DISUSUN OLEH
MARDIANA, Am.Keb.
197908162002122003
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik, rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang mengangkat masalah
“Kala II Lama”.
Makalah ini diajukan untuk salah satu syarat dalam kenaikan pangkat III.d Penulis
yang berprofesi sebagai bidan fungsional di RS. Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak kekurangan dan belum
sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantudalam penyusunan makalah ini
kepada yang terhormat :
1. dr. Zubaidah Elvia, M.P.H selaku direktur utama RS. Kusta Dr. Rivai Abdullah
Palembang
2. Muhammad Syapik, S.Kep., Ns., MARS. Selaku Kepala Bidang Keperawatan RS. Kusta
Dr. Rivai Abdullah Palembang
3. Agus Alfaruki, S.Kep, Ns., M.Kes. Selaku kepala seksi Keperawatan RS. Kusta Dr.
Rivai Abdullah Palembang
4. Serta rekan-rekan kerja yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sasaran MDG’s salah satu programnya yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
yaitu dengan menurunkan kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu, dan untuk
mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak dengan meningkatkan mutu
pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil dari Antenatal
Care, Intranatal Care, Postnatal Care sehingga seorang ibu mampu serta sadar menjaga
kesehatan dirinya dan keluarga (Depkes RI, 2010).
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014 menunjukan
bahwa AKI (Angka Kematian Ibu) mencapai 291 per 100.000 kelahiran hidup,
sementara AKB (Angka Kematian Bayi) mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam
laporan Millenium Development Goals (MDG’s) (2010). Pemerintah dalam
menurunkan AKI/AKB tersebut menyelenggarakan suatu target yang ingin dicapai pada
tahun 2015 yang merupakan sasaran MDG’s yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran
hidup dan AKB menjadi 24/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2014).
Secara global 80% penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (25%), biasanya
perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus
lama/macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%)
(Prawirohardjo, 2010).
Adapun fokus dari pembahasan kali ini yaitu pada kala II lama dalam persalinan.
Kala II merupakan tahap yang membutuhkan energi yang besar dalam suatu persalinan.
Disebut tahap kerja persalinan, yaitu seorang ibu berusaha mengeluarkan bayinya
dengan mengikuti kontraksi yang kuat sehingga memungkinkan ikut berperan aktif dan
positif. (Rose, 2007)
Kala II lama dalam persalinan mulipara dibatasi 2 jam dan untuk multipara 1
jam. Kala II lama merupakan klasifikasi dari persalinan lama. Dikemukakan bahwa
angka kejadian ibu bersalin terdapat 8% dengan kala II lama dan 0,64% dengan partus
lama. Salah satu penyebab mortalitas ibu adalah persalinan dengan kala II lama.
Dampak persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu
atau keduanya sekaligus. Dampak persalinan lama yang terjadi pada ibu antara lain
infeksi intrapartum, rupture uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula dan
cedera otot-otot dasar panggul, sedangkan yang terjadi pada bayi antara lain gawat
janin, asfiksa, caput succedaneum dan molase kepala janin (Prawirohardjo, 2010).
Berbagai penyebab tersebut dapat dicegah dengan pendeteksian komplikasi
persalinan secara dini, pengambil keputusan secara cepat dan tepat serta penanganan
yang tepat ditempat rujukan (Depkes, 2008).
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik meneliti mengenai masalah Kala II
Lama yang diharapkan berguna bagi RS. Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
khususnya di ruang kebidanan/kenanga ini.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah
ini “Tinjauan teoritis mengenai Kala II Lama”.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu melakukan kajian teoritis mengenai kala II lama.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar persalinan.
2) Mampu menjelaskan mengenai kala II lama.
3) Mampu melakukan pengumpulan data wewenang kebidanan pada kala II lama.
4. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu
kebidanan, khususnya di ruang kebidanan RS. Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi instansi
Manfaatnya bagi RS. Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang dapat
mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal dan dapat meningkatkan
pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat merasa
puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan. Juga sebagai bahan
pertimbangan dalam pelaksaanaan manajemen asuhan kebidanan pada kala II lama.
2) Bagi penulis
Studi kasus ini sebagai pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
penerapan asuhan kebidanan, khususnya asuhan kebidanan pada partus denga kala II
lama.
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Komplikasi
Menurut (Prawirohardjo, 2010) dampak persalinan lama dapat menimbulkan
konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya sekaligus. Dampak yang terjadi
pada ibu dan bayi diantaranya:
1) Infeksi Intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan
amnion menembus amnion dan desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakteremia, sepsis dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi.
2) Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka
yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan
dan panggul sedemikin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi
penurunan, sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang
kemudian dapat menyebabkan ruptur.
3) Cincin retraksi patologis
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe yang
paling sering adalah cincin retraksi patologis Band. Cincin ini disertai peregangan
dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi
abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
4) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu lama, maka bagian jalan lahir yang terletak
diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi
sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya fistula
5) Cedera otot dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan atau fasia penghubungnya
merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginum
terutama apabila persalinannya sulit.
6) Efek pada janin berupa Caput succedaneum, maulage kepala janin.
d. Gejala Klinik
Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010), gejala klinik pada partus lama
yaitu:
1) Pada Ibu
a) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat
dan metorismus
b) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekonium.
2) Pada Janin
a) Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, air ketuban terdapat mekonium, kental
kehijau-hijauan, berbau
b) Caput succedaneum yang membesar
c) Maulage kepala yang hebat
d) Kematian janin dalam kandungan
e) Kematian janin intrapartum
e. Penatalaksanaan Kala II Lama
Menurut Saifuddin (2009), penanganan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin
dengan kala II lama antara lain:
1) Ibu dianjurkan mengejan secara spontan
2) Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan oksitosin drip
3) Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan
bantuan vakum atau forceps bila persyaratan dipenuhi
4) Lahirkan dengan sectio caesaria bila persyaratan vakum dan forceps tidak dipenuhi.
Menurut Oxorn dan Forte (2010) penatalaksanaan pada partus dengan kala II
lama dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Disproporsi atau cincin kontriksi
Dilakukan section caesaria merupakan indikasi
2) Tanpa disproporsi
a) Melakukan infus oxytocin untuk memperbaiki kontraksi uterus,
b) Pemecahan ketuban diperlukan jika ketuban masih utuh,
c) Pasien dipimpin setiap mau mengejan ketika ada his,
d) Dilakukan episiotomi untuk mengatasi perineum yang kaku.
Apabila metode-metode ini gagal atau kelahiran per vaginam dengan tindakan
dianggap terlalu traumatik bagi kelahiran yang aman maka section caesaria
merupakan indikasi.
3. Wewenang Kebidanan
Bidan dalam melaksanakan kewenangan dalam melakukan asuhan persalinan, telah
diatur dalam perundang-undangan. Peraturan ini telah diatur oleh Menteri Kesehatan
dalam Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 (Menkes, 2010) diantaranya:
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur kewenangan bidan
sebagai berikut:
a. Pasal 10 ayat (2c) tentang pelayanan persalinan normal.
b. Pasal 10 ayat (3a) tentang kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan
episiotomi.
c. Pasal 10 ayat (3b) tentang kewenangan bidan dalam memberikan penjahitan
luka jalan lahir tingkat I dan II.
d. Pasal 10 ayat (3b) tentang kewenangan bidan dalam memberikan dan
pemberian ureteronika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu
a) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
b) Pelayanan kesehatan ibu meliputi:
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
Pelayanan persalinan normal
Pelayanan ibu nifas normal
Pelayanan ibu menyusui
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
c) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berwenang untuk:
Episiotomi
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
Penyuluhan dan konseling
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
Pemberian surat keterangan kematian
Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
2) Pelayanan kesehatan anak
Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
anak pra sekolah. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang
untuk:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
f) Pemberian konseling dan penyuluhan
g) Pemberian surat keterangan kelahiran
h) Pemberian surat keterangan kematian.
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, berwenang untuk:
a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Selain kewenangan tersebut bidan yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontras(1) Melakukan asuhan bayi baru
lahir normal termasuk resusitasi,
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan di bawah supervisi dokter
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak,
anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi Menular
Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, penyalahgunaan Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Persalinan lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik
pada primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan
kala I dan atau kala II. Sedangkan Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin
mengejan tetapi tidak ada kemajuan pada primigravida dibatasi 2 jam dan pada
multipara dibatasi 1 jam.
Kala II lama termasuk salah satu penyebab mortalitas ibu adalah persalinan
dengan kala II lama, kejadian persalinan kala II lama dapat berpengaruh kepada bayinya
yaitu bayi akan mengalami gawat janin, asfiksa dan caput succedaneum.
Oleh karena itu bidan memiliki wewenang yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan dalam Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 untuk mencegah terjadi
kala II lama yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi sesuai dengan
kewenangannya tanpa menyalahi prosedur yang ada.
2. Saran
Dengan makalah ini diharapkan sebagai bidan dapat menjalankan tugasnya sesuai
dengan kemampuan dan wewenang kebidanan agar dapat memberikan asuhan kebidanan
yang komprehensif serta dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA