukan karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang khas
pada penderitanya.
Penyakit ini masih belum mempunyai cara pengobatan yang manjur dan pada
dasarnya pasien cuma diberi obat antivirus, pengobatan simptomatik dan dianjurkan
untuk istirahat.
Hepatitis Infeksiosa
Penyakit hepatitis infeksiosa sering ditemui pada remaja dan dewasa muda. Di
daerah khatulistiwa seperti Indonesia, terdapat banyak wanita hamil yang menderita
hepatitis terutama pada trimester ketiga. Penyakit ini sangat berbahaya dan dapat
menumbulkan nekrosis hati yang luas, sehingga dapat menyebabkan kematian fetal
dan maternal yang tinggi. Janin dapat terinfeksi dengan cara kontak langsung dari
sekret D'Cruz dan kawan-kawan melaporkan angka kematian maternal 2 kali lebih
tinggi pada wanita hamil dan dalam masa nifas berbanding penderita yang tidak
hamil.
5
Seperti rubella dan sitomegalovirus, penyakit ini tidak menimbulkan gejala
klinik yang khas. Gejala kliniknya berupa anoreksia, rasa mual, muntah, demam,
hepatomegali yang disertai rasa nyeri dan ikterus. Pada wanita hamil dengan hepatitis
berat akan menyebabkan abortus, partus prematurus dan cacat bawaan pada janinnya.
Pengobatan penyakit ini pada wanita hamil sama dengan pada orang biasa
yang tidak hamil, yaitu diberi obat antivirus, harus dirawat, dianjurkan tirah baring
dan diberi diet tinggi protein dan rendah lemak. Infus cairan diberi jika pasien mual
muntah.
yang HbsAg nya positif harus diberi imunisasi HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
dengan dosis 0,06ml/kg berat badan secara intramuskuler dalam dosis tunggal 14 hari
setelah terpapar. Setelah itu dilanjutkan dengan serial vaksin hepatitis B. Pada wanits
yang berisiko terpapar diberi vaksinasi 6 bulan setelah terpapar. Pada bayi yang lahir
dari ibu dengan HbsAg positif yang sedang hamil diberi vaksinasi HBIG 0.5ml secara
intramuskuler dalam dosis tunggal 12 jam setelah melahirkan dan diberi vaksinasi
serial hepatitis B 7 hari setelah lahir, usia 1 bulan dan pada usia 6 bulan.
Virus hepatitis bisa masuk ke dalam ASI, oleh itu proses menyusui hanya
berarti bayi terlepas dari kemungkinan tertular hepatitis karena cara penularan lainnya
6
Infeksi Virus Lainnya
Terdapat beberapa jenis virus lain yang bisa menyebabkan komplikasi yang
gawat bagi kehamilan, contohnya infeksi virus Coxsakie, parotitis epidemika, rubeola
(campak), variola (cacar), varisella (cacar air) dan demam berdarah dengue.
Pada infeksi virus Coxsakie, janin yang terinfeksi akan mati karena
Virus parotitis epidemika pula, walaupun jarang terjadi pada orang dewasa, dapat
menyebabkan kematian ibu dan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus dan
cacat bawaan jika terinfeksi pada trimester pertama. Jika infeksi terjadi pada
Infeksi virus rubeola jarang dijumpai pada orang dewasa karena kebanyakan
orang dewasa sudah memperoleh kekebalan dari penyakit ini pada waktu kecil.
Antibodi yang ada di dalam tubuh ibu dapat melintasi plasenta dan mencegah bayi
dari terinfeksi selama 3 sampai 5 bulan pertama. Tetapi jika ibu itu tidak mempunyai
kekebalan, penyakit ini akan menjadi lebih berat. Pada janinnya bisa terjadi partus
prematurus atau kelahiran mati terutama apabila infeksi terjadi pada trimester
pertama.
WHO telah menyatakan bahwa dunia telah bebas dari variola pada tahun 1979
karena setiap negara mewajibkan rakyatnya mendapat vaksin variola, akan tetapi
penyakit ini bisa saja menginfeksi sebagian kecil golongan seperti petugas
laboratorium atau petugas medis yang terpapar pada virus ini, atau sekelompok orang
7
di daerah yang masih mungkin mengancam. Pada orang-orang ini diberikan vaksinasi
cacar akan tetapi vaksinasi ini sebaiknya tidak diberi pada wanita hamil karena
intrauterin.
Infeksi virus varicella pula merupakan penyakit pada anak-anak dan sangat
jarang dijumpai pada orang dewasa. Penyakit ini bukan merupakan penyakit yang
berat, tetapi jika menginfeksi wanita hamil akan menyebabkan partus prematurus.
Pada janin yang lahir akan timbul gelembung-gelembung setelah 10 hari kelahiran.
Virus dengue juga bisa menyebabkan masalah jika menginfeksi wanita hamil.
Indonesia dan sangat muda ditularkan dari orang yang sakit ke orang lain melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti atay Aedes albopictus. Pada pasien demam berdarah
dengue akan terlihat gejala demam tinggi yang mendadak disertai manifestasi
perdarahan seperti timbulnya ptechiae, melena dan epistaksis. Selain itu, gejala
mialgia, artralgia, nyeri kepala dan nyeri epigastrium juga bisa ditemukan. Gambaran
penyakit ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan serologi dan virologi. Terdapat
dalam tali pusat yang didapatkan dari ibu secara transplasental. Antibodi ini bisa
mencegah terjadinya demam berdarah dengue atau sindroma renjatan bila terjadi
infeksi baru. Akan tetapi, sampai saat ini belum pernah ditemukan malformasi janin
8
akibat infeksi dengue, tetapi peningkatan suhu pada ibu yang demam dapat
INFEKSI BAKTERIA
Tifus abdominalis
kematian yang lebih tinggi berbanding infeksi pada orang yang tidak hamil. Enam
puluh hingga lapan puluh persen wanita hamil yang terinfeksi penyakit ini akan
terjadi pengeluaran hasil konsepsi secara spontan. Oleh karena itu, jika terjadi wabah
tifoid pada suatu daerah, semua wanita hamil akan diberi vaksinasi. Wanita yang
terinfeksi juga dinasehatkan supaya tidak menyusui bayinya walaupun tidak ada bukti
yang menyatakan bakteri ini tidak masuk ke dalam ASI. Pengobatan pada penyakit
Kolera
Lima puluh empat persen wanita yang hamil dan terinfeksi kolera akan
mengalami abortus atau partus prematurus. Angka kematian pada wanita hamil
dengan kolea jauh lebih tinggi berbanding penderita kolera yang tidak hamil.
Tetanus
Tetanus selama kehamilan, terutama pada ibu yang abortus atau di dalam nifas
9
akan mengakibatkan komplikasi yang sangat berbahaya. Penyakit ini sering terjadi
pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
berwenang. Masa inkubasi penyakit ini pada wanita hamil lebih pendek berbanding
pada orang yang tidak hamil yaitu rata-rata 9 hari. Semakin pendek masa inkubasi,
otot-otot pernafasan.
tempat sumber infeksi. Pasien diberi antibiotika dan antitoksin tetanus 100.000 IU
dalam 2 bentuk yaitu intravena dan intramuskuler dan sebelumnya dilakukan skin tes
terlebih dahulu. Selain itu perlu disiapkan obat antikonvulsi dan obat-obat penenang
terlebih dahulu.
bagi ibu hamil sebagai salah satu cara untuk menurunkan angka kejadian tetanus
neonatorum.
Erisipelas
kepada wanita hamil karena mengakibatkan sepsis ibu, infeksi janin dan kematian
janin. Erisipelas juga menyebabkan bahaya yang mengancam pada infeksi nifas dan
sebagai pencegahannya, wanita yang terinfeksi harus diisolasi dan diobati dengan
10
Skarlatina
pada orang dewasa dan wanita hamil. Jika seorang ibu terinfeksi pada saat kehamilan
Difteria
Difteria tenggorokan jarang dijumpai pada wanita hamil tetapi apabila tidak
diobati, 30% akan menyebabkan abortus dan partus prematurus. Penyakit ini dapat
menyebabkan kerusakan otot jantung sehingga mudah terjadi gagal jantung pada
persalinan.
Ibu yang terinfeksi difteria harus diisolasi, diberi antibiotika procaine penisilin
G 2.000.000 IU dalam air selama 7-10 hari (atau eritromisin 40 mg/kg BB, 4 kali
sehari) dan antitoksin difteria dalam dosis tinggi yaitu 10.000 sampai 100.000 IU,
Lepra
hubungan erat dengan penderitanya. Oleh karena masa laten penyakit ini sangat
panjang, gejala hanya akan terlihat jika terjadi penurunan imunitas seperti pada
keadaan pubertas, kehamilan dan 6 bulan pertama setelah kelahiran. Karena hal itu,
11
penderita lepra dianjurkan untuk tidak hamil dan jika diagnosis lepra dibuat setelah
wanita itu hamil, yang harus diperhatikan adalah pencegahan infeksi terhadap bayi.
Mycobacterium leprae dapat dijumpai dalam plasenta dan tali pusat, dan
walaupun demikian infeksi kongenital lepra adalah sangat jarang. Duncan (1980)
melaporkan bahwa bayi yang lahir dari ibu penderita lepra sering mengalami
pertumbuhan janin terhambat dengan plasenta yang berukuran lebih kecil. Pada
Pada ibu yang mengalami infeksi lepra, anaknya harus dipisahkan dari ibu
sejak saat lahir sampai ibunya sembuh. Jika tidak, terdapat resiko sebesar 25% yang
berdasarkan penelitian, diketahui ibu yang menderita lepra dan mendapat pengobatan
sulfa, dapat menyusui bayinya seperti biasa tanpa ada resiko penularan melalui ASI.
INFEKSI PROTOZOA
Malaria
Papua dan Sulawesi. Walaupun begitu, penduduk di daerah endemik ini memiliki
kekebalan terhadap malaria yang tinggi. Sebaliknya di daerah yang tidak endemik
12
Pengaruh kehamilan pada malaria
malaria, bisa saja mendapat dampak akibat penyakit ini karena terjadinya penurunan
merasakan apa-apa saat parasitemia, tetapi pada saat hamil, mereka akan merasakan
demam yang tinggi dan menjadi lebih parah lagi dengan tuanya kehamilan sehingga
dapat terjadi abortus. Malaria juga dapat memperburuk kondisi ibu sehingga
mengakibatkan kematian ibu dan janin. Secara singkat, dampak malaria pada
1. Terjadinya abortus pada trimester pertama karena pireksia dan abortus pada
2. Kematian janin intrauterin karena pireksia, anemia berat karena adanya parasit
dalam plasenta.
dalam plasenta atau anemia, karena prematuritas atau karena malaria kongenital.
Pada wanita hamil penderita malaria, plasenta itu dapat bekerja seperti limpa
di mana ruang-ruang intervilusnya dipenuhi dengan makrofag dan parasit. Ini terjadi
terutama pada malaria tertiana akibat infeksi Plasmodium falciparum dan dijumpai
13
pada trimester kedua kehamilan. Hal ini akan menghambat pertumbuhan janin dan
jarang terjadi sehingga malaria kongenital sangat jarang didapatkan. Imunitas yang
diperoleh oleh ibu-ibu di daerah endemis juga bisa menjadi faktor pelindung buat
janinnya.
ibu hamil, pengaruh buruk lain penyakit ini adalah anemia hemolitik. Proses
hemolisis tidak hanya terjadi pada eritrosit yang diinvasi oleh parasit tetapi juga pada
eritrosit yang tidak mengandungi parasit. Hal ini terjadi karena eritrosit yang
yang menyebabkan hemolisis intravaskuler. Hal ini terjadi terutama pada malaria
tertiana.
membuat lebih banyak eritrosit baru sehingga dibutuhkan lebih banyak asam folat
sehingga terjadi defisiensi asam folat dengan akibat megaloblastosis dan anemia
megaloblastik.
kehamilan 20-28 minggu. Pemberian asam folat juga harus ada untuk memperbaiki
defisiensi dan untuk hemopoiesis yang meningkat. Jika anemia tidak membaik,
diberikan transfusi darah untuk mempertahankan kadar Hb pada tingkat yang cukup
14
aman. Pada pasien yang harus ditransfusi diberikan juga kortikosteroid untuk
mencegah hemolisis.
terutama pada ibu yang menderita anemia berat. Ini terjadi karena pertambahan aliran
darah yang banyak secara tiba-tiba dan jantung ibu tidak mampu memompanya
tetapi bisa dicegah dengan pemberian profilaksis dengan obat anti malaria sejak
diberi kepada ibu yang berpindah dari daerah non endemik ke daerah endemik.
Profilaksis diberi dengan 600mg klorokuin. Pada bayinya juga diberi profilaksis 6,25
Toksoplasmosis
didapatkan dari hewan terutama dari tinja kucing. Manusia bisa terinfeksi melalui
makanan yang terkontaminasi kistanya, dari transfusi darah, transplantasi organ atau
Pada orang dewasa, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, hanya
gejala klinik ditentukan oleh besarnya inoculum, status imunitas penderita dan juga
15
virulensi dari setiap strain toksoplasma.
Pada ibu hamil yang terinfeksi akan mula-mula terjadi parasitemia dan infeksi
pada janin dimulai dengan masuknya parasit tersebut ke dalam plasenta sehingga
terjadi plasentitis yang terbukti dengan adanya gambaran plasenta dengan gambaran
inflamasi menahun pada desidua kapsularis dan reaksi fokal pada villi.
Menurut Sayogo (1978), dari 288 wanita hamil di RSCM, Jakarta, 14,25%
kongenital.
Selain itu, jika seorang wanita yang telah memasuki masa subur terinfeksi
termasuk sel gamet. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Jacoeb (1990) yang
menyatakan pada wanita dengan infertilitas, terdapat titer IgG toksoplasma yang
tinggi.
Pada janin yang ibunya terinfeksi toksoplasma bisa terjadi abortus, kematian
janin, pertumbuhan janin terhambat, partus prematurus, dan kematian neonatal. Jika
nervus optikus, iritis, nistagmus, dan lain-lain. Anak itu juga di saat pertumbuhannya
16
Diagnosis toksoplasmosis sangat sulit dibuat karena tidak disertai gejala
penyakit dan kecurigaan hanya timbul jika ditemui kelainan seperti yang disebutkan
sulfadiazin oral 1g/hari selama 28 hari disertai asam folat 6g IM atau oral
Pemberian pirimetamin tidak bisa pada kehamilan trimester pertama dan sulfadiazin
tidak bisa diberikan pada kehamilan aterm. Selain itu, ibu juga dianjurkan untuk USG
untuk mengetahui kondisi janin dan setelah bayinya lahir, tetap memberikan ASI
Sifilis
Infeksi sifilis, atau dikenali dalam masyarakat sebagai lues, disebabkan oleh
Treponema pallidum. Jika seorang ibu memiliki sifilis, ia bisa menularkan kepada
janinnya dan sifilis kongenital merupakan infeksi sifilis yang terberat dengan gejala
klinisnya berupa janin dan plasenta yang tampak hidropik, pemfigus sifilitikus,
deskuamasi telapak kaki dan tangan, serta rhagade di sekitar mulut. Selain itu, sifilis
Pada orang yang terinfeksi, pada infeksi primernya akan timbul chancre,
tergantung besarnya inokulum serta imunitas penderita. Dalam banyak kasus sering
tidak ada gejala sehingga kelahiran mati dan lahirnya bayi dengan sifilis kongenital
17
Cara mendiagnosis penyakit ini adalah dengan melakukan anamnesia tentang
adanya kontak seksual dengan penderita sifilis. Selain itu, bisa dilakukan swab pada
lesi dengan direct flourescent antibody test dan ini menjadi hal yang rutin dilakuka
pada skrining antenatal saat kunjungan pertama. Pemeriksaan ini harus diulang pada
trimester terakhir dan pada persalinan. Pemeriksaan serologik memakan waktu yang
lama yaitu selama 4-6 minggu setelah infeksi. Semua pasien sifilis harus dikonsultasi
antibodi HIV.
pengobatan yang lebih dini adalah lebih baik buat janin. Obat yang diberi adalah
penisilin dan jika pasien alergi terhadap penisilin, diberi secara disentisasi.
Eritromisin tidak dianjurkan karena tidak bisa mengobati infeksi pada janin. Penisilin
yang dipakai adalah benzathine penisilin G dengan dosis 2,4 juta satuan IM sekali
suntik. Untuk sifilis kronis, dosis yang dibutuhkan adalah 7,2 juta satuan dibagi
dalam 3 dosis dengan masing-masing 2,4 juta satuan IM perminggu selama 3 minggu.
satuan/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita
sifilis tetap diberikan ASI seperti biasa karena Treponema tidak bisa melewati ASI
tetapi pemberian ASI dihindarkan pada ibu yang mempunyai lesi pada kulit.
Gonorea
18
gonorea pada kehamilan setara dengan peningkatan kejadian ketuban pecah dalam
dalam bentuk kronis dan sampai 80% kasus tidak terdiagnosis karena tidak adanya
gejala klinis yang dikeluhkan oleh penderita. Diagnosis sering dibuat setelah bayi
itu, sering juga ditemukan kemandulan dengan satu anak (one child sterility) pada
klinik seperti disuria, uretritis, servisitis, fluor albus berupa nanah encer yang
akut atau vulvokolpitis. Pada pemeriksaan laboratorium lendir uretra dan kanalis
servikalis yang dipulas dengan biru metilen ditemukan banyak sel nanah dan
ditemukan banyak diplokokus intra dan esktra seluler. Apabila hasil dari pemeriksaan
ini meragukan, dilakukan pembiakan. Pada penyakit gonorea yang kronis harus
dilakukan pemeriksaan pembiakan saja karena pemeriksaan apus tidak memberi arti
apa-apa. Selain penderita, suaminya juga harus diperiksa dan dilarang koitus sebelum
Pada persalinan, bisa terjadi infeksi pada jalan lahir sehingga menyebabkan
19
tersentuh dengan bagian-bagian yang mengandungi gonokokkus.
sebanyak 4,8 juta IU, di kanan dan kiri secara setengah-setengah. Terdapat juga
penelitian dari Johnson dan rekan (1970) yang menganjurkan pemberian ampisilin
dosis tunggal sebanyak 3,5 gram. Jika penderita alergi penisilin, diberi eritromisin 0,5
gram 4 kali sehari selama 5-10 hari atau suntikan kanamisin dosis tunggal (1 gram di
kanan dan 1 gram di kiri). Pilihan obat lainnya adalah ceftriaxone 250 mg IM dosis
tunggal dan pada setiap pengobatan perlu dipertimbangkan adanya ko-infeksi gonorea
pengobatan selesai. Jika kambuh, penderita diobati lagi dengan dosis dua kali lipat.
lahir diberi salep mata eritromisin atay kloromisetin. Pemberian ASI juga harus
Chlamydia trachomatis
sebanyak 2 37% dari seluruh wanita hamil. Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis yang menjalar dari saluran urogenital yang dimulai dari serviks atau
infertilitas. Salpingitis akut juga dapat menyebabkan perihepatitis akut di mana terjadi
20
proses inflamasi dan fibrinasi permukaan anterior hepar serta peritoneum di
Pada ibu-ibu yang terinfeksi chlamydia bisa terjadi abortus, kematian janin,
Bayi yang lahir per vaginam dari ibu yang terinfeksi chlamydia, 20-50% dapat
dapat terjadi paa usia 3-4 bulan dengan prevalensi 10-20%. Selain itu, dapat juga
terjadi otitis media, obstruksi nasal, dan bronkiolitis. Resiko infeksi perinatal dapat
dikurangkan dengan dilakukan operasi seksio sesarea, dengan syarat belum pecah
ketuban sebelumnya.
mukopurulen dari ostium uteri eksternum atau apusan serviks pada biakan ditemukan
adanya badan inklusi intrasel, dan pada pemeriksaan serologik didapatkan adanya
500 mg secara oral 4 kali/hari selama 7 hari atau eritromisin 250 mg secara oral 4
21
Pencegahan terhadap ophtalmia neonatorum perlu dilakukan dengan
memberikan salep mata eritromisin 0,5 atau tetrasiklin 1% segera setelah bayi lahir
sampai 1 jam postpartum. Pemberian ASI juga tetap diteruskan karena Chlamydia
Herpes simpleks
Infeksi virus hominis pada orang dewasa biasanya ringan tetapi dapat
kulit pada seluruh tubuh atau pada konjungtiva dan selaput lendir mulut. Kematian
dikenali dengan nama herpes simpleks. Penyakit ini juga dihubungkan dengan
Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi karena hematogen melalui plasenta,
akibat penjalaran dari vagina, ke janin apabila ketuban pecah atau melalui kontak
langsung saat bayi lahir. Cara melakukan diagnosis tidak sulit karena pada alat
benda inklusi intranuklear yang khas di dalam epitel vulva, vagina atau serviks yang
akan memberikan hasil positif setelah dipulas dengan Papanicolaou. Selain itu bisa
Herpes genitalis merupakan infeksi virus yang bersifat kronis dan rekuren
22
sehingga dikatakan sulit diobati. Pengobatan penyakit ini adalah dengan diberikan
antivirus Acyclovir dan pemberian obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri di
daerah vulva. Pemberian Acyclovir tidak dianjurkan pada waktu hamil kecuali jika
mengancam nyawa ibu seperti adanya ensefalitis, pneumonitis atau hepatitis dan
diberikan secara intravena. Jika seorang ibu itu menunjukkan gejala aku pada
berlangsung secara per vaginam, 50% bayinya akan mengalami infeksi. Setelah
persalinan, ibu yang menderita herpes aktif harus diisolasi dan apabila mau menyusui,
ibu harus membersihkan diri, mencuci tangan dan mengganti bajunya terlebih dahulu.
HIV/AIDS
mendapat infeksi dari ibunya. Menurut laporan Centre for Disease Control (CDC) di
Amerika, seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah sebanyak 0,0 1,7 %, pada
ibu di saat persalinan sebanyak 0,4-2,3% dan 9,4 29,6% pada ibu hamil pemakai
narkotika intravena. Transmisi vertikal dari ibu ke janinnya sering terjadi dan ada
penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan resiko transmisi perinatal pada ibu
hamil adalah sebanyak 20-40%. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta, perlukaan
dalam proses persalinan atau melalui ASI. Walaupun demikian, WHO menganjurkan
ibu yang HIV positif tetap menyusui bayinya karena mengingat manfaat ASI yang
23
Pada setiap ibu hamil sebaiknya dilakukan langkah-langkah pelaksanaan
3. Diberi edukasi
4. Konseling
penyakit hubungan seksual lainnya seperti gonorea, chlamydia, hepatitis, herpes, atau
infeksi TORCH.
Gejala klinis pada penderita AIDS di stadium awal biasanya tidak spesifik.
Pasien cuma menunjukkan gejala malaise, anoreksia, berat badan menurun atau
mungkin menderita kandidiasis oral atau vaginal. Kematian ibu hamil yang HIV
carinii pneumonia. CDC telah menetapkan sistem klasifikasi pasien HIV berdasarkan
kondisi kliniknya.
24
Grup IV : Penyakit lain
Sampai saat ini belum ada pengobatan AIDS yang memuaskan. Pemberian
hubungan seksual yang sehat, menggunakan alat kontrasepsi dan mengadakan tes
menurunkan resiko infeksi pada bayi yang dilahirkan. Penularan kepada penolong
persalinan dapat terjadi dengan rate 0-1% per tahun exposure. Oleh karena itu
25
1. Gunakan gaun, sarung tangan, dan masker yang kedap air dalam menolong
persalinan.
5. Peganglah plasenta dengan sarung tangan dan beri label sebagai barang
infeksius.
melalui pembalut wanita, lokhia, luka episiotomi atau pun luka seksio sesarea. Bayi
pula harus ditangani oleh dokter anak yang khusus menangani kasus ini, tetapi
perawatan ibu dan anak tidak perlu dipisah. Pada bayi jangan dilakukan tindakan
yang mengakibatkan luka, seperti sirkumsisi. Perawatan tali pusat harus dijalankan
dengan cermat dan hati-hati supaya darah tidak terkena penolong. Imunisasi bayi
yang menggunakan virus hidup sebaiknya ditunda sampai bayi diyakini tidak
terinfeksi HIV. Antibodi yang didapatkan pasif dari ibu dapat bertahan sampai 15
bulan jadi diperlukan pemeriksaan ualng berkala untuk menentukan apakah kondisi
bayi semakin membaik atau memburuk. Infeksi pada bayi mengambil waktu yang
lama untuk tampak, dan akan kelihatan pada usia 12-18 bulan.
26
Bacterial vaginosis
dengan ditemukan 3 dari 4 gejala berikut: sekret vagina homogen, pH lebih dari 4,5,
tes bau amin positif, atau dijumpainya clue cells pada sediaan basah. Diagnosis
asimptomatik.
Pengobatan terhadap infeksi ini di luar kehamilan adalah dengan metronidazole tetapi
karena obat ini kontraindikasi pada kehamilan trimester pertama dan belum diketahui
dampaknya pada kehamilan yang lebih lanjut, maka sebaiknya obat ini tidak diberi
dalam kehamilan. Sebagai penggantinya dapat diberi clindamycin 300 mg secara oral
Kondiloma akuminata
(HPV) sering dikaitkan dengan displasia dan karsinoma dan karena itu, harus sering
Jika kondiloma terlalu besar sehingga menghalangi jalan lahir atau pada
27
operasi seksio sesarea. Oleh karena itu jika ditemukan kondiloma dalam kehamilan,
sebaiknya dilakukan ablasi dengan cara kauterisasi, krio ataupun dengan terapi laser.
Kandidiasis
kandidiasis di daerah orofaring. Oleh karena itu pengobatan terhadap kandida di jalan
Trikomonas vaginalis
Ibu yang terinfeksi bisa menularkan trikomonas ke bayinya, dan bayi yang
terinfeksi akan menunjukkan gejala sekret vagina berlebihan (pada bayi perempuan),
piuria dan bayi rewel. Penyakit ini diobati dengan pemberian metronidazole pada
28
BAB III
KESIMPULAN
Ibu hamil lebih rentan mengalami infeksi yang bisa mempengaruhi kehamilan
dan bayi yang dikandung. Umumnya ibu hamil tidak mengetahui ketika ia memiliki
infeksi karena gejala yang munul bersifat asimtomatik padahal pengobatan yang
tertunda bisa berbahaya bagi kesehatan ibu dan juga bayi yang dikandung.Untuk itu
ketahui cara menghindari infeksi selama kehamilan dengan memberi edukasi kepada
ibu hamil untuk melakukan beberapa hal seperti menjaga kebersihan seperti rajin
matang dan hindari makanan mentah atau setengah matang karena berpotensi
tetap bersih sehingga terhindar dari penyakit menular seperti demam berdarah, cacar
atau malaria. Ibu hamil juga perlu menjaga kebersihan daerah vagina terutama setelah
buang air kecil agar terhindar dari infeksi seksual seperti chlamydia, dan melakukan
29
Daftar Pustaka
30
6. McCarthy F, Giles M, Rowlands S, et al. Antenatal interventions for preventing the
and adverse outcomes in the congenitally infected infant. Ireland: Anu Research
31