Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR IS

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................1

1.3 TUJUAN.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian...........................................................................................................................3

2.2 Etiologi.................................................................................................................................3

2.3 Patofisiologi....................................................................................................................4-5

2.4 Jenis-Jenis.......................................................................................................................5-7

2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................................7

2.6 Pemeriksaan Penujang........................................................................................................8

2.7 Komplikasi.........................................................................................................................8

2.8 Penatalaksanaan Medik...................................................................................................8-9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................10

3.1 Pengkajian...................................................................................................................10-11

3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................................................11

3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................................11-13

BAB III PENUTUP..............................................................................................................14

3.1 KESIMPULAN................................................................................................................14

3.2 SARAN............................................................................................................................14

BAB IV DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15


ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal
sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung
kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih
mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini
mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau
memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti
pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di
dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan
di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan
ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-
rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

1.2. Rumusan Masalah


A. Apakah yang dimaksud dengan Batu Ginjal?
B. Bagaimanakah etiologi dari Batu Ginjal?
C. Bagaimanakah patofisiologi dari Batu Ginjal?
D. Apa saja jenis-jenis Batu Ginjal?
E. Bagaimanakah manifestasi klinis Batu Ginjal?
F. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Batu Ginjal?
G. Apa komplikasi dari Batu Ginjal?
H. Bagaimana penatalaksanaan medic dari Batu Ginjal?
I. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Batu Ginjal?
2
1.3 Tujuan
A. Mengetahui, mengerti dan memahami pengertian dari Batu Ginjal.
B. Mengetahui, mengerti dan memahami etiologi dari Batu Ginjal.
C. Mengetahui, mengerti dan memahami patofisiologi dari Batu Ginjal.
D. Mengetahui, mengerti dan memahami jenis-jenis Batu Ginjal.
E. Mengetahui, mengerti dan memahami manifestasi klinis dari Batu Ginjal.
F. Mengetahui, mengerti dan memahami pemeriksaan penunjang dari Batu
Ginjal.
G. Mengetahui, mengerti dan memahami komplikasi dari Batu Ginjal.
H. Mengetahui, mengerti dan memahami penatalaksanaan medic dari Batu
Ginjal.
I. Mengetahui, mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan pada Batu
Ginjal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Batu Ginjal


Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal ) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal (Nefrolitiasis) merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau
lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal.

B. Etiologi Batu Ginjal


Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
1). Faktor intrinsik, meliputi:
 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
 Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu).
 Iklim dan temperatur.
 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih.
 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

4
C. Patofisiologi Batu Ginjal
Berdasarkan tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor
yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks
protein. Pada umunya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses
pembentukan dari agregrasi menjadi partikel yang lebih besar, diantaranya partikel ini
ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingan pada lumen yang sempit dan
berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan
gabungan dari beberapa tipe. Sekitar 80% batu saluran kemih mengandung kalsium fosfat
dan kalsium oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009.)
Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, mengatakan bahwa
sebagian batu saluran kemih adalah idiopatidan dapat bersifat simtomatik ataupun
asimtomatik.

 Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:


1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-
kristal batu.
3) Teori Presipitasi-Kristalisasi : Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas
substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin,
santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
4) Teori kurangnya factor penghambat : Urine orang normal mengandung zat
penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein
dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan
memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.

5
 Pathways

D. Jenis- jenis Batu Ginjal


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
1) Batu Kalsium
6
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling
banyak sering terjadi pada batu ginjal. Kandungan batu jenis ini terdiri
atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan campuran dari kedua unsure
tersebut. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
 Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal
(hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang
(hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor
paratiroid.
 Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi
makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei,
jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
 Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat
bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
 Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli
ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide
dalam jangka waktu lama.
 Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine
magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
2) Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena
terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti:
7
Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine
menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
3) Batu Asam Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih,
banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein
dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan
salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai
peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume
urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
4) Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat yang
sangat jarang dijumpai.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih
sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian
penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi
saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau
tanda sistemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi
aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
 Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam bentuk
pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya
pionefrosis.
 Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
 Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi
ginjal yang terkena.
8
 Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
 Gangguan fungsi ginjal
 Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijayaningsih (2013), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran
kemih diantaranya sebagai berikut :
 Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan
Kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu
kalsium fosfat), urin 24 jam : (kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urin menunjukan Infeksi saluran kemih (ISK),
Blood ureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan urin) ; abnormal (tinggi pada
serum atau rendah pada urin).
 Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
 Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
 Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
 Ultrasonografi ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G. Komplikasi
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih
adalah :
 Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
 Infeksi
 Gangguan fungsi ginjal.

9
H. Penatalaksanaan Medik
Tujuannya :
 Menghilangkan obstruksi
 Mengobati infeksi
 Mencegah terjadinya gagal ginjal
 Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

1. Operasi, dilakukan jika :


 Sudah terjadi stasis, bendungan.
 Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
2. Terapi :
 Analgesik untuk mengatasi nyeri.
 Allopurinol untuk batu asam urat.
 Renisillin untuk batu systin.
 Antibiotika untuk mengatasi infeksi.
3. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
 Batu kalsium
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-
kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat :
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
 Batu urat
Makanan yang dikurangi: daging, kerang, gandum, kentang, tepung-
tepungan, saus dan lain-lain.
 Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BATU GINJAL

A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: berdasarkan klasifikasi Doenges dkk.
(2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
- Gejala : Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak
duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera


serebrovaskuler, tirah baring lama)
2) Sirkulasi
- Tanda : Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3) Eliminasi
- Gejala : Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

- Penurunan volume urine

- Rasa terbakar, dorongan berkemih

- Diare

- Tanda : Oliguria, hematuria, piouria

- Perubahan pola berkemih

4) Makanan dan cairan:


- Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

- Tanda : Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus


11
- Muntah

5) Nyeri dan kenyamanan:


- Gejala : Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
- Tanda : Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6) Keamanan:
- Gejala : Penggunaan alkohol

- Demam/menggigil

7) Penyuluhan/pembelajaran:
- Gejala : Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme - Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada ginjal

2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan pembentukan batu saluran kemih

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada ginjal

Intervensi :

12
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernapasan dengan tepat.
Rasional : Mengumpulkan dan menganalisis data tanda-tanda vital untuk
menentukan dan mencegah komplikasi
 Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi ginjal
 Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan.
Rasional : Bermanfaat dalam mengenali adanya nyeri
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam).
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi
otot.
 Kolaborasi untuk pemberian obat analgetik .
Rasional : Membantu mengatasi nyeri yang di rasakan.

2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan pembentukan batu saluran


kemih

Intervensi :

 Monitor eliminasi urine termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume,


dan warna.
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan
 Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas perhari pada saat makan, di antara
waktu makan, dan di awal petang
Rasional : Hidrasi yang cukup meningkatkan pengenceran kemih dan
membantu mendorong lewatnya batu
 Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Rasional : Membantu identivikasi dini jika terjadi infeksi saluran kemih
sehingga dapat ditindaklanjuti sesegera mungkin

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan

13
Intervensi :

 Identifikasi tingkat kecemasan


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami pasien
 Dorong keluarga untuk menemani pasien
Rasional : Kemampuan pemecahan masalah pada klien ditingkatkan
lingkungan mendukung
 Dengarkan dengan penuh perhatian
Rasional : Klien merasa diperhatikan dan dihargai

 Ajarkan pasien teknik relaksasi


Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi
otot
 Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat
Rasional : Membantu mengontrol kecemasan dengan farmakologi
 Dorong pasien untuk mengungkapan perasaan, ketakutan, persepsi
Rasional : Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekspresikan

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah:
1. Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
2. Faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan
sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
3. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan
sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam
usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
4. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan
fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV.
5. Terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter , pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
6. Asuhan Keperawatan pada pasien batu ginjal dimulai dari pengkajian sampai
tahap evaluasi.

B. . Saran
 Bagi perawat
1. Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin hubungan kerja sama
yang baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh sesuai dengan kondisi klien.

15
Diharapkan dalam perumusan masalah sesuai dengan data yang diperoleh dari klien.
SKemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai yang diharapkan sebelumnya.
2. Diharapkan kepada perawat untuk dapat memberikan Health Education pada pasien
terkait hal-hal yang berhubungan dengan penyakitnya, sehingga mampu mengurangi
tingkat stres hospitalisasi.
 Bagi Pasien
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata
7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada
kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan
yang perlu dilakukan adalah:
- Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter
per hari
- Diet rendah zat/komponen pembentuk batu

- Aktivitas harian yang cukup

- Medikamentosa

- Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

- Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
- Rendah oksalat

- Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria

- Rendah purin

- Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

16
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/613/1/KTI%20YUYUN%20YUNIARTI.pdf
https://www.academia.edu/34787999/ASKEP_BATU_GINJAL.docx
https://www.academia.edu/6722526/140284971-MAKALAH-Batu-Ginjal

17
18

Anda mungkin juga menyukai