Anda di halaman 1dari 25

Tugas Individu

Mata Kuliah : Epidemiologi Penyakit Menular


Dosen Pengampuh : Asrianto

PENYAKIT CAMPAK

DISUSUN OLEH :

RENI (3201021002)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IST BUTON

STIKES IST BUTON

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.

Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu sehat fisik akal pikiran, sehingga
penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah epidemiolodi penyakit menular, dengan judul penyakit campak.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.

Bau-
bau, 23 Sep 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB 1.............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Bekakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................4

C. Tujuan Pembahasan.............................................................................4

BAB II............................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................5

A. Pengertian penyakit Campak...............................................................5

B. Gejala penyakit Campak......................................................................6

C. Bagaimana Mengobati penyakit Camapak..........................................7

D. Bagaimana Mencegah penyakit Campak............................................8

E. Masa Inkubasi penyakit Campak.......................................................11

F. Triad Epidemiologi penyakit Camapak.............................................12

G. Riwayat Alamiah penyakit Campak..................................................17

BAB III.........................................................................................................21

PENUTUP....................................................................................................21

A. Kesimpulan........................................................................................21

B. Saran..................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Bekakang

Campak, penyakit menular merupakan disebabkan virus campak,


pernah menjadi penyakit biasa pada masa kecil. Anak-anak dan
orang dewasa yang berhasil bertahan melalui penyakit campak jadi
ke bal terhadapnya, dan tidak akan kena campak lagi sepanjang
hidupnya. Beberapa orang dewasa yang belum pernah terkena
campak pada masa kanak-kanak malah meninggal dalam wabah
campak, yang berkali-kali melanda dunia

Campak tersebar di seluruh dunia dan termaksud dalam 10


penyakit menular yang paling sering terjadi di beberapa negara
berkembang termasuk Indonesia. Penyakit campak masih menjadi
masalah kesehatan pada bayi dan anak dan merupakan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit campak dikenal juga
sebagai morbili atau measles, merupakan (infeksius) dari orang ke
orang dengan cara droplet dan merupakan air borne disease sehingga
mudah menular kepada orang lain melalui udara. Penyakit ini akan
menyerang saluran pernapasan dan sistem imunitas, lingkaran Tan
terkena penyakit infeksi lainnya (liwu, rampengan, dan tatura 2016).
Kejadian campak pada berbagai negara berkembang yang disertai
kekurangan vitamin A akan meningkat tingkat mortalitas. Pemberian
vitamin A dan terapi antibiotik telah mengurangi angka kematian
akibat campak pada negara berkembang. (Ningtyas dan Wibowo,
2015) menambahkan bahwa daerah yang memiliki risiko tinggi
terhadap kejadian campak adalah daerah yang memiliki pelayanan
kesehatan yang kurang memadai salah satunya adalah ketersediaan
sarana dan prasarana vaksin.

1
Namun pada tahun 2015 kembali mengalami peningkatan hingga
tahun 2017 (3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk).

Tahun 2020 tercatat suspek campak tersebar di seluruh wilayah


provinsi di Indonesia dengan angka incidence rate sebesar 1,25 per
100.000 penduduk. Hanya 4 provinsi yang nihil suspekcam yaitu
Nusa tenggara timur, Kalimantan tengah, Bengkulu, dan Kalimantan
barat. Terdapat kasus suspek campak sebesar 3,382 pada tahun 2020.
Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2019 yang mana
mencatat sebanyak 8,819 kasus dengan incidence rate sebesar
3,29/100.000 penduduk. provinsi Jawa tengah tercatat

Kasus suspek campak terbanyak dengan 680 kasus, disusul DKI


Jakarta dengan 596 kasus, dan di Yogyakarta dengan 408 kasus .
Suspek campak tertinggi ditemukan pada bulan Januari dengan 920
kasus dan paling sedikit pada bulan Desember dengan 65 kasus
penurunan jumlah kasus campak dipengaruhi oleh pandemi covid 19
sehingga tenaga surveilans terfokus pada surveilans covid 19 hal ini
menyebabkan berbagai program surveilans lainnya termasuk
surveilans PD31 tidak berjalan sesuai standar yang berlaku.

Pada waktu tertentu saat ditemukan peningkatan kasus pada suatu


wilayah maka terjadi peningkatan status wilayah menjadi kejadian
luar biasa (KLB). Dikatakan situasi KLB suspek campak apabila
terdapat 5 atau lebih kasus suspek campak selama 4 Minggu secara
berturut-turut. B ini biasanya mengelompok dan memiliki hubungan
secara epidemiologis. Selain itu KLB campak ditetapkan apabila
hasil laboratorium > 2 IgM Campak. Sedangkan KLB rubella terjadi
apabila KLB suspek campak memiliki hasil laboratorium > IgM
Rubella. Dari seluruh kasus dari 3.382 kasus suspek campak pada
tahun 2020, ditemukan 6 KLB suspek campak, dan tercatat lebih

2
rendah dari tahun 2019 sebanyak 32 KLB. Pada tahun 2020,
dilaporkan tidak ada kematian pada kasus suspek campak.

Kasus suspek campak dengan proporsi terbesar ditemukan pada


kelompok usia > 14 tahun (28%), sedangkan kelompok usia 10-14
tahun dan usia yang tidak diketahui, merupakan kelompok suspek
campak terendah dengan proporsi 11,6% dan 1,4%. Jumlah suspek
campak yang mendapatkan vaksinasi Minimal dosis 1 sebanyak
1.634 orang pada tahun 2020 (proporsi 48, 3%). Jumlah vaksinasi
pada kelompok suspek kasus campak terbesar adalah pada kelompok
umur 1-4 tahun dengan proporsi 36,3%. Papua, Papua barat,
Maluku, dan Maluku Utara merupakan provinsi dengan vaksinasi
terbanyak terhadap kelompok suspek campak. Beberapa provinsi
lainnya seperti Gorontalo, Sulawesi barat, Bengkulu Nusa tenggara
barat Nusa tenggara timur, Kalimantan barat dan Kalimantan timur,
merupakan provinsi dengan proporsi terendah.

Karakteristik genetik virus campak telah terbukti menjadi


pelengkap yang kuat pada teknik standar epidemiologi yang
dipergunakan untuk mempelajari penyebaran virus. Data molekuler
menolong pikir perasaan itu sama konfirmasi sumber dari
penyebaran virus. Surveilans molekuler paling menguntungkan bila
mungkin mengamati perubahan genotip virus sepanjang waktu pada
suatu daerah tertentu karena informasi ini, bila dianalisis dalam
hubungan data standar epidemologi, menolong membuktikan
pemutusan penularan dari edemisitas campak. jadi, karakterisasi
molekuler virus campak merupakan alat yang berharga untuk
menilai keefektifan program pengendalian campak titik sampai saat
ini, surveilans virus dampak masih belum lengkap dan isolator
belum didapat dari banyak bagian-bagian di dunia termasuk banyak
area endemik campak. Merupakan suatu hal yang penting untuk
mengetahui karakterisasi virus campak dari seluruh bagian dunia

3
pada beberapa tahun mendatang dalam usaha mengembangkan dasar
kebijaksanaan pemberantasan penyakit campak sebelum
meningkatkan program pengendalian (eradikasi) penyakit campak
dimulai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu campak?
2. Apa Gejala Campak ?
3. Bagaimana Mengobati penyakit Camapak?
4. Bagaimana Mencegah penyakit Campak?
5. Berapa Masa Inkubasi penyakit Campak?
6. Apa itu Triad Epidemiologi Camapak?
7. Apa itu Riwayat Alamiah Campak?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit camapk
2. Untuk mengetahui gejala campak
3. Untuk mengetahui pengobatan penyakit camapk
4. Untuk mengetahui pencegahan penyakit campak
5. Untuk mengetahu masa ingkubasi penyakit campak
6. Untuk mengetahui Triad Epidemiologi Camapak
7. Untuk mengetahui apa itu riwayat alamiah camapak

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit Campak


Campak merukan salah satu penyakit penyebab kematian
tertinggi pada anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa
prodromal (4 hari sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari
setelah munculnya ruam. Campak timbul akibat terpapar droplet
yang mengandung virus camapak. Sejak program imunisasi campak
di canangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini kembali
meningkat. Diamerikaserikat, timbul KLB (kejadia luar biasa)
dengan 147 kasus sejak awal januari hingga awal februari 2015. Di
indinesia kasus camapak masih banyak terjasi dan tercatat
peningkatan jumlah kasus yang di laporkan pada tahun 2014.

Campak adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh


virus asam ribonukleat rantai tunggal (measles virus) dari keluarga
paramyxovirus. Campak, juga dikenal sebagai morbilli yang
menyebabkan infeksi pada sistem kekebalan tubuh. Penyakit campak
adalah infeksi virus yang sangat menular dengan tingkat morbiditas
yang substansial dan mortalitas yang signifikan (Naim H.Y.2015).

Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles,


merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus, 90% anak yang tidak kebal akan terserang penyakit campak.
Insiden kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan umur
< 1 tahun sebesar 48,9 per 100.000 orang tahun, umur 1-4 tahun
sebesar 36,6 per 100.000 orang tahun, dan umur 5-14 tahun sebesar
18,2 per 100.000 orang tahun. Bahkan sampai dengan tahun 2009

5
masih dijumpai kejadian luar biasa campak di beberapa propinsi di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
apa sajakah yang mempengaruhi kejadian campak di Puskesmas
Purwosari Kabupaten Kudus. Jenis penelitian adalah analitik dengan
menggunakan pendekatan Case Control. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Agustus 2012. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah
ibu yang mempunyai balita dan terkena campak tercapat dari tahun
2011 sebanyak 17 dan populasi kontrol ibu yang mempunyai balita
dan tidak terkena campak tercatat dari tahun 2011 sebanyak 597,
sampel kasus dalam penelitian ini sebanyak 34 ibu dengan sampel
kasus 17 yang balitanya terkena campak dan sampel kontrol 17
balitanya tidak terkena campak. Analisis uji statistik yang digunakan
adalah uji Regresi Logistik.Hasil uji statistik Regresi Logistik
menunjukan bahwa ada pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian campak di Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus adalah
dari faktor umur pemberian imunisasi dengan p value 0,020 dan OR
= 5,760; status imunisasi dengan p value 0,001 dan OR = 24,375;
faktor status gizi dengan p value 0,009 dan OR = 7,800. Terdapat
pengaruh faktor umur pemberian imunisasi, status imunisasi dan
status gizi terhadap kejadian campak di Puskesmas Purwosari
Kabupaten Kudus.

B. Gejala penyakit Campak


Gejala campak biasanya muncul sekitar satu hingga dua minggu
setelah seseorang terinfeksi virus . Gejala campak yang paling awal
muncul adalah :
demam tinggi hingga 40 celsius
1. pilek
2. pilek mata merah dan berair
3. bersin-bersin
4. batuk kering
5. sensitif terhadap cahaya
6. mudah lelah dan

6
7. nafsu makan yang menurun

Dua atau tiga hari setelah gejala awal campak muncul , biasanya
menyusul gejala selanjutnya , yaitu muncul bintik - bintik putih
keabuan di mulut dan tenggorokan,. Setelah itu , muncul ruam
berwarna merah kecokelatan yang dimulai dari sekitar telinga ,
kepala , leher , dan menyebar ke seluruh tubuh . Penting
diperhatikan , ruam kulit tersebut muncul 7-14 hari setelah paparan
dan dapat bertahan selama 4-10 hari . Sementara itu , demam tinggi
akibat penyakit ini biasanya akan mulai turun pada hari ketiga
setelah ruam muncul.

C. Bagaimana Mengobati penyakit Camapak


Dokter dapat menentukan pasien menderita campak dengan
menanyakan gejala dan melihat karakteristik ruam pada kulitnya.
Namun, pada beberapa kasus, dokter perlu mengambil sampel darah
dan air liur pasien untuk memastikan diagnosis. Pada dasarnya tidak
ada pengobatan khusus untuk menangani campak , campak dapat
sembuh sendiri dalam 7-10 hari. Meski demikian, ada beberapa hal
yang penting dilakukan untuk meredakan gejala campak, yaitu :
a. Mengomsumsi paracetamol atau ibuprofen, untuk meredakan
nyeri dan demam.
b. Mandi dengan air hangat, untuk meredakan pilek atau hidung
tersumbat.
c. Membersikan mata dengan kapas basah.
d. Mengatur cahaya dalam ruangan agar tidak terlalu menyilaukan.
e. Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi dan
mengurangi rasa tidak nyaman di tenggorokan akibat batuk dan.
f. Minumlah air hangat yang di campur lemon atau madu, untuk
meredakan batuk dan mengencerkan lendir di tenggorokan.
Namun, jangan berikan madu pada anak berusia di bawah 1
tahun

7
untuk diketahui, anak yang menderita campak harus dipantau
secara rutin, karena rentan terserang penyakit lain, seperti infeksi
telinga atau paru-paru basah. Jika hal ini terjadi, segera periksakan
anak ke dokter agar dapat diberikan antibiotic. Jangan berikan
aspirin kepada anak – anak. Mengapa ? Sebab, obat ini dapat
memicu sindrom Reye, yang bisa mengancam nyawa. Sementara,
pasien campak yang kekurangan vitamin A cenderung mengalami
gejala yang lebih parah . Oleh karenanya, dokter akan memberikan
suplemen Penting vitamin A agar gejala campak tidak terlalu parah .
penderita yang belum melakukan latihan campak tetap dapat
diberikan vaksin campak dalam waktu 72 jam setelah timbul gejala.
Vaksin yang diberikan setelah terkena campak bertujuan untuk
mengurangi keparahan gejala. Selanjutnya, dokter juga dapat
memberikan antibodi pada penderita dengan kekebalan tubuh yang
lemah, bayi, dan ibu hamil. Jika diberikan dalam waktu 6 hari
setelah terinfeksi, antibodi bisa meringankan gejala.

D. Bagaimana Mencegah penyakit Campak


Diketahui, cara paling ampuh untuk menangkal penyakit campak
yang berguna dengan teknik yang penting. Vaksin MMR adalah
vaksinasi yang dapat melindungi Anda dan anak - anak dari penyakit
campak, gondok, dan rubella. Anak - anak dapat menerima
vaksinasi MMR pertama pada usia 12 bulan, dan vaksin lanjutan
pada usia 4 dan 6 tahun. Sementara itu, bagi orang dewasa yang
belum pernah menerima keahlian, ia dapat meminta vaksin dari
dokter. Jika Anda atau anggota keluarga terkena virus campak ,
batasi interaksi dengan orang lain. Setelah Anda terkena campak,
Anda punya kekebalan seumur hidup .
Meskipun Campak sangat menular dan dapat menyebabkan
kematian , penyakit ini dapat dicapai melalui program Imunisasi.
diperlukan upaya advokasi , edukasi , dan penguatan sistem rutin
agar penyakit campak dapat diatasi dengan baik . Pemerintah telah

8
menetapkan 3 strategi sebagai upaya pencegahan dan pengendalian
Campak di Indonesia antara lain:
1. Crash program campak untuk anak balita di daerah risiko tinggi.
2. Catch-upcamaingn campak untuk anak sekolah
3. Introduksi pemberian dosisi kedua melalui kegiatan rutin BIAS
untuk kelas satu SD pada tahun berikutnya setelah catch-up
campaign.

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pemberian imunisasi


Campak lanjutan pada anak usia 24 bulan sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 pemberian imunisasi
Campak lanjutan dosis ke - 2 diberikan pada anak usia 18 bulan .
Selain pelaksanaan imunisasi, salah satu strategi untuk mencapai
eliminasi dan pengendalian Campak di Indonesia adalah pelaksanaan
surveilans Campak Rubella berbasis individu yang dikenal juga
dengan CBMS ( case based measles surveillance ) . Pelaksanaan
surveilans ini jika ditemukan setiap satu kasus dengan gejala demam
, rash / bintik merah pada tubuh, disertai salah satu gejala atau lebih
batuk / pilek / mata merah , maka diambil spesimen darah / serum
diperiksa di laboratorium rujukan nasional yaitu badan litbangkes
Kemenkes, Bio Farma, BBLK Surabaya dan BLK Yogyakarta untuk
memastikan diagnosis campak atau rubella

1. Pencegahan campak secara primer


Sasaran dari pencegahan primer adalah orang - orang yang
termasuk kelompok berisiko, yakni anak bayi / balita / dewasa
yang belum terkena campak, atau yang belum melakukan
imunisasi campak. beberapa faktor yang harus diketahui dalam
melakukan pencegahan penyakit campak antara lain :
 Penyuluhan Edukasi campak adalah upaya mendidik
Masyarakat tentang penyakit campak . sasaran edukasi adalah
penderita campak , anggota keluarga , kelompok masyarakat
berisiko tinggi dan pihak pihak perencana kebijakan

9
kesehatan . Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien campak adalah definisi penyakit campak , faktor -
faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya
upaya menekan campak , pengelolaan campak secara
pencegahan dan pengenalan komplikasi campak .
 Imunisasi Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit
campak dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin
yaitu diberikan pada bayi berumur 9 -15 bulan. Keberhasilan
program imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus
campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat
disebabkan oleh antibodi yang dimiliki oleh bayi semenjak
lahir atau antibodi maternal serta kerusakan vaksin akibat
penyimpanan , pengangkutan, atau penggunaan di luar
pedoman ( Widoyono , 2011 ) . sedangkan menurut
( Supriatin , 2015 ), gagalnya imunisasi disebabkan karena
tidak terbentuknya imunitas bayi setelah dilakukan imunisasi,
hal ini terjadi karena vaksin pada bayi akan membentuk
sekitar 85 % antibodi protektif
2. Pencegahan campak secara sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan - tindakan
seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini
campak serta penanganan segera dan efektif. Karena sifatnya
yang menular, pelacakan kontak sangat penting untuk
menentukan sumber penularan untuk kasus campak ( endemik
versus impor /import ), serta untuk Mengidentifikasi mereka
yang mungkin terinfeksi oleh kasus tersebut. Setiap orang yang
melakukan kontak dengan pasien campak dalam empat hari
sebelum dan sebelum timbulnya ruam mungkin terinfeksi dan
harus dipantau oleh petugas kesehatan selama 23 hari sejak
kontak terakhir dengan kasus yang dikonfirmasi. ( Kemenkes ,
2018 )

10
Tujuan untuk kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang tampa tampa gejala yang
telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Pencegahan
penyakit campak dapat dilakukan dengan cara menjaga
kesehatan seperti mengomsumsi makanan sehat, berolahraga
yang teratur, istirahat yang cukup, dan melakukan imunisasi.
Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan
bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak.
3. Pencegahan campak secara tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah
kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang di lakukan antara
lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecacatan
tubuh dan melakukan rehabitasi sedini mungkin bagi penderita
yang mengalami kecatatan. Dalam upaya ini diperlukan
kerjasama yang baik antara pasien dan dokter yang terkait
dengan komplikasinya.

E. Masa Inkubasi penyakit Campak


Pengetahuan tentang masa inkubasi sangat penting dalam
penyelidikan dan pengendalian penyakit menular seperti penyakit
campak yang memiliki masa inkubasi 7-18 hari dari mulai masuknya
virus ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis yang
ditandai dengan demam < 380C selama 3 hari atau lebih gejala
lainnya seperti batuk , pilek , mata merah , Bercak kemerahan / rash
yang dimulai dari belakang telinga Gejala pada tubuh berbentuk
makulopapular selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran 4-7 hari
menjalar keseluruh tubuh ( Kemenkes , 2018 ) .Campak dapat
menginfeksi siapa pun dari segala usia , namun sebagian besar beban
penyakit secara global masih terjadi pada usia anak < 5 tahun .
(Kemenkes, 2017). Virus campak merupakan salah satu

11
mikroorganisme yang sangat mudah menular antara individu satu ke
individu lain , terutama pada anak - anak yang memasuki usia pra
sekolah dan tamat SD . Penyakit ini mudah menular melalui sistem
pernapasan , terutama ludah atau cairan yang keluar dari sistem
pernapasan , seperti pada saat bersin , batuk , maupun berbicara
( Kemenkes , 2017 ) . Rantai penularan campak sangat sulit
diputus , karena penyakit ini menularkan kepada orang lain pada 4
hari sebelum timbul ruam sampai 4 hari setelah timbul ruam
( Finazis , 2014 ) .

F. Triad Epidemiologi penyakit Camapak


Setiap faktor risiko memiliki penanda risiko atau risk marker,
yaitu suatu variable yang secara kuantitatif berhubungan dengan
penyakit. Irwan, 2017, menyebutkan ada tiga faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit yaitu Host (Penjamu), dan
Environment (linkungan).
Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia
yang dapat memengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit ,
seperti umur , jenis kelamin , ras , pekerjaan , genetik , status
nutrisi , status kekebalan dan lain - lain .
2. Faktor agen adalah suatu substansi yang keberadaannya
memengaruhi perjalanan suatu penyakit, seperti bakteri, virus,
parasit, jamur dan lain-lain.
3. Faktor environment adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan
juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau
memungkinkan penularan penyakit , seperti aspek biologis ,
sosial ( adat istiadat , kebiasaan , kepercayaan , agama , standar
dan gaya hidup , kehidupan kemasyarakatan , organisasi sosial
dan politik ) , dan aspek fisik lingkungan .

Irwan berpendapat bahwa : Penyakit timbul karena


ketidakseimbangan antara agent ( penyebab ) , host ( manusia ) ,

12
daenvironment ( lingkungan fisik , sosial dan biologis ).

Agen ( Agent ) Virus campak genus Morbillivirus golongan


Paramyxovirus . Struktur virus penyebab campak mirip dengan virus
penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza . Setelah timbulnya
ruam kulit , virus aktif dapat ditemukan pada secret nasofaring ,
darah dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar .
Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature
0 ° C dan selama 15 minggu pada sediaan beku . Di luar tubuh
manusia virus ini mudah mati . Pada suhu kamar sekalipun , virus ini
akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60 % selama 3-5 hari . Virus
campak mudah campak oleh sinar ultraviolet ( Widoyono , 2011 ) .

Host adalah manusia . Semua orang yang belum pernah


menderita campak dan belum pernah imunisasi campak . Campak
adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak -
anak pada usia dibawah 15 bulan , anak usia sekolah atau kadang
kala pada remaja dan dewasa . Penyebaran penyakit campak
berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah lain ,
tergantung dari kepadatan penduduknya , terisolasi atau tidaknya
daerah itu . Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil ,
epidemik cenderung terjadi lebih luas dan berat . Setiap orang yang

13
telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup ( Chin ,
2007 ) .

Environment ( Lingkungan ). Virus campak sangat mudah


menular , lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab
penularan penyakit campak, faktor – faktor lingkungan tersebut
adalah kepadatan hunian, ventilasi, pencahayaan dan
keterjangkauan Pelayanan Kesehatan, Desa terpencil, pedalaman,
daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan
khususnya imunisasi, adalah merupakan daerah yang rawan
terhadap penularan penyakit campak ( Mukono , 2006 ) . Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Epidemiologi

Penyakit campak bersifat edemikdi seluruh dunia, pada tahun


2013 terjadi terjadi 145.700 kematian yang di sebabkan oleh campak
di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian
setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun.
Berdasarkan laporan Dirjen PP&PL Depkes RI tahun2014, masih
banyak kasus campak di indonesia dengan jumlah kasus yang
dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173
kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah
anak anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun,
kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun
(3591 kasus) pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).

Etiologi

Campak adalah penyakit virus akut yang di sebabkan oleh RNA


virus genus morbillivirus, famili paramyxoviridae. Virus ini dari
famili yang sama dengan virus gondogan (mumps), virus
parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan RSV (respiratory
syncytial virus).

14
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai
RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.
Virus campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H
(Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel
penderita. Protein F (Fusion) meningkatkanpenyebaran virus dari sel
ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung
virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus
terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase
phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas
polimerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai
struktur protein nucleocasid. Karena virus campak dikelilingi lapisan
pelindung lipid, maka muda diinaktivasi oleh cairan yang
melarutkan lipid, seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga
dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>37*C), suhu dingin (<20*C),
sinar ultraviolet, serta kadar (PH) ekstrim (PH <5 dan >10). Virus ini
jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2
jam.

Patofisiologi

Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang


berasal dari penderita. Virus campk masuk melalui saluran
pernapasan dan melekat pada sel-sel epitel saluran napas. Setelah
melekat, virus bereplikasi dan di ikuti dengan penyebaran ke
kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer di susul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di
limpa, hati dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi terjadi
di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke lima sampai ke tuju
infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit
dan saluran pernapasan. Pada hari kesebelas sampai hari
keempatbelas, virus ada di daerah saluran pernapasan, dan organ-
organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang.

15
Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,
monosit, dan makrofag.

Klinis

Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12hari). Gejala klinis


terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium.

1. Stadium prodromal, berlangsu kira-kira 3 hari (kisaran 2-4


hari), ditandai dengan demam yang dapat mencapai 39,5*
1,1*C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa melaise,
coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung),
konjungtivitis (mata merah) dan batuk. Gejala - gejala
saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh virus - virus lain .
Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap
cahaya ( fotofobia ) . Tanda patognomonik berupa enantema
mukosa buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada
hari ke - 2 atau ke - 3 demam. Bercak ini berbentuk tidak
teratur dan kecil berwarna merah terang , di tengahnya
didapatkan noda putih keabuan . Timbulnya bercak Koplik
ini hanya sebentar , kurang lebih 12 jam , sehingga sukar
terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.
2. eksantem Stadium timbul ruam makulopapular dengan
penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada,
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah .
Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari . Demam umumnya
memuncak ( mencapai 40 ° C ) pada hari ke 2-3 setelah
munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke - 3
atau ke - 4 umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.
3. konvalesens ) : Stadium penyembuhan setelah 3-4 hari
umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola

16
timbulnya . Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi
kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.

G. Riwayat Alamiah penyakit Campak


Riwayat Alamiah Campak Biasanya Berkembang 7-14 Hari
Setelah Terpapar Virus . Gejala Awal Biasanya Berupa Demam
Tinggi ( Sering > 38 ° C ), Bintik Koplik ( Bintik Di Mulut Yang
Biasanya Muncul 2-3 Hari Sebelum Ruam Dan 3-5 Hari Terakhir ) ,
Malaise, Kehilangan Nafsu Makan, Mata Merah, Pilek, Dan
Kadang - Kadang Batuk , Puncak Dari Infeksi Sistemik Umum
Terjadi Dengan Munculnya Ruam Eritematosa Makulopapular Yang
Khas Yang Menutupi Sebagian Besar Tubuh ; Setelah Itu Pemulihan
Berlangsung, Asalkan Tidak Ada Infeksi Atau Komplikasi Lain.
( Naim H. Y , 2015 ).

 Riwayat alamiah penyakit campak


o Tahap patogenesis
ada tahap ini individu dalam kondisi normal /
sehat , walaupun demikian telah terjadi interaksi
antara penjamu dengan bibit penyakit dan belum
ditandai dengan gejala - gejala penyakit . Selama
imunitas penjamu dalam kondisi yang baik maka bibit
penyakit tidak dapat memengaruhi kondisi kesehatan
penjamu , kecuali jika imunitas penjamu kurang baik
disertai lingkungan penjamu yang tidak sehat maka
keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya
, yaitu tahap pathogenesis.
o Tahap klinis/penyakit dini

17
Tahap ini mulai timbul gejala dalam waktu 7-14
hari setelah terinfeksi , yaitu berupa : ( Tuti R dan
Alan R. , 2002 ) :
1. Demam atau suhu badan dapat meningkat
pada hari ke - 5 atau ke 6 , yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang - kadang
temperatur dapat bifasik dengan peningkatan
awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama
diikuti dengan periode normal selama satu
hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang
cepat sampai 380-400C saat erupsi ruam
mencapai puncaknya.
2. Nyeri tenggorokan dan nyeri otot.
3. Hidung meler ( Coryza ) Tidak dapat
dibedakan dari common cold. Batuk dan
bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan
sekret yang mukopurulen dan menjadi profus
pada saat erupsi mencapai puncaknya serta
menghilang bersama dengan menghilangnya
panas ( Rampengan , 2008 ).
4. Batuk ( Cough ) disebabkan oleh reaksi
inflamasi mukosa saluran pernapasan .
Intensitas batuk meningkat dan mencapai
puncaknya pada saat erupsi . Namun , batuk
dapat bertahan lebih lama dan menghilang
secara bertahap dalam waktu 5-10 hari
5. Bercak koplik merupakan bercak - bercak
kecil yang irregular sebesar ujung jarum pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian
tengahnya berwarna putih kelabu . Gambaran
ini merupakan salah satu tanda patogmonik
morbili . Beberapa jam sebelum timbulnya

18
rash sudah dapat ditemukan adanya bercak
koplik dan menghilang dalam 24 jam hari
kedua setelah timbulnya rash
6. Rash Timbul setelah 3-4 hari panas . Rash
mulai sebagai eritema makulopapuler , mulai
timbul dari belakang telinga pada batas
rambut , kemudian menyebar ke daerah pipi ,
leher , seluruh wajah dann dada serta biasanya
dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke
lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh
mencapai kaki pada hari ketiga . Pada saat
rash sudah sampai kaki , rash yang timbul
duluan mulai berangsur - angsur menghilang .
7. Mata merah ( conjuctivitis ) Pada periode
awal stadium prodormal dapat ditemukan
transverse marginal line injection pada
palpebra inferior . Gambaran ini sering
dikaburkan dengan adanya inflamasi
konjungtiva yang luas dengan disertai adanya
edema palpebra . Keadaan ini dapat disertai
dengan adanya peningkatan lakrimasi dan
fotophobia . Konjungtivitis akan menghilang
setelah demam turun.

o Tahap lanjut
Munculnya ruam - ruam kulit yang
berwarna merah bata dari mulai kecil - kecil
dan jarang kemudian menjadi banyak dan
menyatu seperti pulau - pulau . Ruam
umumnya muncul pertama dari wajah dan
tengkuk, dan segera menyebar menuju dada,
punggung, perut serta kaki dan tangan .

19
kondisi suhu badan dapat mencapai 40oC ) ,
dan dapat mengakibatkan kematian, keadaan
inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti Pneumonia ,
Gastroenteritis, Ensefalitis, Otitis medis,
Mastoiditis, Laringotrakheobronkitis, Cervical
adenitis , Purpura tuerkulosis , Ulkus kornea ,
dan Apendisitis

o Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit campak
dapat berada dalam lima pilihan keadaan ,
yaitu :
a. sembuh sempurna , yakni terbebas dari
penyakit dan kondisi tubuh menjadi
pulih dan sehat kembali.
b. Sembuh dengan cacat , yakni
meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa bercak - bercak
kecoklatan yang disebut
hyperpigmentation.
c. Karier, di mana tubuh penderita pulih
kembali , namun penyakit masih tetap
ada dalam tubuh tanpa
memperlihatkan gangguan penyakit.
d. Penyakit tetap berlangsung secara
kronik karena berbagai komplikasi
yang ditimbulkan
e. Berakhir dengan kematian

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular
(infeksius) yang disebabkan oleh virus, pada umumnya menyerang
anak – anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan
dunia. Penularan penyakit campak adalah dari orang ke orang
melalui droplet respiration atau dapat pula secara air borne sebagai
nucleus droplet aerosol. Penyakit campak sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan kecacatan dan kematian yang diakibatkan oleh
komplikasi seperti radang paru/pneumonia (1%-6%), radang
telinga/otitis media (7-9%), dan encephalitis (1/1000 s/d 1/2000),
Subacute sclerosing panencephalitis (1/100.000 kasus) dan kematian
(1/10.000) kasus.
Penyakit campak di Indonesia sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan yang harus ditangani karena kasus campak masih
tinggi dan hampir di semua daerah masih terdapat kejadian luar
biasa. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian campak
adalah sumber daya manusia yang secara umum masih rendah
sehingga keberhasilan program kesehatan belum seperti apa yang
diharapkan khususnya program reduksi penyakit campak. Di antara
penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi campak
adalah penyebab utama kematian pada balita oleh karena itu
pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi
angka kematian balita (Depkes RI, 2010).

B. Saran
Setelah menyusun makalah terkait penyakit campak penulis
tentunya sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata semourna.

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai