Anda di halaman 1dari 33

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 25%

Date: Senin, Mei 09, 2022


Statistics: 2587 words Plagiarized / 10250 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

SKRIPSI PERBANDINGAN JUMLAH LEUKOSIT PENDERITA TB PARU, HIV DAN TB-HIV DI


WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SUNGAI PAKNING KECAMATAN BUKIT BATU Oleh :
MARLIA SUSANTI NIM :2010263149 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TENAGA
LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PERINTIS
INDONESIA PADANG 2021 SKRIPSI PERBANDINGAN JUMLAH LEUKOSIT PENDERITA TB
PARU, HIV DAN TB-HIV DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SUNGAI PAKNING
KECAMATAN BUKIT BATU Oleh : MARLIA SUSANTI NIM : 2010263149 PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN TENAGA LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG 2021 ii PERBANDINGAN JUMLAH
LEUKOSIT PENDERITA TB PARU, HIV DAN TB-HIV DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
SUNGAI PAKNING KECAMATAN BUKIT BATU Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : MARLIA SUSANTI
NIM : 2010263149 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TENAGA LABORATORIUM
MEDIS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG 2021
iii No Alumni Universitas Marlia Susanti No Alumni a) Tempat/Tgl : Sungai Pakning, 23-
12-1983; b).Nama Orang Tua: (Ayah) Mukhtar (Ibu) Kamariah; c).Program Studi : D.IV
Analis Kesehatan/TLM; d). Fakultas : Ilmu Kesehatan; e). No NIM : 2010263149; f). Tgl
Lulus : ; g).

Predikat Lulus : ; h). IPK : ; i). Lama Studi : 1 Tahun; j). Alamat: Jl. Laksamana Saleh No.381
Kel.Sungai Pakning Kec. Bukit Batu. PERBANDINGAN JUMLAH LEUKOSIT PENDERITA TB
PARU, HIV DAN TB-HIV DIWILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SUNGAI PAKNING
KECAMATAN BUKIT BATU SKRIPSI Oleh : Marlia Susanti Pembimbing: 1. Renowati,
M.Biomed, 2. Dra. Suraini, M.Si Abstrak Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang
disebabkan karena adanya mikroba patogen. Penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tuberkulosis dan HIV.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri atau kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosa (MTB). HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Pasien
TB dengan HIV positif dan ODHA dengan TB disebut sebagai pasien koinfeksi TB-HIV.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perbandingan jumlah leukosit penderita TB
Paru, HIV dan TB-HIV. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain penelitian
pendekatan cross sectional terhadap 43 sampel darah pasien yang diambil
dilaboratorium RSUD Bengkalis. Jumlah leukosit diperoleh dengan pemeriksaan
menggunakan alat hematology analyzer.

Dari hasil uji statistik chi square diperoleh nilai sig.(p-value) = 0,008 (< 0,05), hasil ini
menunjukkan adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah leukosit penderita TB
Paru, HIV dan TB-HIV. Kata kunci: TB Paru, HIV, TB-HIV, Jumlah Leukosit. Skripsi ini telah
dipertahankan di depan sidang penguji dan dintakan lulus pada 16 Februari 2022.
Abstrak telah disetujui oleh penguji Tanda Tangan 1 2 3 Nama Terang Renowati,
M.Biomed Dra. Suraini, M.Si Adi Hartono, M.Biomed Mengetahui Ketua Program Studi:
Dr. Apt. Dewi Yudiana Shinta, M.Si Tanda Tangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

Secara global, 7,1 juta orang dilaporkan baru di diagnosis TB pada tahun 2019, naik dari
7,0 juta pada tahun 2018. Indonesia menempati peringkat kedua di dunia, dengan kasus
331.703 pada tahun 2015 menjadi 562.049 pada tahun 2019 terjadi peningkatan kasus
sebanyak 230.346 (WHO, Global Tuberculosis Report, 2020). Angka insiden tuberkulosis
di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 316 per 100.000 penduduk sedangkan pada
tahun 2019 kasus tuberkulosis ditemukan sebanyak 543.874 kasus. Jumlah kasus
tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Kasus tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut hampir mencapai setengah dari jumlah
seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (45%) (Profil Kesehatan Nasional, 2019). Provinsi
Riau pada tahun 2019 ditemukan terduga tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sebanyak 36.154 orang dari jumlah penduduk 6.971.745 jiwa, kasus
tuberkulosis paling tinggi di Riau terdapat di kota Pekanbaru berjumlah 2.903 orang
dikarenakan selain jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya, dan juga sebagai pusat rujukan layanan kesehatan di Provinsi
Riau. (Profil Kesehatan Provinsi Riau tahun 2019, 2020).

Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Bengkalis tahun 2 2020 jumlah penderita
TB yang mendapatkan pelayanan kesehatan di kabupaten Bengkalis sebanyak 729 orang
(Dinkes Kab Bengkalis, 2020). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh kita. Secara global pada tahun 2019 orang yang
hidup dengan HIV sekitar 38,0 juta meningkat 24% dari tahun 2010, dimana 19,2 juta
adalah wanita dan 17,0 juta adalah laki, sementara kasus HIV pada anak umur < 15
tahun yang hidup dengan HIV sekitar 1,8 juta.

Secara geografis kebanyakan kasus HIV berada di wilayah Amerika 3,7 juta, Eropa 2,6
juta,Afrika 2,5 juta, Pasifik barat 1,9 juta dan Mediterania Timur 420.000 (WHO, global
HIV, Hepatitis, dan STI programmes, 2020). Indonesia kasus HIV positif dilaporkan dari
tahun ketahun cenderung meningkat, tahun 2018 jumlah orang hidup dengan HIV
sebanyak 46.659 orang, sedangkan tahun 2019 jumlah orang hidup dengan HIV
sebanyak 50.282 orang. Kasus HIV menurut jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2019
sebanyak 65% laki-laki dan 35% wanita (Kemenkes RI, Profil kesehatan Indonesia tahun
2019, 2020 ).

Provinsi Riau jumlah penderita HIV pada tahun 2019 meningkat dua kali lipat dari tahun
2018 sebanyak 268 kasus menjadi 533 kasus. Kasus HIV positif menurut jenis kelamin di
Provinsi Riau tahun 2019 adalah 74,1% kasus HIV pada laki-laki dan 25,9% pada wanita
(Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2019). Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten
Bengkalis tahun 2020 jumlah penderita HIV yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
kabupaten Bengkalis sebanyak 70 orang di mana 57 % adalah laki-laki dan 43 % wanita
(Dinkes kab. Bengkalis tahun 2020).

3 Human immunodeficiency virus (HIV) dan tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian
global independen utama di antara pasien dengan penyakit menular. Pasien TB dengan
HIV positif dan ODHA dengan TB disebut sebagai pasien koinfeksi TB-HIV. Menurut
laporan WHO dalam Global Report Tuberculosis Control, pada tahun 2016 kejadian TB-
HIV diperkirakan terdapat 1.03 juta kasus baru TB pada pasien HIV atau 14/100.000
penduduk dunia dan jumlah kematian akibat TB pada pasien HIV positif mencapai
374.000 atau 5/100.000 penduduk dan TB menyumbang 36% dari kematian terkait AIDS,
kasus baru koinfeksi TB pada pasien HIV dan AIDS di wilayah Asia Tenggara tahun 2016
mencapai 16 % (WHO,2017).

Kasus koinfeksi TB-HIV di Indonesia terjadi sebanyak 45 ribu kasus baru atau 17/100.000
penduduk Indonesia dan 24% - 45% kasus TB pada infeksi HIV asimptomatik, serta 70%
pada pasien dengan AIDS. Menurut Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Kemenkes RI jumlah kasus HIV dan AIDS secara nasional sampai dengan maret 2017
mencapai 330.102 kasus dan 40% terinfeksi Tuberkulosi. Kasus TB-HIV di Provinsi Riau
sebanyak 9.678 kasus (ProfiL kesehatan provinsi Riau, 2019). Leukosit adalah salah satu
komponen darah yang berperan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, ataupun proses metabolic toksin.

Leukosit memiliki peran penting dalam sistem daya tahan tubuh manusia. Pemeriksaan
Jumlah leukosit adalah pemeriksaan untuk menentukan adanya peningkatan jumlah
leukosit (leukositosis) atau penurunan jumlah leukosit (leukopenia) yang menjadi suatu
tanda adanya infeksi atau melihat perjalanan penyakit serta pengaruh pengobatan.
Leukosit disebut juga sel darah putih yang 4 merupakan sel darah yang mempunyai inti.
Leukosit dibagi menjadi 5 jenis tipe berdasarkan morfologi nya yaitu Basofil, eosinofil,
netrofil segmen, netrofil stap, limfosit dan monosit.,

masing masing jenis sel darah putih memeiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda. Pada
penderita TB leukositosis terjadi ketika mycobacterium tuberculosis menginfeksi tubuh,
hal ini biasanya terjadi peradangan di paru-paru atau inflamasi sehingga kekebalan
seluler terpacu. Dua puluh persen dari total jumlah leukosit manusia merupakan limfosit
yang bertanggung jawab terhadap kontrol sistem imun adaptif.

Limfosit berdasarkan fungsi dan penanda permukaannya dibedakan menjadi dua kelas,
yaitu limfosit B yang berperan dalam imunitas humoral, dan limfosit T yang berperan
dalam imunitas selular ( Larosa DF dan Orange JS, 2018). Respon imun alami terhadap
bakteri intraseluler adalah fagositisis, namun karena bakteri intraselular relatif resisten
terhadap degradasi dalam makrofag, menyebabkan tidak efektifnya respons imun alami
sehingga menjadi kronik. Bakteri yang masuk ke paru akan di fagosit oleh makrofag
kemudian dihancurkan.

Epitop dari hasil penghancuran bakteri tersebut akan berikatan dengan protein pada
membran makrofag yaitu MHC kelas I dan II untuk di presentasikan ke sel limfosit T,
kemudian terjadi aktifasi dan proliferasi limfosit T. Respon imun utama terdapat bakteri
intraselular yaitu cell mediated immunity (CMI). Mekanisme imunitas ini diperankan oleh
sel limfosit T tetapi fungsi efektornya untuk eliminasi bakteri diperankan oleh makrofag
yang di aktifasi oleh sitokin yang di produksi oleh sel T.

5 Sedangkan pada penderita HIV, virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih
yang bertugas menangkal infeksi terutama limfosit yang memiliki CD4. Berkurangnya
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia yang
disebut juga leukositopenia. CD4+ merupakan reseptor utama untuk HIV. Dalam folikel
limfoid, virus berbentuk kompleks imun yang diikat sel dentritik, destruksi sel CD4+
terjadi dalam kelenjar limfoid akan menyebabkan jumlah CD4+ dalam sirkulasi
menurun.
Pada pasien HIV salah satu gejala klinis yang dapat ditemukan yaitu menurunnya jumlah
sel CD4+ dengan sel T sitotoksin menurun, sedangkan P24 meningkat. Perjalanan
penyakit ini ditandai oleh beberapa fase dengan defisiensi imun produk akhirnya.
Aktifasi poliklonal Sel B akan menyebabkan hipergamaglobulinemia, antibodi yang
menetralkan antigen gp120 diproduksi tetapi tidak akan mencegah mutasi virus yang
tinggi dan terjadi abnormal fungsi Sel B, adanya hipergamaglobulinemia dan jumlah sel
B yang memproduksi antibodi meningkat (Widodo W, 2017).

Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang memproduksi sangat
sedkit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri, virus
dan agen agen lain yang masuk mengenai jaringan yang memungkinkan tubuh dengan
mudah terserang penyakit. Jumlah leukosit pada seseorang tergantung pada penyakit
infeksi yang di derita karena leukosit bertugas melawan agen infeksi yang berupa
bakteri, virus, parasit dan lain lain, salah satu bakteri yang menyerang pasien HIV adalah
tuberkulosis. Pemeriksaan jumlah leukosit bukan pemeriksaan yang sensitif maupun
spesifik untuk diagnosa tuberculosis, namun 6 pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai
penunjang pemeriksaan penyakit tuberkulosis, karena ketika Mycobacterium
tuberkulosis mulai menginfeksi maka jumlah leukosit akan meningkat ini menandakan
bahwa didalam tubuh terdapat infeksi (Varaine F & Rich ML. 2014).

Berdasarkan penelitian Dicky Y W dkk (2019) setelah dilakukan perhitungan jumlah


leukosit terhadap 43 sampel didapat hasil jumlah leukosit penderita TB yang mengalami
peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) sebanyak 23 orang (53,4%) sedangkan yang
normal 10 orang (23,3%) dan penurunana jumlah leukosit (leukopenia) sebanyak 10
orang (23,3%), didapatkan sedikit peningkatan jumlah sel leukosit, berbanding terbalik
dengan penelitian Triyas Nurhayati (2016) dari 25 sampel yang diperiksa jumlah leukosit
didapat hasil 21 orang (84%) normal dan 4 orang (16%) lekopenia dan tidak terjadi
leukositosis, jumlah sel leukosit tetap normal pada penderita Tuberkulosis paru ini
menunjukan bahwa sistem imun pada si penderita sangat bagus dan hal ini terjadi
kemungkinan penderita Tuberkulosis paru mendapatkan nutrisi yang baik sehingga
mampu melawan kuman ataupun bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh si
penderita.

Dengan demikian tidak semua penderita Tuberkulosis paru mengalami leukositosis,


tetapi ada juga yang menunjukan jumlah sel leukositnya tetap normal. Sedang kan
untuk jumlah leukosit pada penderita HIV berdasarkan penelitian Cliff Clarence Haliman
dkk (2019) rata- rata nilai leukosit pada penderita HIV dalam batas normal hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afiah dkk yang menemukan
nilai leukosit umumnya normal. 7 Infeksi oportunistik tuberkulosis pada pasien HIV
terjadi karena penurunan imunitas seluler tubuh.
Infeksi bisa terjadi disebabkan oleh infeksi primer atau infeksi laten infeksi ini terjadi
ketika kuman TB masuk dalam saluran pernafasan dan berkembang biak dengan cara
pembelahan di sitoplasma makrofag alveoli yang mengakibatkan peradangan. Infeksi ini
disebabkan karena imunitas tubuh menurun pada pasien HIV sehingga kurang atau
tidak ada perlawanan terhadap kuman TB, sehingga kuman TB dengan mudahnya
menyebabkan infeksi primer pada pasien TB-HIV(Agbaji O et al, 2013). Infeksi laten
terjadi ketika kuman yang dormant teraktivasi setelah beberapa bulan atau tahun pasca
infeksi primer disebabkan karena sistem imunitas seluler menurun.

Pada infeksi HIV terjadi penurunan signifikan sel limfosit T CD4 yang merupakan
mediator utama pertahanan imun melawan Mycobacterium tuberculosis. Hal ini
menyebabkan infeksi opoertunistik tuberculosis yang akan meningkat seiring dengan
derajat beratnya imunosupresi yang terjadi pada infeksi HIV (Manalu M dkk, 2012).
Berdasarkan paparan diatas, saya tertarik melakukan penelitian untuk melihat “
Perbandingan jumlah leukosit penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV di wilayah kerja UPT
Puskesmas Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu ”. 1.2.

Rumusan Masalah Bagaimanakah perbandingan jumlah leukosit penderita TB Paru, HIV


dan TB-HIV di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu? 8
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbandingan jumlah
leukosit penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai
Pakning Kecamatan Bukit Batu. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui hasil pemeriksaan
leukosit penderita TB Paru di UPT Puskesmas Sungai Pakning. 2. Mengetahui hasil
pemeriksaan leukosit penderita HIV di UPT Puskesmas Sungai Pakning. 3.

Mengetahui hasil pemeriksaan leukosit penderita TB-HIV di UPT Puskesmas Sungai


Pakning. 4. Mengetahui perbandingan jumlah leukosit penderita TB Paru, HIV dan TB-
HIV di UPT Puskesmas Sungai Pakning. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti
Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan virus terhadap hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada
penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV. 1.4.2 Bagi Institusi Sebagai sumbangsih kepustakaan
dan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya, dan bahan pembanding dalam melakukan
penelitian pengerjaan 9 skripsi yang terkait dengan perbandingan jumlah leukosit pada
penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV. 1.4.3

Bagi Tenaga Teknis Laboratorium Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan


pengetahuan tenaga laboratorium dalam pengembangan teori mengenai perbandingan
jumlah leukosit pada penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Defenisi Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri atau kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu
Mycobacterium tuberculosa (MTB). Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya diluar paru seperti selaput otak, kelenjar
getah bening dileher dan ketiak, selaput paru, selaput jantung, perut, usus, ginjal dan
tulang.

Terjadi nya TB diluar paru disebabkan oleh adanya penyebaran melalui aliran darah atau
getah bening (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2016).
Kuman ini sangat mudah menular melalui udara sehingga penyakit ini sering dikaitkan
dengan penyakit paru walaupun kuman ini bisa menyerang organ tubuh lainya. Kuman
yang masuk ke dalam saluran pernafasan tidak langsung menginfeksi individu tersebut,
tubuh yang memiliki kekebalan atau imunitas yang baik dapat menghalangi
perkembangan kuman sebaliknya bila kekebalan tubuh rendah maka kuman akan
berkembang dan menyerang organ target terutama paru (dr. Samuel Sembiring, 2019).
2.1.2 Gejala Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.

Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. 10 a. Gejala sistemik atau umum 1)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam kadang-kadang serangan dalam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul. 2) Penurunan nafsu makan dan berat badan 3) Batuk-batuk selama lebih
dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah b. Perasaan tidak enak (malaise), lemah. c.

Gejala khusus 1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara nafas melemah yang disertai sesak. 2)
Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada. 3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang- kejang. Tuberkulosis tidak hanya menyerang paru-
paru saja sehingga gejala yang ditimbulkan cukup beragam tergantung organ yang
terinfeksi (dr. Samuel Sembiring, 2019). 11 2.1.3 Patogenesis Menurut Patel & Abrahams
(1989) perjalanan infeksi Mycobacterium tuberculosis dimulai dari akibat transmisi
mikroba atau basil dari lesi jaringan organ individu ke individu lain terutama melalui
partikel terkecil (droplets nuclei) yang merupakan suatu unit penularan (infectious units)
dari paru yang dihasilkan dengan cara batuk, bersin, bicara.

Droplets nuclei merupakan partikel dengan ukuran 2- 10 m gat mudahtercmpurudara


agai vehikel sumber penularan, mudah terhirup saluran pernafasan bronchus sampai
kedalam alveoli dan tertelan makrofag alveoli. Mycobacterium tuberculosis memiliki
suatu strategi patogenik yaitu mikroorganisme ini harus bereplikasi dalam makrofag
hospes (makrofag alveoli), mikroorganisme ini harus tahan terhadap respon imun
hospes atau memodifikasi respon imun hospes yang dapat menghambat replikasi
mikroorganisme ini, Mycobacterium tuberculosis harus dapat bertahan dalam tubuh
hospes pada stadium inaktif sehingga berpotensi untuk menimbulkan reaktivasi
dikemudian hari.

Perjalalan infeksi ditentukan oleh mekanisme imunopatogenesis akibat reaksi interaksi


antara agen – hospes yang ditunjang oleh kondisi lingkungan, agen meliputi factor
tingkat virulensi strain, hospes tingkat imunitas didasari factor genetic dan status gizi,
lingkungan terutama komorbid infeksi virus dan diabetes mellitus, populasi udara dan
rendahnya paparan sinar ultraviolet atau ventilasi udara. Infeksi primer bila dibiarkan
berlanjut maka focus lesi dapat dideteksi, kemudian lesi ini dapat sembuh tanpa bekas
atau meninggalkan jaringan parut.

Basil dari lesi paru primer segera mengalir melalui limfatik peribronchial ke kelenjar
limpe regional proses ini dapat tenang secara klinis, bakteriologis dan radiologis. Pada
saat penyakit 12 tampak berakhir, reinfeksi dapat terjadi dengan cara aktivasi basil yang
bertahan hidup pada infeksi primer atau inhalasi basil baru dari lingkungan. Manifestasi
penyakit ini dinamakan tuberculosis reaktivasi, terutama terjadi pada orang tua atau
adanya factor malnutrisi, diabetes mellitus, terapi kortiko steroid jangka lama atau ko-
infeksi HIV.

Sensivitas kuat dari kulit terhadap tuberculin menumjukkan kemungkinan


perkembangan penyakit aktif (Mertaniasih N M dkk, 2013). 2.1.4 Epidemiologi
Tuberkulosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Secara global dari tahun
2007 sampai tahun 2019 terjadi peningkatan kasus TB sebanyak 7,1 juta. Indonesia
menempati peringkat kedua di dunia, dengan kasus 331.703 pada tahun 2015 menjadi
562.049 pada tahun 2019 menjadi peningkatan kasus sebanyak 230.346 (WHO, Global
Tuberculosis Report, 2020). Angka insiden tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018
sebesar 316 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2019 kasus tuberkulosis
ditemukan sebanyak 543.874 kasus.

Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan jumlah penduduk yang besar
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di ketiga provinsi
tersebut hampir mencapai setengah dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia
(45%) (Profil Kesehatan Nasional, 2019). Pada tahun 2020 kabupaten Bengkalis jumlah
penderita TB yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 729 orang (Dinkes
Kab.Bengkalis, 2020). 13 2.1.5

Etiologi Mycobacterium tuberculosis (MTB) sendiri termasuk kedalam kelompok


Mycobacterium tuberculosis complex (MTBC) yang juga terdiri atas beberapa spesies
Mycobacterium lain yang memiliki sekuens nukleotida yang hampir identik serta
sekuens 16S rRNA yang 100% identik dengan Mycobacterium tuberculosis. Namun,
mereka berbeda dalam hal host, fenotipe dan patogenesis. Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium africanum, dan Mycobacterium canettii menginfeksi manusia,
mycobacterium microti menginfeksi tikus, Mycobacterium pinnipedi menginfeksi anjing
laut dan singa laut, Mycobacterium caprae menginfeksi domba dan kambing,
Mycobacterium bovis menginfeksi sapi dan manusia (Banuls, A.-L dkk, 2015).

Secara umum sifat dari kuman Mycobacterium tuberculosis ini antara lain yaitu
merupakan bakteri berbentuk batang yang memiliki sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen, tahan terhadap suhu rendah
hingga tahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4º c – minus 70ºc,
kuman ini juga sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet
paparan langsung pada sinar ultra violet kuman akan mati dalam waktu beberapa menit,
sementara dalam dahak pada 30-37º c akan mati dalam waktu 1 minggu (Permenkes RI,
2016). 14 Gambar 2.1. Morfologi Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium
tuberculosis bersifat aerob obligat, tumbuh optimal pada tingkat oksigen > 95%, pH 6.4
– 7.0, suhu 37°C.

Dinding sel Mycobacterium tuberculosis yang berbeda dengan bakteri prokariotik lain
penting dalam pertahanan hidupnya, yang terdiri Mycobacterium tuberculosis terdiri
atas membran plasma, inti dinding sel, lapisan luar. Dinding sel Mycobacteria
mengandung konten kompleks lipid yang lebih besar ( > 60% jika dibandingkan 5%
pada bakteri gram positif dan 20% pada bakteri gram negatif), termasuk asam lemak
rantai panjang (C60-C90) yang disebut asam mikolat yang sangat hidrofobik serta tahan
terhadap desinfektan, dan mencegah masuknya bermacam jenis antibiotik (Caulfield, A.
and Wengenack, N, 2016). 2.2 Human Immunodeficiency Virus (HIV) 2.2.1

Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Human Immunodeficiency Virus (HIV)


adalah virus yang bisa menyebabkan AIDS. HIV termasuk virus retro yakni virus yang
masuk dari materi genetik ke dalam sel tuan rumah waktu melakukan infeksi dengan
cara yang berbeda, yakni dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu 15 dalam
DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi (Dhaliwal.
S, Patel. M,& Menter. A, 2017).

HIV bisa menyebabkan AIDS dengan menyerang sel darah putih yaitu sel CD4 hingga
merusak kekebalan tubuh manusia dan akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 yang
merubahnya sehingga berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak bisa
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan sistem kekebalan tubuh, tanpa
kekebalan tubuh ketika diserang penyakit tubuh kita tidak memiliki pelindung,
dampaknya kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

Penyakit AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup (Catton. DJ, 2018). 2.2.2
Tanda dan Gejala Human Immunodeficiency Virus (HIV) Penyebab dan gejala terkena
Virus, virus HIV tidak menular atau menyebar melalui hubungan sosial biasa seperti
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan
makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau
WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA).

ODHA yaitu orang dengan HIV atau AIDS, sedangkan OHIDA adalah Orang hidup
dengan HIV atau AIDS seperti keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman
pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia
produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak 16 90 % dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa
tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala klinis tertular HIV, namun orang
tersebut bisa menularkan kepada orang lain. Kemudian, AIDS mulai berkembang dan
menunjukkan tanda atau gejala (Buchacz.K, dkk, 2015).

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya yaitu:
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk,
nyeri dada dengan demam seperti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). 2.
Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS terlihat tanda dan gejala seperti hilangnya
nafsu makan, mual dan muntah, serta penyakit jamur dirongga mulut dan
kerongkongan, serta mengalami diare yang kronik. 3. Berat badan tubuh. Penderita
merasakan hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan
tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energi
didalam tubuh seperti yang disebut sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan di sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea
kronik, keadaan letih dan lemah kurang bertenaga. 4. Sistem Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan,
sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota
gerak melambat. 17 5. Sistem Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami
serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. 6. Saluran kemih
dan Reproduksi pada wanita. Penderita sering mengalami penyakit jamur di vagina,ini
sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita
penyakit cacar.

Lainnya ialah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga
(tulang) pelvic disebut sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami
masa haid yang tidak teratur (abnormal) (Buchacz.K, dkk, 2015). 2.2.3 Patogenesis
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh manusia
diawali dari interaksi glikoprotein (gp120) pada selubung HIV berikatan dengan reseptor
spesifik CD4 yang terdapat pada permukaan sel target. Limfosit CD4+ merupakan target
utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul molekul gp120
dari selubung virus. Limfosit CD4+ berfungsi mengoordinasikan sejumlah fungsi
immunologis yang penting.

Hilangnya fungsi tersebut dapat menyebabkan gangguan respon imun yang progresif
(Zetola. NM, Klausner. JD, 2017). Setelah masuk ke dalam sel target, virus HIV
melepaskan single strain RNA (ssRNA). Enzim reverse trancriptase akan menggunakan
RNA sebagai template untuk mensintesis DNA. Kemudian RNA dipindahkan oleh 18
ribononuklease dan enzim reverse trancriptase untuk mensintesis DNA lagi sehingga
menjadi double strand DNA yang disebut provirus. Provirus masuk ke dalam nukleus,
menyatu dengan kromosom sel host dengan perantara enzim integrase (Drabick. JJ, dkk,
2016).

Penggabungan ini menyebabkan provirus menjadi tidak aktif untuk melakukan


transkripsi dan translasi, biasa disebut juga sebagai keadaan laten. Agar provirus aktif
dari keadaan laten diperlukan proses aktivasi dari sel host. Bila sel host ini teraktivasi
oleh induktor seperti antigen, sitokin, atau faktor lain maka sel akan memicu nuclear
factor sehingga adi tif beran da Ter ats) d menginduksi terjadinya replikasi DNA. Enzim
polimerase mentranskip DNA menjadi RNA yang secara struktur berfungsi sebagai RNA
genomik dan RNA. RNA keluar dari nukleus kemudian mRNA mengalami translasi
menghasilkan polipeptida sehingga menjadi inti virus baru (Dougan.S, dkk, 2018).

Inti akan membentuk tonjolan pada permukaan sel dan kemudian polipeptida
mengalami deferensiasi fungsi yang dikatalisasi oleh enzim protese menjadi protein dan
enzim yang fungsional. Inti virus baru dilengkapi dengan bahan selubung yaitu
kolesterol dan glikolipid dari permukaan sel host guna membentuk envelope. Dengan
demikian akhirnya terbentuk virus baru yang lengkap dan matur dan keluar dari sel
target untuk menyerang sel target berikutnya. Dalam satu hari replikasi HIV dapat
menghasilkan virus baru mencapai 10 miliar (Horberg. MA, dkk, 2018).

Semua mekanisme tersebut menyebabkan penurunan sistem imun sehingga pertahanan


individu terhadap mikroorganisme patogen menjadi lemah dan 19 meningkatkan risiko
terjadinya infeksi sekuder sehingga masuk ke dalam stadium AIDS (Causy.D, dkk, 2019).
2.2.4 Epidemiologi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Secara global pada tahun 2019
orang yang hidup dengan HIV sekitar 38,0 juta meningkat 24% dari tahun 2010, dimana
19,2 juta adalah wanita dan 17,0 juta adalah laki, sementara kasus HIV pada anak umur
< 15 tahun yang hidup dengan HIV sekitar 1,8 juta. Secara geografis kebanyakan kasus
HIV berada di wilayah Amerika 3,7 juta, Eropa 2,6 juta, Afrika 2,5 juta, Pasifik barat 1,9
juta dan Mediterania Timur 420.000 (WHO, global HIV, Hepatitis, dan STI programmes,
2020). Indonesia kasus HIV positif dilaporkan dari tahun ketahun cenderung meningkat,
tahun 2018 jumlah orang hidup dengan HIV sebanyak 46.659 orang, sedangkan tahun
2019 jumlah orang hidup dengan HIV sebanyak 50.282 orang. Kasus HIV menurut jenis
kelamin di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 65% laki-laki dan 35% wanita
(Kemenkes RI, Profil kesehatan Indonesia tahun 2019, 2020 ).

Provinsi Riau jumlah penderita HIV pada tahun 2019 meningkat dua kali lipat dari tahun
2018 sebanyak 268 kasus menjadi 533 kasus. Kasus HIV positif menurut jenis kelamin di
Provinsi Riau tahun 2019 adalah 74,1% kasus HIV pada laki-laki dan 25,9% pada wanita
(Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2019). Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten
Bengkalis tahun 2020 jumlah penderita HIV yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
kabupaten Bengkalis sebanyak 70 orang di mana 57 % adalah laki-laki dan 43 % wanita
(Dinkes kab. Bengkalis tahun 2020). 20 2.2.5

Etiologi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Agen etiologik AIDS (Aquired


Immunodeficiency Syndrome) adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang
termasuk family retrovirus manusia dan subfamili lentivirus. Virus HIV adalah golongan
retrovirus menggunakan enzim reverse transcriptase, protease dan integrase untuk
menuliskan RNA virus ke dalam DNA yang dimasukkan ke dalam genom host. Gambar 1
menunjukkan struktur dari virus HIV. Bagian paling luar merupakan lapisan membran
fosfolipid dan terdapat molekul permukaan glikoprotein gp120 dan gp 41 yang
berperan penting dalam fusi virus HIV ke sel target. Gambar 2.2

Struktur Virus HIV Ada dua tipe virus HIV penyebabkan penyakit pada manusia yaitu
HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 yaitu penyebab yang paling umum di seluruh dunia (Guindo,
dkk, 2017). HIV-1 memiliki 6 gen asesori tambahan yaitu tat, rev, nef, vif, vpu dan vpr.
HIV-2 tidak memiliki gen vpu dan sebaliknya memiliki gen vpx yang unik. Gen asesori ini
terlibat dalam replikasi virus dan memiliki peran pada progresivitas penyakit. Infeksi
HIV-1 terdistribusi di seluruh dunia dan 21 menunjukkan manifestasi klinis yang lebih
berat dibandingkan HIV-2 yang terditribusi di Afrika dan India dengan progresivitas
yang juga lebih lambat.

Bagaimana patogenesis HIV-2 menyebabkan penurunan CD4+ dan perkembangan


menjadi AIDS lebih lambat masih belum jelas. Namun, pada pasien dengan infeksi HIV-2
menunjukkan kadar RNA plasma yang lebih rendah. Perbedaan terapi juga ditemukan,
dimana HIV-2 secara instrinsik resisten terhadap NNRTI dan enfuvirtide, sehingga tidak
digunakan sebagai kombinasi pengobatan (Bobat R, Archary, 2017). 2.3 Koinfeksi TB-HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) dan tuberkulosis (TB) adalah penyebab kematian
global independen utama di antara pasien dengan penyakit menular. Pasien TB dengan
HIV positif dan ODHA dengan TB disebut sebagai pasien koinfeksi TB-HIV.

Koinfeksi TB-HIV pada pasien HIV merupakan infeksi opportunistik dimana adanya 2
infeksi yang terjadi secara bersamaan dengan agen kausa berbeda berupa bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan virus HIV yang dialami oleh pasien TB dengan HIV
positif maupun pasien HIV dengan TB (Spiritia, 2012). Koinfeksi Tuberkulosis pada
pasien HIV dan AIDS menjadi salah satu kendala besar dalam menanggulangi penyakit
tersebut. Infeksi Tuberkulosis merupakan hasil dari interaksi kompleks antara
lingkungan, host, dan patogen. Strategi komprehensif yang terfokus pada faktor risiko
utama TB sangat penting untuk mencapai target Stop TB Partnership. 22 2.3.1

Epidemiologi Menurut laporan WHO dalam Global Report Tuberculosis Control, pada
tahun 2016 kejadian TB-HIV diperkirakan terdapat 1.03 juta kasus baru TB pada pasien
HIV atau 14/100.000 penduduk dunia dan jumlah kematian akibat TB pada pasien HIV
positif mencapai 374.000 atau 5/100.000 penduduk dan TB menyumbang 36% dari
kematian terkait AIDS, kasus baru koinfeksi TB pada pasien HIV dan AIDS di wilayah Asia
Tenggara tahun 2016 mencapai 16 % (WHO,2017). Kasus koinfeksi TB-HIV di Indonesia
terjadi sebanyak 45 ribu kasus baru atau 17/100.000 penduduk Indonesia dan 24% -
45% kasus TB pada infeksi HIV asimptomatik serta 70% pada pasien dengan AIDS.

Menurut Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI jumlah kasus
HIV dan AIDS secara nasional sampai dengan maret 2017 mencapai 330.102 kasus dan
40% terinfeksi Tuberkulosi. Sedangkan kasus TB-HIV di Provinsi Riau sebanyak 9.678
kasus (Profi kesehatan provinsi Riau, 2019). Koinfeksi TB HIV telah menjadi ancaman
kesehatan bagi umat manusia, yang apabila tidak ditangani secara serius akan
menyebabkan keduanya tidak dapat lagi dikendalikan. Pandemi HIV dan AIDS di dunia
menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian
TB secara signifikan. Tuberkulosis dapat terjadi kapanpun saat perjalanan infeksi HIV.

Risiko berkembangnya TB meningkat secara tajam seiring dengan semakin


memburuknya sistem kekebalan tubuh. Dibandingkan dengan orang yang tidak
terinfeksi HIV maka orang yang terinfeksi HIV berisiko 10 kali lebih besar untuk
mendapatkan TB. TB juga terbukti mempercepat perjalanan infeksi HIV. 23 2.3.2
Patofisiologi Tuberkulosis menyebar dari orang ke orang melalui udara. Paru merupakan
lokasi pertama yang terinfeksi. Selanjutnya berkembang menjadi suatu lesi kecil
subpleura yang disebut fokus Ghon. Infeksi berkembang melalui kelenjar limfe hilus dan
mediastinum untuk membentuk kompleks primer, kelenjar ini dapat membesar akibat
reaksi granulatomasota inflamasi.

Pada saat yang sama, efusi pleura sering berkembang di tempat terjadinya infeksi awal
setelah inhalasi droplet (Padmapriyadarsini, 2011). Mycobacterium tuberculosis yang
menginfeksi pasien HIV ditandai oleh jaringan granulomatosa nekrotik sebagai respon
terhadap organisme. Lipid dan karbohidrat dinding sel Mycobacterium tuberculosis
akan meningkatkan virulensi dengan cara fusi fagososomal. Hipersensitifitas lambat
terhadap basilus tuberkel akan berkembang dalam 2 hingga 4 minggu seteah infeksi
awal, namun pada pasien HIV basilus tuberkel akan berkembang lebih cepat.

Dalam hal ini, infeksi oportunistik tuberkulosis pada pasien HIV terjadi karena
penurunan imunitas seluler tubuh. Penularan tuberkulosis paru terjadi setelah kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet. Manifestasi TB pada pasien HIV
merupakan interaksi antara respon inflamasi agen (M. tuberculosis) dan host. Perubahan
pada respon imun akan menyebabkan pasien HIV menderita penyakit penyerta akibat
penurunan imunitas, pasien HIV dengan kadar hitung CD4 > 350 sel/mm3.

TB merupakan penyakit dengan kavitas terbuka pada lobus atas yang mengalami
reaktivasi akibat imunosupresi yang ditimbukan, sehingga TB-HIV maupun ekstra paru
menjadi 24 sangat progresif (Muttaqin, 2008). Infeksi TB diketahui akan mempercepat
progresivitas infeksi HIV karena akan meningkatkan replikasi HIV. Semakin
meningkatnya immunosupresi yang dihubungkan dengan HIV maka gambaran klinis TB
akan berubah, jumlah sputum BTA dengan hasil negatif dan kasus TB ekstra paru juga
meningkat.

Kelompok yang terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko menderita TB 10% pertahun,
sedangkan kelompok yang tidak terinfeksi HIV hanya memiliki risiko tertular 70%
seumur hidupnya (Lisiana dkk.,2011). 2.4 Leukosit (Sel Darah Putih) 2.4.1 Definisi
Leukosit Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti dan disebut sebagai sel darah
putih. Leukosit atau sel darah putih merupakan salah satu bagian dari susunan sel darah
manusia yang memiliki peranan utama dalam hal sistem imunitas atau membunuh
kuman dan bibit penyakit yang ikut masuk ke dalam aliran darah manusia..

Di dalam darah manusia normal jumlah leukosit rata- rata 4.000-11.000 setiap mikroliter
darah. Dilihat dengan mikroskop cahaya, sel darah putih mempunyai granula spesifik
(granulose) yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, mempunyai
bentuk inti yang bervariasi dan sitoplasmanya homogen. Leukosit dibagi menjadi lima
jenis tipe berdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan
monosit. Masing-masing jenis sel darah putih ini memiliki ciri khas dan fungsi yang
berbeda (Abbes dkk, 2012).

25 Leukosit atau sel darah putih memiliki ciri khas sel yang berbeda-beda, secara umum
memiliki ukuran yang lebih besar dari eritrosit, tidak berwarna dan dapat melakukan
pergerakan dengan adanya kaki semu (pseudopodia) dengan masa hidup 13-20 hari.
Jumlah leukosit paling sedikit dalam tubuh, sekitar 4.000- 11.000 / mm3. Leukosit
merupakan sel yang berperan dalam pertahanan tubuh. Hitung jumlah leukosit adalah
pemeriksaan untuk menentukan adanya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) atau
penurunan jumlah leukosit (leukopenia) yang menjadi suatu tanda adanya infeksi atau
melihat proses perjalanan penyakit serta pengaruh pengobatan (Nugraha G, 2015). 2.4.2
Patogenesis Leukosit adalah salah satu komponen darah yang berperan dalam
memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolic toksin.
Leukosit memiliki peran penting dalam sistem daya tahan tubuh manusia.

Jumlah leukosit yang terlalu tinggi dalam darah disebut dengan leukositosis, sedangkan
jika jumlah terlalu rendah disebut dengan leukopenia. Leukositosis terjadi karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus di dalam tubuh. Leukopenia dapat
terjadi karena beberapa hal seperti defisiensi imun, kerusakan hati atau kerusakan limpa
(Vieira, 2011). Pada penderita TB leukositosis terjadi ketika mycobacterium tuberculosis
menginfeksi tubuh, hal ini biasanya terjadi peradangan di paru-paru atau inflamasi
sehingga kekebalan seluler terpacu.

Dua puluh persen dari total jumlah leukosit manusia merupakan limfosit yang
bertanggung jawab terhadap kontrol sistem imun adaptif. Limfosit berdasarkan fungsi
dan penanda permukaannya dibedakan 26 menjadi dua kelas, yaitu limfosit B yang
berperan dalam imunitas humoral, dan limfosit T yang berperan dalam imunitas selular (
Larosa DF dan Orange JS, 2018). Respon imun alami terhadap bakteri intraseluler adalah
fagositisis, namun karena bakteri intraselular relatif resisten terhadap degradasi dalam
makrofag, menyebabkan tidak efektifnya respons imun alami sehingga menjadi kronik.
Bakteri yang masuk ke paru akan di fagosit oleh makrofag kemudian dihancurkan.
Epitop dari hasil penghancuran bakteri tersebut akan berikatan dengan protein pada
membran makrofag yaitu MHC kelas I dan II untuk di presentasikan ke sel limfosit T,
kemudian terjadi aktifasi dan proliferasi limfosit T. Respon imun utama terdapat bakteri
intraselular yaitu cell mediated immunity (CMI).

Mekanisme imunitas ini diperankan oleh sel limfosit T tetapi fungsi efektornya untuk
eliminasi bakteri diperankan oleh makrofag yang di aktifasi oleh sitokin yang di produksi
oleh sel T. Sedangkan pada penderita HIV, Virus HIV menyerang salah satu jenis sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi terutama limfosit yang memiliki CD4.
Berkurangnya CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel darah putih
atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia yang disebut juga leukositopenia. CD4+ merupakan reseptor utama untuk HIV.

Dalam folikel limfoid, virus berbentuk kompleks imun yang diikat sel dentritik, destruksi
sel CD4+ terjadi dalam kelenjar limfoid akan menyebabkan jumlah CD4+ dalam sirkulasi
menurun. Pada pasien HIV salah satu gejala klinis yang dapat ditemukan yaitu
menurunnya jumlah sel CD4+ dengan sel T sitotoksin menurun, sedangkan P24
meningkat. Perjalanan penyakit ini ditandai 27 oleh beberapa fase dengan defisiensi
imun produk akhirnya. Aktifasi poliklonal Sel B akan menyebabkan
hipergamaglobulinemia, antibodi yang menetralkan antigen gp120 diproduksi tetapi
tidak akan mencegah mutasi virus yang tinggi dan terjadi abnormal fungsi Sel B, adanya
hipergamaglobulinemia dan jumlah sel B yang memproduksi antibodi meningkat
(Widodo W, 2017).

Leukositopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang memproduksi
sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri,
virus dan agen agen lain yang masuk mengenai jaringan yang memungkinkan tubuh
dengan mudah terserang penyakit. Jumlah leukosit pada seseorang tergantung pada
penyakit infeksi yang di derita karena leukosit bertugas melawan agen infeksi yang
berupa bakteri, virus, parasit dan lain lain, salah satu bakteri yang menyerang pasien HIV
adalah tuberkulosis.

Pemeriksaan jumlah leukosit bukan pemeriksaan yang sensitif maupun spesifik untuk
diagnosa tuberculosis, namun pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai penunjang
pemeriksaan penyakit tuberkulosis, karena ketika Mycobacterium tuberkulosis mulai
menginfeksi maka jumlah leukosit akan meningkat ini menandakan bahwa didalam
tubuh terdapat infeksi (Varaine F & Rich ML. 2014). Berdasarkan penelitian Dicky Y W
dkk (2019) setelah dilakukan perhitungan jumlah leukosit terhadap 43 sampel didapat
hasil jumlah leukosit penderita TB yang mengalami peningkatan jumlah leukosit
(leukositosis) sebanyak 23 orang (53,4%) sedangkan yang normal 10 orang (23,3%) dan
yang mengalami leukositopenia sebanyak 10 orang (23,3%) didapatkan sedikit
peningkatan jumlah sel leukosit, berbanding terbalik dengan penelitian Triyas Nurhayati
(2016) dari 25 sampel yang diperiksa jumlah leukosit 28 didapat hasil 21 orang (84%)
normal dan 4 orang (16%) lekopenia dan tidak terjadi leukositosis, jumlah sel leukosit
tetap normal pada penderita tuberkulosis paru ini menunjukan bahwa sistem imun pada
sipenderita sangat bagus dan hal ini terjadi kemungkinan penderita Tuberkulosis paru
mendapatkan nutrisi yang baik sehingga mampu melawan kuman ataupun bakteri yang
masuk kedalam jaringan tubuh sipenderita.

Dengan demikian tidak semua penderita tuberkulosis paru mengalami leukositosis,


tetapi ada juga yang menunjukan jumlah sel leukositnya tetap normal. Sedang kan
untuk jumlah leukosit pada penderita HIV berdasarkan penelitian Cliff Clarence Haliman
dkk (2019) rata- rata nilai leukosit pada penderita HIV dalam batas normal hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afiah dkk yang menemukan
nilai leukosit umumnya normal. 2.4.3

Jumlah Leukosit Pada Pasien Tuberkulosis Leukosit adalah sel darah putih yang
diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh,
leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka
bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak
secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup.

Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka
sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang
ada pada sumsum tulang (Hoffbrand A. 2012). 29 Jumlah leukosit dapat meningkat yang
biasa disebut leukositosis, sebaliknya dapat menurun disebut leukopenia. Jumlah
leukosit dapat naik dan turun sesuai dengan keadaan. Dalam tubuh terjadi infeksi,
biasanya jumlah sel ini meningkat, jika tubuh mengalami gangguan dalam
memproduksi leukosit, hal ini menyebabkan tubuh kita mudah diserang penyakit.

