Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL


PADA NY. M UMUR 24 TAHUN G2P1A0Ah1 POSTPARTUM 1 HARI
DI PUSKESMAS GANTIWARNO
TANGGAL 27 MARET 2021

Dosen Pembimbing
Dwi Retna P, S.Si.T, M.Si, M.Med

Disusun Oleh :
Alfitamara Muafatika
P27224019062
DIV Reguler Sarjana Terapan dan Profesi Semester IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPRUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL


PADA NY. M UMUR 24 TAHUN G2P1A0Ah1 POSTPARTUM 1 HARI
DI PUSKESMAS GANTIWARNO
TANGGAL 27 MARET 2021

Disusun Oleh :

Nama : Alfitamara Muafatika


NIM : P27224019062
Kelas : Sarjana Terapan dan Profesi Bidan Semester IV

Disetujui :

Pembimbing Lapangan
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten

(Nurwidhi Jasmaraningsih, S. Tr. Keb)


NIP. 19710307 1993 2 001
Dosen Pembimbing
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten

(Dwi Retno P, S.Si.T.,M.Si.Med)


NIP. 19810307 200604 2 002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan

laporan kasus asuhan kebidana persalinan untuk melengkapi tugas mata

kuliah asuhan kebidanan persalinan.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun telah mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan tidak

sempat penyusun sebutkan satu per satu.

Saya berharap semoga dengan disusunnya laporan ini dapat

memberikan pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Klaten, 1 April 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan
kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan
kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan perawatan
bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan professional, bidan harus mampu
mengintegrasikan model konseptual, khususnya dalam pemberian asuhan
kebidanan pada ibu nifas (Saleha, 2009).
Masa nifas merupakan masa yang penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelayanan atau pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan berlanjut
pada komplikasi masa nifas (Sulistyawati, 2009).
Bidan dalam memberikan pelayanan nifas harus mampu menerapkan
pelayanan nifas yang berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan, sehingga kepuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan dapat
tercapai. Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 900/SK/VII/2002 yang
menyebutkan bahwa bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang meliputi: pelayanan pranikah, kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan balita (Syafrudin, 2009).
Kepuasan pasien terhadap pelayanan nifas yang dilaksanakan oleh bidan
merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan.
Pasien akan selalu mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja
pelayanan kesehatannya dapat memenuhi harapan pasien. Suatu pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien
(Syafrudin, 2009). Pelayanan pada masa nifas yang tidak sesuai dengan harapan
klien dapat menyebabkan masalah psikologis. Masalah psikologis pada masa
pasca persalinan bukan merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. Masalah
ini dapat dihindari dengan adanya dukungan sosial serta dukungan pelaksana
pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan
(Saifuddin, 2010). Resiko yang dapat terjadi pada ibu dengan masalah psikologis
dapat berpengaruh terhadap produksi ASI sehingga ibu akan mengalami kesulitan
menyusui bayinya. (Anggraini, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan kepada pasien secara
komprehensif sesuai kompetensi standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dan penulisan makalah ini adalah :
a. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada pasien selama masa nifas.
b. Melaksanakan pengkajian data.
c. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
d. Menentukan antisispasi masalah potensial.
e. Mengidentifikasi kebutuhan segera
f. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas
masalah.
g. Melaksanakan rencana asuhan dengan masalah.
h. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini yaitu:
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis dan psikologis
yang terjadi pada masa nifas serta masalah pada masa nifas sehingga
timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa nifasnya.
2. Bagi Mahasiswa Calon Bidan
Menambah pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan kebidanan Ibu
nifas serta sebagai penerapan ilmu yang di dapat selama perkuliahan.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Sulistyawati, 2009)
Masa nifas adalah masa yang dirnulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum lahir.
(Prawirohadjo, 2008).
Kala puerperium atau nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan
yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada perpenum, yaitu involusi
dan proses laktasi. Masa nifas disebut juga masa post partum adalah masa
atau waktu sejati bayi lahir dan plasenta keluar lepas dan rahim. Sampai 6
minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan. (Suherni, dkk, 2009).
Pada masa nifas terdapat tiga tahapan, yaitu puerperium dini,
puerperium intermediate, puerperium remote. Puerperium dini adalah tahap
pemulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan
aktivitas layaknya wanita normal lainnya. Puerperium intermediate
merupakan tahap kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya
sekitar 6-8 minggu. Sedangkan puerpenum remote adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama
hamil atau persalinan tanpa kompikiasi. (Nanny, 2010).

B. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi aclalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan
bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat in
besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16
minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya sekitar 100 gram.
(Nanny, dkk, 2011).
Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab
untuk pertumbuhan uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal
bergantung pada hyperplasia, penambahan jumlah sel-sel otot dan
hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa postpartum, penurunan
kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolysis,
perusakan secara langsung jaringan hepertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang
menjadi penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Sedangkan subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus
adalah sebagai berikut:
1) Iskhemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dan
uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia
dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
3) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. (Nanny dan Sunarsih, 2011)

Tabel 1 Involusi Uteri


Diameter
Tinggi erat Keadaan
Bekas
Involusi Fundus Uterus Serviks
Melekat
Uteri gram)
Plasenta (cm)
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr Lembek
Uri Lahir 2 jari di 750 gr 12,5 cm
bawah pusat
Satu Minggu Pertengahan 500 gr 7,5 cm Beberapa hari
pusat-simpisis setelah
Dua Minggu Tak teraba di 350 gr 3-4 cm postpartum
atas simpisis dapat dilalui
Enam Bartambah 50-60 gr 1-2 cm 2jari. Akhir
Minggu kecil minggu
Delapan Sebesar 30 gr pertama
Minggu Normal dapat
dimasuki 1
jari
Sumber : Sumber : Wulandari, Setyo R dan Handayani, Sri (2011).
Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

a. Involusi Tempat Plasenta


Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Regenerasi terjadi selama 6 minggu.
b. Endometrium
Dan pertama tebal endometrium 2,5mm permukaannya kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari tidak ada
pembentukan jaringan parut pada luka bekas implantasi. (Soleha,
2009)
c. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafraa pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsurangsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, dan jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendur.(Nanny dan Sunarsih. 2011)
d. Perubahan pada Serviks
Berapa hari setelah persalinan, ostum eksternum dapat dilalui
oleh 2 jam, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena
robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jam saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan
bagian atas dan kanalis servikalis.
e. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan
mempunnyai reaksi basal alkali yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. (Nanny dan Sunarsih, 2011)
Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,
yaitu sebagai berikut:
1) Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar, dan sisa selaput
ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium.
Keluar selama 2-3 hari post partum.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 7-10 pasca persalinan. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan.Lochea ini terdiri atas lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdini dan leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
4) Lochea Alba
Lochea ini muncul lebih dan hari ke- 10 post partum. Warnanya
lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung
leukosit, selaput lender serviks,dan serabut jaringan yang mati.
f. Perubahan pada Vagina dan Perineum
Pada minggu ke-3 vagian mengecil dan timbul ruggae kembali
(lipatan-lipatan). Terjadi robekan perinium hampir pada semua
persalinan pertama. Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
meluas, bisa karena kepala janin lahir terlalu cepat. Sudut arkus pubis
lebih kecil dan masanya. Kepala janin melemah PBP dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkum forensia sub oksipito bregmatika.
(Suherni, dkk. 2009)

2. Perubahan Payudara
Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh wanita
mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi dapat mengalami
kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap stimulasi bayi yang
disusui akan terus melepaskan hormon dan menstimulasi alveoli yang
memproduksi susu. (Varney, 2007).
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah mulai
berkurang, biskositas darah kembali normal dan arab jantung serta tekanan
darah menurun sampai kadar sebelurn hamil. (Ester, 2008)
4. Perubahan Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Disebabkan
makanan padat dan kurang serat. Selain itu rasa takut BAB karena takut
akan rasa nyeri pada luka jahitan. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4 hari
pasca persalinan. Ibu sering cepat lapar setelah melahirkan. Penurunan
tonus dan mobilitas otot traktus digestifus setelah bayi lahir. (Suhemi,
2009)
5. Perubahan Sistem Perkemihan
a. Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.
b. Ureter dan pelvis mengalami dislokasi, kembali dalam waktu 2-8
minggu post partum.
c. Distensi berlebihan pada vesika urinaria, pernbengkakan jaringan di
sekitar uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meninggi.
d. Laju filtrasi glomerulus tetap meninggi + 7 hari post pantum.
e. Proforesis puerperalis (pembentukan keringat ibu nifas) dan cliuresis
(peningkatan pembentukan kemih) terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan.
6. Perubahan Sistem Hormonal
a. Estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta lahir.
b. Prolaktin meningkat karena isapan bayi.
7. Perubahan Sistem Hematologi
Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa
post partum. Jumlahnya >25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
(pada persalinan lama). Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit
akan sangat bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dan volume
darah. Volume plasma dan volume sel darah yang berubah-ubah. (Soleha,
2009)
8. Perubahan Musculoskeletal
a. Diastasis
1) Sebagian besar wanita melakukan ambulansi 4-8 jam post partum.
Untuk menghindari komplikasi meningkatkan involusi dan
meningkatkan cara pandang emosional.
2) Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasi pelviks terjadi pada
6 minggu postpartum.
3) Mobilisasi dan tonus otot gastrointestinal kembali ke keadaan
semula dalam 2 minggu post partum.
4) Konstipasi terjadi karena penurunan tonus otot dan rasa tidak
nyaman pada puerpenum.
5) Hemeroid terjadi karena tekanan panggul dan mengejan selama
persalinan.
b. Abdominalis dan Peritonium
1) Peritonium membentuk lipatan akibat peritonium berkontraksi dan
beretraksi pasca persalinan dan beberapa hari setelahnya.
2) Ligamentum rotundum lebih kendur dan butuh waktu lama untuk
kembali normal.
3) Dinding abdomen tetap kendur karena konsekuensi dan putusnya
serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat
pembesaran uterus selama hamil.
4) Dinding perut menjadi longgar disebabkan teregang begitu lama.
Pulih dalam waktu 6 minggu.
9. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu
1) Setelah hari ke-4 post partum suhu ibu mungkin naik sedikit
±37,2°C -37,5°C. Mungkin karena ikutan dan aktifitas payudara.
2) Bila >38°C pada hari ke-2 sampai berikutnya, waspada adanya
infeksi.
b. Nadi
1) Nadi akan melambat sampai 60x/menit pada minggu postpartum
karena ibu istirahat penuh.
2) Bila >100x/menit dapat terjadi shock karena infeksi (bila suhu juga
meningkat).
c. Tekanan Darah
1) TD < 140/90 mmHg terjadi pada 1-3 hari post partum.
2) Bila TD menjadi lebih rendah menunjukan adanya pendarahan post
partum. Bila TD tinggi kemungkinan pre-eklampsi.
d. Respirasi
1) Umumnya respirasi lambat atau normal karena ibu dalam posisi
istirahat.
2) Bila inspirasi cepat saat post partum (> 30x/menit) mungkin karena
adanya ikutan tanda-tanda shock.(Nanny dan Sunarsih, 2011).

C. Perubahan Psikologis Masa Nifas


1. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Dalam masa nifas ibu akan mengalami beberapa fase yang
berhubungan dengan adaptasi khusus pada keadaan psikologi ibu. Fase-
fase ini dibagi menjadi 3 fase:
a. Fase Taking-In
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2 setelah
melahirkan. Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya sendiri. Ibu
cenderung pasif dengan lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah.
c. Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab barurya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan din, merawat diri
dan bayinya, senta kepercayaan diri sudah meningkat. (Nanny dan
Sunarsih, 2011)
2. Post Partum Blues
Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau
sindrom ibu banu, dirnengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan
pada minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala
seperti reaksi depresi atau sedih, sering menangis, mudab tersinggung dan
marah, cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri,
gangguan tidur dan gangguan nafsu makan, kelelahan dan pelupa.
Puncak dan postpartum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan
berlangsung dan beberapa hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu
umum, maka diharapkan tidak dianggap sebagai penyakit. Post partum
blues tidak mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat
bayinya sehingga ibu dengan post partum blues masih bias merawat
bayinya. Kecenderungan untuk mengembangkan post partum blues tidak
berhubungan dengan penyakit mental sebelumnya dan tidak disebabkan
oleh stress. Namun, stress dan sejarah depresi dapat memengaruhi apakah
postpartum. blues terus menjadi depresi besar, oleh karena itu post partum
blues harus segera ditindak lanjut.
3. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
a. Boonding Attachment
Boonding adalah dimulainya interaksi sensorik fisik. Attach,nent
adalah ikatan yang terjalin antara individu (Nelson, 1986). Tahap-
tahap Boonding Attachment, yaitu:
1) Perkenalan (Acquintace)
Melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan eksplorasi
segera setelah mengenal bayinya.
2) Keterikatan (Boonding)
3) Attachment
Perasaan kasih sayang yang mengikat individu satu dengan yang
lain
b. Respon Ayah dan Keluarga
1) Respon Positif
a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayi dengan bahagia
b) Ayah tambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi
c) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi
d) Perasaan sayang ayah terhadap ibu yang melahirkan bayi
2) Respon Negatif
a) Kehamilan yang tidak diinginkan
b) Kegagalan KB
c) Ayah merasa kurang mendapat perhatian
d) Faktor ekonomi
c. Sibling Rivalry
Anak-anak dan orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atau
perempuan (kamus kedokteran). Rivalty adalah keadaan kompetisi
atau antagonisme antara saudara kandung untuk mendapatkan simpati
dan perhatian. Pertengkaran atau kecemburuan terhadap saudara laki-
laki atau perempuan terjadi pada orang tua yang mempunyai 2 anak
atau lebih.

D. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas


Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, yaitu
waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat
genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti pada
keadaan sebelurn hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan
pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan
protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan-
kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain sebagai berikut.
1. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat
memengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan
zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI
dan untuk aktivitas ibu sendiri. Pemberian ASI sangat penting karena ASI
adalah makanan utama bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh sempuma
sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut, dan mempunyai IQ
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI rnengandung asam
dekosaheksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara bermakna akan
mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya
diberi susu bubuk. (Sulistyawati, 2009).
a. Kebutuhan kalori selama rnenyusui proporsional dengan jumlah air
susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui disbanding
selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu
dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510
kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu nonnal.
Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui.
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu
memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup
dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak
mengandung alcohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna.
b. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal
ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dan tambahan 500 kal yang
dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian
sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dan
protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur,
daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein
nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
c. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu
menyusui dianjurkan minimum 2-3 liter per hari dalam bentuk air
putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui). Mineral, air, vitamin digunakan untuk melindungi tubuh
dan serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bias didapat dan semua jenis
sayur dan buah-buahan segar.
d. Pu zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000unit) sebanyak 2 kali yaitu pada I
jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2. Istirahat dan tidur
Istirahat cukup (siang hari ± 2 jam, malam hari 7-8 jam)
3. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan
setetah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan
otot perut. Gerakan senam nifas dimulai dan gerakan yang sederhana
hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus-
menerus. Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap hari
sampai 10 kali.
4. Hubungan Seks dan KB
a) Hubungan seks aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa sakit.
b) KB, idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun,
kontrasepsi aman digunakan setelah 42 minggu post partum.
5. Eliminasi
a) BAK
1) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah BAK spontan
2) Urin jumlah banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan
b) BAB
1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena edema persalinan
dan perineum yang sakit
2) Bila lebih dan 3 hari belum BAB, bisa diberikan obat
3) Ambulansi diri selama teratur akan membuat BAB lancar
6. Ambulasi
Ambulasi dini ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing
ibu postpartum bangun dan tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post
partum telentang ditempat tidurnya selani 7 - 14 hari setelah melahirkan.
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dan tempat tidur dalam 24 -
48 jam pospartum. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu post
partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru
-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan harus berangsur -
angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan
mencuci, memasak, dan sebagainya. (Soleha, 2009)
7. Personal Hygiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi, kebersihan diri, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga. (Suhemi, 2009)
a. Kebersihan Ibu
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh
2) Membersihkan daerah kelamin
3) Mengganti pembalut maksimal 3-4 jam dan setiap kali mandi
4) Mencuci tangan sebelum menyentuh daerah kelamin
b. Kebersihan Bayi
1) Memandikan bayi 6 jam setelah persalinan, 2 kali/hari
2) Mengganti pakaian setiap basah
3) Menjaga pantat dan daerah kelamin
4) Menjaga tempat tidur selalu bersih dan hangat
5) Menjaga semua perlengkapan bayi agar bersih

E. Jadwal Kunjungan Ibu Nifas


Pemerintah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan ibu nifas,
yaitu pelayanan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan paling sedikit 3 kali kunjungan masa nifas
Tabel 2. Jadwal kunjungan nifas
Kunjungan Kunjungan Kunjungan III (KF
I (KF I) 6 jam II (KF II) Hari III) hari ke 29 s/d 42
s/d 3 hari pasca salin ke 4 s/d 28 hari pasca hari pasca salin
Memastikan involusio uteri Presepsi ibu tentang Permulaan hubungan
persalinan dan kelahiran seksual
bayi
Menilai adanya tanda- Kondisi payudara Metobe KB yang
tanda demam, infeksi digunakan
atau perdarahan
Memastikan ibu Ketidaknyamanan yang Latihan pengencangan
mendapat cukup makanan, dirasakan ibu otot perut
cairan dan istirahat
Memastikan ibu Istirahat ibu Fungsi pencernaan,
menyusui dengan baik konstipasi, dan
dan tidak ada tanda-tanda penanganannya
infeksi
Perawatan bayi sehari-hari Memastikan ibu Hubungan bidan, dokter
menyusui dengan baik dan RS dengan masalah
dan tidak ada tanda- yang ada.
tanda infeksi Menanyakan pada ibu
apakah sudah mendapat
haid atau belum
Sumber . Wulandari, Setyo R dan Handayani, Sri (2011). Asuhan Kebidanan
Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

F. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


1. Perdarahan per-vagina
Perdarahan post partum adanya kehilangan darah sebanyak 500 cc ayau
lebih dan traktus genitalia setelah melahirkan. Perdarahan post partum
primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah
melahirkan, penyebab:
a. Uterus atonik
b. Trauma genital
c. Koagulasi intravaskular diserninata
d. Inversi uterus
Perdarahan post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian
perdarahan yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu
masa post partum.
2. Infeksi Masa Nifas
lnfeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genitalis yang terjadi pada setiap saat antara awiran pecahan ketuban
(ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau
abortus dimana terdapat dua atau lebih dan hal-hal-berikut:
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5°C atau lebih
c. Pengeluaran vagina yang abnormal
d. Pengeluaran vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihat sekresi lakteal,
payudara sening mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-
benjol.
Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan
kenaikan suhu. Lamanya panas berkisar dan 4 hingga 16 jam dan suhu
tubuhnya berkisar antara 38-39°C
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mamae merupakan komplikasi
antepartum yang jarang terjadi kadang-kadang dijumpai dalam masa
nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului
inflamasi dengan keluhan pertama berupa menggigil atau gejala rigor
yang sebenarnya, yang segera diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan
peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras
serta kemerahan. Dan pasien mengeluh rasa nyeri.

G. Pemeriksaan Fokus pada Ibu Nifas


Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal menurut Bobak,
(2005), meliputi: Pengkajian data dasar klien. Tinjauan ulang catatan prenatal
dan intraoperative dan adanya indikasi untuk kelahiran abnormal. Sedangkan
cara pengumpulan data meliputi observasi, wawacara, pemeriksaan fisik
melalui inpeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
1. Identitas klien
a. Identitas klien meliputi : Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya,
tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.
b. Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku.
2. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain: keluhan utama saat masuk rumah
sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang
berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan
tekanan darah, eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan,
edema, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri episgastrik.

b. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau Ante Natal Care (ANC) dan
imunisasi yang diberikan selama ibu hamil.
c. Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,
posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan
jahitan perineum dan perdarahan dan ada tidaknya riwayat operasi Sc.
d. Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi: jenis kelamin, dan berat badan bayi.
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR score, untuk menyusui atau
pembenan susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian.
e. Pengkajian masa nifas atau post partum
Pengkajian yang dilakukan meliputi: keadaan umum, tingkat akifitas
setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen,
payudara, episiotomy, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap
bayi.
3. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Mengetahui keadaan secara umum ibu nifas, untuk menentukan
tindakan yang harus di lakukan kepada ibu nifas.
1) Apatis: Ibu nifas bersikap acuh tak acuh dengan keadaan
sekitarnya.
2) Samnolen: Ibu nifas memiliki kesadaran yang lebih rendah.
3) Spoor: Ibu nifas memberikan sedikit respon terhadap rangsangan
yang kuat. Hal tersebut bisa di tandai dengan adanya reflek pupil
terhadap cahaya yang masih positif.
4) Koma : Ibu nifas tidak bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan
apapun. Reflek pupil terhap cahaya sudah tidak ada.
b. Tanda-tanda vital
Pengkaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
1) Suhu badan
Dalam 24 jam post partwn suhu badan akan rneningkat sedikit (3
7,5°C- 38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan biasanya pada hari ke-3 suhu
badan akan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI.
Payudara akan menjadi bengkak,dan berwarna merah karena
banyaknya ASI, bila suhu tidak tunun kemungkinan terjadi infeksi.
2) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi
ibu postpartum biasanya akan Iebih cepat, bila melebihi 100
kali/menit kadaan ini termasuk abnormal dan keadaan ini
menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih
rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang
lainnya. Tekanan darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi post
partum.
4) Pernafasan
Keadaan pemafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi, bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran
pencernaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas atau pasca partum yaitu:
a. Rambut
Berkaitan dengan kebersihan rambut ada atau tidaknya ketombe.
b. Wajah
Mengkaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan
kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah
menonjol. Mengkaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah
berarati normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami
anemia, dan jika bibir kering maka ibu mengalami dehidrasi.
c. Leher
Palpasi secara ssistematis dan determinasikan menurut lokasi batas-
batas dan ukuran bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok
kelenjar limfe, submandibular (ditengah-tengah antara sudut dan ujung
mandibular) dan submental (pada garis tengah beberapa cm di
belakang ujung mandibula)
d. Payudara
Mengkaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara
dan kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya ASI.
e. Abdomen
Palpasi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,
palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
Evaluasi abdomen terdapat involusi uterus, terba lembut, tekstur
Doughy (kenyal), muskulus rektus abdominal utuh (intact) atau
terdapat diastasis recti dan mengkaji kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih
yang dilakukan pada abdomen bagian bawah.
f. Genetalia
Inspeksi dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah
sesuai dengan inasa nifasnya. Mengkaji lochea yang meliputi karakter,
jumlah wama, bekuan darah yang keluar dan baunya. Pengkajian
perinium dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi
sinus inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA” (Rednes atau kemerahan,
Echyrnosis atau perdarahan bawah kulit, Edeme atau bengkak,
discharge atau perubahan lochea, Approximation atau pertautan
jaringan). Jenis dan ukuran benang untuk menjahit luka perineum:
1) Cutget kromik 4-0
a) Perbaikan dinding anterior rectum pada laserasi derajat IV
b) Perbaikan laserasi klitoris
c) Perbaikan tempat lain apabila permukaan benang yang sangat
halus
2) Cutget kromik 3-6
a) Perbaikan mukosa vagina
b) Jahitan subcutan
c) Jahitan subcutikula
d) Perbaikan laserasi periutera
3) Cutget kromik 2-0
a) Perbaikan spingter ani ekstra
b) Perbaikan laserasi servik
c) Perbaikan laserasi dinding vagina lateral
d) Jahitan dalam terputus-putus pada otot pelvic
Dalam penjahitan otot benang yang di gunakan benang yang lebih
kuat. Semakin besar nomor benang maka semakin halus benang (4-0,
6-0, 8-0). Semakin kecil nomor benang maka semakin besar benang
dan sernakin kuat tegangan benang (2-0, 1-0).
g. Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang diternukan
oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit (Hb/ Ht): mengkaji
perubahan dan kadar pra operasi dan evaluasi efek dan kehilangan
darah pada pembedahan.
b. Urinalis: Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

H. Pendidikan Kesehatan untuk Ibu Nifas


Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap dilakukan
secara sistematis dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal.
Pendidikan yang perlu diberikan kepada ibu nifas meliputi:
1. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat dapat membantu mempercepat pemulihan tubuh ibu
dan juga sangat mempengaruhi susunan air susu. Pendidikan kesehatan
gizi untuk ibu menyusui, antara lain:
a. Konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
d. Tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan
vitamin A juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASInya.
2. Personal Hygiene
Menjaga personal hygiene dapat rnenghindari infeksi post paturn, karena
pada saat post partum ibu sangat rentan terhadap infeksi. Pendidikan
kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain:
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu cara rnembersihkan daerah kelamin
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut
d. Menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
3. Istirahat dan Tidur
Istirahat yang cukup dapat mencegah terjadinya kelelahan yang
berlebihan, meningkatkan produksi ASI, dan mempercepat proses involusi
uterus serta menekan perdarahan. Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas
dalam hal istirahat/tidur.
Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali
ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan dan menjelaskan pada ibu bahwa
kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri
sendiri.
4. Ambulasi dan Latihan (Senam Nifas)
Early ambulation bertujuan agar kondisi ibu sehat dan kuat, faal usus dan
kandung kemih menjadi lebih baik. Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas
dalam hal istirahat/tidur meliputi:
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot-otot perut dan
panggul kembali normal, sehingga mengurangi rasa sakit pada
punggung
b. Menjelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap ban
sangat membantu. Misalnya dengan tidur terlentang dan lengan
disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas,
angkat dagu ke dada, tahan sampai lima hitungan, rileks dan ulangi
sepuluh kali. Untuk memperkuat tonus otot vagina, yaitu dengan
latihan kegel.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot bokong dan
pinggul, kemudian tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ualngi
latihan sebanyak lima kali.
d. Mulai dengan mengerjakan lima kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu tingkatkan jumlah latihan lima kali lebih banyak. Pada
minggu ke-66 setelah persalinan, ibu harus rnengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI bertujuan agar kebutuhan nutnisi bayi tercukupi, karena
ASI mengandung semua gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Pendidikan
kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bennanfaat, karena
pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh
karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi dan mengajarkan cara
perawatan payudara.
6. Hubungan Seks
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu:
a. Hubungan seks dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu
sudah merasa nyaman.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa laku tententu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan untuk segera melakukan
hubungan seks tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Strategi konseling KB terbaik adalah dilakukan pada saat masa nifas,
Pendidikan 4 kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi:
a. Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan, menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
keluarganya.
b. Terkait beberapa metode KB hal berikut sebaiknya dijelaskan terlebih
dahulu pada ibu.
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya.
2) Kelebihan dan keuntungan.
3) Kekurangannya.
4) Efek samping.
5) Bagaimana menggunakan metode itu.
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan dan menyusui.
8. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
Pemberian informasi tentang tanda bahaya masa nifas ini bertujuan agar
mampu melakukan deteksi dini adanya komplikasi masa nifas, sehingga
dapat segera diatasi. Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas
meliputi: berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk
mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa:
a. Perdarahan dan pengeluaran abnormal
b. Sakit daerah abdomen/punggung
c. Sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati,
d. Bengkak pada ekstremitas,
e. Demam/muntah/sakit saat BAK
f. Perubahan pada payudara, nyeri/kemerahan pada betis
g. Depresi postpartum
I. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan/Penatalaksanaan

A. Pengkajian Data
Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Data Subyektif (Anamnesa)
Pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalul
pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Jannah, 2013).
a. Identitas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas untuk
mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan
sasaran, meliputi:
1) Nama: Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur: Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dan 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dan 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama: Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku bangsa: Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebisaan sehari-
hari.
5) Pendidikan: Berpengaruh kebidanan dan dalam untuk tindakan
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
6) Pekerjaan: Gunanya untuk mengetahui mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
7) Alamat: Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan
masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keluhan pada ibu nifas
dengan anemia sedang yaitu pusing, badan terasa lemas dan merasa
tidak nyaman dengan keadaan yang dirasakan (Manuaba, 2007).
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang: Data-data ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
ini yang ada hubunganya dengan masa nifas dan bayinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Riwayat penyakit sistemik: Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:
jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas.
3) Riwayat penyakit keluarga: Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Riwayat keturunan kembar: Dikaji untuk mengetahui apakah
dalam keluarga ada yang rnempunyai riwayat keturunan kembar
(Manuaba, 2008).
5) Riwayat operasi: Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
dilakukan tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan ini (Prawirohardjo, 2009).
d. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, sikius menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah,
keluhan utama yang dirasakan saat haid (Sulistyawati, 2013).
e. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, beapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f. Riwayat perkwinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Ambarwati dan Wulndari, 2010). Riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, penolong jumlah anak, cara keadaan persalinan nifas yang
lalu, persalinan, (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g. Riwayat kehamilan ini
Dikaji untuk mengetahui hari pertama haid terakhir dan apakah siklus
menstrulasi northal, gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah
ada perubahan yang terjadi), masalah dan tanda-tanda bahaya,
keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan
(termasuk jamu-jamuan) serta kekhawatiran lain yang dirasakan (Dewi
dan Sunarsih, 2011). Pada kehamilan ini ibu tidak mengalami anemia
(Manuaba, 2007).
h. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada persalinan ini ibu mengalami
perdarahan (Manuaba, 2007).
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang nafsu
makan ibu berkurang (Manuaba, 2007).
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang harus sudah BAB dalam 3 hari post partum (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
3) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan (Saifuddin, 2009).
j. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
k. Kebiasaan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat- istiadat
yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khusunya pada masa
nifas misalnya pada kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
l. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalis, karena pada masa nifas rnasih
mengeluarkan lochea (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
m. Aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari, pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatanya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus ini ibu sudah bisa miring kanan, miring
kiri dan duduk.

2. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dan seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan compos
mentis, apatis sampai dengan koma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar antara > 90/60 dan < 140/90
mmHg. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi dengan
TD >140/90 mmHg postpartum tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang
menyertainya dalam bulan pengobatan (Anggraini, 2010).
b) Suhu
Suhu normal berkisar antara 36,5°C sampai 38,0°C Peningkatan
suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh
keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di
sebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
persalinan, pada umunya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38°C adalah
mengarah ke tanda-tanda infeksi (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
c) Nadi
Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas
l00x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan. adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d) Respirasi
Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami brakikardi
puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-
50 x/menit, pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan berat badan atau penurunan berat
badan (Pantikawati dan Saryono, 2010).
f) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya resiko apabila hasil pengukuran <145cm
(Pantikawati dan Saryono, 2010).

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dan ujung
rambut sampai ujung kaki.
1) Rambut: Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Rukiah dkk, 2013).
2) Muka: Untuk mengetahui apakah muka pucat atau tidak (Jannah,
2011). Pada ibu nifas dengan anemia sedang muka tampak pucat
(Manuaba, 2007).
3) Mata: Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna sclera putih atau kuning (Rukiah dkk, 2013). Pada ibu nifas
dengan anemia sedang konjungtiva pucat (Manuaba, 2007).
4) Hidung: Untuk mengetahui keadaan hidung dan kebersihan, alergi
debu atau tidak dan ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2012).
5) Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan
pendengaran atau tidak, ada serumen atau tidak (Sulistyawati, 2012).
6) Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau
tidak. keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
7) Leher: Untuk mengetahui adakah pembengkakan kelenjar limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiah dkk, 2013).
8) Dada: Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada atau tidak (Sulistyawati, 2012).
9) Mammae: Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada pernbengkakan
atau tidak, puting menonjol atau tidak, lecet atau tidak. Pada masa
nifas dikaji untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
10) Aksila: Ada benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
11) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran uterus, ada linea atau tidak, ada
strie atau tidak, ada bekas operasi atau tidak, ada pelebaran vena
atau tidak, adanya kelainan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
b) Palpasi
Palpasi merupakan tehnik pemeriksan yang menggunakan indra
peraba, tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitive untuk
mengkaji kontraksi, tinggi fundus uteri dan kandung kemih
(Nursalam, 2009).
12) Ekstremitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya
varices, adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negative
(Vamey, 2007).
13) Pemeriksaan genetalia eksterna
a) Vulva vagina
Mengalarni penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses persa1inan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu post partum (Jannah, 2013).
b) Keadaan anus
Untuk mengetahui kebersihannya dan adanya haemoroid atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, rontgen dan
USG (Varney, 2007).

B. Interpretasi Data Dasar


Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah
ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan
dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat ditegakkan yang
berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Contoh diagnosa kebidanan pada ibu
nifas yaitu P1Ab0Ah1 24 tahun Postpartum hari ke-2 dengan bendungan
ASI.
2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dan hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dengan dan tetap
membutuhkan penanganan (Varney, 2010).
3. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
tenidentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
analisa data (Varney, 2010). Kebutuhan ibu nifas dengan anemia sedang
yaitu memberikan informasi tentang keadaan ibu bahwa ibu mengalami
anemia sedang, memberikan informasi tentang makanan yang bergizi yang
mengandung protein, zat besi, yodium, kalsium, vitamin A (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).

C. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial


Mengidentifikasi berdasarkan data yang telah diperoleh. Diagnosa
potensial membutuhkan antisipasi, memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa
atau masalah potensial benar-benar terjadi. Dan yang paling penting
melakukan asuhan yang aman (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Diagnosa
potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas:
1. Perdarahan per-vagina
Tanda dan gejalanya adalah darah yang keluar lebih dan 500 cc, ibu
mengeluh badan lemas.
2. Infeksi Masa Nifas
Tanda dan gejalanya, meliputi :
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5°C atau Iebih
c. Pengeluaran vagina yang abnormal
d. Pengeluaran vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu
Tanda dan gejalanya adalah payudara sering mengalami distensi
menjadi keras dan berbenjol-benjol, rasa nyeri yang cukup hebat dan
bisa disertai dengan kenaikan suhu sampai antara 38-39°C.

b. Mastitis
Tanda dan gejalanya berupa menggigil atau gejala rigor yang
sebenarnya, yang segera diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan
peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras
serta kemerahan. Dan pasien mengeluh rasa nyeri.
4. Subinvolusio Uteri
Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi. Tanda dan gejala subinvolusio uteri dapat berupa
fundus uteri yang letaknya tetap tinggi didalam abdomen atau pelvis dan
seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat, konsistensi uterus lembek,
pengeluaran lochea seringkali gagal berubah, terdapat bekuan darah,
lochea berbau menyengat, uterus tidak berkontraksi, pucat, pusing,
tekanan darah rendah, dan suhu tubuh yang tinggi. Penyebab terjadinya
subinvolusio uterus dapat dikarenakan terjadinya infeksi pada
myometrium, terdapatnya sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam
uterus serta lochea rubra Iebih dan dua minggu postpartum sehingga
pengeluarannya Iebih banyak dan perkiraan.

D. Identifikasi Tindakan Segera atau Antisipasi


Mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnose
dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan (Alimul danWildan, 2008).
Pada kasus perdarahan per-vagina dapat dilakukan tindakan mandiri
yaitu menentukan penyebab perdarahan, atasi syok hipovolemia, memasang
infus, dan lakukan rujukan segera. Pada kasus infeksi masa nifas segera
lakukan rujukan untuk diberikan terapi antibiotik, dan lakukan tranfusi darah
bila perlu. Pada saat merujuk apabila kondisi luka terdapat abses, jaga agar
pus tidak masuk ke dalam rongga perineum.
Pada kasus bendungan ASI, dapat dilakukan tindakan segera berupa
perawatan payudara denga bendungan ASI. Sedangkan untuk kasus mastitis,
hentikan pemberian ASI jika sudah terdapat abses. Dan apabila kondisi
payudara semakin memerah, demam tidak kunjung mereda, dan suhu tubuh
mencapai lebih dan 400, bidan dapat melakukan tindakan segera berupa
tindakan kolaborasi atau rujukan kepada dokter spesialis laktasi atau klinik
laktasi. Pada kasus subinvolusio uteri, tindakan segera yang dapat dilakukan
adalah pemberian antibiotic, pemberian uterotonika, dan tablet Fe. Apabila
keadaan uterus tidak segera membaik, segera lakukan tindakan rujukan.

E. Rencana Tindakan
Langkah ini nierupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiah dkk,
2013).

F. Implementasi
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan bermutu. (Rukiah dkk, 2013).

G. Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiah dkk, 2013).

B. Model Dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkaj iannya, tetapi
dan semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan
kebidanan pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.
S ( Subyektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O (Obyektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab,
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasikan hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalm suatu identi fikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dan penatal aksanaan berdasarkan
assesmen. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar - benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa
yang dibutuhkan dan baik untuk pasien.
No/Kode Keterampilan : No. Dokumen :

Tempat Praktek : Puskesmas Gantiwarno


No. Reg. :
Tanggal, Jam : Sabtu, 27 Maret 2021

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


PADA NY. M UMUR 24 TAHUN G2P1A0 POSTPARTUM 1 HARI
DI PUSKESMAS GANTIWARNO
TANGGAL 27 MARET 2021
1. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1) Identitas istri dan suami
Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. R
Umur : 24 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku/bangsa :Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Sederajat Pendidikan : SMP Sederajat
Pekerjaan : IRT Pekerjaaan : Wiraswasta
Alamat : Mulyosari Alamat : Mulyosari
2) Keluhan utama:
Ny. M mengatakan bahwa Ny. M tidak memiliki keluhan
3) Data Kebidanan
a) Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus haid: 28 Hari
Banyaknya: 10 cc
Sifat darah : cair
Keluhan : kadang nyeri pada perut, pegal pegal
HPMT : 22-06-2020
HPL : 29-03-2021
b) Riwayat perkawinan
Pernikahan ke :1
Lama menikah : 2 tahun
Umur saat menikah: 22 tahun
c) Riwayat kontrasepsi
Alat kontrapsepsi yang pernah digunakan:
Alasan menggunakan :
Lamanya :
d) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
NO Umur Persalinan Jenis Nifas Tempat Penolong Laktasi
Kehamilan Kelamin, Persalinan
Umur,
Keadaan
sekarang
1. 39 Normal P/1.5/Baik Normal PMB Bidan Lancar
2. 39+5 Normal P Normal PKM Bidan Lancar
e) Riwayat Kehamilan, persalinan sekarang
 Kehamilan : G2P1A0
Keluhan : Trimester I : Mual dan Pusing
Trimester II : Mual dan Pusing
Trimester III : Kencang kencang
ANC : Trimester I : 2 Kali di Puskesmas
Trimester II :3 Kali di Pusakesmas
Trimester III : 5 Kali di Puskesmas
TT 1 : 2017
TT 2 : 2017
TT 3 : 2018
Obat yang dikonsumsi selama hamil : Fe, Kalsium Laktat,
Vit. C, Asam Folat, B6
 Persalinan:
Terasa sakit mulai: 17.00 WIB
Palpasi
a. Leopold I : Bokong
b. Leopold II : Punggung kanan
c. Leopold III : Kepala
d. Leopold IV : Kepala masuk PAP
Auskultasi
a. Punctum maximum : berada dikuadran 3
b. DJJ : 137 x/menit
c. Irama : Teratur
Bayi lahir : 18.00 WIB
Lama persalinan
 Kala I : 13.30-17.30 WIB
 Kala II : 18.00 WIB
 Kala III : 18.15 WIB
Keadaan bayi : Baik
Jenis kelamin bayi : Perempuan
BB bayi : 3200 gr
PB bayi : 48 cm
Cacat :-
Anus : Ada dan berlubang
 Plasenta : lengkap, tidak ada yang tertinggal,
tidak ada yang rusak
 Perdarahan kala III : 500cc
 Perdarahan kala IV : 200cc
4) Data Kesehatan
a. Data kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun seperti

diabetes, hipertensi dan penyakit menular seperti hepatitis,

HIVdan sifilis.

b. Data kesehatan keluarga

Ibu mengatakan tidak memiliki keluarga yang memiliki

penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi dan penyakit

menular seperti hepatitis, HIVdan sifilis.


c. Data kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit

menurun seperti diabetes, hipertensi dan penyakit menular

seperti hepatitis, HIVdan sifilis.

5) Data kebiasaan sehari-hari


No Kebiasaan Sebelum hamil Selama Hamil Keluhan
sehari – hari
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari Tidak ada
keluhan
b. Porsi 1 porsi setiap 1 porsi setiap Tidak ada
makan makan keluhan
c. Jenis Nasi, sayur dan Nasi, saur dan Tidak ada
lauk lauk keluhan
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
makan
e. Pantangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
makan
f. Suplemen Tidak ada Fe, Kalsium Tidak ada
Laktat, Vit. C
dan Asam
Folat
g. Jamu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
h. Merokok Tidak pernah Tidak pernah Tidak ada
i. Alkohol Tidak pernah Tidak pernah Tidak ada
j. Minum dalam 1,5 liter perhari 2,5 – 3 liter Tidak ada
1 hari perhari
2 Eliminasi
a. Frekuensi 4-5 kali perhari 6-7 kali sering
BAK perhari BAK pada
malam hari
b. Frekuensi 1 kali perhari 1 hari sekali sulit BAB
BAB
3 Pola Tidur
a. Tidur siang Tidak pernah 1 jam perhari Tidak ada
b. Tidur malam 8 jam perhari 8 jam perhari Tidak ada
4. Aktivitas ibu melakukan lebih sering Tidak ada
aktivitas sehari beristirahat
– hari secaara setelah
bebas melakukan
sedikit
aktivitas
5. Pola Seksual 1 kali perlima 1 kali Tidak ada
perminggu
6. Personal
Hygine
a. Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari Tidak ada
b. Keramas 2 kali seminggu 2 kali Tidak ada
seminggu
c. Sikat gigi 2 kali sehari, 2 kali sehari, Tidak ada
pagi dan sore pagi dan
malam
d. Ganti 1 kali sehari 2 kali sehari Tidak ada
Pakaian
e. Ganti 2 kali perhari Setiap setelah Tidak ada
Pakaian Dalam BAK

6) Data Psikososial spiritual


a) Data Psikologis
a. Respon ibu terhadap kehamilan ini : Senang
b. Kehamilan ini direncanakan/tidak : Di rencanakan
c. Jenis kelamin yang di harapkan : Perempuan
d. Kekhawatiran :-
b) Lingkungan Sosial
1) Dukungan keluarga : Ny. M mengatakan bahwa keluarga
mendukung dan senang atas
kehamilannya
2) Tempat tinggal : Ny. M mengatakan bahwa tinggal
bersama suaminya dan tidak tinggal
bersama orang tua nya
3) Pantangan makanan : Ny. M mengatakan bahwa tidak ada
pantangan makan makanan apapun
4) Kebiasaan adat istiadat : Ny. M mengatakan bahwa akan ada
acara acara adat jawa mengenai
kelahiran bayinya
c) Spiritual : Ny. M mengatakan bahwa tidak
menganut ritual ritual apapun dan
Ny. M mengatakan bahwa Ny. M
dan keluarga sholat 5 waktu
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV
a. Tekanan darah : 108/63 mmHg,
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36.4°C
d. Respirasi : 20 x/menit
4. TB : 160 cm
5. BB
a. Sebelum hamil : 55 kg
b. Selama hamil : 80 kg
2) Pemeriksaan Kebidanan
a) Kepala
a. Rambut : Rambut bersih, tidak rontok, tidak ada
ketombe,tidak mudah patah.
b. Muka : Tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
Tidak pucat, simetris.
c. Mata : Sklera berwarna putih, konjungtiva berwarna
merah muda.
d. Hidung : Hidung bersih, tidak ada polip, simetris.
e. Mulut : Gigi tidak berlubang, tidak ada stomatitis, gusi
tidak berdarah, lidah bersih.
f. Telinga : Telinga bersih, tidak ada cairan abnormal,
simetris.
b) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe, dan
vena jugularis.
c) Payudara : Bentuk payudara simetris, puting susu menonjol,
hiperpigmentasi areola, tidak ada benjolan abnormal, kolostrum
sudah keluar.
d) Perut:
a. Inspeksi
Pembesaran perut : Normal
Linea : Linea Nigra
Strie : Tidak ada striae
Kelainan : Tidak ada
b. Palpasi
Kontraksi : Keras
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung Kemih : Kosong
e) Perineum:
Keadaan luka : Terjadi robekan perineum
derajat 2 meliputi kulit, mukosa
dan otot.
Bengkak/Kemerahan : tidak oedema, tidak kemerahan,
tidak ada tanda tanda infeksi.
f) Vulva:
Varices : Tidak varices
Kemerahan : Tidak ada kemerahan
Nyeri : Tidak Nyeri
g) Lokhea : Rubra, 30 cc
h) Anus : Tidak ada heamorhoid
i) Ekstremitas: Normal baik tidak ada yang kurang
3) Pemeriksaan Laboratorium
RV 3 : Penelitian Vaksin Diare
4) Terapi
Pijat Oksitosin

2. INTERRPRETASI DATA
Tanggal/jam : 27 Maret 2021 Pukul 10.00 WIB
A. Diagnosa kebidanan
Ny. M umur 24 tahun G2P1A0 dengan postpartum 1 hari.
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
Tidak ada

3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

4. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

5. PERENCANAAN
1) Melakukan pemantauan observasi tanda-tanda vital.
2) Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi
uterus.
3) Memberi tahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu yaitu agak
pusing dan lemas merupakan hal yang fisiologis dialami ibu nifas.
4) Menganjurkan Ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama
ibu bisa beraktivitas sendiri.
5) Memberikan terapi obat amoxcilin 3x1, paracetamol 3x1, Fe 2x1 dan
vitamin A 200.000 IU (diminum segera setelah lahir dan pemberian
ke-2 minimal 24 jam setelah minum vitamin A pertama.)
6) Menjelaskan tanda bahaya masa nifas
7) Memberikan konseling KB
8) KIE makan sayur hijau-hijauan dan minum jamu uyup-uyup supaya
ASI lancar.
9) Menganjurkan Ibu untuk kontrol pada tanggal 27 April 2021.
10) Mendokumentasikan semua tindakan di buku register.
6. PENATALKSANAAN
Tanggal/jam : 27 Maret 2021/pukul 12.15 WIB
1. Melakukan pemantauan observasi tanda-tanda vital. Jam 12.15 WIB.
Hasil pemeriksaan : TD : 108/63 mmHg, S : 36.40C, N : 110x/ menit,
R : 20x/menit,kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital kepada ibu.
Hasil : Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
2. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi
uterus. Jam 12.35 WIB telah dilakukan observasi pengeluaran
pervaginam darah segar, lochea rubra, perdarahan 60 cc. TFU 2 jari
dibawah pusat dan kontraksi uterus keras kemudian menyampaikan
hasil observasi kepada ibu.
Hasil : Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
3. Memberi tahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu yaitu agak
pusing dan lemas merupakan hal yang fisiologis dialami ibu nifas.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Selama masa nifas
terjadi peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas diakibatkan
karena kelelahan.
Hasil : Ibu mengerti dan paham penyebab agak pusing dan lemas serta
ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.
4. Menganjurkan Ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama
ibu bisa beraktivitas sendiri. Telah dilakukan dengan mengajak ibu
saat memandikan bayi dan diberikan KIE tentang cara merawat tali
pusat.
Hasil : Ibu bersedia untuk ikut berperan dalam mengurus bayi.
5. Memberikan terapi obat amoxcilin 3x1, paracetamol 3x1, Fe 2x1 dan
vitamin A 200.000 IU (diminum segera setelah lahir dan pemberian
ke-2 minimal 24 jam setelah minum vitamin A pertama.)
Hasil : Ibu bersedia untuk meminum obat
6. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yaitu :
a. Kontraksi uterus lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang
lembek yang dapat berakibat perdarahan
b. Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada
payudara, puting susu lecet, panas, kemerahan disekitar payudara
c. Infeksi pada luka perineum yang ditandai dengan daerah luka
kemerahan, bengkak, nyeri dan keluar cairan atau nanah yang
berbau.
Hasil : Ibu mengerti dan paham mengenai tanda bahaya masa nifas.
7. KIE makan sayur hijau-hijauan dan minum jamu uyup-uyup supaya
ASI lancar.
Hasil : Ibu bersedia untuk makan sayur hijau dan minum jamu uyup-
uyup.
8. Menganjurkan Ibu untuk kontrol pada tanggal 27 April 2021.
Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol.
9. Mendokumentasikan semua tindakan di buku register.
Hasil : Semua tindakan telah didokumentasikan.

7. EVALUASI
1) Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
2) Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
3) Ibu mengerti dan paham penyebab agak pusing dan lemas serta ibu
bersedia untuk istirahat yang cukup.
4) Ibu bersedia untuk ikut berperan dalam mengurus bayi.
5) Ibu bersedia untuk meminum obat
6) Ibu mengerti dan paham mengenai tanda bahaya masa nifas.
7) Ibu bersedia untuk makan sayur hijau dan minum jamu uyup-uyup.
8) Ibu bersedia untuk kontrol.
9) Semua tindakan telah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis akan menguraikan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis pada

Ny. M usia 24 tahun G2P1A0 1 hari postpartum. Dalam kasus ini penulis

melakukan asuhan pada tanggal 27Maret 2020 di Puskesmas Gantiwarno, Klaten.

Data Subjektif

1. Pada kasus ini Ny. M mengatakan sedikit pusing dan lemas. Menurut teori,

selama masa nifas terjadi peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas

diakibatkan karena kelelahan.

2. Dari hasil pengkajian di dapatkan data nutrisi NY. M setelah 1 hari

postpartum berupa 1/2 piring dengan menu nasi,sayur, dan daging ayam. Ibu

minum kurang lebih 4 gelas. Ibu tidak ada keluhan dalam makan atau minum.

Menurut teori nutrisi yang adekuat dapat membantu mempercepat pemulihan

tubuh ibu dan juga sangat mempengaruhi susunan air susu.

Data Objektif

1. Tekanan darah pada ibu nifas dikatakan normal asal tidak melewati sistol 140

mmHg dan diastol 90 mmHg (Rukiyah dkk, 2009). Dari hasil pemeriksaan

Ny. M didapatkan tekanan darah Ny. M108/63 mmHg, keadaan tersebut

dikategorikan normal.

2. Pada pemeriksaan mammae didapatkan hasil ASI sudah keluar. Pada masa

nifas dikaji untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).
3. Dari hasil pemeriksaan lochea berwarna rubra. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam pengkajian kasus Ny. M penulis tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kenyataan dalam praktek.

Analisa Data

Berdasarkan data yang terkumpul diagnosa yang ditegakkan adalah Ny.

MG2P1A0 umur 24 tahun dengan masa nifas 1 hari. Hal tersebut sesuai dengan

teori yang ada bahwa diagnosa didasari dengan data subjektif dan data objektif

yang diperoleh.

Penatalaksanaan

Pada tahap penatalaksaan telah diberitahu kepada ibu mengenai hasil

pemeriksaan, memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas seperti demam

beberapa hari dan menggigil, melakukan observasi TD,S,jumlah darah,kontraksi,

memberikan vitamin A 2 kapsul, mengajarkan ibu cara memandikan bayi, KIE

makan sayur hijau-hijauan dan minum jamu uyup-uyup supaya ASI

lancar,menganjurkan ibu untuk kontrol pada tanggal 27 April 2021.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. M yang dimulai pengkajian


ditemukan diagnosa kebidanan yaitu Ny. M berusia 24 tahun G2P1A0 dengan 1
hari postpartum. Kemudian ibu ingin mengetahui keadaan dirinya. Maka
dilakukan pemeriksaan kontraksi kepada diri ibu dan pemeriksaan pada ibu.

Selain dilakukan pemeriksaan pada ibu berupa pemeriksaan tanda-tanda


vital serta pemeriksaan fisik ibu, dan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik di lapangan. Selain itu ibu diberikan KIE dan diberikan motivasi.
Pemberian KIE juga sudah dikembangkan semenarik mungkin agar ibu mudah
memahami KIE yang disampaikan, materi yang disampaikan juga tidak
menyimpang dari teori, jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan yang
dilakukan di lapangan praktik.

B. Saran

1. Bagi klien
Agar asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis lebih efektif dan tingkat
keberhasilannya optimal maka perlu adanya sikap kooperatif dari klien.
Sehingga tercipta komunikasi yang nyaman antara klien dan bidan. Selain
itu informasi yang telah diberikan oleh bidan diharapkan dapat diterpakan
di kehidupan sehari-hari
2. Bagi bidan
Bidan harus bisa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
klien. Selain itu bidan harus memeriksa keadaan pasien dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Bukan hanya memeriksa sekilas saja dan bidan harus
lebih tegas dalam menyampaikan informasi kepada klien demi kebaikan
bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Henderson C, dan Jone K. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa
Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC

Pusdiknekes, 2008. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen


Diploma III Kebidanan. Jakarta: pusdiknes. WHOJHPIEGO.

Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan
Maniba‟ul „Ulum Surakarta.

Wulanda, Ayu Febri. 2012. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika (


cetakan ketiga).

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Cetakan Kedua.


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Winkjosastro, H .dkk. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Priwirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai