Nama Anggota :
Kelas 2 A
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak
kehidupan yang materialistik. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) serta mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu,
keluarga dan kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakat
(resosialitatif). Dewasa ini, penyakit batu saluran kemih menjadi salah satu
kasus yang membutuhkan perhatian perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan karena prevalensinya di Indonesia
yang terus meningkat (Nurlina, 2008).
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008). Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh faktor
instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling mempengaruhi adalah
faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama mayarakat kota.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun
dalam sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus
ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut
menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor
sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai
edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan
sering disertai dengan serangan kolik ulangan. Salah satu komplikasi batu saluran
kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal, dan kematian. Untuk
itu terdapat penatalaksanaan untuk menangani kasus-kasus batu saluran kemih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari batu saluran kemih ?
2. Apa penyebab terjadinya batu saluran kemih ?
3. Bagaimana patofisiologi batu saluran kemih ?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada batu saluran kemih ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada penanganan batu saluran kemih ?
6. Apa saja komplikasi pada batu saluran kemih ?
7. Jelaskan Asuhan keperawatan pada batu saluran kemih ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui patofisiologi batu saluran kemih
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada batu saluran kemih
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penanganan batu saluran kemih
6. Untuk mengetehaui kompliukasi pada batu saluran kemih
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada batu saluran kemih
D. Manfaat
Agar peenulis dan pembaca dapat mengetahui lebih dalam mengenai batu
saluran kemih dan tahu bagaiamana cara mengatasi atau mengantisipasi batu
saluran kemih .
BAB II
Konsep Teori Batu Saluran Kemih
A. Pengertian
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu bedasarkan
letak batu antara lain: (Prabawa & Pranata, 2014):
C. Faktor penyebab
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
1. Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
D. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin
akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk
pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin
yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu
yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan
akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak
darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya
hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal
kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang
mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga
darah akan keluar bersama urin. (Pangestu, 2017)
E. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Brunner & Suddart, (2015) dan Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis
dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:
1. Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total.
2. Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
3. Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin
(bacteriuria).
4. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen) (Purnomo, 2012).
Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel:
a. Pengurangan nyeri
Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan: morphine atau mepedrine diberikan untuk mencegah syock
dan sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air panas atau hangat diarea
panggul dapat bermanfaat. Cairan diberika kecuali pasien mengalami
muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kendisi lain yang
membutuhkan pembatasan cairan hal ini meningkatkan peningkatan
tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mengurangi
konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran
yang besar.
b. Pengangkatan Batu
Pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter uretral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruuksi , akan segera
mengurangi tekanan-tekanan pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Terapi Nutrisi dan Medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang
merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya Kalsium) efektif
untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran
batu yang telah ada. Setiap pasien dengan batu renal paling sedikit harus
minum 8 gelas/ hari untuk mempertahankan keenceran urin, kecuali ada
kontraindikasi.
d. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Prosedur noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di
kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir,
sisa batu tersebut dikeluarkan sepontan.
e. Metode Endurologi Pengangkatan Batu
Menggabungkan ketrampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu ren tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan
(nefrolitotomi perkutan) dan nefroskopi dimasukan ke traktus perkutan
yang sudah dilebarkan kedalam parenkim ginjal, batu dapat diangkat
dengan forceps atau jating, tergantung dari ukurannya
f. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses dengan memasukan suatu
alat ureteroskop melalui sitoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser litotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
g. Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik misalnya: agen pembuat basa (alkylating) dan
pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain yang menolak metode lain atau memiliki batu struvit.
h. Pembedahan (Operasi)
Sebelum ada lithotripsi pengangkatan batu ginjal secara bedah
merupakan metodel terapi utama. Utuk saat ini bedah dilakukan pada 1-2
% pasien. Intervensi bedah dilakukan jika batu tersebut tidak berespon
terhadap penaganan lain.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Penatalaksanaan batu ginjal
1) Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sebsis dan obstruksi
urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin
dan adanya urin yang keruh atau mengandung darah.
2) Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
3) Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi
dan meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk
mendorong pasase batu.
4) Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari
taktus urinarius.
5) Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi
tanda – tanda dini adanya infeksi.
6) Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
7) Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8) Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.
b. Penatalaksanaan uretra
1) Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dankel
uaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
2) Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
3) Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
4) Berikan perawatan perineal
5) Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
6) Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
7) Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
8) Dorong meningkatkan pemasukan cairan
9) Kaji keluhan pada kandung kemih
10) Observasi perubahan tingkat kesadaran
11) Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minumseb
anyak kurang lebih delapan gelas per hari.
G. Komplikasi
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi
ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan
tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan
gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Berikut komplikasi batu saluran kemih:
1. ISK
2. Pielonefritis
3. Hidronefrosis
4. Gagal ginjal akut
5. Gout
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Bruner & Suddarth (2014) pengkajian yang dilakukan meliputi :
1. Identitas pasien
2. Kaji adanya nyeri dan ketidaknyamanan, termasuk tingkat keparahan, lokasi,
dan perambatan nyeri.
3. Kaji adanya gejala penyerta, seperti mual, muntah, diare, dan distensi
abdomen.
4. Pantau tanda- tanda infeksi batu saluran kemih (menggigil, demam, sering
berkemih, dan keraguan untuk berkemih) dan obstruksi ( sering berkemih
mengeluarkan sedikit urin, oliguria, atau anuria).
5. Pantau adanya darah dalam urin ; saring untuk menemukan batu atau batu
kerikil.
6. Fokuskan riwayat pada faktor – faktor yang mempredisposisi terbentuknya
batu disaluran kemih atau yang mencetuskan episode kolik renal atau
belakangan ini.
7. Kaji pengetahuan pasien mengenai batu ginjal dan upaya untuk mencegah
kekambuhan.
8. Riwayat penyakit dahulu.
9. Riwayat penyakit sekarang.
10. Riwayat penyakit keluarga.
11. Riwayat kesehatan : keluhan nyeri panggul, nyeri punggung, atau abdomen,
radiasi, karakteristik dan waktu, fakfor yang memperburuk atau meredakan :
gejala lain seperti mual dan muntah : kemungkinan faktor penyebab seperti
dehidrasi ; upaya pengobatan saat ini atau sebelumnya.
12. Pemeriksaan fisik : penampilan umum termasuk posisi, tanda vital: warna
kulit, suhu, kelembaban,turgor ; nyeri tekan abdomen, panggul, atau
kostovertebral ; jumlah, warna, dan karakteristik urin ( adanya hematuria,
bakteri, piuria, pH).
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Prabowo,E dan Pranata 2014) diagnosa keperawatan yang sering
muncul adalah :
1. Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.
Batasan karakteristik:
Batasan karakteristik
a. Dissurya
b. Sering berkemih
c. Inkontinensia
d. Nokturya
e. Retensi
f. Dorongan
a. Obstopsi anatomic
b. Penyebab multiple
3. Retensi urine
Batasan karakteristik:
a. Sumbatan
b. Tekanan ureter tinggi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis, fisik, psikologis)
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri 1. Intensitas, tipe
menggunakan skala nyeri, dan
nyeri standar dan responsivitasnya
karakteristiknya. terhadap analgesia
Berikan analgesia memberi petunjuk
sesuai instruksi dan penting mengenai
monitor efektivitasnya. penyebabnya.
2. Jika pembedahan telah Memberikan
dilakukan, monitor NSAID yang
haluaran urin, kateter, diprogramkan
insisi, dan drainase sebagai jadwal rutin
luka. Nyeri dapat dapat secara
menjadi tanda distensi signifikan
proksimal akibat mengurangi
sumbatan kateter. kebutuhan analgesi
3. Kecuali di narkotik.
kontraindikasi, 2. Infeksi atau
anjurkan asupan cairan hematoma ditempat
dan ambulasi. pembedahan dapat
4. Dorong dan bantu secara signifikan
pasien untuk meningkatkan nyeri
mengambil posisi yang dirasakan.
nyaman. 3. Peningkatan cairan
5. Bantu pasien untuk dan ambulasi
bergerak ( ambulasi) meningkatkan
agar nyerinya reda. haluaran urin, yang
memfasilitasi
gerakan batu
melewati ureter dan
mengurangi nyeri.
D. Perencanaan ulang
Menurut (Brunner & Suddarth, 2014)
1. Ajarkan upaya untuk mencegah urolithiasis lebih lanjut :
a. Tingkatkan asupan cairan 2500mL hingga 3500mL/hari
b. Ikuti panduan diet yang dianjurkan.
c. Pertahankan tingkat aktivitas untuk mencegah stasis urin dan resorpsi
tulang.
d. Minum obat sesuai dengan program
e. Kaji pemahaman pasien mengenai ESWL dan kemungkinan komplikasi;
kaji pemahaman pasien mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan
resiko kekambuhan batu saluran kemih dan strategi untuk mengurangi
resiko tersebut.
f. Pastikan bahwa pasien memahami tanda dan gejala pembentukkan batu,
obstruksi batu, dan infeksi serta pentingnya melaporkan tanda-tanda ini
dengan cepat dan tepat.
g. Jika medikasi diresepkan untuk mencegah pembentukkan batu, jelaskan
cara kerjanya, manfaatnya dan efek sampingnya kepada pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan tentang batu saluran kemih di atas bahwa batu saluran
kemih termasuk penyakit yang serius pada system perkemihan dan membutuhkan
penanganan yang serius. Batu saluran kemih salah satunya adanya batu pada
saluran kemih biasanya ada pada ginjal, ada pada saluran kemih (ureter). Penulis
mengharapkan agar makalah ini berguna untuk pembaca agar lebih
memerhatikan aktivitas, makanan, kebiasaan yang dilakukan setiap harinya.
Penulis mengharapkan agar pembaca lebih berhati – hati dan sebaiknya
mencegah untuk terjadinya batu saluran kemih.
Mehmed, M.M., & Ender O., (2015). Effect of urinary stone disease and it’s
treatment on renal function. World J Nephrol: 4(2): 271-276
Prabowo, E., & Pranata, A.E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Pendekatan NANDA, NIC dan NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7842/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
Effendi, Imam, Markum.,. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. (IV ed.).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Effendi, Imam, Markum.,. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. (IV ed.).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Pangestu, Z. D. (2017). Askep Keperawatan Keluarga. Fakultas Ilmu Kesehatan .
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-achmadanan-5186-3-
bab2.pdf
www.academia.edu/10046908/ASUHAN_KEPERAWATAN page 3-6 2010
Purnomo, B. (2010). Pedoman Diagnosis & Terapi SMF Urology Lab Ilmu Bedah.
Universitas Kedokteran Brawijaya.