Anda di halaman 1dari 13

SAP BATU URETER

DISUSUN OLEH :
MIRRA RUDMATIN INDRISARI
P27220019121

PRODI D-IV KEPERAWATAN TINGKAT IV


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Batu Ureter


Sasaran : Keluarga & pasien di Kamar 12A
Tempat : Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo
Hari/ Tanggal : Sabtu, 18 September 2021
Waktu : 15 Menit
Penyuluh : Mirra Rudmatin Indrisari

I. Latar Belakang

Batu Ureter merupakan batu saluran kemih (urolithiasis),


sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran
kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini
mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian
bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga
berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lainyang
masih belum terungkap (idiopatik).

II. Tujuan Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga & pasien
dapat mengerti dan memahami tentang batu Ureter.
III. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga & pasien mampu :

a) Mengerti tentang Batu Ureter


b) Mengerti tentang etiologi dari Batu Ureter
c) Mengerti tentang manifestasi klinis dari Batu Ureter
d) Mengerti tentang patofisiologi Batu Ureter
e) Menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh
pemateri tentang Batu Ureter
IV. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga & pasien yang berada
di ruang Anggrek RSUD Tugurejo
V. Materi
Terlampir
VI. Metode
a) Ceramah
b) Tanya Jawab
VII. Media
a) Poster

VIII. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


Pembukaan :
1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan nama 2. Mendengarkan
1. 3 menit 3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang diberikan. 4. Memperhatikan
5. Menanyakan kesiapan peserta 5. Memperhatikan
Pelaksanaan :
1. Penyampaian materi 1. Mendengarkan
❖ Menjelaskan tentang Batu Ureter
❖ Menjelaskan tentang etiologi dari
Batu Ureter
❖ Menjelaskan tentang manifestasi
klinis dari Batu Ureter
2. 10 menit ❖ Menjelaskan tentang
patofisiologi Batu Ureter
❖ Menjelaskan tentang komplikasi
dari Batu Ureter

2. Bertanya dan menjawab


2. Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada pertanyaan yang
diajukan
peserta untuk bertanya

Evaluasi:
Menanyakan kepada peserta tentang materi

3. 5 menit yang telah diberikan, dan reinforcement


Menjawab pertanyaan
kepada sasaran yang dapat menjawab
pertanyaan

IX. Kriteria Evaluasi


1. Jelaskan Pengertian Penyakit Batu Ureter !
2. Jelaskan Penyebab penyakit Batu Ureter !
3. Sebutkan tanda dan gejala penyakit Batu Ureter !
4. Sebutkan Komplikasi yang terjadi jika terkena Batu Ureter !
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Batu Ureter


Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah
massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran
kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis).

2.2. Etiologi Batu Ureter


Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan
sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
1). Faktor intrinsik, meliputi:
- Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
- Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
- Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak
dibanding pasien wanita.
2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
- Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka
kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
- Iklim dan temperatur.
- Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar
mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
- Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih.
- Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik
(sedentary life).

Ada beberapa teori tentang terbentuknya batu saluran kemih adalah:


1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya
inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine
(albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat
mengendapnya kristal- kristal batu.
3) Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat
penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat,
pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah
satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
2.3. Patofisiologi Batu Ureter
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa
obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada
saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan
miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas
dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang
dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi,
abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen
(gagal ginjal).

2.4. Jenis- jenis Batu Ureter


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur:
kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-
fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi
batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan
kemungkinan timbulnya batu residif.
1). Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat)
paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu
saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
- Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24
jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada
usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal)
dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria
resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor
paratiroid.
- Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24
jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus
dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
- Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24
jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti
batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat.
Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi
makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
- Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan
kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide
dalam jangka waktu lama.
- Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium
bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium
karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah
ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
2). Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena
terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran
kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp.,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan
mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-
garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan
karbonat apatit.
3). Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu
saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout,
penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika
dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).
Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai
peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine
terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau
dehidrasi dan hiperurikosuria.
2.5. Gambaran Klinik dan Diagnosis
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak
batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan
fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra,
teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan
tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi
didapatkan demam/menggigil.Pemeriksaan sedimen urine
menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal
pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan
adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan
pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa
kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu
salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam
darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak dan paling sering dijumpai
di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-
lusen). Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai
keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak
tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat
kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini
dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai
echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan
ginjal.
2.6. Gejala Batu Ureter
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala.
Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut
bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis
maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau
kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual
dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah
di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih,
terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu
menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah
infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan
mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis)
dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
2.7 Penatalaksanaan Medik
a. Tujuannya :
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi
3. Mencegah terjadinya gagal ginjal
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi, dilakukan jika :
1. Sudah terjadi stasis, bendungan.
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi.
c. Terapi :
1. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2. Allopurinol untuk batu asam urat.
3. Renisillin untuk batu systin.
4. Antibiotika untuk mengatasi infeksi.

d. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1. Batu kalsium
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-
kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan baut kalsium fosfat :
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti :
ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu urat
Makanan yang dikurangi: daging, kerang, gandum, kentang, tepung-
tepungan, saus dan lain-lain.
3. Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan
daging.

e. Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya
adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan
batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10
tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun
batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan
produksi urine 2 - 3 liter per hari.
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.
4. Medikamentosa.

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan


adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi
kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi
lebih asam.
2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuria.

2.8 Discharge Planning


Penyuluhan pada pasien dan keluarganya :
1. Perlunya untuk memenuhi diet, terutama kalsium dan protein.
2. Menghindari makanan yang mengandung kalsium tinggi dan asam
urat.
3. Menganjurkan klien untuk berolahraga.
4. Menganjurkan pasien untuk minum air putih 2 –3
lt/sehari, diluar waktu makan.
5. Menjelaskan hygiene perseorangan yang benar, contohnya
perawatan dan kebersihan daerah genitalia.
6. Hindari peningkatan suhu lingkungan yang
mendadak yang dapat menyebabkan keringat
berlebih dan dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta


Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai