Disusun oleh :
NIM :(P27224015097)
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL
PADA NY. W 23 TAHUN G1P0A0 UK 39 MINGGU
Disusun oleh:
Nama : Ayu Wulandari
NIM : P27224015097
Kelas : D IV Reguler A
Pembimbing Kasus,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses alamiah atau fisiologi yang akan
dialami oleh setiap wanita. Proses persalinan dimulai dari pergerakan
keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan
lahir. Persalinan dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu: kala I dimulai dari
kontraksi uterus yang teratur dan berakhir pada pembukaan lengkap
serviks. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai dengan
bayi lahir, dan kala III dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Kala IV
yaitu setelah plasenta lahir sampai dengan dua jam post partum.
Persalinan memang hal yang fisiologis tetapi keadaan ini dapat
berubah menjadi patologi apabila terjadi kelalaian dan kurang hati-hati.
Jika hal yang patologi tersebut tidak segera ditangani maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang dapat membahayakan
nyawa ibu dan janin. Tingginya angka kematian ibu dan anak umumnya
akibat ahli kebidanan atau bidan terlambat mengenali, terlambat merujuk
pasien ke perawatan yang lebih lengkap, terlambat sampai di tempat
rujukan, dan terlambat ditangani.
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan, diharapkan dapat
memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan normal sesuai
standart Asuhan Persalinan Normal (APN) melalui penerapan manajemen
kebidanan dimulai dari kala I, kala II, kala III, dan kala IV hingga asuhan
BBL segera setelah lahir. Hal ini sangat berperan terhadap klien yang
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai pencapaian
hasil. Pelayanan atau asuhan intranatal merupakan cara penting untuk
memonitor serta mendeteksi dini adanya kelainan dalam persalinan agar
dapat dicegah dan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir
sesuai standar Asuhan Persalinan Normal (APN) berdasarkan
manajemen asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian data pada ibu bersalin
b. Mampu menginterpretasi data yang meliputi penentuan diagnosa,
masalah, dan kebutuhan ibu bersalin
c. Mampu menentukan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada
ibu bersalin berdasarkan diagnosa yang telah ditentukan
d. Mampu mengidentifikasi dan menentukan tindakan segera yang
harus segera dilakukan berdasarkan diagnosa potensial
e. Mampu menentukan perencanaan secara menyeluruh sesuai
dengan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang telah ditentukan
sesuai dengan perencanaan
g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan dan mampu mendokumentasikan hasil asuhan
kebidanan pada ibu bersalin
C. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini yaitu :
1. Bagi klien dan keluarga
Agar klien dan keluarga mengetahui dan memahami proses persalinan
serta dapat menghadapi gangguan atau komplikasi saat persalinan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang asuhan kebidanan
ibu bersalin serta menambah keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
kebidanan ibu bersalin serta sebagai penerapan ilmu yang didapat
selama perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Desent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur
pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis.
Sehingga penurunan kepala berlangsung lambat.
Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat tekanan
langsung dari his daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan
dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Flexion
Pada umumnya terjadi fleksi penuh sempurna sehingga
sumbu panjang kepala sejajar dengan sumbu panggul, hal ini
membantu penurunan kepala. Selanjutnya kepala janin fleksi, dagu
menempel toraks, dan posisi kepala berubah dari diameter oksiput
frontalis (puncak kepala) menjadi diamater sub oksiput
bregamtikus, sehingga ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih
kecil. Fleksi terjadi karena janin disorong maju, dan juga
mendapat tekanan dari PAP, servik, dinding panggul, dasar
panggul.
d. Internal Rotaion
Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalui disertai
turunnya kepala, lalu putaran ubun ubun kecil ke arah depan (ke
bawah simfisis pubis), dan membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diamter biparietalis.
Perputaran kepala (penunjuk) dari samping ke depan atau
ke arah posterior disebabkan adanya his sebagai tenaga/gaya
pemutar, dan dasar panggul, beserta otot otot dasar panggul
sebagai tahanannya.
Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala
tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum
ekstrasi. Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah
memutar ke depan ke bawah simfisis.
e. Extension
Dengan kondisi perut yang benar dan adekuat kepala makin
turun menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini putaran
kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi
perut yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati
introitus vagina.
1) Defleksi dari kepala
2) Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala
ke bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak ke atas
sehingga resultannya kekuatan kedepan atas
3) Pusat pemutaran : hipomoklion
4) Ekstensi terjadi setelah kepala sudah mencapai vulva, terjadi
ekstensi setelah oksiput, bregma, dahi hidung, mulut, dagu
f. External Rotaion (Resitution)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran posisi
pada saat engagement. Demikian bahu depan dan belakang
dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan
seluruh tungkai.
g. Ekspulsi
Bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion
kelahiran bahu belakang, menyusul lahir bahu depan, diikuti
seluruh badan anak : bada (toraks, abdomen) dan lengan,
pinggul/trokanter depan dan belakang, tungkai, dan kaki .
(sukarni, 2013)
8. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal
maupun patologis.
Lima Benang Merah tersebut adalah :
a. Membuat Keputusan Klinik
1) Pengumpulan Data
2) Interpretasi Data untuk Mendukung Diagnosis atau
Identifikasi Masalah
3) Menetapkan Diagnosis Kerja atau Merumuskan Masalah
4) Menilai Adanya Kebutuhan dan Kesiapan Intervensi untuk
Menghadapi Masalah
5) Menyusun Rencana Asuhan atau Intervensi
6) Melaksanakan Asuhan
7) Memantau dan Mengevaluasi Efektifitas Asuhan atau
Intervensi Solusi
b. Asuhan Sayang Ibu
1) Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
2) Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca Persalinan
c. Pencegahan Infeksi
1) Tujuan Pencegahan Infeksi dalam Pelayanan Asuhan
Kesehatan
2) Definisi Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
3) Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi
4) Tindakan-tindakan Pencegahan Infeksi
a) Cuci Tangan
b) Memakai Sarung Tangan
c) Menggunakan Teknik Aseptik
d) Memproses Alat Bekas Pakai
5) Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
6) Pengelolaan Sampah dan Mengatur Kebersihan dan
Kerapihan
7) Pertimbangan-pertimbangan Mengenai PI Diluar Institusi
d. Pencatatan (Dokumentasi)
e. Rujukan (Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR 2008)
4. Pakaian
Persiapkan pakaian yang harus dibawa untuk ibu selama
persalinan yaitu satu tas yang berisi perlengkapan yang dibutuhkan
untuk dibawa ketempat persalinan. Dan tas tersebut hendaknya
diletakan di tempat yang mudah diambil atau letakkan langsung dalam
kendaraan yang nantinya akan dipergunakan untuk pergi ke rumah
sakit atau tempat bersalin. Lalu berilah informasi yang telah dilakukan
tadi kepada orang disekitar yang mungkin pada saat persalinan nanti
akan membantu atau terlibat dalam persiapan menuju tempat
persalinan.
Kebutuhan ibu dan bayi hendaknya sudah dilengkapi semenjak
usia kehamilan 36 minggu, karena mulai dari kehamilan 36 minggu
ibu bisa saja tiba-tiba bersalin.
5. Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu
difasilitasi agar membantu kemajuan persalinan dan pasien merasa
nyaman. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk bereliminasi secara
spontan minimal 2 jam sekali selama persalinan, apabila tidak mungkin
dapat dilakukan kateterisasi.
Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai
berikut:
a. Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila
berada di atas spina isciadika;
b. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus
c. Menimbulkan nyeri yang tidak perlu
d. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
e. Memperlambat kelahiran plasenta
f. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat
kontraksi uterus.
Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian terbawah
janin, namun bila ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan
kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk pada kala II.
1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan
per menit.
2) Obat obatan lain dan cairan IV
catat semua pemberian obat obatan tambahan dan atau
cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
g. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan
dengan keehatan dan kenyamanan.
1) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan
nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap
30 menit selama fase aktif persalinan. Nilai dan catat
tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.
Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan
catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
2) Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2
jam ( setiap kali ibu berkemih).
h. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan
waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :
1) Jumlah cairan peroral yang di berikan.
2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter
obsgyn, bidan, dokter umum).
4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5) Upaya rujukan.
3. Asuhan kala II
Menurut depkes RI ( 2008) asuhan persalinan normal (58 langkah)
adalah sebagai berikut:
a. Mengamati tanda dan gejala kala II
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan atau vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva, vagina dan spingter anal membuka.
b. Menyiapkan pertongan persalianan
1) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia disediakan tempat dan datar dan keras, 2
kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan antitoksin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
2) Memakai celemek plastic
3) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di
pakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
4) Memakai sarung tangan DTT pada tahun yang akan di
gunakan untuk periksa dalam.
5) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril,
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alt suntik).
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1) Membesihkan vulva dan perineum, dengan hati hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang di basahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari
arah depan kebelakang.
b) Buang kapas atau kasa pembersih ( terkontaminasi )
dalam wadah yang tersedia.
c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin, 0,5 % ).
2) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5 % selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
4) Memeriksa DJJ setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120
160 x/menit ).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal.
b) Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran.
1) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
2) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang
kuat, dan ibu ke posisi setengah duduk atau posisisi lain
yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
3) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ada dorongan kuat untuk meneran :
a) Membimbing ibu agar dapat meneran seara benar dan
efektif.
b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesui
pilihannya (kecuali posisi berbaring, terlentang dalam
waktu yang lama ).
d) Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
f) Memberikan cukup asupan cairan peroral ( minum).
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir
i) Setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau
60 menit ( 1 jam) meneran (multigravida).
4) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil possisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
e. Menyiapkan pertongan kelahiran bayi
1) Meletakkan handuk bersih ( untuk mengeringkan bayi ) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
2) Meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
3) Membuka tutup parus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
4) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
5) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan 1 tangan
yang di lapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
6) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi. Jika tali pusat meliliti leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali
pusat meliliti leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara 2 klem tersebut.
7) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
8) Melahirkan bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipareintal. Anjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi.
Dengan lenbut gerakan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
5. Asuhan kala IV
Menurut depkes RI (2008) pemantauan pada kala IV meliputi :
a. 1 jam pertama setiap 15 menit yang di nilai yaitu :
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Suhu
4) Tinggi fundus uteri
5) Kontraksi uterus
6) Kandung kemih
7) Perdarahan
b. 1 jam kedua setiap 30 menit yang di nilai yaitu :
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Suhu
4) Tinggi fundus uteri
5) Kontraksi uterus
6) Kandungan kemih
7) Perdarahan
BAB III
TINJAUAN KASUS
No / Kode Keterampilan :
Tempat Praktik : BPM Rina Setyowati Karanganom
No Reg : 002
Tanggal, Jam : 21 November 2016 Jam 12.00 WIB
B. Dokumentasi
KALA I (21 November 2016 pukul 12.00 WIB)
1. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR
a. Data Subjektif
1) Alasan masuk kamar bersalin
Ibu mengatakan kencang-kencang
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya kencang-kencang dan ingin mengejan
serta keluar lendir darah dari jalan lahir
3) Tanda-tanda persalinan
Ibu mengatakan merasakan perunya kencang-kencang sejak pukul
04.00, ibu merasakan kontraksi sekitar setiap 5 menit sekali, satu
kali kontraksi lamanya sekitar 20-30 detik.
Ibu mengatakan nyeri pada perut dan pinggang bawah ke depan.
Ibu juga mengatakan terdapat pengeluaran lendir darah dan
ketuban belum pecah.
4) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sebanyak 10-20 kali
5) Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan ini pernikahan pertama, menikah saat usia 21 tahun,
lamanya pernikahan 8 tahun.
6) Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia 14 tahun, siklus teratur, lama 7 hari, sifat encer,
tidak dismenhore, banyaknya 2-3 kali ganti pembalut per hari,.
a) HPMT : 27 Februari 2016
b) HPL : 28 November 2016
c) UK : 39 minggu
7) Riwayat Kehamilan ini:
a) Riwayat ANC
ANC tertur, frekuensi selama hamil 10 kali oleh bidan di BPM.
b) Ibu mengatakan tidak mengonsumsi obat-obatan atau jamu selama
hamil. Ibu hanya mengonsumsi suplemen dari bidan berupa asam
folat dan tablet penambah darah.
c) Imunisasi TT
TT 1 tanggal 11 Desember 2016
TT 2 tanggal 9 Januari 2017
d) Keluhan/ masalah /keadaan yang dirasakan ibu selama hamil:
c) Istirahat (tidur)
Ibu mengatakan satu hari terakhir dapat tidur siang dan tidur
malam
d) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi terakhir pada tanggal 3 November 2015
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah
110/70 mmHg, suhu 36,70 C, respirasi 20 kali/menit, frekuensi nadi 80
kali per menit. Berat badan ibu sebelum hamil 60 kg, pada kunjungan
lalu 72kg dan pada kunjungan saat ini 72 kg. Tinggi badan ibu 164 cm,
LILA 26 cm.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Pada pemeriksaan kepala didapatkan bahwa rambut ibu bersih,
pada muka tidak terdapat odema da nada cloasma. Mata baik,
sklera putih, konjungtiva merah muda. Pada hidung dan telinga
tidak terdapat secret. Mulut dan gigi serta gusi bersih, tidak
terdapat stomatitis.
b) Leher
Pada leher tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening.
c) Dada (payudara)
Payudara simetris, putting susu menonjol, ada pengeluaran
colostrum dan tidak ada benjolan maupun retraksi.
d) Abdomen
Inspeksi :
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bahwa tidak terdapat
bekas luka operasi, striae dan terdapat linea nigra
Palpasi :
1) TFU : berada diantara pertengahan PX.
2) Leopold I : teraba bulat, lunak, seperti bokong
3) Leopold II :bagian kanan teraba bagian-bagian kecil
seperti ekstremitas, sedangkan bagian kiri teraba seperti
papan (punggung).
4) Leopold III : teraba bulat, keras seperti kepala.
5) Leopold IV : didapatkan divergen, kepala sudah masuk
ke panggul.
6) TFU Mc.Donald 31 cm,
7) TBJ 3100 gram.
8) Punctum maksimum berada di perut bawah ibu bagian kiri,
frekuensi DJJ 145x/menit, irama teratur. Hasil pemeriksaan
HIS intensitas kuat, lama setiap kontraksi 20-40 detik.
e) Ekstrimitas
Pada kaki tidak terdapat odema maupun varises, pada tangan tidak
terdapat odema dan kuku bersih.
f) Genetalia Eksterna dan Anus
Vagina mengeluarkan lendir darah, vulva tidak odema, tidak ada
bekas luka pada perineum dan anus tidak terdapat hemoroid.
3) Pemeriksaan Dalam
Indikasi dilakukan pemeriksaan dalam yaitu untuk menentukan
diagnosa persalinan. Hasil dari pemeriksaan dalam yang dilakukan
adalah porsio tebal lunak, pembukaan 2 cm, selaput ketuban utuh,
presentasi kepala, penurunan hodge I
4) Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena tidak terdapat
indikasi.
4. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada untuk saat ini
5. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 21 November 2016 pukul 13.30 WIB.
a. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
b. Observasi kemajuan persalinan meliputi tanda-tanda vital, DJJ, kontraksi
dan pembukaan serviks
c. Ajari ibu untuk melakukan teknik pernapasan untuk mengurangi rasa nyeri
d. Anjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat jika tidak ada
kontraksi.
e. Anjurkan ibu untuk miring ke kanan atau ke kiri
6. IMPLEMENTASI
Tanggal 21 November 2016 pukul 13.40 WIB
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
b. Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi tanda-tanda vital, yaitu
frekuensi nadi setiap 30 menit, tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2
jam. Dan juga DJJ setiap 30 menit, kontraksi setiap 30 menit serta
pembukaan serviks setiap 4 jam
c. Mengajari ibu untuk melakukan teknik pernapasan untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat jika tidak ada
kontraksi
e. Menganjurkan ibu untuk miring kanan atau ke kiri
7. EVALUASI
Tanggal 21 November 2015 pukul 12.40 WIB
a. Ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan janin
b. Keadaan ibu dan janin dapat terpantau, terlampir pada partograf
c. Ibu dapat melakukan teknik pernapasan dengan baik dan benar
d. Ibu bersedia makan, minum dan istirahat saat tidak terdapat kontraksi
e. Ibu bersedia untuk miring kanan dan kiri
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada untuk saat ini
4. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada untuk saat ini
5. RENCANA TINDAKAN
a. Beritahu kondisi ibu dan janin pada ibu dan keluarga
b. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi proses persalinan
c. Ajari ibu meneran dengan benar
d. Pimpin persalinan sesuai dengan 58 langkah APN
6. IMPLEMENTASI
a. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin baik
serta ibu akan segera melahirkan
b. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi proses persalinan
c. Mengajari ibu cara meneran dengan benar
d. Memimpin proses persalinan sesuan dengan 58 langkah APN
7. EVALUASI
a. Ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu dan janin serta mengetahui
bahwa ibu akan segera melahirkan
b. Suami bersedia mendampingi proses persalinan
c. Ketuban dapat pecah dengan satu kali goresan, ketuban sedikit keruh
d. Ibu dapat meneran dengan benar
e. Persalinan berjalan dengan lancar sesuai 58 langkah APN, bayi lahir pukul
18.30 WIB, janin tunggal, laki-laki, berat 3500 gram, panjang 50 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 32 cm
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada untuk saat ini
4. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada untuk saat ini
5. RENCANA TINDAKAN
a. Lakukan manajemen aktif kala III, yaitu:
1) Pemberian injeksi oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 bagian atas paha
luar
2) Peregangan tali pusat terkendali saat ada tanda-tanda pelepasan
plasenta
3) Melahirkan plasenta
4) Lakukan massase uterus
b. Periksa kelengkapan plasenta
6. IMPLEMENTASI
a. Melakukan manajemen aktif kala III, yaitu :
1) Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 bagian atas paha
luar
2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali saat ada tanda-tanda
pelepasan plasenta
3) Melahirkan plasenta
4) Melakukan massase uterus
7. EVALUASI
Plasenta lahir lengkap pada pukul 19.15 WIB, berat plasenta 500 gram,
insersi centralis, panjang tali pusat 40 cm, kotiledon utuh, lebar plasenta 20
cm, tebal 3 cm, perdarahan kala III 100 cc
2) Abdomen
Kontraksi uterus keras, TFU 1 jari di bawah pusat
3) Terdapat laserasi pada jalan lahir meliputi mukosa vagina, kulit
perineum, dan otot perinium, perdarahan kala III 100 cc
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada untuk saat ini
4. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada untuk saat ini
5. RENCANA TINDAKAN
a. Lakukan penjahitan pada laserasi jalan lahir dan persiapkan lidocain 1%
untuk anestesi lokal
b. Lakukan personal hygiene pada ibu
c. Anjurkan ibu untuk bersitirahat dan tetap menyusui bayinya
d. Anjurkan ibu untuk makan dan minum setelah proses persalinan
e. Lakukan observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kontraksi dan
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama serta setiap 30 menit pada
1 jam kedua
6. IMPLEMENTASI
a. Melakukan penjahitan pada laserasi jalan lahir dengan jahitan jelujur dan
benang catgut, sebelumnya diberikan anestesi lokal lidocain 1%
b. Melakukan personal hygiene pada ibu
c. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dan tetap menyusui bayinya
d. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum setelah proses persalinan
e. Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai
kontraksi.
f. Melakukan observasi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, kontraksi dan
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada
satu jam kedua
7. EVALUASI
a. Luka pada jalan lahir dapat direkatkan dengan baik dan hasil jahitan tidak
diberi obat-obatan
b. Ibu merasa lebih nyaman setelah dilakukan personal hygiene
c. Ibu dapat istirahat dan menyusui bayinya
d. Ibu makan dan minum sehingga terlihat lebih kuat
e. Ibu dapat memahami dan melakukan massase uterus
f. Ibu dapat diobservasi dengan baik dan tidak terdapat tanda bahaya
BAB IV
PEMBAHASAN
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
(Sarwono, 2002) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran,
bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara
efektif dan benar mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Catat hasil pemantauan pada
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat
beristirahat di antara kontraksi. (Rohani, dkk, 2013)
Cara meneran yaitu dengan menganjurkan ibu untuk meneran mengikuti
dorongan alamiahnya selama kontraksi. Memberitahukan ibu untuk tidak
menahan napas saat meneran serta memintanya untuk berhenti meneran dan
istirahat saat tidak ada kontraksi. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk,
akan lebih mudah untuk meneran apabila lutut ditarik kea rah dada dan dagu
ditempelkan di dada. Dan ibu diminta untuk tidak mengangkat bokong ketika
meneran. (Rohani, 2013)
Pertolongan persalinan menurut Depkes RI (2008) yaiu sesuai dengan 58
langkah Asuhan Persalinan Normal (APN). Apabila selaput ketuban belum pecah
dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
Pada saat bayi telah lahir dan dilakukan pemeriksaan, dan memastikan tidak
ada janin kedua, didapatkan data bahwa ibu berada di kala III persalinan. Terdapat
tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu adanya perubahan tinggi fundus, semburan
darah dari jalan lahir dan tali pusat memanjang. Oleh karena itu, diberikan asuhan
berupa manajemen aktif kala III dengan memberikan injeksi oksitosin 10 IU di
1/3 atas bagian paha luar, kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali
saat ada tanda-tanda pelepasan plasenta, melahirkan plasenta dan melakukan
massase uterus. Saat tindakan pengeluaran plasenta, ibu dianjurkan untuk tetap
fokus kepada bayinya agar tidak terlalu khawatir terhadap proses pengeluaran
plasenta. Setelah plasenta lahir hal yang kemudian dilakukan adalah memeriksa
kelengkapan plasenta untuk memastikan bahwa tidak terdapat sisa plasenta dalam
rahim.
Kala III dalam persalinan adalah periode waktu yang dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III
merupakan periode waktu dimana penyusutan volume rongga uterus setelah
kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menjadi kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau ke dalam vagina. Tanda-tanda plasenta akan lepas adalah
bentuk uterus berubah menjadi globular dan terjadinya perubahan tinggi fundus.
Kemudian tali pusat memanjang dan terdapat semburan darah tiba-tiba. (Rohani,
dkk, 2013)
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu setiap kala,
mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan
dibandingkan kala III fisiologis. Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah
utama, yaitu memberikan suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan melakukan masase fundus
uteri. Setelah plasenta lahir, kemudian memeriksa plasenta, selaput ketuban dan
tali pusat. Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangatlah penting sebagai tindakan
antisipasi apabila ada sisa plasenta dan bagian koteledon ataupun selaputnya.
Penolong haruslah memastikan betul plasenta dan selaputnya betul-betul utuh
(lengkap), periksalah sisi maternal dan sisi fetal untuk memastikan apakah ada
lobus tambahan, serta selaput plasenta dengan cara menyatukan kembali
selaputnya. (Rohani, dkk, 2013)
Setelah plasenta dipastikan telah lahir lengkap, maka ibu memasuki kala IV
dalam persalinan, yaitu dua jam setelah kelahiran plasenta. Asuhan yang diberikan
kepada ibu saat kala IV adalah dengan melakukan penjahitan pada laserasi jalan
lahir yang sebelumnya telah diperiksa berapa derajat laserasinya. Sebelum
melakukan penjahitan, ibu terlebih dahulu diberikan anestesi lokal dengan
lidocain 1%. Tindakan selanjutnya yaitu menjaga kebersihan dan kenyamanan ibu
dengan melakukan personal hygiene pada ibu. Ibu dianjurkan untuk tetap
menyusui bayinya minimal selama 1 jam, dan juga menganjurkannya untuk
makan, minum serta istirahat. Asuhan lain yang diberikan adalah memantau
keadaan ibu meliputi kontraksi uterus dan mengajari ibu cara mengecek kontraksi
serta masase uterus, memantau keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan.
Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Tindakan yang dilakukan
adalah evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Berikan anestesi lokal pada
setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi. Hal ini merupakan asuhan sayang
ibu. Obat standar yang digunakan untuk anestesi lokal adalah lidocain 1% tanpa
epineprin. Jika lidocain 1% tidak tersedia, gunakan lidocain 2% dengan dilarutkan
terlebih dahulu dengan air steril dengan perbandingan 1:1. (Rohani, dkk, 2013)
Setelah dilakukan penjahitan, tindakan yang dilakukan adalah mengajari
ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. Setelah
itu, bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah, bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering agar ibu
merasa nyaman. Anjurkan dan beri dukungan ibu untuk memberikan ASI serta
anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang di
inginkannya. Untuk selanjutnya pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan
keadaan ibu yang meliputi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, kontraksi dan
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam
kedua. Hal ini dikarenakan masa 1-2 jam setelah proses persalinan merupakan
masa yang memerlukan pengawasan yang benar-benar ketat untuk menghindari
komplikasi yang dapat terjadi seperti perdarahan pasca persalinan. (Depkes RI,
2008)
Dari pembahasan di atas, dengan mengetahui kesesuaian tindakan dan teori
yang ada, maka didapatkan bahwa asuhan persalinan yang diberikan pada Ny. M
pada kala I adalah berupa pemantauan kemajuan persalinan dan pemenuhan
kebutuhan fisik serta kebutuhan psikologis ibu untuk agar ibu dapat menghadapi
proses persalinan dengan baik. Pada kala II, asuhan yang diberikan adalah
menolong persalinan sesuai standar dengan memperhatikan prinsip pencegahan
infeksi. Asuhan kala III yaitu berupa manajemen aktif kala III serta dukungan
psikologis pada ibu. Dan asuhan kala IV yaitu memantau keadaan ibu untuk
mencegah terjadinya komplikasi serta pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis
ibu. Pada penatalaksanaan asuhan, ibu bersikap kooperatif sehingga pemberian
asuhan berjalan dengan lancar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus persalinan pada Ny. W G 1P0A0 23 tahun UK 39 Minggu
maka dapat disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah normal. Tidak
terdapat kelainan pada kala I, kala II, kala III maupun kala IV. Oleh karena itu,
asuhan kebidanan yang diberikan adalah asuhan kebidanan pada persalinan
normal yang berkesinambungan dan menerapkan asuhan sayang ibu.
B. Saran
1. Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga diharapkan dapat bersikap kooperatif agar asuhan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan dapat berlangsung dengan baik dan
mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan, khususnya Bidan
Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar
asuhan agar tidak terjadi komplikasi saat pertolongan persalinan.
3. Bagi Penulis
Penulis diharapkan meningkatkan keterampilan asuhan dan komunikasi
dengan klien agar dapat melakukan asuhan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Varney H, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta:
EGC. Halaman 501-04.
Sarwono, P. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Halaman 327-31
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Rohani, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika
Andriana, E. (2007). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer . Halaman 25-9
IDAI dan POGI. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta : JNPK
Sumarah, dkk. (2008). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya. Halaman 55