PENYAKIT CAMPAK
DISUSUN OLEH :
RENI (3201021002)
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.
Bau-
bau, 23 Sep 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB 1.............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Bekakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................4
BAB II............................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................5
BAB III.........................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................21
A. Kesimpulan........................................................................................21
B. Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Bekakang
1
Namun pada tahun 2015 kembali mengalami peningkatan hingga
tahun 2017 (3,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk).
2
rendah dari tahun 2019 sebanyak 32 KLB. Pada tahun 2020,
dilaporkan tidak ada kematian pada kasus suspek campak.
3
pada beberapa tahun mendatang dalam usaha mengembangkan dasar
kebijaksanaan pemberantasan penyakit campak sebelum
meningkatkan program pengendalian (eradikasi) penyakit campak
dimulai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu campak?
2. Apa Gejala Campak ?
3. Bagaimana Mengobati penyakit Camapak?
4. Bagaimana Mencegah penyakit Campak?
5. Berapa Masa Inkubasi penyakit Campak?
6. Apa itu Triad Epidemiologi Camapak?
7. Apa itu Riwayat Alamiah Campak?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit camapk
2. Untuk mengetahui gejala campak
3. Untuk mengetahui pengobatan penyakit camapk
4. Untuk mengetahui pencegahan penyakit campak
5. Untuk mengetahu masa ingkubasi penyakit campak
6. Untuk mengetahui Triad Epidemiologi Camapak
7. Untuk mengetahui apa itu riwayat alamiah camapak
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
masih dijumpai kejadian luar biasa campak di beberapa propinsi di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
apa sajakah yang mempengaruhi kejadian campak di Puskesmas
Purwosari Kabupaten Kudus. Jenis penelitian adalah analitik dengan
menggunakan pendekatan Case Control. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Agustus 2012. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah
ibu yang mempunyai balita dan terkena campak tercapat dari tahun
2011 sebanyak 17 dan populasi kontrol ibu yang mempunyai balita
dan tidak terkena campak tercatat dari tahun 2011 sebanyak 597,
sampel kasus dalam penelitian ini sebanyak 34 ibu dengan sampel
kasus 17 yang balitanya terkena campak dan sampel kontrol 17
balitanya tidak terkena campak. Analisis uji statistik yang digunakan
adalah uji Regresi Logistik.Hasil uji statistik Regresi Logistik
menunjukan bahwa ada pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian campak di Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus adalah
dari faktor umur pemberian imunisasi dengan p value 0,020 dan OR
= 5,760; status imunisasi dengan p value 0,001 dan OR = 24,375;
faktor status gizi dengan p value 0,009 dan OR = 7,800. Terdapat
pengaruh faktor umur pemberian imunisasi, status imunisasi dan
status gizi terhadap kejadian campak di Puskesmas Purwosari
Kabupaten Kudus.
6
7. nafsu makan yang menurun
Dua atau tiga hari setelah gejala awal campak muncul , biasanya
menyusul gejala selanjutnya , yaitu muncul bintik - bintik putih
keabuan di mulut dan tenggorokan,. Setelah itu , muncul ruam
berwarna merah kecokelatan yang dimulai dari sekitar telinga ,
kepala , leher , dan menyebar ke seluruh tubuh . Penting
diperhatikan , ruam kulit tersebut muncul 7-14 hari setelah paparan
dan dapat bertahan selama 4-10 hari . Sementara itu , demam tinggi
akibat penyakit ini biasanya akan mulai turun pada hari ketiga
setelah ruam muncul.
7
untuk diketahui, anak yang menderita campak harus dipantau
secara rutin, karena rentan terserang penyakit lain, seperti infeksi
telinga atau paru-paru basah. Jika hal ini terjadi, segera periksakan
anak ke dokter agar dapat diberikan antibiotic. Jangan berikan
aspirin kepada anak – anak. Mengapa ? Sebab, obat ini dapat
memicu sindrom Reye, yang bisa mengancam nyawa. Sementara,
pasien campak yang kekurangan vitamin A cenderung mengalami
gejala yang lebih parah . Oleh karenanya, dokter akan memberikan
suplemen Penting vitamin A agar gejala campak tidak terlalu parah .
penderita yang belum melakukan latihan campak tetap dapat
diberikan vaksin campak dalam waktu 72 jam setelah timbul gejala.
Vaksin yang diberikan setelah terkena campak bertujuan untuk
mengurangi keparahan gejala. Selanjutnya, dokter juga dapat
memberikan antibodi pada penderita dengan kekebalan tubuh yang
lemah, bayi, dan ibu hamil. Jika diberikan dalam waktu 6 hari
setelah terinfeksi, antibodi bisa meringankan gejala.
8
menetapkan 3 strategi sebagai upaya pencegahan dan pengendalian
Campak di Indonesia antara lain:
1. Crash program campak untuk anak balita di daerah risiko tinggi.
2. Catch-upcamaingn campak untuk anak sekolah
3. Introduksi pemberian dosisi kedua melalui kegiatan rutin BIAS
untuk kelas satu SD pada tahun berikutnya setelah catch-up
campaign.
9
kesehatan . Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien campak adalah definisi penyakit campak , faktor -
faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya
upaya menekan campak , pengelolaan campak secara
pencegahan dan pengenalan komplikasi campak .
Imunisasi Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit
campak dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin
yaitu diberikan pada bayi berumur 9 -15 bulan. Keberhasilan
program imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus
campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat
disebabkan oleh antibodi yang dimiliki oleh bayi semenjak
lahir atau antibodi maternal serta kerusakan vaksin akibat
penyimpanan , pengangkutan, atau penggunaan di luar
pedoman ( Widoyono , 2011 ) . sedangkan menurut
( Supriatin , 2015 ), gagalnya imunisasi disebabkan karena
tidak terbentuknya imunitas bayi setelah dilakukan imunisasi,
hal ini terjadi karena vaksin pada bayi akan membentuk
sekitar 85 % antibodi protektif
2. Pencegahan campak secara sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan - tindakan
seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini
campak serta penanganan segera dan efektif. Karena sifatnya
yang menular, pelacakan kontak sangat penting untuk
menentukan sumber penularan untuk kasus campak ( endemik
versus impor /import ), serta untuk Mengidentifikasi mereka
yang mungkin terinfeksi oleh kasus tersebut. Setiap orang yang
melakukan kontak dengan pasien campak dalam empat hari
sebelum dan sebelum timbulnya ruam mungkin terinfeksi dan
harus dipantau oleh petugas kesehatan selama 23 hari sejak
kontak terakhir dengan kasus yang dikonfirmasi. ( Kemenkes ,
2018 )
10
Tujuan untuk kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang tampa tampa gejala yang
telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Pencegahan
penyakit campak dapat dilakukan dengan cara menjaga
kesehatan seperti mengomsumsi makanan sehat, berolahraga
yang teratur, istirahat yang cukup, dan melakukan imunisasi.
Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan
bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak.
3. Pencegahan campak secara tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah
kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang di lakukan antara
lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecacatan
tubuh dan melakukan rehabitasi sedini mungkin bagi penderita
yang mengalami kecatatan. Dalam upaya ini diperlukan
kerjasama yang baik antara pasien dan dokter yang terkait
dengan komplikasinya.
11
mikroorganisme yang sangat mudah menular antara individu satu ke
individu lain , terutama pada anak - anak yang memasuki usia pra
sekolah dan tamat SD . Penyakit ini mudah menular melalui sistem
pernapasan , terutama ludah atau cairan yang keluar dari sistem
pernapasan , seperti pada saat bersin , batuk , maupun berbicara
( Kemenkes , 2017 ) . Rantai penularan campak sangat sulit
diputus , karena penyakit ini menularkan kepada orang lain pada 4
hari sebelum timbul ruam sampai 4 hari setelah timbul ruam
( Finazis , 2014 ) .
12
daenvironment ( lingkungan fisik , sosial dan biologis ).
13
telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup ( Chin ,
2007 ) .
Epidemiologi
Etiologi
14
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai
RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.
Virus campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H
(Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel
penderita. Protein F (Fusion) meningkatkanpenyebaran virus dari sel
ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung
virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus
terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase
phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas
polimerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai
struktur protein nucleocasid. Karena virus campak dikelilingi lapisan
pelindung lipid, maka muda diinaktivasi oleh cairan yang
melarutkan lipid, seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga
dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>37*C), suhu dingin (<20*C),
sinar ultraviolet, serta kadar (PH) ekstrim (PH <5 dan >10). Virus ini
jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2
jam.
Patofisiologi
15
Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,
monosit, dan makrofag.
Klinis
16
timbulnya . Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi
kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.
17
Tahap ini mulai timbul gejala dalam waktu 7-14
hari setelah terinfeksi , yaitu berupa : ( Tuti R dan
Alan R. , 2002 ) :
1. Demam atau suhu badan dapat meningkat
pada hari ke - 5 atau ke 6 , yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang - kadang
temperatur dapat bifasik dengan peningkatan
awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama
diikuti dengan periode normal selama satu
hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang
cepat sampai 380-400C saat erupsi ruam
mencapai puncaknya.
2. Nyeri tenggorokan dan nyeri otot.
3. Hidung meler ( Coryza ) Tidak dapat
dibedakan dari common cold. Batuk dan
bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan
sekret yang mukopurulen dan menjadi profus
pada saat erupsi mencapai puncaknya serta
menghilang bersama dengan menghilangnya
panas ( Rampengan , 2008 ).
4. Batuk ( Cough ) disebabkan oleh reaksi
inflamasi mukosa saluran pernapasan .
Intensitas batuk meningkat dan mencapai
puncaknya pada saat erupsi . Namun , batuk
dapat bertahan lebih lama dan menghilang
secara bertahap dalam waktu 5-10 hari
5. Bercak koplik merupakan bercak - bercak
kecil yang irregular sebesar ujung jarum pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian
tengahnya berwarna putih kelabu . Gambaran
ini merupakan salah satu tanda patogmonik
morbili . Beberapa jam sebelum timbulnya
18
rash sudah dapat ditemukan adanya bercak
koplik dan menghilang dalam 24 jam hari
kedua setelah timbulnya rash
6. Rash Timbul setelah 3-4 hari panas . Rash
mulai sebagai eritema makulopapuler , mulai
timbul dari belakang telinga pada batas
rambut , kemudian menyebar ke daerah pipi ,
leher , seluruh wajah dann dada serta biasanya
dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke
lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh
mencapai kaki pada hari ketiga . Pada saat
rash sudah sampai kaki , rash yang timbul
duluan mulai berangsur - angsur menghilang .
7. Mata merah ( conjuctivitis ) Pada periode
awal stadium prodormal dapat ditemukan
transverse marginal line injection pada
palpebra inferior . Gambaran ini sering
dikaburkan dengan adanya inflamasi
konjungtiva yang luas dengan disertai adanya
edema palpebra . Keadaan ini dapat disertai
dengan adanya peningkatan lakrimasi dan
fotophobia . Konjungtivitis akan menghilang
setelah demam turun.
o Tahap lanjut
Munculnya ruam - ruam kulit yang
berwarna merah bata dari mulai kecil - kecil
dan jarang kemudian menjadi banyak dan
menyatu seperti pulau - pulau . Ruam
umumnya muncul pertama dari wajah dan
tengkuk, dan segera menyebar menuju dada,
punggung, perut serta kaki dan tangan .
19
kondisi suhu badan dapat mencapai 40oC ) ,
dan dapat mengakibatkan kematian, keadaan
inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti Pneumonia ,
Gastroenteritis, Ensefalitis, Otitis medis,
Mastoiditis, Laringotrakheobronkitis, Cervical
adenitis , Purpura tuerkulosis , Ulkus kornea ,
dan Apendisitis
o Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit campak
dapat berada dalam lima pilihan keadaan ,
yaitu :
a. sembuh sempurna , yakni terbebas dari
penyakit dan kondisi tubuh menjadi
pulih dan sehat kembali.
b. Sembuh dengan cacat , yakni
meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa bercak - bercak
kecoklatan yang disebut
hyperpigmentation.
c. Karier, di mana tubuh penderita pulih
kembali , namun penyakit masih tetap
ada dalam tubuh tanpa
memperlihatkan gangguan penyakit.
d. Penyakit tetap berlangsung secara
kronik karena berbagai komplikasi
yang ditimbulkan
e. Berakhir dengan kematian
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular
(infeksius) yang disebabkan oleh virus, pada umumnya menyerang
anak – anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan
dunia. Penularan penyakit campak adalah dari orang ke orang
melalui droplet respiration atau dapat pula secara air borne sebagai
nucleus droplet aerosol. Penyakit campak sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan kecacatan dan kematian yang diakibatkan oleh
komplikasi seperti radang paru/pneumonia (1%-6%), radang
telinga/otitis media (7-9%), dan encephalitis (1/1000 s/d 1/2000),
Subacute sclerosing panencephalitis (1/100.000 kasus) dan kematian
(1/10.000) kasus.
Penyakit campak di Indonesia sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan yang harus ditangani karena kasus campak masih
tinggi dan hampir di semua daerah masih terdapat kejadian luar
biasa. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian campak
adalah sumber daya manusia yang secara umum masih rendah
sehingga keberhasilan program kesehatan belum seperti apa yang
diharapkan khususnya program reduksi penyakit campak. Di antara
penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi campak
adalah penyebab utama kematian pada balita oleh karena itu
pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi
angka kematian balita (Depkes RI, 2010).
B. Saran
Setelah menyusun makalah terkait penyakit campak penulis
tentunya sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata semourna.
21
DAFTAR PUSTAKA
22