Anda di halaman 1dari 25

Makalah Batu Saluran Kemih

Nama Anggota :

1. Azhar Rizqi Hardiyanto (201711009)

2. Fina Inka Cristi (201711020)

3. Stefani Risna Ade P. (201711036)

4. Yoan Lintang Hapsari (201711039)

5. Bernadetta Ambar Dwi U. (201711044)

6. Brigita Ajeng Anggrita Sari (201711045)

7. Cindy Nonia W (201711047)

8. Ignatius Prabayu M (201711056)

9. Krismi Evani (201711059)

Program D-III Keperawatan

Sekolah Tinggi Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta

Kelas 2 A

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak
kehidupan yang materialistik. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat
(resosialitatif). Dewasa ini, penyakit batu saluran kemih menjadi salah satu
kasus yang membutuhkan perhatian perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan karena prevalensinya di Indonesia
yang terus meningkat (Nurlina, 2008).
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008). Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh faktor
instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling mempengaruhi adalah
faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama mayarakat kota.

Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun
dalam sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus
ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut
menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor
sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai
edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan
sering disertai dengan serangan kolik ulangan. Salah satu komplikasi batu saluran
kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal, dan kematian. Untuk
itu terdapat penatalaksanaan untuk menangani kasus-kasus batu saluran kemih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari batu saluran kemih ?
2. Apa penyebab terjadinya batu saluran kemih ?
3. Bagaimana patofisiologi batu saluran kemih ?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada batu saluran kemih ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada penanganan batu saluran kemih ?
6. Apa saja komplikasi pada batu saluran kemih ?
7. Jelaskan Asuhan keperawatan pada batu saluran kemih ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui patofisiologi batu saluran kemih
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada batu saluran kemih
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penanganan batu saluran kemih
6. Untuk mengetehaui kompliukasi pada batu saluran kemih
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada batu saluran kemih

D. Manfaat
Agar peenulis dan pembaca dapat mengetahui lebih dalam mengenai batu
saluran kemih dan tahu bagaiamana cara mengatasi atau mengantisipasi batu
saluran kemih .
BAB II
Konsep Teori Batu Saluran Kemih

A. Pengertian

Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu


terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender,
2015).

Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu bedasarkan
letak batu antara lain: (Prabawa & Pranata, 2014):

1. Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal.


2. Ureterolithiasis disebut batu pada ureter.
3. Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli.
Vesikolithiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula – mula lancer secara
tiba – tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri (Effendi,
2010)
4. Uretrolithisai disebut sebagai batu pada ureter

Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi


(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila
batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat
sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal.
(Brunner and Suddarth, 2008).
B. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejaladari Batu Saluran kemih meliputi:
a. Hematuria sering kali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter.
b. Infeksi sekunder akibat obstruksi.
c. Demam dapat menyebabkan urosepsis.
d. Mual, muntah, obstruksi saluran kemih bagian atas. (Purnomo, B.B. 2010)
2. Tanda dan gejala dari batu uretra:
a. Gejala iritasi yang berkaitan dengan ISK dan hematuria
b. Retensi urin jika batu menyumbat leher kandung kemih.
c. Kemungkinan urosepsis jika infeksi terjadi bersama dengan batu. (Brunner
& Suddarth, 2014)
3. Tanda dan gejala batu ginjal:
a. Nyeri yang intens dan dalam di area kostovertebral
b. Hematuria dan piuria
c. Nyeri yang menyebar ke sisi anterior (ke depan) dan ke bawah menuju
kandung kemih pada wanita dan menuju testis pada pria.
d. Nyeri akut, mual, muntah, nyeri tekan di area kostovertebral(kolik renal)
(Brunner & Suddarth, 2014)
4. Tanda dan gejala batu ureter: Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti
teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2008).

C. Faktor penyebab
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
1. Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral dalam air minum.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan


saluran kemih antara lain:

1. Infeksi Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan


ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih. Infeksi bakteri
akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH
urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem
perkemihan akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
3. Jenis Kelamin Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
4. Ras Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
5. Keturunan Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding
dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
6. Air Minum Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum
air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
7. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
8. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas
sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh
hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
9. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium,
natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan resiko
pembentukan batu karena mempengaruhi saturasi urine.
Penyebab batu ginjal :

1. Ginjal kekurangan bahan yang berfungsi mencegah endapan Kristal


menggumpal membentuk batu.
Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau masalah
kesehatan lain yang mendasari. Berdasarkan bahan pembentuknya, batu
ginjal dapat dibagi menjadi empat jenis utama, yaitu batu kalsium, batu asam
urat, batu amonia (struvit), dan batu sistin.
2. Batu kalsium.
Disebabkan oleh tingginya kadar kalsium di dalam urine. Jenis batu ginjal ini
merupakan yang paling umum terjadi. Tingginya kadar kalsium bisa
diakibatkan karena penyakit keturunan hiperkalsiuria. Kondisi ini
menyebabkan penderitanya melepaskan kalsium yang banyak dalam urine.
Tingginya kadar kalsium juga bisa disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang
terlalu aktif. Hormon yang diproduksi kelenjar ini berfungsi mengatur jumlah
kalsium di dalam darah.
3. Batu asam urat.
Batu ini terbentuk akibat tingginya kadar asam urat di dalam urine yang
disebabkan oleh makanan berkadar purin tinggi. Contoh makanan yang
memicu tingginya asam urat adalah kerang-kerangan, daging dan ikan.
4. Batu struvit.
Ini merupakan jenis batu ginjal yang dapat terbentuk dan membesar secara
cepat. Penyebab utama terbentuknya batu struvit adalah infeksi saluran kemih
yang telah berlangsung lama. Jenis batu ini lebih sering ditemukan pada
pasien wanita dibandingkan pasien laki-laki.
5. Batu sistin.
Batu ginjal ini terbentuk akibat terlalu banyaknya asam amino sistin yang
dikeluarkan oleh ginjal. Batu sistin merupakan jenis batu ginjal yang sangat
jarang ditemukan. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit yang dikenal sebagai
sistinuria. Penyakit ini mempengaruhi jumlah asam amino sistin yang
dikeluarkan dalam urine.
Selain faktor makanan dan kondisi kesehatan yang mendasari, ada beberapa
faktor lain yang bisa memicu terjadinya penyakit batu ginjal, di antaranya:
1. Kurang minum air putih
2. Riwayat kesehatan keluarga
3. Mengalami obesitas
4. Mengonsumsi obat-obatan, misalnya diuretik, aspirin, antibiotik, antasid,
serta beberapa obat antiepilepsi dan antiretroviral
5. Efek samping operasi terhadap organ pencernaan

Penyebab Batu Kandung Kemih :

Ketidakmampuan untuk membuang seluruh urine dari dalam kandung kemih


menjadi penyebab utama terbentuknya batu kandung kemih. Mineral dalam sisa
urine di kandung kemih akan mengendap dan kemudian mengeras serta
mengkristal menjadi batu. Ada beberapa kondisi yang dapat memicu
terbentuknya batu kandung kemih, yaitu:

1. Peradangan. Peradangan pada kandung kemih bisa disebabkan oleh infeksi


kandung kemihatau terapi radiasi di area panggul.
2. Pembesaran prostat. Kelenjar prostat pada kebanyakan pria berusia di atas
50 tahun akan membesar dan menekan saluran kemih, serta menghalangi
aliran normal urine dari kandung kemih.
3. Sistokel. Ini terjadi apabila jaringan penyokong antara kandung kemih dan
vagina melemah, sehingga sebagian kandung kemih turun dan menonjol ke
arah vagina. Kondisi ini akan menjebak aliran urine, sehingga urine
mengendap dan membentuk batu kandung kemih.
4. Alat-alat medis. Peralatan medis, seperti misalnya kateter, bisa menjadi
penyebab terbentuknya batu kandung kemih. Mineral dalam urine sering
mengkristal di permukaan alat-alat medis tersebut.
5. Diet. Risiko terbentuknya batu kandung kemih akan lebih tinggi ketika diet
tinggi lemak, gula, atau garam dilakukan dan asupan vitamin A dan B rendah.
Kurang minum air juga bisa meningkatkan risiko terbentuknya batu kandung
kemih.
6. Rusaknya saraf kandung kemih. Ketika saraf pengontrol kandung kemih
rusak, maka urine bisa tidak sepenuhnya dibuang keluar tubuh. Kondisi
rusaknya saraf inilah yang biasa disebut dengan neurogenic bladder.
Kerusakan ini bisa disebabkan oleh cedera serius pada tulang belakang atau
penyakit saraf, seperti spina bifida.
7. Batu ginjal. Karena proses pembentukannya yang berbeda, batu ginjal tidak
sama dengan batu kandung kemih. Tapi, biasanya batu ginjal yang berukuran
kecil bisa masuk ke dalam kandung kemih dan menjadi batu kandung kemih.
8. Divertikel kandung kemih, yaitu terbentuknya kantong pada dinding
kandung kemih. Kondisi ini bisa sudah ada sejak lahir, dan bisa juga
terbentuk akibat infeksi kandung kemih atau pembesaran prostat. Divertikel
dapat menyebabkan gangguan pengosongan kandung kemih, sehingga
berisiko terkena batu kandung kemih akibat endapan urine.

D. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin
akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk
pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin
yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu
yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan
akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak
darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya
hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal
kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang
mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga
darah akan keluar bersama urin. (Pangestu, 2017)

E. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis
dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:
1. Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total.
2. Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
3. Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin
(bacteriuria).
4. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen) (Purnomo, 2012).
Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel:

Tabel 2.1 Urutan Radio-opasitas beberapa jenis batu saluran kemih


Jenis Batu Radio – Opasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non – Opak
(Sumber: Purnomo, 2012)

5. Intra Vena Pielografi (IVP)


IVP merupakan prosedur standar dalam menggambarkan adanya batu
pada saluran kemih. Pyelogram intravena yang disuntikkan dapat
memberikan informasi tentang baru (ukuran, lokasi dan kepadatan batu), dan
lingkungannya (anatomi dan derajat obstruksi) serta dapat melihat fungsi
dan anomali (Portis & Sundaram, 2001). Selain itu IVP dapat mendeteksi
adanya batu semi-opak ataupun non-opak yang tidak dapat dilihat oleh foto
polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan saluran kemih
akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograd (Brunner & Suddart, 2015; Purnomo,
2012).
6. Ultrasonografi (USG)
USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan merupakan
manajemen pada kasus urolithiasis. Meskipun demikian USG merupakan
jenis pemeriksaan yang siap sedia, pengerjaannya cepat dan sensitif terhadap
renal calculi atau batu pada ginjal, namun tidak dapat melihat batu di
ureteral (Portis & Sundaram, 2001). USG dikerjakan bila pasien tidak
memungkinkan menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan
seperti alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, pada pada
wanita yang sedang hamil (Brunner & Suddart, 2015; Purnomo, 2012).
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli,
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal (Portis & Sundaram,
2001).

F. Penatalaksanaan medis & keperawatan


1. Penatalaksanaan medis
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah untuk
menyingkirkan batu, menentukan jenis batu, mencegah penghancuran
nefron, mengontrol infeksi, dan mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi
(Brunner & Suddart, 2015).
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih
berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan infeksi. Beberapa tindakan
untuk mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan melakukan observasi
konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa
intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan batu),
mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), terapi invasif minimal:
ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy, Cystolithotripsi/
ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi,
pyelolithotomi, uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015;
Gamal, et al., 2010; Purnomo, 2012)
Tindakan penatalaksanaan kasus urolitiasis bertujuan untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron ,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

a. Pengurangan nyeri
Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan: morphine atau mepedrine diberikan untuk mencegah syock
dan sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air panas atau hangat diarea
panggul dapat bermanfaat. Cairan diberika kecuali pasien mengalami
muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kendisi lain yang
membutuhkan pembatasan cairan hal ini meningkatkan peningkatan
tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mengurangi
konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran
yang besar.
b. Pengangkatan Batu
Pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter uretral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruuksi , akan segera
mengurangi tekanan-tekanan pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Terapi Nutrisi dan Medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang
merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya Kalsium) efektif
untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran
batu yang telah ada. Setiap pasien dengan batu renal paling sedikit harus
minum 8 gelas/ hari untuk mempertahankan keenceran urin, kecuali ada
kontraindikasi.
d. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Prosedur noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di
kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir,
sisa batu tersebut dikeluarkan sepontan.
e. Metode Endurologi Pengangkatan Batu
Menggabungkan ketrampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu ren tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan
(nefrolitotomi perkutan) dan nefroskopi dimasukan ke traktus perkutan
yang sudah dilebarkan kedalam parenkim ginjal, batu dapat diangkat
dengan forceps atau jating, tergantung dari ukurannya
f. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses dengan memasukan suatu
alat ureteroskop melalui sitoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser litotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
g. Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik misalnya: agen pembuat basa (alkylating) dan
pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain yang menolak metode lain atau memiliki batu struvit.
h. Pembedahan (Operasi)
Sebelum ada lithotripsi pengangkatan batu ginjal secara bedah
merupakan metodel terapi utama. Utuk saat ini bedah dilakukan pada 1-2
% pasien. Intervensi bedah dilakukan jika batu tersebut tidak berespon
terhadap penaganan lain.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Penatalaksanaan batu ginjal
1) Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sebsis dan obstruksi
urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin
dan adanya urin yang keruh atau mengandung darah.
2) Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
3) Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi
dan meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk
mendorong pasase batu.
4) Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari
taktus urinarius.
5) Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi
tanda – tanda dini adanya infeksi.
6) Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
7) Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8) Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.
b. Penatalaksanaan uretra
1) Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dankel
uaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
2) Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
3) Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
4) Berikan perawatan perineal
5) Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
6) Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
7) Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
8) Dorong meningkatkan pemasukan cairan
9) Kaji keluhan pada kandung kemih
10) Observasi perubahan tingkat kesadaran
11) Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minumseb
anyak kurang lebih delapan gelas per hari.
G. Komplikasi
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi
ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan
tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan
gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Berikut komplikasi batu saluran kemih:
1. ISK
2. Pielonefritis
3. Hidronefrosis
4. Gagal ginjal akut
5. Gout
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Menurut Bruner & Suddarth (2014) pengkajian yang dilakukan meliputi :
1. Identitas pasien
2. Kaji adanya nyeri dan ketidaknyamanan, termasuk tingkat keparahan, lokasi,
dan perambatan nyeri.
3. Kaji adanya gejala penyerta, seperti mual, muntah, diare, dan distensi
abdomen.
4. Pantau tanda- tanda infeksi batu saluran kemih (menggigil, demam, sering
berkemih, dan keraguan untuk berkemih) dan obstruksi ( sering berkemih
mengeluarkan sedikit urin, oliguria, atau anuria).
5. Pantau adanya darah dalam urin ; saring untuk menemukan batu atau batu
kerikil.
6. Fokuskan riwayat pada faktor – faktor yang mempredisposisi terbentuknya
batu disaluran kemih atau yang mencetuskan episode kolik renal atau
belakangan ini.
7. Kaji pengetahuan pasien mengenai batu ginjal dan upaya untuk mencegah
kekambuhan.
8. Riwayat penyakit dahulu.
9. Riwayat penyakit sekarang.
10. Riwayat penyakit keluarga.
11. Riwayat kesehatan : keluhan nyeri panggul, nyeri punggung, atau abdomen,
radiasi, karakteristik dan waktu, fakfor yang memperburuk atau meredakan :
gejala lain seperti mual dan muntah : kemungkinan faktor penyebab seperti
dehidrasi ; upaya pengobatan saat ini atau sebelumnya.
12. Pemeriksaan fisik : penampilan umum termasuk posisi, tanda vital: warna
kulit, suhu, kelembaban,turgor ; nyeri tekan abdomen, panggul, atau
kostovertebral ; jumlah, warna, dan karakteristik urin ( adanya hematuria,
bakteri, piuria, pH).

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Prabowo,E dan Pranata 2014) diagnosa keperawatan yang sering
muncul adalah :
1. Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.

Batasan karakteristik:

a. Perubahan selera makan


b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan prekuensi jantung
d. Perubahan prekuensi pernafasan
e. Diaphoresis
f. Perilaku ditraksi
g. Sikap melindungi area nyeri
h. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :

Agen cedera (misalnya biologis, fisik, dan psikologis) Di tandai dengan:

a. Keluhan nyeri, colik billiary (frequensi nyeri ).


b. Ekspresi wajah saat nyeri, prilaku yang hati-hati.
c. Respon autonomik (perubahan pada tekanan darah ,nadi).
d. Fokus terhadap diri yang terbatas.
2. Gangguan Eliminasi Urine

Definisi: disfungsi pada eliminasi urine

Batasan karakteristik

a. Dissurya
b. Sering berkemih
c. Inkontinensia
d. Nokturya
e. Retensi
f. Dorongan

Faktor yang berhubungan :

a. Obstopsi anatomic
b. Penyebab multiple
3. Retensi urine

Definisi: pengosongan kandung kemih tidak komplet

Batasan karakteristik:

a. Tidak ada haluaran urie


b. Distensi kandung kemih
c. Menetes
d. Disuria
e. Sering berkemih
f. Inkontenensia aliran berlebih
g. Residu urine
h. Sensasi kandung kemih penuh
i. Berkemih sedikit

Faktor yang Berhubungan :

a. Sumbatan
b. Tekanan ureter tinggi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis, fisik, psikologis)
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri 1. Intensitas, tipe
menggunakan skala nyeri, dan
nyeri standar dan responsivitasnya
karakteristiknya. terhadap analgesia
Berikan analgesia memberi petunjuk
sesuai instruksi dan penting mengenai
monitor efektivitasnya. penyebabnya.
2. Jika pembedahan telah Memberikan
dilakukan, monitor NSAID yang
haluaran urin, kateter, diprogramkan
insisi, dan drainase sebagai jadwal rutin
luka. Nyeri dapat dapat secara
menjadi tanda distensi signifikan
proksimal akibat mengurangi
sumbatan kateter. kebutuhan analgesi
3. Kecuali di narkotik.
kontraindikasi, 2. Infeksi atau
anjurkan asupan cairan hematoma ditempat
dan ambulasi. pembedahan dapat
4. Dorong dan bantu secara signifikan
pasien untuk meningkatkan nyeri
mengambil posisi yang dirasakan.
nyaman. 3. Peningkatan cairan
5. Bantu pasien untuk dan ambulasi
bergerak ( ambulasi) meningkatkan
agar nyerinya reda. haluaran urin, yang
memfasilitasi
gerakan batu
melewati ureter dan
mengurangi nyeri.

2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic, dan


penyebab multiple.
Intervensi Rasional
1. Kaji pemahaman dan 1. Menghubungkan
pembelajaran informasi dengan
sebelumnya. materi yang
2. Ajarkan mengenai dipelajari
semua prosedur sebelumnya,
diagnostik dan terapi. meningkatkan
3. Ajarkan mengenai ingatan dan
hubungan antara batu pemahaman pasien.
saluran kemih dan ISK, 2. Mengetahui apa
dengan menekankan yang akan terjadi,
tidakan preventif, dan mengurangi
pentingnya penanganan kecemasan,
cepat. meningkatkan
kepatuhan, dan
mempercepat
pemulihan.
3. Infeksi saluran kmih
meningkatkan
urolitiasis dan
kemudian
membutuhkan
penanganan cepat
untuk mengurangi
resiko ini.

3. Retensi Urine berhubungan dengan sumbatan dan tekanan ureter tinggi


Intervensi Rasional
1. Monitor dan karakter 1. Jumlah haluara
haluaran urin. Jika nurin membantu
terpasang kateter, ukur menentukan
haluaran per jam. kemungkinan
Dokumentasikan jika obstruksi saluran
ada hematuria, disuria, kemih dan
frekuensi, urgensi, dan kecukupan hidrasi.
piuria. Alirkan semua Hematuria,
urin untuk melihat makroskopik atau
batu,simpan batu yang mikroskopik, sering
ditemukan untuk kali dikaitkan
analisis laboratorium. dengan batu dan
2. Pertahankan patensi prosedur yang
dan intregitas semua digunakan untuk
sistem kateter. mengankat batu,
3. Amankan kateter seperti sistoskopi
dengan baik, tandai atau litotripsi.
sesuai indikasi, 2. Tekukan atau
dangunakan teknik sumbatan pada
steril untuk semua kateter, khususnya
irigasi atau prosedur kateter ureter atau
lain. slang nefrostomi,
dapat merusak
sistem kemih.
3. Menandai kateter
bisa mencegah
kesalahan, seperti
irigasi atau
pengkleman tidak
tepat.

D. Perencanaan ulang
Menurut (Brunner & Suddarth, 2014)
1. Ajarkan upaya untuk mencegah urolithiasis lebih lanjut :
a. Tingkatkan asupan cairan 2500mL hingga 3500mL/hari
b. Ikuti panduan diet yang dianjurkan.
c. Pertahankan tingkat aktivitas untuk mencegah stasis urin dan resorpsi
tulang.
d. Minum obat sesuai dengan program
e. Kaji pemahaman pasien mengenai ESWL dan kemungkinan komplikasi;
kaji pemahaman pasien mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan
resiko kekambuhan batu saluran kemih dan strategi untuk mengurangi
resiko tersebut.
f. Pastikan bahwa pasien memahami tanda dan gejala pembentukkan batu,
obstruksi batu, dan infeksi serta pentingnya melaporkan tanda-tanda ini
dengan cepat dan tepat.
g. Jika medikasi diresepkan untuk mencegah pembentukkan batu, jelaskan
cara kerjanya, manfaatnya dan efek sampingnya kepada pasien.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan tentang batu saluran kemih di atas bahwa batu saluran
kemih termasuk penyakit yang serius pada system perkemihan dan membutuhkan
penanganan yang serius. Batu saluran kemih salah satunya adanya batu pada
saluran kemih biasanya ada pada ginjal, ada pada saluran kemih (ureter). Penulis
mengharapkan agar makalah ini berguna untuk pembaca agar lebih
memerhatikan aktivitas, makanan, kebiasaan yang dilakukan setiap harinya.
Penulis mengharapkan agar pembaca lebih berhati – hati dan sebaiknya
mencegah untuk terjadinya batu saluran kemih.

Makalah ini belum sepenuhnya benar karena kurangnya literatur dan


sumber yang akurat. Penulis mengharapkan pembaca agar memberikan saran dan
kritik untuk kelengkapan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik.
Saran dan kritik dari pembaca bisa penulis jadikan untuk bahan evaluasi
selanjutnya untuk penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Lemone, Priscilla., Burke, M. Karen., Bauldoff, Gerene.,. (Jakarta). Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah (5 ed., Vol. III). 2016.

Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta.

Mehmed, M.M., & Ender O., (2015). Effect of urinary stone disease and it’s
treatment on renal function. World J Nephrol: 4(2): 271-276

Prabowo, E., & Pranata, A.E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Pendekatan NANDA, NIC dan NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7842/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

Effendi, Imam, Markum.,. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. (IV ed.).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Pangestu, Z. D. (2017). Askep Keperawatan Keluarga. Fakultas Ilmu Kesehatan .


Septiningsih, H. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI RUANG INAYAH PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG.
http://repository.ump.ac.id/1367/3/BUYUNG%20PAMBUDI%20BAB%20II.pdf

Effendi, Imam, Markum.,. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. (IV ed.).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Pangestu, Z. D. (2017). Askep Keperawatan Keluarga. Fakultas Ilmu Kesehatan .

Septiningsih, H. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI RUANG INAYAH PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-achmadanan-5186-3-
bab2.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-achmadanan-5186-3-
bab2.pdf
www.academia.edu/10046908/ASUHAN_KEPERAWATAN page 3-6 2010

Purnomo, B. (2010). Pedoman Diagnosis & Terapi SMF Urology Lab Ilmu Bedah.
Universitas Kedokteran Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai