Dosen Pembimbing
Dwi Retna P, S.Si.T, M.Si, M.Med
Disusun Oleh :
Alfitamara Muafatika
P27224019062
DIV Reguler Sarjana Terapan dan Profesi Semester IV
Disusun Oleh :
Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Tanggal : Rabu, 14 April 2021
Di : Klaten
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
bantuan dari berbagai pihak. Juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan
kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan
kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan perawatan
bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan professional, bidan harus mampu
mengintegrasikan model konseptual, khususnya dalam pemberian asuhan
kebidanan pada ibu nifas (Saleha, 2009).
Masa nifas merupakan masa yang penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelayanan atau pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan berlanjut
pada komplikasi masa nifas (Sulistyawati, 2009).
Bidan dalam memberikan pelayanan nifas harus mampu menerapkan
pelayanan nifas yang berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan, sehingga kepuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan dapat
tercapai. Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 900/SK/VII/2002 yang
menyebutkan bahwa bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang meliputi: pelayanan pranikah, kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan balita (Syafrudin, 2009).
Kepuasan pasien terhadap pelayanan nifas yang dilaksanakan oleh bidan
merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan.
Pasien akan selalu mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja
pelayanan kesehatannya dapat memenuhi harapan pasien. Suatu pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien
(Syafrudin, 2009). Pelayanan pada masa nifas yang tidak sesuai dengan harapan
klien dapat menyebabkan masalah psikologis. Masalah psikologis pada masa
pasca persalinan bukan merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. Masalah
ini dapat dihindari dengan adanya dukungan sosial serta dukungan pelaksana
pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan
(Saifuddin, 2010). Resiko yang dapat terjadi pada ibu dengan masalah psikologis
dapat berpengaruh terhadap produksi ASI sehingga ibu akan mengalami kesulitan
menyusui bayinya. (Anggraini, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan kepada pasien secara
komprehensif sesuai kompetensi standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dan penulisan makalah ini adalah :
a. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada pasien selama masa nifas.
b. Melaksanakan pengkajian data.
c. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
d. Menentukan antisispasi masalah potensial.
e. Mengidentifikasi kebutuhan segera
f. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas
masalah.
g. Melaksanakan rencana asuhan dengan masalah.
h. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini yaitu:
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis dan psikologis
yang terjadi pada masa nifas serta masalah pada masa nifas sehingga
timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa nifasnya.
2. Bagi Mahasiswa Calon Bidan
Menambah pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan kebidanan Ibu
nifas serta sebagai penerapan ilmu yang di dapat selama perkuliahan.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Sulistyawati, 2009)
Masa nifas adalah masa yang dirnulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum lahir.
(Prawirohadjo, 2008).
Kala puerperium atau nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan
yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada perpenum, yaitu involusi
dan proses laktasi. Masa nifas disebut juga masa post partum adalah masa
atau waktu sejati bayi lahir dan plasenta keluar lepas dan rahim. Sampai 6
minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan. (Suherni, dkk, 2009).
Pada masa nifas terdapat tiga tahapan, yaitu puerperium dini,
puerperium intermediate, puerperium remote. Puerperium dini adalah tahap
pemulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan
aktivitas layaknya wanita normal lainnya. Puerperium intermediate
merupakan tahap kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya
sekitar 6-8 minggu. Sedangkan puerpenum remote adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama
hamil atau persalinan tanpa kompikiasi. (Nanny, 2010).
2. Perubahan Payudara
Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh wanita
mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi dapat mengalami
kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap stimulasi bayi yang
disusui akan terus melepaskan hormon dan menstimulasi alveoli yang
memproduksi susu. (Varney, 2007).
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah mulai
berkurang, biskositas darah kembali normal dan arab jantung serta tekanan
darah menurun sampai kadar sebelurn hamil. (Ester, 2008)
4. Perubahan Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Disebabkan
makanan padat dan kurang serat. Selain itu rasa takut BAB karena takut
akan rasa nyeri pada luka jahitan. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4 hari
pasca persalinan. Ibu sering cepat lapar setelah melahirkan. Penurunan
tonus dan mobilitas otot traktus digestifus setelah bayi lahir. (Suhemi,
2009)
5. Perubahan Sistem Perkemihan
a. Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.
b. Ureter dan pelvis mengalami dislokasi, kembali dalam waktu 2-8
minggu post partum.
c. Distensi berlebihan pada vesika urinaria, pernbengkakan jaringan di
sekitar uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meninggi.
d. Laju filtrasi glomerulus tetap meninggi + 7 hari post pantum.
e. Proforesis puerperalis (pembentukan keringat ibu nifas) dan cliuresis
(peningkatan pembentukan kemih) terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan.
6. Perubahan Sistem Hormonal
a. Estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta lahir.
b. Prolaktin meningkat karena isapan bayi.
7. Perubahan Sistem Hematologi
Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa
post partum. Jumlahnya >25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
(pada persalinan lama). Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit
akan sangat bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dan volume
darah. Volume plasma dan volume sel darah yang berubah-ubah. (Soleha,
2009)
8. Perubahan Musculoskeletal
a. Diastasis
1) Sebagian besar wanita melakukan ambulansi 4-8 jam post partum.
Untuk menghindari komplikasi meningkatkan involusi dan
meningkatkan cara pandang emosional.
2) Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasi pelviks terjadi pada
6 minggu postpartum.
3) Mobilisasi dan tonus otot gastrointestinal kembali ke keadaan
semula dalam 2 minggu post partum.
4) Konstipasi terjadi karena penurunan tonus otot dan rasa tidak
nyaman pada puerpenum.
5) Hemeroid terjadi karena tekanan panggul dan mengejan selama
persalinan.
b. Abdominalis dan Peritonium
1) Peritonium membentuk lipatan akibat peritonium berkontraksi dan
beretraksi pasca persalinan dan beberapa hari setelahnya.
2) Ligamentum rotundum lebih kendur dan butuh waktu lama untuk
kembali normal.
3) Dinding abdomen tetap kendur karena konsekuensi dan putusnya
serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat
pembesaran uterus selama hamil.
4) Dinding perut menjadi longgar disebabkan teregang begitu lama.
Pulih dalam waktu 6 minggu.
9. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu
1) Setelah hari ke-4 post partum suhu ibu mungkin naik sedikit
±37,2°C -37,5°C. Mungkin karena ikutan dan aktifitas payudara.
2) Bila >38°C pada hari ke-2 sampai berikutnya, waspada adanya
infeksi.
b. Nadi
1) Nadi akan melambat sampai 60x/menit pada minggu postpartum
karena ibu istirahat penuh.
2) Bila >100x/menit dapat terjadi shock karena infeksi (bila suhu juga
meningkat).
c. Tekanan Darah
1) TD < 140/90 mmHg terjadi pada 1-3 hari post partum.
2) Bila TD menjadi lebih rendah menunjukan adanya pendarahan post
partum. Bila TD tinggi kemungkinan pre-eklampsi.
d. Respirasi
1) Umumnya respirasi lambat atau normal karena ibu dalam posisi
istirahat.
2) Bila inspirasi cepat saat post partum (> 30x/menit) mungkin karena
adanya ikutan tanda-tanda shock.(Nanny dan Sunarsih, 2011).
b. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau Ante Natal Care (ANC) dan
imunisasi yang diberikan selama ibu hamil.
c. Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,
posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan
jahitan perineum dan perdarahan dan ada tidaknya riwayat operasi Sc.
d. Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi: jenis kelamin, dan berat badan bayi.
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR score, untuk menyusui atau
pembenan susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian.
e. Pengkajian masa nifas atau post partum
Pengkajian yang dilakukan meliputi: keadaan umum, tingkat akifitas
setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen,
payudara, episiotomy, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap
bayi.
3. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Mengetahui keadaan secara umum ibu nifas, untuk menentukan
tindakan yang harus di lakukan kepada ibu nifas.
1) Apatis: Ibu nifas bersikap acuh tak acuh dengan keadaan
sekitarnya.
2) Samnolen: Ibu nifas memiliki kesadaran yang lebih rendah.
3) Spoor: Ibu nifas memberikan sedikit respon terhadap rangsangan
yang kuat. Hal tersebut bisa di tandai dengan adanya reflek pupil
terhadap cahaya yang masih positif.
4) Koma : Ibu nifas tidak bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan
apapun. Reflek pupil terhap cahaya sudah tidak ada.
b. Tanda-tanda vital
Pengkaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
1) Suhu badan
Dalam 24 jam post partwn suhu badan akan rneningkat sedikit (3
7,5°C- 38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan biasanya pada hari ke-3 suhu
badan akan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI.
Payudara akan menjadi bengkak,dan berwarna merah karena
banyaknya ASI, bila suhu tidak tunun kemungkinan terjadi infeksi.
2) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi
ibu postpartum biasanya akan Iebih cepat, bila melebihi 100
kali/menit kadaan ini termasuk abnormal dan keadaan ini
menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih
rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang
lainnya. Tekanan darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi post
partum.
4) Pernafasan
Keadaan pemafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi, bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran
pencernaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas atau pasca partum yaitu:
a. Rambut
Berkaitan dengan kebersihan rambut ada atau tidaknya ketombe.
b. Wajah
Mengkaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan
kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah
menonjol. Mengkaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah
berarati normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami
anemia, dan jika bibir kering maka ibu mengalami dehidrasi.
c. Leher
Palpasi secara ssistematis dan determinasikan menurut lokasi batas-
batas dan ukuran bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok
kelenjar limfe, submandibular (ditengah-tengah antara sudut dan ujung
mandibular) dan submental (pada garis tengah beberapa cm di
belakang ujung mandibula)
d. Payudara
Mengkaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara
dan kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya ASI.
e. Abdomen
Palpasi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,
palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
Evaluasi abdomen terdapat involusi uterus, terba lembut, tekstur
Doughy (kenyal), muskulus rektus abdominal utuh (intact) atau
terdapat diastasis recti dan mengkaji kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih
yang dilakukan pada abdomen bagian bawah.
f. Genetalia
Inspeksi dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah
sesuai dengan inasa nifasnya. Mengkaji lochea yang meliputi karakter,
jumlah wama, bekuan darah yang keluar dan baunya. Pengkajian
perinium dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi
sinus inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA” (Rednes atau kemerahan,
Echyrnosis atau perdarahan bawah kulit, Edeme atau bengkak,
discharge atau perubahan lochea, Approximation atau pertautan
jaringan). Jenis dan ukuran benang untuk menjahit luka perineum:
1) Cutget kromik 4-0
a) Perbaikan dinding anterior rectum pada laserasi derajat IV
b) Perbaikan laserasi klitoris
c) Perbaikan tempat lain apabila permukaan benang yang sangat
halus
2) Cutget kromik 3-6
a) Perbaikan mukosa vagina
b) Jahitan subcutan
c) Jahitan subcutikula
d) Perbaikan laserasi periutera
3) Cutget kromik 2-0
a) Perbaikan spingter ani ekstra
b) Perbaikan laserasi servik
c) Perbaikan laserasi dinding vagina lateral
d) Jahitan dalam terputus-putus pada otot pelvic
Dalam penjahitan otot benang yang di gunakan benang yang lebih
kuat. Semakin besar nomor benang maka semakin halus benang (4-0,
6-0, 8-0). Semakin kecil nomor benang maka semakin besar benang
dan sernakin kuat tegangan benang (2-0, 1-0).
g. Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang diternukan
oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit (Hb/ Ht): mengkaji
perubahan dan kadar pra operasi dan evaluasi efek dan kehilangan
darah pada pembedahan.
b. Urinalis: Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
A. Pengkajian Data
Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Data Subyektif (Anamnesa)
Pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalul
pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Jannah, 2013).
a. Identitas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas untuk
mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan
sasaran, meliputi:
1) Nama: Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur: Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dan 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dan 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama: Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku bangsa: Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebisaan sehari-
hari.
5) Pendidikan: Berpengaruh kebidanan dan dalam untuk tindakan
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
6) Pekerjaan: Gunanya untuk mengetahui mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
7) Alamat: Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan
masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keluhan pada ibu nifas
dengan anemia sedang yaitu pusing, badan terasa lemas dan merasa
tidak nyaman dengan keadaan yang dirasakan (Manuaba, 2007).
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang: Data-data ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
ini yang ada hubunganya dengan masa nifas dan bayinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Riwayat penyakit sistemik: Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:
jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas.
3) Riwayat penyakit keluarga: Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Riwayat keturunan kembar: Dikaji untuk mengetahui apakah
dalam keluarga ada yang rnempunyai riwayat keturunan kembar
(Manuaba, 2008).
5) Riwayat operasi: Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
dilakukan tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan ini (Prawirohardjo, 2009).
d. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, sikius menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah,
keluhan utama yang dirasakan saat haid (Sulistyawati, 2013).
e. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, beapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f. Riwayat perkwinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Ambarwati dan Wulndari, 2010). Riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, penolong jumlah anak, cara keadaan persalinan nifas yang
lalu, persalinan, (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g. Riwayat kehamilan ini
Dikaji untuk mengetahui hari pertama haid terakhir dan apakah siklus
menstrulasi northal, gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah
ada perubahan yang terjadi), masalah dan tanda-tanda bahaya,
keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan
(termasuk jamu-jamuan) serta kekhawatiran lain yang dirasakan (Dewi
dan Sunarsih, 2011). Pada kehamilan ini ibu tidak mengalami anemia
(Manuaba, 2007).
h. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada persalinan ini ibu mengalami
perdarahan (Manuaba, 2007).
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang nafsu
makan ibu berkurang (Manuaba, 2007).
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang harus sudah BAB dalam 3 hari post partum (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
3) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan (Saifuddin, 2009).
j. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
k. Kebiasaan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat- istiadat
yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khusunya pada masa
nifas misalnya pada kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
l. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalis, karena pada masa nifas rnasih
mengeluarkan lochea (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
m. Aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari, pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatanya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus ini ibu sudah bisa miring kanan, miring
kiri dan duduk.
2. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dan seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan compos
mentis, apatis sampai dengan koma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar antara > 90/60 dan < 140/90
mmHg. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi dengan
TD >140/90 mmHg postpartum tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang
menyertainya dalam bulan pengobatan (Anggraini, 2010).
b) Suhu
Suhu normal berkisar antara 36,5°C sampai 38,0°C Peningkatan
suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh
keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di
sebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
persalinan, pada umunya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38°C adalah
mengarah ke tanda-tanda infeksi (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
c) Nadi
Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas
l00x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan. adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d) Respirasi
Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami brakikardi
puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-
50 x/menit, pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan berat badan atau penurunan berat
badan (Pantikawati dan Saryono, 2010).
f) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya resiko apabila hasil pengukuran <145cm
(Pantikawati dan Saryono, 2010).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dan ujung
rambut sampai ujung kaki.
1) Rambut: Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Rukiah dkk, 2013).
2) Muka: Untuk mengetahui apakah muka pucat atau tidak (Jannah,
2011). Pada ibu nifas dengan anemia sedang muka tampak pucat
(Manuaba, 2007).
3) Mata: Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna sclera putih atau kuning (Rukiah dkk, 2013). Pada ibu nifas
dengan anemia sedang konjungtiva pucat (Manuaba, 2007).
4) Hidung: Untuk mengetahui keadaan hidung dan kebersihan, alergi
debu atau tidak dan ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2012).
5) Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan
pendengaran atau tidak, ada serumen atau tidak (Sulistyawati, 2012).
6) Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau
tidak. keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
7) Leher: Untuk mengetahui adakah pembengkakan kelenjar limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiah dkk, 2013).
8) Dada: Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada atau tidak (Sulistyawati, 2012).
9) Mammae: Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada pernbengkakan
atau tidak, puting menonjol atau tidak, lecet atau tidak. Pada masa
nifas dikaji untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
10) Aksila: Ada benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
11) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran uterus, ada linea atau tidak, ada
strie atau tidak, ada bekas operasi atau tidak, ada pelebaran vena
atau tidak, adanya kelainan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
b) Palpasi
Palpasi merupakan tehnik pemeriksan yang menggunakan indra
peraba, tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitive untuk
mengkaji kontraksi, tinggi fundus uteri dan kandung kemih
(Nursalam, 2009).
12) Ekstremitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya
varices, adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negative
(Vamey, 2007).
13) Pemeriksaan genetalia eksterna
a) Vulva vagina
Mengalarni penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses persa1inan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu post partum (Jannah, 2013).
b) Keadaan anus
Untuk mengetahui kebersihannya dan adanya haemoroid atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, rontgen dan
USG (Varney, 2007).
b. Mastitis
Tanda dan gejalanya berupa menggigil atau gejala rigor yang
sebenarnya, yang segera diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan
peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras
serta kemerahan. Dan pasien mengeluh rasa nyeri.
4. Subinvolusio Uteri
Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi. Tanda dan gejala subinvolusio uteri dapat berupa
fundus uteri yang letaknya tetap tinggi didalam abdomen atau pelvis dan
seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat, konsistensi uterus lembek,
pengeluaran lochea seringkali gagal berubah, terdapat bekuan darah,
lochea berbau menyengat, uterus tidak berkontraksi, pucat, pusing,
tekanan darah rendah, dan suhu tubuh yang tinggi. Penyebab terjadinya
subinvolusio uterus dapat dikarenakan terjadinya infeksi pada
myometrium, terdapatnya sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam
uterus serta lochea rubra Iebih dan dua minggu postpartum sehingga
pengeluarannya Iebih banyak dan perkiraan.
E. Rencana Tindakan
Langkah ini nierupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiah dkk,
2013).
F. Implementasi
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan bermutu. (Rukiah dkk, 2013).
G. Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiah dkk, 2013).
B. Model Dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkaj iannya, tetapi
dan semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan
kebidanan pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.
S ( Subyektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O (Obyektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab,
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasikan hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalm suatu identi fikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dan penatal aksanaan berdasarkan
assesmen. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar - benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa
yang dibutuhkan dan baik untuk pasien.
No/Kode Keterampilan : No. Dokumen :
HIVdan sifilis.
2. INTERRPRETASI DATA
Tanggal/jam : 27 Maret 2021 Pukul 10.00 WIB
A. Diagnosa kebidanan
Ny. M umur 24 tahun G2P1A0 dengan postpartum 1 hari.
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
Tidak ada
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
4. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
5. PERENCANAAN
1) Melakukan pemantauan observasi tanda-tanda vital.
2) Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi
uterus.
3) Memberi tahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu yaitu agak
pusing dan lemas merupakan hal yang fisiologis dialami ibu nifas.
4) Menganjurkan Ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama
ibu bisa beraktivitas sendiri.
5) Memberikan terapi obat amoxcilin 3x1, paracetamol 3x1, Fe 2x1 dan
vitamin A 200.000 IU (diminum segera setelah lahir dan pemberian
ke-2 minimal 24 jam setelah minum vitamin A pertama.)
6) Menjelaskan tanda bahaya masa nifas
7) Memberikan konseling KB
8) KIE makan sayur hijau-hijauan dan minum jamu uyup-uyup supaya
ASI lancar.
9) Menganjurkan Ibu untuk kontrol pada tanggal 27 April 2021.
10) Mendokumentasikan semua tindakan di buku register.
6. PENATALKSANAAN
Tanggal/jam : 27 Maret 2021/pukul 12.15 WIB
1. Melakukan pemantauan observasi tanda-tanda vital. Jam 12.15 WIB.
Hasil pemeriksaan : TD : 108/63 mmHg, S : 36.40C, N : 110x/ menit,
R : 20x/menit,kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital kepada ibu.
Hasil : Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
2. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi
uterus. Jam 12.35 WIB telah dilakukan observasi pengeluaran
pervaginam darah segar, lochea rubra, perdarahan 60 cc. TFU 2 jari
dibawah pusat dan kontraksi uterus keras kemudian menyampaikan
hasil observasi kepada ibu.
Hasil : Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
3. Memberi tahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu yaitu agak
pusing dan lemas merupakan hal yang fisiologis dialami ibu nifas.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Selama masa nifas
terjadi peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas diakibatkan
karena kelelahan.
Hasil : Ibu mengerti dan paham penyebab agak pusing dan lemas serta
ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.
4. Menganjurkan Ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama
ibu bisa beraktivitas sendiri. Telah dilakukan dengan mengajak ibu
saat memandikan bayi dan diberikan KIE tentang cara merawat tali
pusat.
Hasil : Ibu bersedia untuk ikut berperan dalam mengurus bayi.
5. Memberikan terapi obat amoxcilin 3x1, paracetamol 3x1, Fe 2x1 dan
vitamin A 200.000 IU (diminum segera setelah lahir dan pemberian
ke-2 minimal 24 jam setelah minum vitamin A pertama.)
Hasil : Ibu bersedia untuk meminum obat
6. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yaitu :
a. Kontraksi uterus lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang
lembek yang dapat berakibat perdarahan
b. Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada
payudara, puting susu lecet, panas, kemerahan disekitar payudara
c. Infeksi pada luka perineum yang ditandai dengan daerah luka
kemerahan, bengkak, nyeri dan keluar cairan atau nanah yang
berbau.
Hasil : Ibu mengerti dan paham mengenai tanda bahaya masa nifas.
7. KIE makan sayur hijau-hijauan dan minum jamu uyup-uyup supaya
ASI lancar.
Hasil : Ibu bersedia untuk makan sayur hijau dan minum jamu uyup-
uyup.
8. Menganjurkan Ibu untuk kontrol pada tanggal 27 April 2021.
Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol.
9. Mendokumentasikan semua tindakan di buku register.
Hasil : Semua tindakan telah didokumentasikan.
7. EVALUASI
1) Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
2) Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
3) Ibu mengerti dan paham penyebab agak pusing dan lemas serta ibu
bersedia untuk istirahat yang cukup.
4) Ibu bersedia untuk ikut berperan dalam mengurus bayi.
5) Ibu bersedia untuk meminum obat
6) Ibu mengerti dan paham mengenai tanda bahaya masa nifas.
7) Ibu bersedia untuk makan sayur hijau dan minum jamu uyup-uyup.
8) Ibu bersedia untuk kontrol.
9) Semua tindakan telah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis akan menguraikan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis pada
Ny. M usia 24 tahun G2P1A0 1 hari postpartum. Dalam kasus ini penulis
Data Subjektif
1. Pada kasus ini Ny. M mengatakan sedikit pusing dan lemas. Menurut teori,
selama masa nifas terjadi peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas
postpartum berupa 1/2 piring dengan menu nasi,sayur, dan daging ayam. Ibu
minum kurang lebih 4 gelas. Ibu tidak ada keluhan dalam makan atau minum.
Data Objektif
1. Tekanan darah pada ibu nifas dikatakan normal asal tidak melewati sistol 140
mmHg dan diastol 90 mmHg (Rukiyah dkk, 2009). Dari hasil pemeriksaan
dikategorikan normal.
2. Pada pemeriksaan mammae didapatkan hasil ASI sudah keluar. Pada masa
nifas dikaji untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
3. Dari hasil pemeriksaan lochea berwarna rubra. Hal ini menunjukkan bahwa
Analisa Data
MG2P1A0 umur 24 tahun dengan masa nifas 1 hari. Hal tersebut sesuai dengan
teori yang ada bahwa diagnosa didasari dengan data subjektif dan data objektif
yang diperoleh.
Penatalaksanaan
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi klien
Agar asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis lebih efektif dan tingkat
keberhasilannya optimal maka perlu adanya sikap kooperatif dari klien.
Sehingga tercipta komunikasi yang nyaman antara klien dan bidan. Selain
itu informasi yang telah diberikan oleh bidan diharapkan dapat diterpakan
di kehidupan sehari-hari
2. Bagi bidan
Bidan harus bisa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
klien. Selain itu bidan harus memeriksa keadaan pasien dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Bukan hanya memeriksa sekilas saja dan bidan harus
lebih tegas dalam menyampaikan informasi kepada klien demi kebaikan
bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Henderson C, dan Jone K. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa
Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan
Maniba‟ul „Ulum Surakarta.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.