Peranan lekosit dalam tubuh sebagai pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asing. Penurunan lekosit/lekopeni efek tuberkulosis yang disebabkan
oleh obat rifampisin. Nilai normal jumlah leukosit rata-rata 4000-10.000 sel/mm3, bila
jumlahnya lebih dari 10.000 sel/mm3, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari
4000 sel/mm3 disebut leukopenia (Hoffbrand A, 2012). 2.4.4 Jumlah Leukosit Pada
Pasien HIV Virus HIV Menyerang Sel darah putih yaitu Limfosit T sehingga terjadi
penurunan Limfosit T dalam sirkulasi darah, dalam folikel limfoid, virus terkonsentrasi
dalam bentuk kompleks imun yang diikat sel dentritik, destruksi sel CD4+ berjalan terus
dalam kelenjar limfoid. Akhirnya jumlah CD4+ dalam sirkulasi menurun.Dengan
menurunnya jumlah sel CD4+, penderita menunjukkan gejala klinis antibody HIV spesifik
dengan sel T sitotoksin menurun, sedang P24 meningkat.

Antibodi adalah protein yang dibuat oleh system kekebalan tubuh ketika benda asing
masuk kedalam tubuh (Murni dkk, 2016). 2.4.5 Jumlah Leukosit Pada Pasien TB-HIV
Ketika HIV berkembang maka jumlah dan fungsi limfosit-T CD4 menurun. Sel-sel ini
mempunyai peran yang penting untuk melawan kuman TB. Dengan demikian, sistem
kekebalan tubuh menjadi kurang mampu untuk mencegah 30 perkembangan dan
penyebaran lokal kuman ini. TB ekstra paru dan diseminata (meluas) menjadi lebih lazim
ditemukan. TB ekstra paru yang paling sering ditemukan adalah efusi pleura,
limpadenopati, penyakit perikardium, milier, meningitis, TB diseminata dengan
mikobakteriemia.

Banyaknya kematian pada pasien HIV positif dengan TB Paru BTA negatif mungkin
berhubungan dengan beberapa faktor, terutama penurunan imunitas terkait rendahnya
CD4 (Kantipong. P, dkk, 2017) TB adalah infeksi oportunistik terbanyak pada ODHA.
Infeksi HIV ini mengakibatkan penurunan imunitas tubuh yang progresif, sehingga
infeksi TB laten akan cenderung berkembang menjadi TB aktif dan penyebaran kuman
TB yang meluas, sehingga tidak mampu dicegah oleh sistem imunitas tubuh. TB
ekstraparu dan diseminata (meluas) menjadi lebih lazim terjadi serta membuat
prognosis menjadi lebih buruk (Kabali. C, dkk, 2016). 2.4.6

Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Leukosit Metode pemeriksaan hitung jumlah leukosit


dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Metode manual (Kamar Hitung) Prinsip pemeriksaan
: Darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung.
Jumlah leukosit dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi
jumlah leukosit per µl darah dapat di perhitungkan. Cara manual lebih menghemat
biaya. Namun memerlukan sampel yang banyak, waktu yang lama dan kesalahan yang
lebih besar baik dari 31 perhitungan maupun pemeriksaan hasil dari variabel-variabel
tersebut dimana metode manual kurang akurat. 2.

Metode Otomatik (Hematology Analyzer) Prinsip pemeriksaan : berdasarkan spesifikasi


ukuran sel yang melewati filter dengan memakai listrik untuk sekali pembacaan bisa
diperiksa sekaligus beberapa parameter seperti hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, eritrosit, Mean Corpuscular Volume, Mean Corpuscular Hemoglobin, Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration dan hitung jenis leukosit. Kebanyakan
laboratorium sekarang menggunakan metode otomatik untuk menghitung jumlah
darah lengkap. Keuntungan utama sistem automatik ini adalah pencetakan hasil secara
otomatis, waktu yang digunakan lebih singkat dan lebih akurat. 32 2.5

Kerangka Teori Infeksi Tuberkuosis Infeksi HIV Infeksi TB-HIV Obat-obatan ; OAT
Gangguan pada sumsum tulang Leukosit Penyakit sistemik dan infeksi Leukositosis
Leukopenia 2.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha = Adanya
perbandingan jumlah leukosit pasien TB Paru, HIV dan TB-HIV. 33 BAB III METODE
PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah penelitian Observasional dengan desain penelitian pendekatan
cross sectional yaitu dengan melihat kedua variabel bersamaan antara jumlah leukosit
penderita TB paru, HIV dan TB-HIV. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan
pengambilan sampel dilaksanakan di laboratorium RSUD Bengkalis. Waktu Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni 2021 – Februari 2022 di UPT Puskesmas Sungai Pakning.
3.3

Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien
TB paru, HIV dan TB- HIV di RSUD Bengkalis. 3.3.2 Sampel Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru, HIV dan TB-HIV yang memenuhi
kriteria inkulis dan ekslusi sebanyak 36 sampel akan diambil di RSUD Bengkalis. 3.3.3
Besar Sampel Sesuai dengan tujuan peneliti ingin meneliti perbandingan jumlah leukosit
pada penderita TB paru, HIV dan TB-HIV, besar sampel dalam penelitian ini 34
didapatkan dengan menggunakan teknik total sampling dimana seluruh anggota
populasi digunakan sebagai sampel yang diambil dalam masa periode penelitian. 3.4
Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Responden yang bersedia melakukan
pemeriksaan TB Paru, HIV dan TB- HIV 2. Hasil Pasien TB paru positif mikroskopis 3.

Hasil Pasien HIV positif rapid test 4. Hasil Pasien TB-HIV positif mikroskopis TB dan
positif rapid test HIV 5. Pasien TB paru, HIV dan TB-HIV yang belum mendapatkan terapi
pengobatan 3.4.2 Kriteria Eksklusi 1. Pasien sifilis dengan penyakit penyerta lain. 2.
Pasien yang mendapat kemoterapi 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu semua
sampel yang masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel.

Darah diambil sebanyak 2 ml dari pasien yang datang ke laboratorium Patologi Klinik
RSUD Bengkalis kemudian darah dimasukkan kedalam tabung vacutainer berwarna
ungu yang mengandung antikoagulan EDTA lalu homogenkan darah dengan cara di
bolak balik 10-12 kali dan darah siap diperiksa. Data hematologi pada satu pasien dapat
diambil kembali dalam rentang pemeriksaan minimal 6 bulan, kemudian dilakukan
pengolahan dan analisis data. 35 3.6 Bahan dan Alat Penelitian 3.6.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu handscoon, masker, kapas alkohol,
spuit 3 cc, darah Vena (sampel), tabung EDTA, pena. 3.6.2
Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hematology analyzer,
komputer, pena, tourniquet. 3.7 Variabel Penelitian 3.7.1 Variabel independen Variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel
dependen.Variabel independen dalam penelitian ini adalah penderita TB paru, HIV dan
TB-HIV. 3.7.2 Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah jumlah leukosit. 36 3.8 Definisi Operasional Tabel 3.1

Defenisi Operasional No Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1. Responden yang memiliki penyakit TB paru dengan gejala batuk > 1 minggu, demam,
keringat malam, Responden yang menderita TB Paru dapat terdiagnosa dengan
pemeriksaan sputum. Mikroskopis Mikroskop Ordinal Positif/Negatif 2. 3. Responden
yang memiliki penyakit HIV, dapat didiagnosa dengan pemeriksaan HIV test antibodi.

Responden yang memiliki penyakit TB-HIV, dapat didiagnosa dengan pemeriksaan


sputum dan HIV test antibodi Immunokrom atografi Mikroskopis Immunokrom atografi
Rapid Test Mikroskop dan Rapid Test Ordinal Ordinal Reaktif/ Non reaktif Positi/ Negatif
Reaktif/ Non reaktif 3. Leukosit yang diperiksa diambil dari darah penderita TB Paru dan
HIV, dapat diperiksa dengan menggunakan hematology Analyzer. Electronic impedance
(focused flow impedance) Hematology Analyzer (Swelab Alfa) Rasio Sel/ mm 3.9
Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data 3.9.1 Pengumpulan Data Peneliti
melakukan evaluasi data rekam medis penderita TB paru, HIV dan TB-HIV yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Data hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada pasien TB Paru, HIV dan TB-HIV yang
terkumpul diolah 37 dan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara
statistik menggunakan uji One Way Anova dengan SPSS 15. Pengumpulan data
dilakukan di laboratorium RSUD Bengkalis. Jenis dan cara pengumpulan data Jenis data
yang di kumpul dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder Data primer
Pengumpulan data jumlah leukosit dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh
seorang tenaga analis, yang diperoleh melalui pengambilan darah vena pasien TB Paru,
HIV dan TB-HIV. Untuk mengetahui Jumlah leukosit digunakan alat hematology analyzer
(Swelab Alfa) yang dilakukan di laboratorium RSUD Bengkalis.

Data sekunder Data sekunder meliputi gambaran data umur dan jenis kelamin, serta
penyakit yang merupakan kriteria inklusi dan jumlah pasien TB Paru, HIV dan TB-HIV.
3.9.2 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah data responden terkumpul
semua dengan melihat hasil pemeriksaan jumlah leukosit dalam darah dan
dibandingkan dengan nilai ambang batas 4000 - 11.000/mm³ darah. 3.9.3 Analisa data
Hasil uji statistik hipotesis dinyatakan bermakna bila didapat ? = < 0,05.

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengolah data dari hasil data 38
yang terkumpul yaitu jumlah leukosit pada pasien TB Paru, HIV dan TB-HIV, kemudian
dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan rumus Shapiro wilk karena sampel
< 50 sampel, sampel berdistribusi normal karena p.value > 0.05. Dilanjutkan dengan uji
One Way Anova. a. Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel pasien TB Paru, HIV dan TB-HIV pada variabel
independen dan jumlah leukosit pada variabel dependen.

Data tersebut akan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. b. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya
perbandingan jumlah leukosit pada pasien TB Paru, HIV dan TB-HIV. Suatu uji dikatakan
bermakna apabila hipotesa ? = < 0,05. Sebelum dilakukan uji pada beberapa variabel
maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan shapiro Wilk karena sampel
< 50. Data berdistribusi normal maka dilakukan uji One Way Anova. 3.10 Prosedur
Penelitian 3.10.1

Persiapan Pemeriksaan Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan
sebagai sampel, jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 36 orang dari
penderita TB, HIV dan TB-HIV dicatat (nama, umur, jenis kelamin), kemudian dilakukan
pengambilan sampel darah vena pasien dengan menggunakan spuit sebanyak 2 ml
kemudian dimasukan kedalam tabung vacutiner warna ungu, lalu 39 homogenkan darah
dengan membolak balik tabung sebanyak 10-12 kali, sampel siap diperiksa. 3.10.2
Pemeriksaan Jumlah Leukosit Sebelum pemeriksaan dimulai pastikan memakai APD
(Alat Pelindung Diri) yang lengkap, siapkan alat dan bahan yang digunakan pada
pemeriksaan sampel, jumlah leukosit diukur menggunakan alat Hematology Analyzer
Swelab Alfa dengan metoda Elektronic Impedance. 3.11 Kerangka Operasional
Penelitian Gambar 3.2 Alur Penelitian Pasien TB-HIV TB Sampel Whole Blood Leukosit TB
Analisis Statistik HIV Leukosit TB-HIV Leukosit HIV 40 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil
Penelitian 4.1.1

Karakteristik Umum Responden Telah dilakukan penelitian observasional dengan desain


Cross Sectional pada penderita TB paru, HIV dan TB-HIV di RSUD Bengkalis. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
ekslusi dilakukannya pemeriksaan jumlah leukosit dalam darah. Penelitian dilapangan
dilakukan dari bulan Juni 2021 sampai dengan Februari 2022. Karakteristik responden
secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1

Karakteristik Umum Responden Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Pada Penderita TB
Paru, HIV Dan TB-HIV Karakteristik TB HIV TB-HIV TOTAL Umur F % F % F % F % Remaja
( 12-25 thn) 0 0 1 9,1 1 12,5 2 6,0 Dewasa ( 26-45 thn) 10 58,8 8 72,7 4 50,0 22 61,1
Lansia ( 46-65 thn) 7 41,2 2 18,2 3 37,5 12 33,3 N 17 100 11 100 8 100 36 100 Jenis
Kelamin F % F % F % F % Laki-laki 12 70,6 6 54,5 8 100 26 72,2 Perempuan 5 29,4 5 45,5
0 0 10 27,8 N 17 100 11 100 8 100 36 100 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
dari 36 sampel penelitian berdasarkan dari umur diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden pada umur dewasa (26-45 tahun) sebanyak 22 orang (61,1%).

Berdasarkan dari jenis kelamin sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu dengan
frekuensi 26 orang dengan persennya 72,2%. 41 4.1.2 Distribusi Frekuensi Rerata Jumlah
Leukosit Pada Penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Rerata
Jumlah Leukosit Pada Penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV Berdasarkan tabel 4.2
menunjukan bahwa sampel yang dianalisa diperoleh hasil rerata jumlah leukosit pada
penderita TB Paru adalah 11341,71±3250,566, Rerata jumlah leukosit pada penderita
HIV adalah 5709,09±2728,903. Rerata jumlah leukosit pada penderita TB-HIV adalah
3427,50±1111,328.

Dimana nilai terendahnya 2250/mm³darah terdapat pada penderita TB-HIV dan nilai
tertingginya 15300/mm³darah terdapat pada penderita TB Paru. Perbandingan jumlah
leukosit berdasarkan nilai rata-ratanya dimana didapat jumlah leukosit pada penderita
TB lebih tinggi dari penderita HIV dan TB-HIV. Sedangkan berdasarkan nilai maksimum
dan minimun nya penderita TB yang memiliki hasil paling tinggi, sedang kan hasil yang
paling rendah adalah penderita TB-HIV. 4.1.3

Perbandingan Jumlah Leukosit Pada Penderita TB Paru, HIV Dan TB- HIV Sebelum
melihat perbandingan antara kedua variabel, terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap distribusi data jumlah leukosit dengan menggunakan uji Normalitas Shapiro
Wilk. Secara statistik didapatkan data PENDERITA Jumlah Leukosit Mean± SD MIN
MAKS TB 11341,71 ±3250,566 5400/mm³darah 15300/mm³darah HIV 5709,09
±2728,903 2450/mm³darah 11400/mm³darah TB-HIV 3427,50 ±1111,328 225/mm³darah
5250/mm³darah 42 terdistribusi normal karena 0,05. Dimana data jumlah leukosit
penderita TB Paru 0,055, penderita HIV 0,265 dan TB-HIV 0,250. Karena data terdistribusi
normal maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Tabel 4.3

Perbandingan Jumlah Leukosit Pada Penderita TB Paru, HIV Dan TB-HIV Jumlah Leukosit
Mean± SD Homogeneity Levene test P Value TB Paaru 11314,71± 3250,566 0,245 ,001
HIV 5709,09±2728,903 TB-HIV 3427,50±1111,328 Berdesarkan tabel 4.3 Rata-rata
jumlah leukosit penderita TB Paru 11314,71, HIV sebanyak 5709,09 dan TB-HIV 3427,50,
dan jumlah rata-rata tertinggi adalah penderita TB Paru. Pada penderita TB paru
leukositosis terjadi ketika mycobacterium tuberculosis menginfeksi tubuh, hal ini
biasanya terjadi peradangan di paru-paru atau inflamasi sehingga kekebalan seluler
terpacu.

Pada penderita TB-HIV, Infeksi HIV ini mengakibatkan penurunan imunitas tubuh yang
progresif, sehingga infeksi TB laten akan cenderung berkembang menjadi TB aktif dan
penyebaran kuman TB yang meluas, sehingga tidak mampu dicegah oleh sistem
imunitas tubuh sehinga terjadi Leukositopenia. Leukositopenia adalah kondisi klinis
yang terjadi bila sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga
tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri, virus dan agen - agen lain yang masuk
mengenai jaringan yang memungkinkan tubuh dengan mudah terserang penyakit.

Jumlah leukosit pada seseorang tergantung pada penyakit infeksi yang di derita karena
leukosit bertugas melawan agen infeksi yang berupa bakteri, virus, parasit dan lain lain,
salah satu bakteri yang menyerang pasien HIV adalah tuberkulosis. Hasil uji
homogeneity dengan 43 signifikansi 0,245 > 0,05 dan pada uji anova didapat nilai
signifikansi p= 0,000 < 0,05. Karena adanya perbedaan yang signifikan pada ketiga
penderita tersebut selanjutnya dilakukan pengujian Pos Hoc Multiple Comparison. Tabel
4.4

Pos Hoc Multiple Comparison PENYAKIT PENYAKIT P Value Tb hiv ,000 tb-hiv ,000 Hiv tb
,000 tb-hiv ,255 tb-hiv tb ,000 hiv ,255 Dari tabel diatas didapat nilai p value diketahui
bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata jumlah leukosit penderita TB Paru dengan HIV
dan TB Paru dengan TB-HIV, hal ini diketahui dari nilai p-value yang diperoleh p= 0,000
< 0,05. Tetapi pada penderita HIV dengan TB-HIV tidak ada perbedaan yang signifikan
karena nilai p-value diperoleh sebesar p= 0,255 > 0,05. 49 BAB IV PEMBAHASAN 5.1
Pembahasan 5.1.1

Karakteristik Umum Responden Berdasarkan Umur, Jenis kelamin pada penderita TB


Paru, HIV dan TB-HIV Pada penelitian ini dari 36 sampel dapat dianalisa, rata-rata umur
penderita TB paru, HIV dan TB-HIV berada pada rentang umur dewasa (26-45 tahun)
sebanyak 22 orang (61,1%), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widiyanti
dkk (2016) dimana didapat kelompok umur 15-35 tahun merupakan kelompok umur
terbanyak yaitu sebanyak 87,5% dari total 67 sampel. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang lakukan oleh Aulia hanif dkk (2020), dimana didapatkan kelompok umur
20-40 tahun terbanyak yaitu 25 orang (41,7%) dari total 60 sampel.

Selain itu menurut WHO usia < 45 tahun merupakan usia terbanyak yang menderita
tuberkulosis di Indonesia, diperkirakan karena penyebab usia produktif dan mobilitas
yang tinggi sehingga risiko tertularpun tinggi (Widiyanti dkk, 2016). Untuk jenis kelamin
sebagian besarnya 26 orang (72,2%) laki-laki, dibandingkan perempuan yaitu 10 orang
(27,8%). Hasil ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh (Braulioet. al, 2008) yang
menyatakan jenis kelamin laki-laki 2,6 kali lebih beresiko dibandingkan perempuan
dengan persentase lebih banyak laki-laki (81%), tingginya kemungkinan bahwa laki-laki
lebih beresiko dibandingkan dengan perempuan dikarenakan gaya hidup yang kurang
baik seperti seks bebas, merokok, minum alkohol, kurang istirahat atau nutrisi yang
tidak terpenuhi. 50 Penelitian diatas berbeda dengan yang dilakukan oleh (Mokonnen
at.

Al, 2015) di Ethopia yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kejadian infeksi TB dan HIV. 5.1.2 Distribusi Frekuensi rerata
Jumlah Leukosit Pada Penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan terhadap 36 sampel penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV didapatkan hasil
penelitian dari distribusi frekuensi pada penderita TB Paru rerata 11314,71±3250,566
mengalami leukositosis. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dicky Y W et. al.

(2019) yang menyatakan jumlah leukosit penderita TB Paru yang mengalami


peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) sebanyak 40%, ini disebabkan karena adanya
infeksi pada tubuh penderita yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis
karena ketika Mycobacterium tuberkulosis mulai menginfeksi maka jumlah leukosit akan
meningkat (Varaine F & Rich ML. 2014). Penelitian diatas berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Triyas Nurhayati, 2016) dari 25 sampel yang diperiksa didapat
jumlah leukosit 84% normal dan 16% lekopenia dan tidak terjadi leukositosis, jumlah sel
leukosit tinggi pada penderita tuberkulosis ini menunjukan bahwa sistem imun pada si
penderita sangat bagus dan hal ini terjadi kemungkinan penderita TB paru
mendapatkan nutrisi yang baik sehingga mampu melawan kuman ataupun bakteri yang
masuk kedalam jaringan tubuh si penderita.

Sedangkan pada penderita HIV rerata jumlah leukosit 5709,09±2728,903 hasil dalam
batas normal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cliff Clarence Haliman et al (2019)
untuk jumlah leukosit pada 51 penderita HIV rata- rata nilai leukosit dalam batas
normal, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afiah dkk,
yang menemukan nilai leukosit umumnya normal pada penderita HIV, hasil ini bisa
terjadi karena penderita HIV berada dalam gizi yang baik, pendidikan dan mendapatkan
edukasi tentang penyakit HIV yang sudah baik, serta pengobatan yang baik.

Sedangkan pada penderita TB-HIV rerata jumlah leukosit 3427,50±1111,328 mengalami


leukopenia. Hal ini dapat terjadi karena penurunan produksi sel progenitor granulosit
dan pembentukkan unit koloni granulosit-monosit pada sumsum tulang belakang pada
pasien dengan infeksi HIV. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aulia Hanif dkk, (2020) yang menemukan leukopenia pada penderita TB-HIV sebanyak
100%.

Leukopenia pada penderita TB-HIV berhubungan dengan perkembangan penyakit HIV,


pengurangan absolut jumlah limfosit T CD4+ terjadi sebagai salah satu kelainan
imunologi paling awal infeksi HIV dan merupakan salah satu indikator penting dari
resiko berkembangnya infeksi oportunistik (Wan Mohamad et al, 2015) 5.1.3
Perbandingan Jumlah Leukosit Pada Penderita TB Paru, HIV Dan TB- HIV Berdasarkan
dari uji statistik One Way Anova didapat hasil p = 0,245 > 0,05 ini menunjukkan bahwa
penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV memiliki varians atau berasal dari populasi yang
sama.

Berdasarkan hasil Anova menunjukkan perbandingan jumlah leukosit penderita TB Paru,


HIV dan TB-HIV dapat dilihat dari hasil uji statistik p= 0,000 < 0,05., sedangkan dari hasil
rata-rata jumlah leukosit dari ketiga kelompok data ketahui bahwa ada perbedaan
signifikan rata- 52 rata jumlah leukosit penderita TB Paru dengan HIV dan TB Paru
dengan TB-HIV, hal ini diketahui dari nilai p-value yang diperoleh p = 0,000 < 0,05.
Tetapi pada penderita HIV dengan TB Paru tidak ada perbedaan yang signifikan karena
nilai p-value diperoleh sebesar 0,255 > 0,05.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia Hanif dkk (2020)
dari uji statistik T tidak berpasangan didapat nilai p= 0,001 (< 0,05) yang artinya
terdapat perbedaan signifikan antara rerata jumlah leukosit pada pasien TB Paru, HIV
dan TB-HIV. 53 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil
penelitian mengenai perbandingan jumlah leukosit pada penderita TB paru, HIV dan TB-
HIV di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.

Hasil pemeriksaan leukosit penderita TB Paru rendah 5400,/mm³darah dan tinggi


15300/mm³ darah. 2. Hasil pemeriksaan leukosit penderita HIV rendah
24500,/mm³darah dan tinggi 11400/mm³ darah. 3. Hasil pemeriksaan leukosit penderita
TB-HIV rendah 2250/mm³darah dan tinggi 5250/mm³ darah. 4. Terdapat perbandingan
signifikan jumlah leukosit pada penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV p=0,000 <0,05 6.2
Saran Saran untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian dengan sampel
yang lebih banyak dan melakukan analisis variabel lain yang dapat meningkatkan nilai
diagostik sehingga dapat memberi gambaran dan hasil yang lebih luas mengenai
perbandingan jumlah leukosit penderita TB Paru, HIV dan TB-HIV. 54 DAFTAR PUSTAKA
Bráulio, M..; André, J.M.; Roberto., d.J.N.; Thalles, B.G., and Cristiane, C.F., (2008).Factor
Related to HIV/Tubercuosis Coinfection in a Brazilian Reference Hospital.

Volume 4, hal 281-286. Kemenkes RI, (2016). Situasi dan analisis HIV AIDS. Jakarta:
Infodatin; 2016. Kemenkes RI, (2017). Laporan Perkembangan HIV-AIDS, Kementerian
Kesehatan Repubik Indonesia, Jakarta. Global report (2017). koinfeksi tb/hiv epidemic,
diakses oktober 2017 http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2017_data-
book Lisiana Novi A, A; Karsana R, Noviyani R, (2011). Studi Penggunaan Obat Anti
Tuberkulosis Pada Pasien TB-HIV/AIDS Di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2009,
Universitas Udayana Mekonnen, D; Derbie, A; and Desalgn, E., (2015).

TB/HIV co-infection and associated factors among patients on directly observed


treatment short course in Northeastern Ethiopia. Muttaqin, Arif (2008), Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.
Padmapriyadarsini et al, 2011, Diagnosis & Tretament Of Tubercuosis In HIV CoInfection
Patients, Volume 132, hal 850-865 Mandal B, K; Wilkins, G, L; Duniar, E, M; Mayon-White,
R, T, (2008). Penyakit Infeksi, Erlangga Medical Series, Jakarta. Bobat R, Archary. HIV
infection. Dalam: Green RJ, penyunting. Viral infections in children. Edisi pertama.
Switzerland: Springer; 2017. Nugraha G. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Dasar. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Buchacz K, Greenberg A, Onorato I, Janssen R. Syphilis epidemics and human


immunodeficiency virus (HIV) incidence among men who have sex with men in the
United States: implication for HIV prevention. Sex Transm Dis 2015; 32:S73-9, Caussy D,
Goedert JJ, Palefsky J, Gonzales J, Rabkin CS, Digioia RA, et al. Interaction of human
immunodeficiency and papilloma viruses: 55 association with anal epithelial abnormality
in homosexual men. Intl J Cancer 2019; 46:214-9. Cotton DJ. HIV and syphilis coinfection:
trends and interactions. AIDS Clinical Care 2018;15:1-18. Dhaliwal. S, Patel. M dan
Menter. A, et al.

Syphilis increases HIV viral load and decreases CD4 cell counts in HIVinfected patients
with new syphilis infections. AIDS 2017; 18(15): 2075-9. Dougan S, Evans BG, MacDonald
N, Goldberg DJ, Gill ON, Fenton K.A, et al. Review article: HIV in gay and bisexual men in
the United Kingdom: 25 years of public health surveillance. Epidemiol Inf 2018; 136:145-
56. Drabick JJ, Williams WJ, Tang DB, Sun W, Chung RC, and Military Medical
Consortium for Applied Retroviral Research. CD4 lymphocyte decline and survival in
human immunodeficiency virus infection. AIDS Res Hum Retroviruses 2016; 8:2039-48.
Guindo, Imam N, Lange N, Fiore T, Hoy J, Stein M, et al.

Decline of CD4 lymphocyte counts from the time of seroconversion in HIV-positive


women. Journal of Women's Health 2017; 1:231-5. Horberg MA, Ranatunga DK,
Quesenberry CP, Klein DB, Silverberg MJ. Syphilis epidemiology and clinical outcomes in
HIV-infected and HIVuninfected patients in Kaiser Permanente Northern California. Sex
Transm Dis 2018; 37:53-8. Murni, Narula T, Kamboj S, Martinez J, Engel L.S. Coinfection:
HIV and the great mimic syphilis. HIV Clin 2016; 22:7-10. Widodo, dan Lusida, 2017., et
al. The effect of early syphilis on CD4 counts and HIV-1 RNA viral loads in blood and
semen. Sex Transm Inf 2017. 380-5. Bañuls, A.-L. et al.

(ycobacm losis: ecoly and evolution a bacteriuJourof Microbiolog Microbiology Society,


64(11), pp. 1261 – 1269. doi: https://doi.org/10.1099/jmm. 0.000171. Caulfie ld, A W.
(2016)„Dive isease: From y molar chniques", nalof l Tuberculosis and Other
Mycobacterial Diseases, 4. doi: 10.1016/j.jctube.2016.05.005. Widodo, W., Irianto, A. and
Pram onH. „Kik fologi Mycobacterium tuberculosis yang Terpapar Obat Anti TB Isoniazid
56 (IN MorMajIlmiah i SFA Scientific Journal; Vol 33, No 3 (2016)DO -
10.20884/1.mib.2016.33.3.316.Available at:
https://journal.bio.unsoed.ac.id/index.php/biosfera/article/view/316.

Dicky Y W, Ahmad H R, Pemeriksaan Jumlah Sel Leukosit Pada Penderita Tuberkulosis


Paru Di Upt Kesehatan Paru Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Analis Laboratorium Medik. http://e- journal.sari-mutiara.ac.id E-ISSN : 2527-712X .Vol. 4
(no. 2) Desember 2019 (31-35) Wan Mohamad, W.M., Wan Ab Rahman, W.S.,Al-Salih,
S.A.A. and Che Hussin, C.M., 2015. Immunological and Haematological Changes in HIV
Infection. In Trends in Basic and Therapeutic Options in HIV Infection. London:
Intechopen. pp.105-22. Widiyanti, M., Fitriana, E., dan Iriani, E. 2016. Karateristik Pasien
Koinfeksi TB HIV di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika Papua. Jurnal Penelitian
Kesehatan, 3(2), 49-55.

Aulia Hanif, Safari Wahyu Jatmiko, Listiana Masyita Dewi, Nining Lestari, Perbedaan
Parameter Hematologi Pada Pasien Tuberkulosis (Tb) Dengan Dan Tanpa Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (Hiv) Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/
biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v12i2.10290Biomedika, ISSN 2085-8345
Zetola NM, Klausner JD. Syphilis and HIV infection: an update. Clin Infect Dis 2017;
44:1222-8. Larosa DF, Orange JS. Lymphocyte. J allergy clin immunol 2018; 21: 364-70.
Mas Yog , 2016. Peranan Virus yang Merugikan Bagi Kehidupan.
https://www.biologiedukasi.com/2016/01/peranan-virus-yang- merugikan-bagi.html
Agbaji O, Ebonyi A.O, Meloni S.T , et al. 2013.

Factor associated with pulmonary Tuberculosis HIV Coinfection in treatment-Naïve adult


in Jon Nort Central Nigeria. Manalu, M.S.M, dan Biran, H.S.I. 2012. Infeksi Bakteri Pada
Pejamu Immunocompromised Dexa Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, 20(1). 57
LAMPIRAN-

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - https://eprints.umm.ac.id/61155/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://www.researchgate.net/journal/Jurnal-Penyakit-Dalam-Indonesia-2406-
8969/2
<1% - https://www.researchgate.net/journal/Media-Kesehatan-Politeknik-Kesehatan-
Makassar-1907-8153
<1% - https://www.scribd.com/document/404221568/SKRIPSI-docx
<1% - https://www.mutupelayanankesehatan.net/19-headline/3616-meningkatkan-
akses-diagnosis-dan-pengobatan-tuberculosis
<1% - http://scholar.unand.ac.id/77864/2/BAB%201%20%28PENDAHULUAN%29.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/74497085/Socialization_of_self_care_guidelines_for_tubercul
osis_patients_at_UPT_Pulmonary_Health_Services_in_West_Kalimantan_Province
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/345243572.pdf
<1% - https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
<1% - http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/3197/2/20_K012172046_Tesis
%28FILEminimizer%29%20...%20ok%201-2.pdf
<1% -
https://kesehatan.jogjakota.go.id/uploads/dokumen/profil_dinkes_2019_data_2018.pdf
<1% - https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46365/180100127.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/76695411/Profil-Kesehatan-Provinsi-Riau-Tahun-2004
<1% - https://123dok.com/document/y69o68oy-profil-kesehatan-kabupaten-mamuju-
tahun-kesehatan-kabupaten-mamuju.html
<1% - https://text-id.123dok.com/document/yr3pkejy-petunjuk-teknis-tata-laksana-
klinis-ko-infeksi-tb-hiv-2013.html
<1% - http://scholar.unand.ac.id/63163/2/BAB%201.pdf
<1% - https://imboost.id/article/kenali-lebih-dalam-imun-untuk-daya-tahan-tubuh-kita
<1% - https://adoc.pub/leukosit-sebagai-salah-satu-parameter-kesehatan-rusa-timor-
c.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/316626112_Klasifikasi_Sel_Darah_Putih_Berdas
arkan_Ciri_Warna_dan_Bentuk_dengan_Metode_K-Nearest_Neighbor_K-NN
1% - https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/download/18592/17672
1% - http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/2960/
pdf
1% - https://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37470/1/FARRAH
%20AZIZAH%20AHZAHRA%20-FKIK.pdf
<1% - https://sdcahyaningsih.blogspot.com/2012/12/i-respon-imun-terhadap-
mikroorganisme.html
<1% - https://www.academia.edu/38475014/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIV_docx
<1% - https://www.academia.edu/12000794/askep_aids
1% - https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/download/
982/486
1% - https://perawatcerdassukses.blogspot.com/2015/05/asuhan-keperawatan-pada-
penyakit_94.html
<1% -
https://www.academia.edu/es/9689669/ASUHAN_KEPERWATAN_TB_Paru_Kelompok_1
<1% - https://www.slideshare.net/FaraElfikri/askeb-patologi
<1% - https://www.academia.edu/13551076/Makalah_HIV_AIDS
<1% - https://www.academia.edu/14912357/World_avian_influenza
<1% - https://rudizr.wordpress.com/2012/05/
<1% - https://rotinsulunurse.blogspot.com/2009/
<1% - https://www.slideshare.net/patenpisan/pedoman-nasiaonal-penyakit-tb-2014
<1% - http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Mengapa%20Kita%20Batuk
%20-%20DS.pdf
<1% - http://eprints.ums.ac.id/24192/2/BAB_I.pdf
1% - https://www.academia.edu/38534732/SAP_tbc_docx
<1% - https://kumpulansapdanleaflet.blogspot.com/2011/07/satuan-acara-penyuluhan-
sap-tbc.html
<1% - https://jripto.com/seorang-kontraktor-berencana-akan-membuat-taman-yang-
berbentuk-lingkaran
<1% - https://adoc.pub/profil-kesehatan-kabupaten-mojokerto.html
<1% - http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63515/078%20.pdf
<1% - https://123dok.com/document/y9rjolry-peraturan-menteri-kesehatan-republik-
indonesia-tentang-penanggulangan-tuberkulosis.html
<1% - https://tirto.id/tipe-tipe-hiv-penyebab-cara-yang-bisa-dilakukan-untuk-
pencegahan-glQY
<1% - https://123dok.com/document/qoo40gmq-hiv-aids.html
<1% - https://www.slideshare.net/liawijayanti3/hiv-17761033
<1% - https://adanidan.wordpress.com/pengertian-definisi-dan-cara-penularan-
penyebaran-virus-hiv-aids-info-informasi-penyakit-menular-seksual-pms/
1% - https://www.academia.edu/12177404/Makalah_HIV_AIDS
<1% - https://narulytha.blogspot.com/2011/12/hiv.html
<1% - https://wwwsasbuhky.blogspot.com/2010/05/hiv-aids.html
<1% - https://aditiananursukma.wordpress.com/2009/06/26/lebih-jauh-dengan-hivaids-
dan-penanggulanggannya/
<1% - https://pokdisusaids.wordpress.com/category/hivaids/opini/
<1% - https://penyakitberbahaya.wordpress.com/category/aids/
<1% - https://fight-for-hiv-aids.blogspot.com/
<1% - https://dyahmuliawati.blogspot.com/2014/04/universal-precaution-pada-ibu-
hamil.html
<1% - http://repository.poltekkespim.ac.id/id/eprint/452/3/3-BAB%20%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA-.pdf
<1% - https://rosmiati369.blogspot.com/
<1% - https://penyakitberbahaya.wordpress.com/2011/03/04/aids/
<1% - https://www.scribd.com/presentation/386132836/PPT-HIV-AIDS-pptx
1% - http://eprints.undip.ac.id/63410/3/BAB_II.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/116988828/Hiv-Refrat
<1% - https://wonosari.4umer.com/t2598-sejarah-penyebaran-virus-human-
immunodeficiency-virus-hiv
<1% - https://idoc.pub/documents/ebook-simposium-pdui-pdki-2018pdf-
2nv556do7dlk
<1% - https://idoc.pub/documents/profil-kesehatan-indonesia-2012pdf-vlr0ymqo1wlz
<1% -
https://issuu.com/tanjungpinangpos/docs/epaper_tanjungpinangpos_11_oktober__29c7
e6b675da51
<1% -
https://www.academia.edu/35424904/SIFILIS_PADA_INFEKSI_HUMAN_IMMUNODEFICIE
NCY_VIRUS
<1% - https://www.scribd.com/document/330721309/Lap-Tb-Hiv-Seminar-Revisi-1
<1% - https://www.academia.edu/27116089/Faktor_TB_pada_HIV
<1% - https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/penelitianSimdos/
d5de90cc5ef5fae80b7ad6dbfac9c4d2.pdf
<1% - https://www.academia.edu/29328597/Makalah_Penyakit_TBC
<1% - https://adoc.pub/koinfeksi-tb-hiv-dan-kaitannya-dengan-tb-mdr.html
<1% - https://www.academia.edu/8255521/TB_Anak
<1% - https://www.academia.edu/23734807/Makalah_HIV_TB
<1% - https://id.scribd.com/presentation/180426943/Askep-Hiv-Aids
<1% - https://idoc.pub/documents/laporan-tutorial-skenario-a-blok-16-1-
546g2ormz9n8
<1% - https://www.edugoedu.com/pengertian-leukosit/
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/316626112_Klasifikasi_Sel_Darah_Putih_Berdas
arkan_Ciri_Warna_dan_Bentuk_dengan_Metode_K-Nearest_Neighbor_K-NN/fulltext/
5908a8410f7e9b1d08101ca1/Klasifikasi-Sel-Darah-Putih-Berdasarkan-Ciri-Warna-dan-
Bentuk-dengan-Metode-K-Nearest-Neighbor-K-NN.pdf
<1% - http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1480/1/JURNAL-Maizah.pdf
<1% - https://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/Laporan-Praktikum-
Pengujian-Efek-Antiinflamasi-Farmakologi.html
<1% - http://repo.poltekkesbandung.ac.id/665/7/BAB%20II.pdf
<1% - http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/
2963/pdf
<1% - https://123dok.com/document/ye36e50q-perbedaan-eritrosit-leukosit-
trombosit-pemberian-antikoagulan-konvensional-vacutainer.html
<1% - https://haseptamurfayesi.blogspot.com/2013/
<1% - https://idoc.pub/documents/nilai-normal-laboratorium-d49o6gxry649
<1% - https://analiskesehatanmunawwarah.blogspot.com/2013/09/pengertian-jenis-
dan-fungsi-sel-darah.html
<1% - https://www.ilmulengkap.xyz/2017/02/makalah-leukosit.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/230382690/DASAR-TEORI-Diff-Count
<1% - http://repo.stikesborneolestari.ac.id/305/1/Jurnal%20Tito%20Aulia%20Saleh.docx
<1% - https://pendidikanku.org/2020/10/pengertian-leukosit.html
<1% - https://www.scribd.com/document/368166743/Isinya-Laprak-PK
<1% - https://123dok.com/document/yrwkgx8z-hubungan-rasio-neutrofil-limfosit-
dengan-diagnosa-apendisitis-rsuph.html
<1% - https://idoc.pub/documents/presentasi-kasus-hiv-od4p1jwdyv4p
1% - http://mail.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/download/19/18
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/353095618_GAMBARAN_KESINTASAN_PASIE
N_KO-INFEKSI_TB-
HIV_BERDASARKAN_LOKASI_ANATOMI_TUBERKULOSIS_DI_RUMAH_SAKIT_PENYAKIT_IN
FEKSI_PROF_DR_SULIANTI_SAROSO_TAHUN_2010-2013
<1% - https://www.scribd.com/document/393685135/Bab-v-Tinjauan-Pustaka-Ukp
<1% - https://www.scribd.com/document/363211681/Hematologi-Analyzer-Sysmex
<1% - https://123dok.com/document/zx5609oq-kesesuaian-eritrosit-pemeriksaan-
cytometer-gambaran-populasi-eritrosit-sediaan.html
<1% - https://www.researchgate.net/journal/UMI-Medical-Journal-2548-4079
<1% - https://epidemiologiwilliam.wordpress.com/2016/03/10/kejadian-preeklamsia-
pada-ibu-hamil-studi-analitik-di-rs-st-fatimah-makssar-tahun-2015/
<1% - https://123dok.com/article/kerangka-konsep-tinjauan-pustaka-karakteristik-
penderita-tuberkulosis-rumah.q05dpkw3
<1% - https://123dok.com/article/sampel-populasi-dan-sampling-metodologi-
penelitian.q2n13g1e
<1% - https://text-id.123dok.com/document/z3dlj5my-hubungan-antara-depresi-
dengan-kualitas-hidup-aspek-sosial-pada-orang-dengan-hiv-aids-odha-studi-korelasi-
terhadap-penderita-hiv-aids-di-rumah-cemara-bandung.html
<1% - https://text-id.123dok.com/document/ky69kx4y-hubungan-kejadian-efek-
samping-obat-antituberkulosis-terhadap-kepatuhan-minum-obat-pada-penderita-
tuberkulosis-di-kabupaten-tulang-bawang-barat.html
<1% - https://123dok.com/document/4zpl4vqe-gambaran-mikroskopis-koinfeksi-
tuberkulosis-immunodeficiency-treatment-pusyansus-desember.html
<1% - https://www.coursehero.com/file/p5l65s59/D-Teknik-Pengambilan-Sampel-
Dalam-penelitian-ini-tehnik-pengambilan-sampel/
<1% - http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/2538/2/7.%20BAB%20III.pdf
<1% - https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/481116/NDgxMTE2
<1% - https://jayatacomp.wordpress.com/2012/06/
<1% -
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/10798/11.%20BA
B%20III.pdf
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2306/4/BAB%20III.pdf
<1% - https://www.researchgate.net/journal/Jurnal-Biomedika-dan-Kesehatan-2621-
539X/2
<1% - https://www.coursehero.com/file/p15djn0i/33-Teknik-Pengumpulan-Data-Data-
yang-diperlukan-dalam-penelitian-ini-adalah-data/
<1% -
https://www.researchgate.net/profile/Vivi-Lisdawati/publication/330336157_Profil_Kadar
_CD4_dan_Lokasi_Infiltrat_Paru_Pada_Pasien_The_Description_of_CD4_Levels_and_Locati
on_of_Pulmonary_Infiltrates_in_Tuberculosis_Patients_with_HIV_at_RSPI_Prof/links/
5c394b92299bf12be3c1478a/Profil-Kadar-CD4-dan-Lokasi-Infiltrat-Paru-Pada-Pasien-
The-Description-of-CD4-Levels-and-Location-of-Pulmonary-Infiltrates-in-Tuberculosis-
Patients-with-HIV-at-RSPI-Prof.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/394823301/Pepki-Viii
<1% - http://ejournal.undaris.ac.id/index.php/waspada/article/download/139/102
<1% - https://issuu.com/jurnal_poltekkes_jambi/docs/jurnal_poltekkes_jambi__vol_5
<1% - https://www.researchgate.net/journal/Afiasi-Jurnal-Kesehatan-Masyarakat-2442-
5885
<1% - https://123dok.com/document/wq21d76y-respon-vaskularisasi-dengan-terbuka-
studi-molar-sprague-dawley.html
<1% - https://123dok.com/document/rz3rlmzx-hubungan-nilai-distribution-mortalitas-
pasien-sepsis-perawatan-intensif.html
<1% - https://www.scribd.com/document/386955471/Laporan-UMUM
<1% - https://www.academia.edu/39274017/SOPT
<1% - http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1380347664&&&2013
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/16961/7/Bab%204.pdf
<1% - http://digilib.unisayogya.ac.id/2256/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20%28RORI
%20HAMZAH%29.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/67948950/Perbedaan_Profil_Hematologi_Pada_Penderita_Tu
berkulosis_Paru_Yang_Menjalani_Pengobatan
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/345965268_Gambaran_Kadar_HemoglobinHb
_Dan_Leukosit_Pada_Penderita_Tb_Paru_Dengan_Lamanya_Terapi_OAT_Obat_Anti_Tuber
culosis_Di_Rumah_Sakit_Islam_Jakarta_Cempaka/fulltext/5fb381f3299bf10c368615f2/
Gambaran-Kadar-HemoglobinHb-Dan-Leukosit-Pada-Penderita-Tb-Paru-Dengan-
Lamanya-Terapi-OAT-Obat-Anti-Tuberculosis-Di-Rumah-Sakit-Islam-Jakarta-
Cempaka.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/375888401/Prosiding-lengkap-pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/33779/9/1602_chapter_V.pdf
<1% - https://123dok.com/document/7q0o1vgq-hubungan-kejadian-limfadenitis-
keluarga-diagnostik-patologi-anatomi-september.html
1% - https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/download/10290/5977
<1% - https://baixardoc.com/documents/mineralogi-dan-sifat-sifat-kimia-tanah-pada-
dua-pedon-tanah--5d0a9c8706d73
<1% - https://123dok.com/article/analisis-deskriptif-hasil-penelitian-dan-
pembahasan.z1d7g74p
<1% - https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
tuberkulosis-2018.pdf
<1% - https://idoc.pub/documents/asuhan-gizi-puskesmaspdf-3no00gy07end
<1% - https://adoc.pub/daya-hambat-ekstrak-air-daun-ashitaba-angelica-keiskei-
terha.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/338340776_MEMBANDINGKAN_JUMLAH_LEU
KOSIT_DAN_NILAI_LAJU_ENDAP_DARAH_PASIEN_TUBERKULOSIS_PARU_SEBELUM_DAN
_SETELAH_PENGOBATAN
<1% -
http://eprints.undip.ac.id/50613/7/Ivona_Oliviera_22010112130152_Lap.KTI_Bab_6.pdf
<1% - https://adoc.pub/potret-awal-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sustainable-
dev.html
<1% - https://uir.unisa.ac.za/bitstream/handle/10500/11917/dissertation_sade_ah.pdf
<1% - https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6120537/
<1% - https://europepmc.org/article/PMC/PMC1758139
<1% - https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6745698/
<1% - https://www.researchgate.net/publication/45095732_Ocular_Syphilis_among_HIV-
Infected_Individuals

Anda mungkin juga menyukai