Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATERNITAS

“Induksi dan Augmentasi Persalinan ”

Disusun oleh :

1. M Jamis Misbah Rangkepangga (142011016)


2. Rima Alfiana (142011025)
3. Yommi Putri Aprilia (142011035)
4. Yugi Amaliandini (142011036)

Dosen pengampu : Meily Nirnasari , M.BioMed


STIKES HANG TUAH TANJUNG PINANG

T.A 2021/2022

Semester III
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Augmentasi dan Induksi Persalinan ” dapat selesai
seperti waktu yang telah kami rencanakan. Pada kesempatan ini, penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada guru
pembimbing, Meily Nirnasari ,M.BioMed yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini dengan memberikan masukan dan saran yang tentunya
sangat bermanfaat bagi penulis dari awal pembuatan hingga dapat
menyelesaikannya.

Makalah ini dibuat salah satunya adalah untuk memenuhi tugas


Maternitas. Untuk itu, penulis mengharapkan Makalah ini nantinya dapat
diterima dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan. Selain itu, makalah
ini juga untuk mengetahui bagaimana dapat menjadi pelajaran bagi penulis
pribadi khususnya untuk mengintropeksi diri sehingga lebih baik kedepannya.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini


dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun agar lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak dan semoga makalah ini dapat diterima serta
bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Induksi adalah upaya menstimulus kontraksi spontan uterus yang
belummuncul untuk mempersiapkan kelahiran.Induksi persalinan adalah suatu
upaya agar persalinan mulai berlangsungsebelum atau sesudah kehamilan cukup
bulan dengan jalan merangsang(stimulasi) timbulnya HIS.
Setiap persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal.
Kelahiran seseorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong ke luar melalui jalan lahir, persalinan juga dikatakan multifasat
atau komplek, karena kejadian psikologis dan fisikologis saling berhubungan
dan tidak bisa dipisahkan (Abdul Bari, 2002; Vicky Chapman, 2006;
Hanafiah, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Induksi Persalinan?
2. Apa saja Indikasi Induksi Persalinan?
3. Apa yang dimaksud dengan Augmentasi Persalinan?
4. Apa saja penatalaksanaan Augmentasi Persalinan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan makalah ini diantaranya :
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Induksi dan Augmentasi
Persalinan tersebut.
b. Untuk lebih mengetahui tentang penatalaksanaan Augmentasi
Persalinan itu.
c. Untuk memahami berapa banyak tahapan yang termasuk kedalam
Augmentasi tersebut.

D. Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Induksi dan
Augmentasi Persalinan , sehingga penulis mampu memahami tentang
Augmentasi persalinan
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah Tinggi)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai Indusksi
dan Augmentasi Persalinan sebagai media informasi sehingga pihak
sekolah dapat membuatnya sebagai bahan ajar.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan Induksi dan Augmentasi Persalinan sebagai
media informasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Induksi Persalinan


Induksi adalah upaya menstimulus kontraksi spontan uterus yang belummuncul
untuk mempersiapkan kelahiran.Induksi persalinan adalah suatu upaya agar
persalinan mulai berlangsungsebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang(stimulasi) timbulnya HIS.

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang beluminpartu,
baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsangtimbulnya kontraksi
rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinanberbeda dengan akselerasi
persalinan, di mana pada akselerasi persalinantindakan-tindakan tersebut untuk
wanita hamil yang sudah inpartu.

Induksi persalinan mengisyaratkan stimulasi kontraksi sebelum awitanspontan


persalinan dengan atau tanpa pecah ketuban. Persalinan induksi merupakan
tindakan yang banyak dilakukan untuk mempercepat proses persalinan. Persalinan
induksi dengan menambahkekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan
janinnya dalam usahamenuju well born baby dan well health mother, sehingga
diperlukan indikasiyang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat.
Disampingitu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan tindakan
lebihlanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang
memilikifasilitas tindakan operasi.

Dalam ilmu kebidanan ada kalanya sesuatu kehamilan terpaksa diakhiri


Karena adanya sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan
hidup ibu dan atau janin. Hasil induksi partus bergantung pulapada keadaan
serviks. Sebaiknya induksi partus dilakukan pada serviks yangsudah atau mulai
matang dimana serviks sudah matang, dengan effacement sekurang-kurangnya
50% dan pembukaan serviks 1 jari.

1. Indikasi
a. Indikasi Ibua. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi
dan eklamsi
b. Kehamilan dengan diabetes miltus
c. Infeksi amnionitis

2. Indikasi janina.
a. Kehamilan lewat waktu (postmaturitas)
b. Ketuban pecah dini
c. Janin mati
d. Inkompatibilitas Rh
e. Gestasi pascamatur
f. Insufisiensi plasenta
g. IUFD
h. IUGR
i. Oligohidramnion

3. Indikasi Selektif
a. Maturitas paru cukup
b. Kontraksi uterus tak sempurna
c. Atas permintaan yang bersangkutan

Pada usia kehamilan postmatur, di atas 10 hari lebih dari saat perkiraanpartus,
terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapatmembahayakan
kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta,gangguan oksigenasi janin)

Kontraindikasi
a. Disproporsi sefalo-pelvik
b. Ibu menderita penyakit jantung berat
c. Hati-hati pada bekas-bekas operasi/uterus yang cacat seperti bekas
SC,miomektomi yang luas dan ekstensif
d. Malposisi dan malpresentasi janin
e. Infusiensi plasenta
f. Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea
g. Grande multipara
h. Gemeli
i. Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion
j. Plasenta previa
k. Makrosomia
l. Hydrosefalus
m. Beberapa penyakit , seperti herpes genetalis aktif

Cara Induksi Persalinan


Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara1.
1. Secara Medisa
a. Infuse oksitosin
Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon. Syarat-syaratpemberian
infuse oksitosin
1) Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinandan tidak
memungkinkan penyulit baik pada ibu dan janin,maka diperlukan
syarat-syarat berikutnya :
 Kehamilan aterm
 Ukuran panggul normal
 Tidak ada CPD (disproposi antara pelvis dan janin).
 Janin dalam presentasi kepala
 Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulaimendatar
dan mulai membuka.
2) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor bishop, yaitubila
nilai berlebih dari 8, induksi persalinan kemungkinanbesar akan
berhasil.

Teknik Infuse Oksitosin Berencana


1. Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudahtidur dengan
nyenyak.
2. Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih danrektum
dikosongkan)
3. Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari denganobservasi
yang baik.
4. Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5
unitoksitosin.
5. Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin inidialirkan
secara intravena melalui saluran infuse dengan jarumno 20 G.
6. Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volarlengan bawah
7. Tetesan permulaan kecepatan pertama 10 tetes/menit.
8. Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Biladalam
waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapatdinaikan. Umumnya
tetesan maksimal diperbolehkan sampaimencapai kadar oksitosin 30-
40 tetes/menit, maka berapapunkadar oksitosin yang dinaikan tidak
akan menimbulkantambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse
oksitosindihentikan.
9. Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermatuntuk
kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tandarupture uteri
membakat, maupun tanda-tanda gawat janin
10. Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadartetsan
oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksirahim yang
sangat kuat, jumlah tetsan dapat dikurangi atausementara dihentikan.
11. Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampaipersalinan
selasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnyaplasenta.
12. Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukandengan
periksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Padawaktu pemberian
infuse oksitosin bila ternyata kemudianpersalinan telah berlangsung,
maka infuse oksitosindilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera
setelah kala IIdimulai, maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan
ibudi pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatansesuai
dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bilasepanjang
pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit padaibu maupun janin.
Maka infuse oksitosin harus segeradihentikan dan kehamilan segera
diselesaikan dengan seksiosesarea.

Prostaglandin E2
Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-otot
rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang ototrahim ialah
PGE2 Dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat
diberikan secara intravena, oral, vaginal, rectal,dan intra amnion. Pada
kehamilan aterm, induksi persalinan denganprostaglandin cukup efektif.
Pengaruh sampingan dari pemberiaprostaglandin ialah mual, muntah,
diare.

Table 26-1 Skor bishop yang digunakan untuk menilai induksibilitas

Skor Factor
Pembukaan Penipisan Stasion Kosintensi Posisi
cm (%) serviks serviks
0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60-70 -1 Lemak Anterior
3 >5 >80 +1,+2 - -

Kemungkinan keberhasilan induksi persalinan, menurunkaninsidensi persalinan


lama, dan mengurangi dosis oksitosin.Pada tahun 1992, food and drug
administration menyetujuipemakaian gel prostaglandin E2 (prepidil) untuk
mematangkanserviks pada wanita aterm atau menjelang aterm yang
memilikiindikasi untuk di induksi. Gel tersedia dalam spuit 2,5 ml yangberisi
0,5mg dinoproston. Rute intra serviks memberikankeunggulan karena tidak
banyak mempengaruhi aktifitas uterus dansangat efektif untuk wanita dengan
serviksyang belum matang. Sisipan vaginal dinoproston 10 mg (cervidil) juga
disetujui padatahun 1995 untuk mematangkan serviks. Sisipan ini melepaskanobat
secara lebih lambat (0,3 mg/jam) dibandingkn bentuk gel.

Pemberian
Dianjurkan preparat ini diberikan pada saat atau menjelang tibadikamar bersalin
agar dapat dilakukan pemantauan kontinuterhadap aktifitas uterus dan denyut
jantung janin. Mungkin perludilakukan pengamatan dengan periode berkisar dari
30 menithingga 2 jam. Jika tidak terdapat perubahan dalam aktifitas uterusatau
denyut jantung janin setelah peiode ini, pasien dapatdipindahkan atau
dipulangkan. Jika muncul, kontraksi biasanyaterjadi pada jam pertama dan
memperlihatkan aktivitas puncak dalam 4 jam pertama. Jika tetap terjadi kontraksi
yang teratur,pemantauan denyut jantung janin harus dilanjutkan dan tanda-
tandavital di catat.Interval waktu aman minimal antara pemberian prostaglandin
E2dan permulaan pemberian oksitosin belum diketahui pasti. Menurutpetunjuk
pembuatannya, induksi oksitosin harus ditunda selama 6hingga 12 jam.

Efek samping
Angka hiperstimulasi uterus dilaporkan, didefinisikan sebagai 6kontraksi atau
lebih dalam 10 menit selama total 20 menit, adalah 1persen untuk gel intraserviks
(dosis 0,5 mg) dan 5% untuk gelintravagina (dosis 2 hingga 5 mg). karena dapat
terjadihiperstimulasi serius atau gangguan janin lebih lanjut,prostaglandin
biasanya tidak digunakan pada persalinan. Jikaterjadi, hiperstimulasi biasanya
dimulai dalam 1 jam setelah gel disisipan dimasukan. Irigasi serviks dan vagina
untuk mengeluarkangel serviks belum terbukti bermanfaat.Salah satu
kemungkinan keunggulan gel intravagina adalah bahwapengeluaran sisipan ini
dengan menariknya biasanya meredakanefek samping tersebut. Efek sistemik
berupa demam, muntah, dandiare akibat prostaglandin E2 sangat jarang terjadi.
Produsen obatini menganjurkan kehati-hatian dalam pemakaian obat ini
padapasien dengan glaucoma, gangguan hati dan ginjal yang berat/asma.

Misoprostol
Misoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1 sintenik, dan saat initersedia
berbagai tablet 100 mcg untuk mencegah ulkus peptic. Obat ini digunakan “off
label” (diluar indikasi resmi) untuk pematangan serviks prainduksi dan induksi
persalinan. Misoprostol berharga murah, stabil pada suhu kamar, dan mudah
diberikanperoral atau dengan memasukannya kevagina, tetapi tidak keserviks

Misoprostol vagina
Tablet misoprostol vagina dimasukan kedalam vagina setara danmungkin lebih
25µg. hipertensi dimulai uterus disertai perubahandenyut jantung janin perlu
diperhatikan pada pemakaian obat ini.Dosis misoprostol intravagina yang lebih
tinggi (50 µg atau lebih)menyebabkan peningkatan bermakna takisistol uterus,
pengeluarandan aspirasi mekonium, dan sesar atas indikasi hiperstimulasiuterus.
Laporan rupture uterus pada wanita dengan riwayatpembedahan dengan
menyebabkan misoprostol tidak bolehdigunakan pada para wanita tersebut.

Misoprostol Oral
Afektivitas misoprostol oral, 100 µg, serupa dengan misoprostolintravagina 25 µg

Cairan Hipertonik Intrauterine


1. Pemberian cairan hipertonik cairan amnion dipakai untuk merangsang
kontraksi rahim pada kehamilan dengan janinmati. Cairan hipertonik yang
dipakai dapat berupa cairangaram hipertonik 20%, urea dan lain-lain,
kadang-kadangpemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk
meperkuar rangsangan pada otot-otot rahim.Cara ini dapat menimbulkan
penyulit yang cukup berbahaya,misalnya hipernatremia, infeksi gangguan
pembekuan darah
2. Secara manipulative dengan tindakan Inisiasi pembukaan serviks dengan
dilator serviks osmotic higroskopik telah lama diterima sebagai tindakan
yang efektif sebelum terminasikehamilan untuk meningkatkan efektivitas
induksi persalinan jikaserviks belum matang
a. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan ketubansecara artificial di inggris juga
disebutsebagai induksi bedah, seringdigunakan untuk menginduksi
ataumempercepat persalinan. Indikasi umum lain untuk
amniotomiantara lain adalah pematauan denyut jantung janin internal
jikadiantisipasi adanya gangguan janin dan penilaian
intrauteruskontraksi jika persalinan belum memuaskan. Amniotomi
elektif untuk mempercepat persalinan spontan/mendeteksi mekonium
juga dapat diterima dan sering di praktikan.

Regimen Dosis awal Peningkatan Interval dosis Dosis


(Mu/menit) incremental (Mu/Menit) maksimal
(Mu/menit) (Mu/Menit)

Dosis Rendah 0,5-1 1 30-40 20


1-2 2 15 40
Dosis Tinggi 6 6,3,1 15-40 42

Hendaknya ketuban dipecahkan jika memenuhi syarat sbb:


 Serviks sudah matang/skor pelviks diatas 5
 Pembukaan kira-kira 4-5 cm
 Kepala sudah memasuki PAP biasanya setelah 1-2 jampemecahan ketuban
diharapkan HIS akan timbul dan menjadilebih kuat
1. Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkanketuban baik
dibagian bawah depan dengan (fore water)maupun dibagian belakang
(bind water) dengan suatu alatkhusus (drewsmith catbeter - macdonald
klem). Sampaisekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana
pengaruhamniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.2)
2. Beberapa teori mengemukakan bahwa
a. Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga
tenaga kontraksi dapat lebih kuat untuk membuka serviks
b. Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darahdidalam rahim
kira-kira 40 menit setelah amniotomidikerjakan, sehingga
berkurangnya oksigenasi otot-ototrahim dan keadaan ini meningkatnya
kepekaan otot rahim.
c. Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekandinding
serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf-syaraf yang
merangsang kontraksi rahim
3. Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum adatanda-tanda
pemulaan persalinan, maka harus di ikuti dengancara-cara lain untuk
merangsang persalinan, misalnya denganinfuse oksitosin.
4. Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagai
berikut
a. Infeksi
b. Prolapsus funiculi
c. Gawat janin
d. Tanda-tanda solusio plasenta
(bila ketuban sangat banyak dan keluarnya secara tepat)

