Anda di halaman 1dari 51

KEPERAWATAN ANAK I

“Patofisiologi Dan Askep Sistem Syaraf Untuk Penyakit


Meningitis Pada Anak”

Disusun Oleh :

Ayu Putri Ananda 142011003


Ghina Kalbiah 142011011
Rima Alfiana 142011025
Yeni Afriani 142011033
Yommi Putri Aprilia 142011035
Yugi Amaliandini 142011036

Dosen Pengampu : Komalaasari, M.Kep

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah mencurahkan
karunianya serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah bejudul
“Patofisiologi Dan Askep Sistem Syaraf Untuk Penyakit Meningitis Pada Anak”
ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam kita kirimkan kepada junjungan alam,
Nabi Muhammad saw karena beliaulah yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah hingga zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada guru pembimbing, Komalasari, M.Kep yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dengan memberikan masukan dan
saran yang tentunya sangat bermanfaat bagi penulis dari awal pembuatan hingga
dapat menyelesaikannya.

Makalah ini dibuat salah satunya adalah untuk memenuhi tugas


Keperawatan Anak I. Untuk itu, penulis mengharapkan Makalah ini nantinya dapat
diterima dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan. Selain itu, makalah ini
juga untuk mengetahui bagaimana dapat menjadi pelajaran bagi penulis pribadi
khususnya untuk mengintropeksi diri sehingga lebih baik kedepannya.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak dan semoga makalah ini dapat diterima serta bermanfaat bagi
semua yang membacanya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Konsep Dasar Penyakit......................................................................................6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...............................................................19
BAB III.......................................................................................................................29
TINJAUAN KASUS..................................................................................................29
BAB IV........................................................................................................................50
PENUTUP..................................................................................................................50
A. Kesimpulan.........................................................................................................50
B. Saran...................................................................................................................50
BAB V........................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................52

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang


utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab
infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis
merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan
angka kecacatan 30-50%.

Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian


penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae
tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian lanjutan,
didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia
pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per
100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0-4 tahun dan 15 - 19 tahun.
Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae angka
kejadian pertahun 10 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan
diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan angka
kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan gangguan
pendengaran 28%.

Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya


gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai
peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan durasi
dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis akut
memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari, sedangkan
meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-minggu hingga berbulan-
bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling tumpang tindih karena
etiologinya sangat bervariasi. Oleh karena itu sangat diperlukan tenaga kesehatan

1
perawat yang kompeten dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
meningitis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar penyakit meningitis?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan anak dengan meningitis?

C. Tujuan

Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami konsep dasar penyakit meningitis


meliputi:

a. Definisi meningitis

b. Etiologi meningitis

c. Manifestasi klinis meningitis

d. Patofisiologi meningitis

e. Komplikasi meningitis

f. Penatalaksanaan pada meningitis

Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat konsep asuhan keperawatan


anak dengan meningitis meliputi:

a. Pengkajian

b. Pemeriksaan penunjang

C. Diagnosa dan intervensi keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, 2006)
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
(NANDA. 2012)

Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri


terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus
atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang
disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)

Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum tulang
belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur),
tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan
kondisi lainnya. (WHO, 2014)

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok,
hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter.
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla
spinalis yang superfisial.

2. Klasifikasi

3
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu :

a. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain yang
menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria meningitidisis).
pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus influenzae.Ada pula yang
timbul karena perjalanan radang langsung dari radang tulang tengkorak, mastoiditis
misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus kepala.Penyebabnya. ialah
streptokok. stafilokok, kadang-kadang pneumokok. Likuor serebrospinal keruh
kekuning-kuningan karena mengandung pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit
hidup dan yang mati, jaringan yang mati dan bakteri.

Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil. nyeri
kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan
umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi. setelah 12-24 jam tibul gambaran
klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan brudzinski. Bila terjadi
koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan
cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah
terangsang dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan
halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi
dilatasi pupil dan koma.

b. Meningitis serosa

Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lain. seperti


lues, virus, Toxoplasma gondhii. Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih meskipun
mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.

Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang
dewasa.Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis

4
primer, biasanya dari paru-paru. Meningitis bukan terjadi karena terinfeksi selaput
otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau vertebra yang kemudian
pecah ke dalam rongga arachnoid.

Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa.Pada


meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau
pengobatan yang terlambat.Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis
sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorpsi berkuran atau
produksi berlebihan dari likuor serebrospinal. Anak juga bisa menjadi tuli atau buta
dan kadang-kadang menderita retardasi mental.

Gambaran klinik pada penyakit ini mulanya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu
tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun,
nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan
dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski.
Dapat terjadi hemiparases dan kerusakan syaraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,
N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

Sedangkan berdasarkan etologinya meningitis terbagi atas:

a. Meningitis Bakterial

Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai


dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan
terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. merupakan
karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme masuk kedalam
ruang arahnoid dan subarahnoid.

Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian


sekitar 25 %.

5
Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa
pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus. Meningitis bakterial jika
cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan mendapatkan hasil
yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis purulen atau
meningitis septik.

Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah: Streptococcus


pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.

Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering


meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-
anak. Neisseria meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi
pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran
darah.Haemophilus influenza, Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis
bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis.Jenis bakteri ini sebagai penyebab
terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan
sinusitis.Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka
penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.Staphylococcus
aureus, Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.

Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negatif.Pada anak anak bakteri
tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan Diplococcus
pneumonia. (Satyanegara, 2010)

b. Meningitis Virus

6
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik.Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi: measles, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster.

Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang akut
dengan gejalah rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor serebrospinalis dengan
deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit tidak lama dan selflimited tanpa
komplikasi.

Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA
adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus
(influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain virus herpes,
dan retrovirus (AIDS). Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali
seperti semula (penyembuhan secara komplit). Pada kasus infeksi virus akut,
gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis
akut.Derajat ringan akut meningo ensepalitis mungkin terjadi pada banyak infeksi
virus akut, biasanya terjadi pada anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa tidak
teridentifikasi.

c. Meningitis Jamur

Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya
juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat
berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista). Angka
kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30-40% dan insidensinya meningkat
seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh.
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur. disebabkan oleh
infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).

7
3. Etiologi

a. Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis. Adapun beberapa bakteri yang secara
umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:

 Haemophillus influenza

 Nesseria meningitides (meningococcal)

 Diplococcus pneumoniae (pneumococca)

 Streptococcus, grup A

 Staphylococcus aureus

 Escherichia coli Klebsiella

 Proteus

 Pseudomonas

b. Virus

Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya
sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler. Virus: Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.

Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak. mumps, herpes
simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel
sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau
neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.

8
c. Faktor predisposisi

Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.

d. Faktor maternal

Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.

e. Faktor Imunologi

Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat


imunosupresi.

4. Faktor resiko terjadinya meningitis:

a. Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC,
perikarditis, dll.

Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas faktor
pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :

- Otitis media

- Pneumonia

- Sinusitis

-Sickle cell anemia

-Fraktur cranial, trauma otak

-Operasi spinal

9
-Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan
tubuh seperti AIDS.

b. Trauma kepala

Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea

c. Kelainan anatomis

Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah.
operasi cranium.

5. Manifestasi Klinis

- Neonatus: menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.

- Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif. reflex fisiologis hiperaktif. ptechiae atau pruritus
(menunjukkan adanya infeksi meningococcal). - Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan
hingga 2 tahun): demam, malas makan, muntah. mudah terstimulasi, kejang,
menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan
Brudzinsky positif.

6. Patofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub

10
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.

Organisme (virus/ bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan


otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.

7. Komplikasi

Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:

a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.

b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada meningen


dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.

c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi


Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis.
Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial. d. Abses otak. Abses otak

11
terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis tidak mendapat
pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.

e. Epilepsi

f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang


sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.

g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Terapeutik

Isolasi

- Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur.


diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.

- Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan mencegah


kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.

- Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi
heparin pada anak yang mengalami DIC,

-;Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi

- Mempertahankan ventilasi

- Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial

12
- Penatalaksanaan syok bacterial

- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim

- Memperbaiki anemia

b. Penatalaksanaan Medis

-Antibiotik sesuai jenis agen penyebab

- Steroid untuk mengatasi inflamasi

- Antipiretik untuk mengatasi demam

- Antikonvulsant untuk mencegah kejang

-Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan

-Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).

-Pemberian cairan intravena.

-Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang

Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer laktat dengan
dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat
dehidrasi. Ini diberikan karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan
melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat
kesadaran yang menurun.

Pada dosis awal diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara
intravena. Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal
pada neonatus 30 mg. anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun
75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2

13
kali pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari
berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian.
Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh
juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.

Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara,


cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan
kejang pada anak karena peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat
berlangsung cepat.

Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui section dan


memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan
jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mensupport kebutuhan
metabolisme yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi pusat pernafasan
karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan
lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernafasan. Pemberian oksigen pada
anak dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-400mg/KgBB
dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena dikombinasikan dengan
kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini
yang paling rasional melalui kultur dari pembelian cairan serebrospinal melalui
lumbal fungtio.

9. Penatalaksanaan di Rumah:

Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu panas
dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi mensupport penyediaan

14
oksigen lingkungan yang cukup karena anakyang menderita demam terjadi
peningkatan metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen yang
cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran
pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain
mempersulit perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya
kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.

-Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala miring
hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan nafas
sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.

- Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam. Kompres
ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi. Perpindahan panas
anak biar dapat lebih efektif dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis
sehingga panas tubuh anak mudah berpindah ke lingkungan.

-Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk patokan
umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60-120 mg, 1-5 tahun
120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.

- Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata kebutuhan
30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk mengganti cairan yang
hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan
fungsi sel tubuhyang sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan
minuman hangat dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran
pernafasan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

15
- Riwayat keperawatan: riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala

- Pada neonatus: kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap
kurang, muntah

- Pada anak-anak dan remaja: kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia,
delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk,
opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae
atau pruritus.

- Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): kaji adanya demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih, ubun-ubun
menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.

2. Pemeriksaan Penunjang

- Lumbal Pungsi

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein,
cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.

- Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan


meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.

- Glukosa & dan LDH : meningkat.

- LED/ESRD: meningkat.

- CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.

- Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial

- Kultur Swab Hidung dan Tenggorokan

16
3. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan :

- Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit

- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil:

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

- Rasa sakit kepala berkurang

- Kesadaran meningkat

- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial akan
terlentang tanpa bantal dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
dengan GCS. lanjut
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada keadaan normal autoregulasi
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada mempertahankan keadaan tekanan darah
hipertensi sistolik sistemik berubah secara fluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler

17
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan diikuti
oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadar, nausea yang
menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah, Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
batuk. Anjurkan pasien untuk intrakranial dan intraabdomen.
mengeluarkan napas apabila bergerak Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
atau berbalik di tempat tidur atau merubah posisi dapat melindungi diri
dari efek valsava
Kolaborasi Meminimalkan fluktuasi pada beban
Berikan cairan perinfus dengan perhatian vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi
ketat cairan dan cairan dapat menurunkan
edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian Adanya kemungkinan asidosis disertai
oksigen dengan pelepasan oksigen pada tingkat
sel dapat menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi yang diberikan dapat menurunkan
seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika permeabilitas kapiler, Menurunkan edema
serebri, menurunkan metabolik
sel/konsumsi dan kejang.

2. Nyeri sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak

18
Tujuan :

Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang/ rasa sakit terkontrol

Kriteria hasil:

Pasien dapat tidur dengan tenan

Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan Mengetahui tingkat nyeri yang
dengan menggunakan skala nyeri dirasakansehingga memudahkan
pemberian intervensi
Pantau saat muncul awitan nyeri Menghindari pencetus nyeri merupakan
salah satu metode distraksi yang efektif
Usahakan membuat lingkungan yang Menurukan reaksi terhadap rangsangan
aman dan tenang ekternal atau kesensitifant terhadap
cahaya dan menganjurkan pasien untuk
beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan Dapat menyebabkan vasokontriksi
kain dingin pada mata pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
sesuai kondisi dengan lembut dan hati- tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
hati disconfort
Kolaborasi Mungkin diperlukan untuk menurunkan
Berikan obat analgesic rasa sakit. Catatan: Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada
status neurologis sehingga sukar untuk
dikaji.

3. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status


mental dan penurunan tingkat kesadaran

19
Tujuan:

INTERVENSI RASIONALISASI
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut Gambaran tribalitas. sistem saraf pusat
dan otot-otot muka lainnya. memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang. papan
pengaman, dan alat suction selalu berada
dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama fac akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Berikan terapi sesuai advis dokter Catatan: Phenobarbital dapat
seperti: diazepam, phenobarbital, dll. menyebabkan respiratorius depresi dan
sedasi.

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan:

Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.

Kriteria hasil:

Suhu tubuh 36,5-37,5°C.

INTERVENSI RASIONALISASI
Ukur suhu badan anak setiap 4 jam Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu badan
mendekati normal
Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam dengan proses
konduksi

20
Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5
0C.
Kolaborasi dengan tim medis: pemberian Untuk mengurangi demam dengan aksi
antipiretik sentralnya hipotalamus

5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan:

Anak dapat mempertahankan fungsi sensori

Kriteria hasil:

Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual,


mendemontrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.

INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji tingkat kesadaran sensorik Tingkat kesadaran sensorik yang buruk
dapat meningkatkan resiko terjadinya
injury
Kaji reflek pupil, extraocular movement. Penurunan reflek menandakan adanya
respon terhadap suara, tonus otot dan kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh
reflek-reflek tertentu terhadap keamanan pasien
Hilangkan suara bising Menurunkan stimulan dari lingkungan
Bertingkah laku tenang, konsisten, bicara Dapat membantu memudahkan pasien
lambat dan jelas dalam berkomunikasi dan meningkatkan
pemahaman anak

6. Resiko (penyebaran) infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan terhadap


infeksi

Tujuan:

21
Anak akan mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan dengan orang lain

INTERVENSI RASIONALISASI
Pertahankan teknik aseptic dan cuci Menurunkan pasien terkena infeksi
tangan baik pasien, pengunjung maupun sekunder. Mengontrol penyebaran infeksi,
staf mencegah pemajanan pada individu
maupun staf terinfeksi (mis: individu yang
mengalami infeksi saluran pernafasan
atas)
Pantau dan catat teratur tanda-tanda Terapi obat akan diberikan secara terus
klinis dari proses infeksi menerus selama lebih dari 5 hari setelah
suhu turun (kembali normal) dan tanda-
tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda
klinis terus merupakan indikasi
perkembangan dari meningokosemia akut
yang dapat bertahan sampai dengan
berminggu minggu atau berbulan-bulan
atau penyebaran pathogen secara
hematogen/sepsis
Ubah posis pasien secara tertatur setiap Mobilisasi secret dan meningkatkan
2 jam. kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernafasan
Catat karakteristik urine seperti warna, Urine statis, meningkatkan dehidrasi
kejernihan dan bau resikokemih/ginjal/awitan sepsis dan
terhadap kelemahan infeksi umumi
kandung
Kolaborasi dengan tim medis : Obat yang dipilih tergantung infeksi dan
pemberian antibiotic. sensitifitas individu. Catatan: obat cranial
mungkin diindikasikan untuk basillus

22
gram negative, jamur, amoeba

7. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah

Tujuan:

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak tidak terjadi

Kriteria Hasil:

Masukan nutrisi adekuat

Tidak mengalami penurunan BB

INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji kemampuan pasien untuk Berpengaruh terhadap pemilihan jenis
mengunyah, menelan, batuk dan makanan
mengatasi sekresi
Hindari makanan yang memperburuk makanan hangat meminimalkan risiko
mual dan muntah muntah
Anjurkan kepada orang tua untuk meningkatkan proses pencernaan dan
memberikan makanan dalam porsi kecil toleransi pasien terhadap nutrisi yang
tapi sering diberikan
Timbang BB setiap hari Menunjukkan status nutrisi
Auskultasi bising usus Menentukan respon makan atau
berkembangnya komplikasi
Kolaborasi dengan tim gizi Merupakan sumber yang efektif untuk
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien

8. Ansietas berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung (hospitalisasi)

Tujuan:

23
Ansietas pasien berkurang

Kriteria Hasil:

- Pasien/keluarga dapat mengikuti dan mendiskusikan rasa takut

- Pasien/keluarga dapat mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi

- Pasien/keluarga tampak rileks dan tenang

- Pasien/keluarga melaporkan ansietas berkurang

INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji status mental dan tingkat ansietas Gangguan kesadaran dapat
dari pasien/keluarga mempengaruhi rasa takut tetapi tidak
menyangkal keberadaannya. Derajat
ansietas akan dipengaruhi bagaimana
informasi tersebut dapat diterima akan
individu
Berikan penjelasan hubungan proses Meningkatkan pemahaman, mengurangi
penyakit dengan tanda gejala rasa takut karena ketidak tahuan serta
dapat membantu menurunkan ansietas
Jawab setiap pertanyaan dengan penuh Penting untuk menciptakan kepercayaan
perhatiandan berikan informasi mengenai karena diagnose meningitis mungkin
prognosa penyakit menakutkan, ketulusan dan informasi
yang akurat dapat memberikan keyakinan
kepada pasien dan juga keluarga
Libatkan pasien/keluarga dalam Meningkatkan perasaan control terhadap
perawatan, perencanaan kehidupan diri dan meningkatkan kemandirian
sehari-hari, membuat keputusan
sebanyak mungkin
Lindungi privasi klien jika terjadi kejang Memperhatikan kebutuhan privasi klien,
memberikan peningkatan akan harga diri

24
dan melindungi pasien dari rasa lalu

BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Anak D Dengan Meningitis

A. Pengkajian

1. Identitas data

a. Inisial nama : An "D"

b. Alamat : Jl. Benteng Kecamatan Tanjung Batu

c. TTL : Lahat, 10-12-1996

d. Agama : Islam

e. Usia : 10 tahun.

f. Suku bangsa : Sunda

g. Nama ayah/Ibu : Tn. S

h. Pendidikan : SMP

i. Pekerjaan Ayah : Tani

25
j. Nama ibu : Ny. I

k. Pendidikan : SMP

l. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga

II. Riwayat keperawatan

a. Keluhan utama

- Kejang, demam, tungkai dan lengan kanan tidak bisa bergerak

b. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1. Prenatal :Pada waktu hamil ibu secara rutin memeriksakan kehamilanny sebanyak
9 kali.

2. Intranatal : Lahir cukup bulan, ditolong bidan, partus spontan langsung menangis

3. Postnatal : ASI sejak lahir sampai 1 ½ tahun, bubur susu, 4 bulan sampai 8 bulan,
nasi tim 8 bulan-1 tahun, nasi biasa, 1 tahun sampai sekarang

c. Riwayat masa lampau

1. Penyakit waktu kecil : Tidak pernah sakit

2.Pernah dirawat dirumah sakit : Tidak pernah

3. Obat obatan yang digunakan :-

4. Tindakan (operasi) :-

5. Alergi : Tidak ada

26
6. Kecelakaan : Tidak ada

7. Imunisasi : Lengkap

d. Riwayat keluarga (disertai genogram)

e. Riwayat sosial

1. Yang mengasuh : Orang tua

2. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien sangat akrab dengan orang tua dan
adiknya

3. Hubungan dengan teman sebaya :Klien sangat ramah dan baik dengan teman-
teman sebayanya

4. Pembawaan secara umum : Periang, peramah

5. Lingkungan rumah : Klien disenangi oleh keluarga dan


tetangga serta saudara

III. Kebutuhan dasar

a. Makanan yang disukai / tidak disukai : Coklat

Selera :-

Alat makan yang dipakai : NGT

Pola makan / jam : 6 kali sehari

b. Pola tidur

Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada

Tidur siang : 1 jam pukul 14.00-15.00 wib

27
c. Mandi : 2 x sehari

d. Aktivitas bermain : Klien sedang dalam perawatan

e Eliminas : Dibantu oleh keluarga

IV. Keadaan kesehatan saat ini

a. Diagnosa medis :Meningitis bakterialis

b. No. RM : 419492

c. Tgl MRS : 01-02-07

d. Tindakan operasi : -

e. Status nutrisi : Kurang

f. Status cairan : Cairan yang diberikan adalah IVFD RL gtt 18 x/mnt, IVFD
D5%, NaCl 15 % ( 7,5%) gtt 15%

g. obat-obatan : Dopamin 10 mg/kg BB/menit, inj.ceftriakson 1x2 gr inj.ampi


4x1 gr, kutoin 2x50 mg oral, ripampicin 1x300 gr, inj. Stertomisin 1x500 mg

h. aktivitas : Lemah

i. Tindakan keperawatan : -

j. Ureum : 31 ml/dl, creatinin 0,7 mg/dl, natrium 138 mmol/L. kalium 3,9
mmol/L, HB: 13 g/dl, Ht: 40 Vol%, Trombosit: 200 ribu/mm3.

k. Hasil rontgen : CT scan: Atropi cerebri

l. Data tambahan :-

V. Pengkajian fisik

28
Data klinis:

• GCS: M:4, V: 2, E: 2, Suhu: 37.80C, Nadi 140 x/mnt, teratur, Takanan darah :
Lengan kanan: 140/90 mmHg, lengan kiri : 140/90 mmHg, duduk: 140/90 mmHg.
tidur 140/90 mmHg, TB 135 cm, BB 26 Kg, kesadaran : Samnolen

a. Kesan umum : Tampak sakit: Berat, pucat, sesak, kejang.

b. Kulit: Suhu: hangat

c. Kepala Rambut: warna hitam, tidak mudah dicabut d. Mata : jernih, pupil : isokor.
positif, KI: negatif, konjungtiva: merah

e. Telinga: Simetris, pendengaran : baik

f. Hidung: Simetris, epistaksis (-) g. Mulut: Bibir: pucat

h. Tenggorokan: tidak ada benjolan

i. Leher: Simetris, tidak ada benjolan JVP

J. Dada bentuk simetris, retraksi +

Paru-paru: RR: 34 x/mnt, pernafasan: normal, takipnea, auskultasi: irama: teratur

k. Jantung: Infeksi: normal, palpasi: normal.perabaan ictus cordis normal HR:


134x/mnt, auskultasi SI normal, S2: normal.

l. Abdomen bentuk simetris, peristaltik ada 6 kali

m. Genitalia dan anus: vagina tidak ada masalah

n. Ektremitas Superior Inferior

29
Superior Inferior
Warna -/- -/-
Edema Luka -/- -/-
Tremor -/- -/- VI.

Clubing -/- -/-


Sensibilitas Spastik -/- -/-
Flacids -/- -/-
Parese +/+ +/+
ROM 3/3 3/3
Lain-lain -/- -/-

Pemeriksaan tingkat perkembangan (DDST)

a. Kemandirian dan bergaul :

b. Motorik halus :

c. Kognitif dan bahasa : Tidak dilakukan pemeriksaan

d. Motorik halus

VII. Informasi lain

Kaku kuduk (-), bubinsky (+)

30
B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Invasi bakteri perubahan ferfusi
ibu mengatakan | jaringan
anaknya tidak sadar, Proses peradangan
merintih dan gelisah |
DO: perubahan
TTV: ditemukan sebagian
RR: 34 besar pada dasar
T: 37,8 otak atau batang otak
Nadi 34 |
TD: 140/90 vasodilatasi
Tingkat kesadaran |
sopor klien tampak penurunan pada
gelisah kekanan onkotik
GCS: 8, E2, M4, V2 |
perpindahan cairan
dari intrasel ke
ekstra sel
|
vili arachnoideus
|
Proses reabsorbsi
tertahan akumulasi
cairan terhadap
eksudat dan tuberkel
obstruksi pada

31
sistem basalis.
|
penurunan suplai ke
otak dan Jaringan
|
resiko perubahan
perfusi jaringan
serebral
2 DS : inflamasi Kerusakan
ibu mengatakan | mobilitas fisik
bahwa anaknya peradangannpada
dalam aktifitas. ruang cpidural dan
(mandi, makan) subdural
dibantu oleh ibunya |
kerusakan pembuluh
DO : darah bersekat
Kekuatan otot |
lemah penumpukan darah
rentang gerak: |
ekstremitas kaki tekanan dalam otak
ektensi ekstremitas meningkat
tangan fleksi |
fungsi otak
terganggu
|
penurunan kesadaran
|
pemasukan 02 tidak
adekuat

32
|
hipoksia jaringan
|
penurunan
metabolisme
|
penurunan produk
energi
|
kurang energi
|
mobilitas fisik
terganggu
3 19-02-2007 luka, trauma, nyeri
DS: kelainan sistem
Ibu/keluarga klien syarap pusat
mengatakan bahwa |
anaknya selalu mikro organisme
merintih nyeri di (bakteri/virus)
kepala |
melekat pada sel
DO: epitel mukosa
Klien gelisah nasofaring
Klien tampak |
meringis TTV: TD kolonisasi
140/90 mmHg, RR: |
34 x/mnt. Temp: menembus membran
37,8 o C, Pols: 140 mukosa.
x/mnt |

33
Skala nyeri 5 memperbanyak diri
dalam aliran darah
|
bakterimea
|
blood brain barier
|
cairan serebro spinal
|
inflamasi
|
pelepasan zat
vasoaktif (histamin,
bradikinin,
prostaglandin)
|
hipotalamus
|
korteks serebri
|
Nyeri
4 19-02-07 Invasi bakteri, virus Hipertermi
DS: |
Ibu mengatakan mekanisme
anaknya gelisah, perubahan tubuh
badannya panas dan membentuk
susah tidur antobody
|
DO: antibodi difagosit

34
Kesadaran: Sopor oleh magrofag
GCS: 8 (E4, V2, |
M2) sistem imunitas
Pupil: Isokor imatur
TTV: |
TD: 140/90 mmHg zat pirogen
N: 140 x/mnt interleukin 1 & 2
RR: 34 x/mnt |
Temp: 37.80C menstimulasi
- Klien tampak hipotalamus regio
rewel anterior
- Klien tampak |
gelisah Peningkatan suhu
- Badan teraba tubuh/hipertermi
panas
5 19-02-07 Luka, trauma kepala Gangguan
DS: Kelainan sistem pertukaran gas
Ibu mengatakan saraf pusat
anaknya susah |
bernapas dansusah mikroorganisme
tidur (bakteri, virus)
melekat pada sisi
DO: epitel mukosa
Kesadaran: sopor nasofaring
GCS: 8 (E2, |
V2,M4) kolonisasi
Pupil: Isokor |
TTV: menembus membran
TD 140/90 mmHg mukosa

35
N: 140 x/mnt |
RR: 34 x/mnt memperbanyak diri
Temp: 37.80C dalam aliran darah
- Klien tampak |
rewel bateriemia
-Klien |
tampakgelisah blood brain barrier
- O2 nasal |
terpasang, vairan serebrospinal
kebutuhan O2 2 |
L/mnt inflamasi
|
perdarahan pada
ruang epidural dan
subdural
|
kerusakan pembuluh
darah bersekat
|
penumpukan darah
meningkat
|
Peningkatan
Tekanan Intrakranial

36
C. Rencana Asuhan Keperawatan

N Tgl/ja Diagnosa Perencanaan


o m Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 20-02- perubahan perfusi Tujuan umum : meningggikan peningkatkan
07 jaringan mempertahank kepala aliran vena dari
berhubungan a n perfusi kepala akan
dengan jaringan mempertahank menurunkan
peningkatan serebral yang an kepala dan TIK
tekanan adekuat leher
intrakranial Tujuan khusus; memudahkan
- TTV stabil berikan balik aliran
- Sakit kepala tindakan vena
berkurang kenyamanan
- Tingkat misalnya meningkatkan
Kesadaran masase pada istirahat dan
Membaik punggung, beri menurunkan
lingkungan stimulasi
yang tenang sensori yang
berlebihan
pantau TTV
mengetahui
keadaan umum
2 20-02- imobilisasi tujuan umum : ubah posisi perubahan
07 berhubungan mempertahank teratur secara posisi yang
dengan kerusakan an fungsi teratur

37
neuromuskuler optimal dari menyebabkan
penurunan pergerakan penyebaran
kekuatan/ketahan terhadap BB
an otot tujuan khusus: dan
kekuatan otot bantu pasien meningkatkan
meningkat untuk sirkulasi darah
rentang gerak melakukan bagian tubuh
tidak terbatas latihan rentang
gerak mempertahank
an mobilisasi
berikan dan fungsi
perawatan kulit sendi
atau masase,
pertahankan
pakaian agar meningkatkan
tetap bersih sirkulasi dan
dan elastisitas elastisitas kulit
kulit dan bebas dan
dari kerutan menurunkan
resiko
terjadinya
ekskoreasi
kulit
3 20-02- nyeri Tujuan jangka observasi skala mengidentifika
07 berhubungan panjang: nyeri, si intervensi
dengan adanya dalam jangka intensitas yang tepat
proses infeksi waktu 3 x 24 nyeri, lokasi dengan hasil
jamnyeri nyeri observasi
hilang

38
Tujuan jangka pertahankan menurunkan
pendek : tirah baring, gerakan yang
dalam jangka bantu dapat
waktu 1 x 24 kebutuhan meningkatkan
jam setelah keperawatan nyeri
perawatan klien
nyeri menurunkan
berkurang fasilitasi klien iritasi dan
dengan krteria dalam posisi rangsangan
hasil: yang nyaman meningeal
- skala nyeri 1
- klien tenang
- keadaan lakukan menghilangkan
umum baik tindakan nyeri yang
kolaborasi, berat
berikan
analgesik
sesuai terapi
4 20-02- Hipertermi Dalam 1 x 24 Monitor suhu Peningkatan
07 berhubungan jam suhu tubuh tubuh dan Suhu
dengan proses normal tanda vital Menunjukkan
inflamasit proses ditandai Infeksi
penyakit dengan kriteria berikan yang
: pakaian dan Membantu
- Suhu tubuh tipis menyerap Penggunaan
36-370C keringat, suhu Panas
- Klien tenang hindari selimut
- tidak gelisah tebal.
Keadaan Membantu

39
umum baik berikan Demam,
kompres Es/Alkohol
hangat dan menyebabkan
hindari Kedinginan.
penggunaan P↑ Suhu
alkohol Tubuh Secara
Aktual.
Alkohol Dapat
Mengekpresika
n Keringat

tirah baring Aktivitas Yang


kurangi Meninjau,
aktivitas fisik membutuhkan
Banyak energi
sehingga
terjadi
kolaborasi Peningkatan
dengan tim Suhu
dokter.
Mendapat
Pengobatan
mempercepat
proses
penyembuhan
5 20-02- gangguanpertukar jangka monitor tipe dan
07 an gas panjang: dalam frekwensi pola pernafasan
berhubungan 2 x 24 jam dan pernafasan pola
dengan setelah irama merupakan

40
peningkatan TIK perawatan tanda-tanda
oksigenisasi yang berat dan
yang dapat peningkatan
adekuat observasi kulit, TIK/darah
dipertahankan kuku, serebral yang
membran terkena
mukosa
adanya
berikan 02 sianosis
sesuai menunjukkan
kebutuhan hipoksia

terjadinya
asidosis dapat
menghambat
ubah posisi masuknya 02
secara teratur kesel yang
dan nyaman dapat
memperburuk
iskemi serebral
memobilisasi
sekret dan
meningkatkan
kelancaran
syaraf

D. Tindakan Keperawatan

41
No Hari/tgl No Implementasi Respon Tandatangan
Diagnosa
20-02-07 1 memberi 2 bantal di klien terlihat
bawah kepala klien nyaman

memposisikan
kepala lurus dengan klien tampak
badan nyaman

masase pada
punggung, dengan
mengoleskan
minyak kayu putih,
memberi lingkungan
yang tenang,
penerangan yang
cukup
20-02-07 2 melakukan rentang Klien mulai
gerak sendi, merasa
pergerakan kaki dan nyaman
tangan

melakukan
perawatan kulit di
daerah belakang Dengan di
punggung bantu ibu
melakukan
perawatan
20-02-07 3 mengukur skala Klien

42
nyeri skala nyeri = 5 menangis dan
intensitas nyeri = gelisah
sedang lokasi nyeri
= dikepala

membantu klien
berbaring ditempat klienberbarin
tidur dan membantu g dengan
perawatan diri klien posisiterlenta
dengan n dan klien
menggunakan air dalam
hangat. keadaan
bersih
kolaborasi
pemberian obat
analgetik
20-02-07 4 mengukur suhu dengan
tubuh klien dengan dibantu ibu
temperatur klien klien, klien
37,6 0 c memakai
pakaian yang
tipis sehingga
menggunakan merasa
pakaian yang
tipis/kaos tipis nyaman klien
masih
dikompres
untuk
menurunkan

43
panas
20-02-07 5 mengukur suhu: klien masih
37,60 c nadi: 128 dalam
x/m dan respirasi: keadaan sesak
30 x/m masih
terpasang
oksigen
memonitor
frekuensi. pola kulit klien
napas RR: 30x/m masih pucat
dan irama
pernapasan:vesikuler

Mengobservasi kulit klien mudah


dalam keadaan bernapas
pucat, dan membran
mukosa mulut
kering

Terpasangnya
oksigen dengan
menggunakan nasal
sebanyak 2 liter

Menggubah posisi
dengan memberikan
handuk klien
dikedua lengan klien

44
45
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meningitis merupakan peradangan pada selaput meningen, cairan


serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf
pusat. Yang disebabkan oleh bakteri, virus, faktor maternal dan faktor imunologi.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak adalah meningitis serosa dan
meningitis purulenta, sedangkan berdasarkan etiologinya meningitis dibedakan atas
meningitis bakteri, meningitis virus dan meningitis jamur. Meningitis purulent adalah
adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis dan Meningitis serosa (bakteri) merupakan peradangan yang disebabkan oleh
organisme pada bakteri seperti meningococcus, staphylococcus. Baccilus influenza,
Baccilus tubercula, Neiserria meningitides, sreptococus pnemoniae (pada dewasa),
haimopilus influenza (pada anak-anak dan remaja).

B. Saran

1. Tenaga kesehatan

Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang


meningitis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan
informasi atau health education mengenai meningitis kepada para orang tua anak
yang paling utama. Dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan meningitis

46
2. Masyarakat

Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis


dan meningkatkan pola hidup yang sehat.

47
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

48

Anda mungkin juga menyukai