Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh :
Ns. Neni Triana ,S. Kep,M. Kep
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATAPENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Meningitis ..............................................................................
B. Gejala Meningitis..................................................................................
C. Etiologi Meningitis...............................................................................
D. Patofisiologi Meningitis .......................................................................
E. WOC ....................................................................................................
F. Penatalaksanaan ...................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami konsep serta mampu menerapakan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan kasus Meningitis di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengerti serta memahami definisi dari Meningitis
b. Mahasiswa mengetahui gejala terjadinya Meningitis
c. Mahasiswa dapat memahami Etiologi terkait
d. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi penyakit Meningitis
e. Mahasiswa dapat memahami Woc
f. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari kasus Meningitis
g. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat
dilakukan pada pasien Meningitis
h. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan asuhan keperawatan kasus
Meningitis secara teoritis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Secara ringkas, pengertian dari meningitis adalah inflamasi pada meningen atau
membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Penyebab meningitis
meliputi 1) bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokus, pneumokokus, dan basil influensa; 2) virus, yang disebabkan olèh
agens-agens virus yang sangat bervariasi; dan 3) organisme jamur.(Arif Muttaqin. Hal
74)
Secara anatomi meningen menselimuri oral dan medula spinalis (dapat dilihat.
pada Gambar 1-8). Selaput Otak terditi atas riga lapisan dari luar ke dalam Yale dura
mater, arakhnoid, dan pia mater. Dura mater terdiri atas lapisan Yang berfungsi
kecuali di dalam tulang tengkorak, di mana lapisan terluarya melekat pada tulang dan
terdapat sinus venous. Secara ringkas pengertian dari meningitis adalah radang pada
meningen/ membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis (Arif
Muttaqin. Hal 160)
Meningitis adalah Infeksi calran otak disertal radang yang mengenal plameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenal jaringan otak dan medula
spinalis yang superfisial,(Ronny Yoes. Hal 169)
• GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang timbul pada meningitis balterial berupa sakit kepala, lemah,
menggigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku kuduk, kejang, peka pada
awal serangan, dan kesadaran menurun menjadi koma. Gejala meningitis akut berupa
bingung, stupor, semi-koma, peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan
pernapasan meningkat, TD biasanya normal, klien biasanya menunjukkan pejala
iritasi meningeal seperti kaku pada leher, tanda Brudzinski (Brudzinki's sign) positif,
dan tanda Kernig (Kernig'ssign) positi (Fransisca B. Batticaca Hal 141)
C. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
Penyebab meningitis antara lain:
1. Kuman sejenis Pneumococcus sp, Hemofilus influenza, Staphylococcus,
Streptococcus, E. coli, Meningococcus, dan Salmonella yang merupakan penyebab
infeksi pada tempat lain pada tubuh dan masuk melalui aliran darah (hematogen)
2. Komplikasi penyebaran tuberculosis primer biasanya dari paru dan perluasan
langsung dari infeksi (perkontinuitatum)
3. Implantasi langsung spt akibat trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi
lumbal.
4. Aspirasi dari cairan amnion dan infeksi kuman secara transplasental pada neonatus.
5. Faktor predisposisi: jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
6. Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin.
D. patofisiologi
Infeksi langsung dengan adanya penetrasi trauma seperti fraktur tengkorak dan
luka tembak. Fraktur tengkorak dengan kerusakan SP merupakan penyebab utama
meningitis. Infeksi yang dekat dengan meningen berpotensial menimbulkan
meningitis seperti sinusitis, mastoiditis, otitis media (infeksi telinga tengah), dan
osteomielitis pada tulang tengkorak. Infeksi menyebar secara limfogen (melalui
kelenjar limfa ke medula spinalis berasal dari retrofaringcal atau retroperitoneal).
Cacat bawaan khususnya mielomeningokel (meningonyelocele) memungkinkan
terjadinya infeksi (Fransisca B. Batticaca Hal 140)
E. WOC
F. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempt bekerja yang berguna sebagai
bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan
meningitis meliputi:
Pemberian antibiotik yang mampu melewati barer darah otak kerang
subarakhnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan
bakteri. Biasanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan
hasil uji resistensi antibiotik agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis
tuberkulosa):
• Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2 x sehari maksimal 500 mg selama 1½
tahun.
Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan. Obat
anti-infeksi (meningitis bakterial):
Sefalosporin generasi ketiga
Amfisilin 150-200 mg (400mg)kgBB/24 jam, IV, 4-6 x sehari
Kloramfenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari. Pengobatan simtomatis:
Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kgBB/dosis, atau rektal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau Fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7
mg/kgBB/24 jam, 3 × sehari. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10
mg/kgBB/dosis.
Antiedema serebri: Diuretik osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
Pemenuhan oksigenasi dengan O Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok
hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan intravena
G. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisis cairan otak.
Lumbal pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien dengan peningkatan tekanan
intrakranial. Analisis cairan otak diperiksa untuk mengetahui jumlah sel, protein,
dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa
cairan otak. Normalnya, kadar glukosa cairan otak adalah 213 dari nilai serum
glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari
nilai normal. Untuk lebih spesifik mengetahui jenis mikroba, maka organisme
penyebab infeksi dapat didentifikasi melalui kultur kuman pada cairan
serebrospinal dan darah. Counter immuno electrophoresis (CIE) digunakan secara
luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan
serebrospinal dan urine. Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien
meliputi foto Rontgen paru,CT scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan
adanya edema serebriatau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal,
kecuali pada penyakityang sudah sangat parah. (Arif Muttaqin Hal 170)
b. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda rangsang meningeal.
2. Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset.
3. Gejala neurologis fokal berupa gangguan syaraf kranialis.
4. Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media, mastoiditis,
pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitis).
BAB III
A. Pengkajian
Identitas pasien
meliputi : nama, umur (, jenis kelamin (biasanya pada anak laki-laki dan wanita
sebagai carier), agama, suku/bangsa, alamat, tgl. MRS, dan penanggung jawab
1. Riwayat infeksi terakhir (infeksi pada saluran pernapasan atas, telinga, sinus),
prosedur, atau trauma yang dapat menembus sistem saraf pusat.
2. Sakit kepala, sakit punggung, kaku leher, dan fotofobia.
3. Demam dan muntah cenderung terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
4. Perubahan status mental.
5. Tanda-tanda karakteristik iritasi meningen: kaku kuduk, Brudzinski's sign dan
Kernig's sign positif (dapat dilihat pada Figur 10-1).
6. Rum petekia atau purpuria, yang mengindikasikan meningitis meningokokal.
7. Bayi yang kurang dari 2 bulan dapat mengalami peka rangsang, letargi,
muntah, makan buruk, kejang, menangis melengking, demam, atau hipotermia.
Bayi yang berumur 2 tahun dapat mengalami peka rangsang, letargi, muntah
makan buruk, kejang, menangis melengking, demam, atau hipotermia
perubahan pola tidur, fontanel cekung, demam, tanda-tanda iritasi meningen.
Sedangkan anak-anak lebih dari 2 tahun mengalami tanda dan gejala hampir
sama dengan yang dialami orang dewasa dengan penurunan progesif pada
responsivitas.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien sering mengeluh badan panas tinggi, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran
b. Riwayat Penyakit
Pasien sering mengalami sakit kepala dan demam dan mengalami kejang
c. Riwayat penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan dia
berobat tapi tidak ditindak lanjuti
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada memiliki penyakit yang sama seperti
klien
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital (TTV),Pada klien
meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu
3$-41°C, dimulai dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat.
Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen
yang sudah mengganggu pusat pengatur subu tubuh. Penurunan denvut nadi
terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai
peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum dan adanva infeksi pada sistem pernapasan sebelum
mengalami meningitis. Tekanan darah biasanva normal atau meningkat karena
tanda-tanda peningkatan TIK
B. Diagnosa
1. Hipertermi
2. Nyeri Akut
3. Resiko gangguan ferpusi ferifer
4. Pola nafas tidak efektif
5. Resiko ketidakseimbangan cairan
6. Ketidakberdayaan
C. Intervensi
Diagnosa Intervensi
1.Hipertermi Manajemen hiepertermia
Tujuan:
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
suhu tubuh akibat disfungsi termoregulasi
Observasi:
Identifikasi penyebab
hipertemia(mis.dehidrasi,terpapar
lingkungan panas,penggunaan
incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor pengeluaran urine
Monitor komplikasi akibat hipertemia
Terapeutik:
Sediakan lingkungan yg dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipas permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen stiap hari atau lebih sering
jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebihan)
Lakukan pendinginan eksternal
(misselimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Hindari emberian antiiretik atau
aspirin
Berikan oksigen, jika peru
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan komponen keempat dari proses
keperawatan setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi
keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhahan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010). Intervensi
keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan.
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2010) adalah fase kelima atau terakhir
dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai
dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment,
planing) (Achjar, 2010). Adapun komponen SOAP yaitu S (subjektif) dimana perawat
menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan, O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
tindakan keperawatan, A (assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan
objektif, P (planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya (Nikmatur & Saiful, 2012).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang
menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau
nonspesifik atau virus. Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap
sebagai kondisi medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema dan ini bisa
berujung pada kematian. Gejala yang biasanya di tampakkan oleh penderita Meningitis
adalah sakit kepala, demam, sakit otot-otot, dan lain-lain.
Untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit meningitis yaitu dengan mencuci
tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat, menutup mulut saat bersin atau batuk,
jika sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih makanan. Banyak kasus meningitis
virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam vaksin. Bicarakan dengan dokter
jika Anda tidak yakin apakah vaksinasi Anda yang terbaru atau tidak.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup
kemungkinan masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan
seluruh jajaran terkait, dapat memandang positif serta memahami adanya informasi ini,
sesuai apa yang dibahas didalamnya dengan menerapkan sesuai peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin , 2008 : Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan.
Jakarta, Salemba Medika.
Arif Muttaqin , 2008 : Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan.
Jakarta, Salemba Medika.
dr. Harsono. DSS, 2015 : kapita selekta neurologi, jl. Grafika no.1.Bulak sumur
Yogyakarta,55281. Gadjah mada university press
dr. Yoseph Budiman. SP.S, 2013 : pedoman standar pelayanan medic dan standar prosedur
operasional neurologi, Bantul. PT Refika Aditama.
Fransisca B.batticaca,2011:Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan.Jakarta.Salembah Medikah