Teknik Amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukan kedalam jalanlahir sampai
sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari beradadalam kanalis servikalis,
maka posisi jari berubah sedemikian rupasehingga telapak tangan menghadap
kearah atas. Tangan kirikemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir
dengantutunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakandiantara
jari telunjuk dan jari tengah tangan yang ada didalam.Tangan yang diluar
kemudian memanipulasi pengait khususpengait tersebut untuk dapat masuk dan
merobek selaput ketuban.Selain itu menusukan pengait ini dapat juga dilakukan
dengan satutangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk
tangan kanan, kemudian dimasukan kedalam jalan lahir sedalamkanalis servikalis.
Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorangasisten menahan kepala janin kedalam
pintu atas panggul. Stelahair ketuban mengalir keluar , pengait dikeluarkan leh
tangan kiri,sedang jari tangan yang didalam memperlebar robekan selaputketuban.
Air ketuban dialirkan sedikit-demi sedikit untuk menjagakemungkinan terjadinya
prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta.
Setelah selesai tanganpenolong ditarik kluar dan kejalan lahir

Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim


(striping of the membrane)
1. Yang dimaksud denga striping of the membrane, ialahmelepaskan ketuban
dan dinding segmen bawah rahim secaramenyeluruh setinggi mungkin
dengan jari tangan. Cara inidianggap cukup efektif dalam merangsang
timbulnya his.
2. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakanini, ialah
a. Serviks yang belm dapat dilalui oleh jari
b. Bila didapatkan persangkaan plasenta letak endah, tidak boleh
dilakukan
c. Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul

Pemakaian Rangsangan Listrik


Dengan kedua electrode, yang satu diletakkan dalam serviks,sedang yang lain
ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudiandialirkan listrik yang akan
memberkan rangsangan pada servik suntuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk
alat ini bermacam-macam , bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga
dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal dirumah sakit. Pemakaianalat ini
perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.

Tanda-Tanda Induksi Baik


1. Respons uterus berupa aktifitas kontraksi miometrium baik
2. Kontraksi simetris, dominasi fundus, relaksasi baik (sesuai dengantanda-
tanda his yang baik / adekuat)
3. Nilai pelvik menurut Bishop (tabel)
Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih
dahulupemeriksaan dalam guna memberikan kesan tentang keadaan
serviks,bagian terbawah janin dan panggul. Hasil pemerikasaan dicatat
dandisimpulkan dalam satu tabel nilai pelvis. Selaanjutnya dapat kita
ikutiketentuan-ketentuan sbb:
a. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukanlah amniotomi. Bila 4
jam kemudian tidak ada kemajuan persalinan, berikan infus
tetesoksitosin.
b. Apabila skor dibawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infustetes
oksitosin. Setelah beberapa lama berjalan, nilai kembalipelvis.
 Bila skor diatas 5 lakukan amniotomi.
 Bila skor dibawah 5, oksitosin tetes diulangi.
 Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segeralakukan
amniotomi

Komplikasi
1. Terhadap ibu
a. Kegagalan induksi
b. Kelelahan ibu dan krisis emosional
c. Inersia uteri dan partus lama
d. Tetania uteri yang dapat menyebabkan solusio plasenta, rupturauteri
dan laserasi jalan lahir
e. Infeksi intrauterine

2. Terhadap janina.
a. Trauma pada janin oleh tindakan
b. Prolapsus tali pusat
c. Infeksi intrapartal pada janin

B. Definisi Augmentasi Persalinan


Augmentasi adalah upaya meningkatkan kontraksi spontan uterus dalam
kondisi kontraksi uterus yang kurang akibat gangguan dilatasi cerviks dan
turunnya fetus.Augmantasi persalinan adalah intervensi untuk mangatasi
kemajuanpersalinan yang lambat. Perbaikan kontrasksi uterus yang tidak efektif
meliputi amniotomi, pemberian oksitosin dan amniotomi, atau pemberianoksitosin
jika sebelumnya telah terjadi ketuban pecah. Augmentasipersalinan merupakan
salah satu prinsip penatalaksanaan aktif persalinandan seperti intervensi lainnya,
alasan lengkapnya harus didiskusikan danpersetujuan tindakan dari ibu harus
didokumentasikan. Kesejahteraan ibudan bayinya yang belum lahir harus selalu
menjadi hal yang terpenting.
Augmentasi persalinan mengacu pada penggunaan obat/intervensi lain untuk
'mempercepat' proses persalinan. Augmentasi persalinan mungkindiperlukan
untuk membantu jika terjadi abnormal atau sulit(distosia)/untuk mempercepat
persalinan normal jika kesehatan ibu atau bayiberesiko. Augmentasi persalinan
biasanya melibatkan artifisial untuk meningkatkan frekuensi atau kekuatan
kontraksi uterus, dengan atau tanpamemecahkan ketuban, perubahan posisi,
pengiriman instrumental (forsep,vakum) dan teknik lainnya. Setelah prosedur
didirikan, penilaian rutinseberapa jauh bayi menglami penurunan pada jalan lahir
bayi, pelebaranleher rahim, dan kesehatan ibu dan bayi terjadi untuk
memastikanaugmentasi persalinan memastikan berjalan dengan baik. Setelah
serviksberdilatasi untuk 4cm (tahap pertama aktif), dilatasi serviks tambahan
harusterjadi pada kecepatan satu sentimeter per jam, atau lebih cepat bagi
wanitayang telah memiliki anak sebelumnya. Jika ini tidak terjadi, pembesaran
dapat dipertimbangkan.

Dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki masalah denganpersalinan


pervaginam, perempuan yang mengalami kesulitan (distosia)yang memerlukan
augmentasi lebih mungkin untuk :
1. Membutuhkan sectio sesarea
2. Terdapat air ketuban yang tidak jelas
3. Riwayat postpartum dengan perdarahanMemberikan bayi dengan skor satu
menit Apgar rendah neonatal

Penatalaksanaan Aktif Persalinan


Prinsip dilakukannya penatalaksanaan aktif adalah penetapan
diagnosisyang tepat tentang awitan persalinan dan persalinan selesai dalam 12
jam. Amniotomi dilakukan secara rutin dan serviks diharapkan berdilatasi dengan
kecepatan dilatasi 1 cm perjam setelah dilatasi 3 cm. Jika persalinan gagal maju
dengan kecepatan yang telah ditentukkan , persalinan tersebut dianggap
memanjang dan kontrasksi ditingkatkan dengan pemberian infusoksitosin.
Kemajuan persalinan dicatat pada partogram, setelah dikaji dengan pemeriksaan
vagina. Pengkajian pertama dilakukan dalam 1 jam setelah hospitalisasi, dan jika
didiagnosis terjadi persalinan (mis: serviksberdilatasi 3 cm atau lebih), selaput
ketuban dapar dirobek. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan satu jam kemudian,
dan jika serviks tidak cukup berdilatasi, infus oksitosin secara intravena dapat
mulai diberikan.

Pengkajian kemajuan persalinan yang didasarkan pada pemeriksaan


vagina dapat bersifat subjektif, karena sifat pemeriksaan itu sendiri tidak reliable,
tidak dapat mengukur dilatasi serviks secara akurat atau mencegah kesalahan
klinis. Kegagalan untuk memenuhi harapan medis , bukannya fisiologis kemajuan
persalinan dapat menyebabkan persalinan dideskripsikan sebagai abnormal. Oleh
karena itu, penggunaan penatalaksanaan aktif dalam mencegah persalinan lama
dan menurunkan angka secsio sesarea bersifat kontroversial dengan angka
intervensi yang tinggi. Empat puluh lima persen primigravida yang sedang dalam
persalinan menerima oksitosin untuk mengatasi kerja uterus yang tidak efisien
atau persalinan lama ( o’Driscoll et al 1993 ). Hal tersebut merupakan model
praktik yang sudah digunakkan secara luas.

Tahapan Augmentasi persalinan

1. Tahap Pertama
Tahap pertama persalinan berlangsung dari saat persalinan dimulai sampai serviks
sepenuhnya berdilatasi dan klien mulai mendorong bayi keluar. Pada bagian
pertama dari tahap pertama (0-4 cm pelebaran leherrahim, yang dikenal sebagai
fase laten), pembesaran dapat berupaistirahat terapi, atau diberikan obat yang
menyebabkan rahim berkontraksi. Tahap pertama berkepanjangan selama
persalinan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi melahirkan caesar, dan mengurangi
kesehatan bayi saat lahir (skor Apgar lebih rendah).

Sisanya melibatkan ibu menerima suntikan obat penghilang rasa sakityang kuat
agar dia bisa beristirahat atau tidur dengan ketidaknyamanan minimal sambil
kemajuan persalinan. Kadang-kadang obat penenang juga diresepkan. Pilihan ini
tidak tepat jika persalinan dengan tanda-tanda ibu atau bayi tidak sehat.
Perempuan yang diobservasi denganistirahat terapi, 85% akan meningkat di fase
aktif persalinan (4-10 cmmelebar), 10% adalah mungkin dalam persalinan palsu,
dan 5% memiliki masalah yang berkelanjutan dengan kemajuan persalinan.

Obat-obatan yang merangsang rahim, seperti oksitosin, dapat digunakan untuk


membantu mempercepat kerja dari laten (0-4cm melebar) ke faseaktif (4-10cm
melebar) dari tahap pertama. Oksitosin diberikan kepembuluh darah melalui infus,
dengan jumlah obat meningkat atau menurun tergantung pada bagaimana wanita
merespons. Oksitosin tidak mungkin untuk digunakan saat persalinan pervaginam
tidak aman, rahim tidak kuat karena jaringan parut, atau keadaan lain yang
tercantum di atas. Satu studi menemukan bahwa oksitosin dan sisanya terapi
sama-sama efektif dan pilihan aman untuk mengelola fase latenberkepanjangan.
Dalam sebuah penelitian, oksitosin mengambil rata-rata 3,4 jam untuk
memindahkan tenaga kerja bersama ke fase aktif daritahap pertama. Setelah
tenaga kerja telah mencapai fase aktif, oksitosinlebih efektif dalam mempercepat
kerja dari pecah membran, berjalan- jalan, atau tindakan lainnya. Penggunaan
oksitosin untuk meningkatkankerja dikenal untuk mengurangi panjang dari tenaga
kerja dengan jam,dengan tidak ada perubahan dalam kepuasan ibu, atau bahaya
pada ibuatau bayi. Angka kelahiran caesar tidak terpengaruh. Akibat dari
pecahselaput di sekitar bayi tidak mengurangi panjang tahap pertamapersalinan.
Tindakan konservatif seperti berjalan sekitar telahditemukan untuk meningkatkan
kenyamanan bekerja perempuan, tetapitidak memiliki efek dalam hal
mempercepat persalinan lama. Jikapembesaran selama tahap pertama tidak
mengakibatkan persalinanmengalami kemajuan seperti yang diharapkan (dilatasi
serviks minimal1 cm per jam), persalinan SC mungkin diperlukan.

2. Tahap Kedua
Tahap kedua dari saat serviks sepenuhnya berdilatasi dan wanita diperbolehkan
untuk meneran, sampai bayi dilahirkan. Tahap keduapanjang dapat dikelola
dengan observasi lanjutan (manajemen hamil), persalinan pervaginam operatif
(forceps atau vakum), atau SC. Pilihan yang paling tepat akan tergantung pada
bagaimana ibu dan bayi, tanda-tanda kemajuan persalinan, dan panjang tahap
kedua.Pecah buatan dari membran sekitar bayi (amniotomi) sering
dilakukanselama tahap kedua jika selaput masih utuh. Episiotomi rutin(memotong
tepi jalan lahir untuk membuatnya lebih luas) tidak memperpendek tahap kedua
tenaga kerja dan tidak berguna untuk tujuan ini.

Persalinan pervagina yang sukses adalah hasil yang paling umum dari wanita
yang mengalami tahap kedua panjang. Masalah yang palingumum dengan bayi
karena tahap kedua berkepanjangan termasuk masuk perawatan intensif dan
cedera pada saraf di leher yang memasok lengan. Tahap kedua lama dikaitkan
dengan peningkatan bahaya padaibu perdarahan setelah persalinan (postpartum
haemorrhage).

Tahap kedua yang panjang akan ditambah melalui teknik-teknik berikut:


1. Pengobatan dengan infus (Syntocinon) oksitosin yangmenyebabkan rahim
berkontraksi
2. Mengurangi mati rasa dan kelemahan yang terjadi dengan anestesiepidural
atau tulang belakang, sehingga perempuan lebih mampumendorong. Hal
ini mengurangi panjang tahap kedua dankebutuhan untuk forceps atau
vakum, meskipun itu menghasilkanlebih sakit bagi ibu
3. Terus menerus kehadiran seseorang memberi dukungan untuk membantu
ibu
4. Jika kepala bayi masih belum semua ke bawah panggul, wanita itudapat
menunda mendorong jika ia tidak memiliki dorongan untuk melakukannya
5. Mengubah posisi perempuan untuk mendorong (tegak, berlutut diposisi
merangkak, posisi lateral)
6. Forceps atau vakum, teknik ini tergantung pada mengapa digunakandan
tergantung pada keterampilan dokter atau bidan
7. Jika ada kegagalan metode yang diuraikan di atas, dengan tanda-tanda
bayi yang tertekan, persalinan SC diperlukan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Augmentasi adalah upaya meningkatkan kontraksi spontan uterus dalam
kondisi kontraksi uterus yang kurang akibat gangguan dilatasi cerviks dan
turunnya fetus. Augmantasi persalinan adalah intervensi untuk mangatasi
kemajuanpersalinan yang lambat. Perbaikan kontrasksi uterus yang tidak efektif
meliputi amniotomi, pemberian oksitosin dan amniotomi, atau pemberianoksitosin
jika sebelumnya telah terjadi ketuban pecah. Augmentasipersalinan merupakan
salah satu prinsip penatalaksanaan aktif persalinandan seperti intervensi lainnya,
alasan lengkapnya harus didiskusikan danpersetujuan tindakan dari ibu harus
didokumentasikan. Kesejahteraan ibudan bayinya yang belum lahir harus selalu
menjadi hal yang terpenting.

Induksi adalah upaya menstimulus kontraksi spontan uterus yang


belummuncul untuk mempersiapkan kelahiran.Induksi persalinan adalah suatu
upaya agar persalinan mulai berlangsungsebelum atau sesudah kehamilan cukup
bulan dengan jalan merangsang(stimulasi) timbulnya HIS. Induksi persalinan
ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang beluminpartu, baik secara operatif
maupun medicinal, untuk merangsangtimbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Induksi persalinanberbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada
akselerasi persalinantindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah
inpartu.

Saran
Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Penulis
Diharapkan Makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis tentang Induksi dan Augmentasi Persalinan dan
diharapkan dapat melaksanakan sesuai dengan teori
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan Tenaga Kesehatan lebih trampil dalam menangani kasus
Induksi dan Augmentasi Persalinan
3. Bagi Rumah Sakit
Disarankan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan kualitas
pelayanan secara optimal melalui penanganan segera pada kasus Induksi
dan Augmentasi Persalinan
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada ibu
hamil dan penanganan yang tepat dapat dijadikan sebagai bahan referensi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.scribd.com/doc/85415485/Kelompok-2-Induksi-Dan-
Augmentasi-Persalinan

- https://www.scribd.com/document/325202604/REFERAT-OBGYN-
Induksi-dan-Augmentasi-Persalinan

- http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-afahanikfi-7474-
3-15.babv.pdf

Anda mungkin juga menyukai