Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU BULI - BULI

Siti Fatimatuz Zahro’


(226410030)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan tentang “ BATU BULI-BULI “ di Ruang Poli Urologi RSUD


JOMBANG sebagai syarat pemenuhan tugas praktika (KMB) Program Studi NERS
Keperawatan ITSKES ICMe Jombang
Telah di sahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Jombang , Desember 2022

(Siti Fatimatuz Zahro)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(______________________) (_____________________)

Kepala Ruangan

(_______________________)
LAPORAN PENDAHULUAN

BATU BULI-BULI

I. Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat,
asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2022).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih.
(Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan
bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang
meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.
II. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan
membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah
lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
5. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden
batu saluran kemih

8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran
kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
III. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat
terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit
gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri
kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
urin.
IV. Klasifikasi
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program
pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina,
dinding pelvis dan dinding abdomen.
V. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat
dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu
pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan
dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat,
kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun
faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup
infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan
metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih
sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas
serta klien yang menderita infeksi saluran kemih. ( Brunner and Suddarth. 2021 )
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan
bendungan.
Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan
karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan
penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar
sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2021).
VI. Phatway
VII. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukan SDM,
SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24
jam : kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap : Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rongten : menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
5. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau
panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi ; visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek
obstruksi.
7. USG ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
VIII. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan
agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada
batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi sosial (Purnomo, 2018).
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena batu
dapat diharapkan keluar spontan. Terapi yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlkancar
aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih (Purnomo, 2018).
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasive dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehinga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan ini meniimbulkan kolik dan
hematuria (Purnomo, 2018).
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran keih
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energy hidraulik, energy gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa
tindakan endourologi itu adalah 1) PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy), 2) Litotripsi, 3)
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi, 4) Ekstraksi Dormia (Purnomo, 2018).
4. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
5. Bedah Terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. pembedahan terbuka itu antara
lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun (Purnomo, 2018).
IX. Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
1. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik
ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara
urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul
nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal
ginjal.
2. Uremia
Uremia adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
3. Pyelonefritis
Pyelonefritis adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke
ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai
mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
4. Gagal ginjal akut sampai kronis
5. Obstruksi pada kandung kamih
6. Perforasi pada kandung kemih
7. Hematuria atau kencing darah
8. Nyeri pingang kronis
9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
X. Konsep askep
a. Pengkajian
b. Diagnosa
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan karena prosudur
pembedahan
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap :
prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung
kemih.
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan batu pada vesika urinaria
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan shuhu tubuh karena terdapat inflamasi
jaringan
c. Rencana intervensi

Diagnosa keperawatan/
Masalah kolaborasi NOC NIC

Nyeri (akut) berhubungan Tujuan : Monitor :


Setelah dilakukan asuhan  Monitor tanda tanda vital
dengan terputusnya
keperawatan selama 3x24 jam ,  Monitor tanda tanda infeksi
kontinuitas jaringan karena  Monitor perfusi janringan
nyeri teradaptasi/hilang
prosudur pembedahan perifer (cyanosis,
diaphoresis, akral dingin,
Kriteria hasil :
 Skala nyeri menurun CRT<2dtk)
 Ekspresi wajah tenang  Monitor kualitas nyeri
 Ungkapan verbal
paasien
pasien bahwa nyeri
 Observasi, reaksii non
berkurang atau hilang
verbal dan
 Istirahat cuukup ketidaknyamanan.
 Pasien mampu mengatasi
nyeri dengan beberapa
Mandiri :
teknik non farmakologi
 Evaluasi keluhan
 Ttd dalam batas normal nyari/ketidaknyamanan
perhatikan lokasi dan
karaterisitk, termasuk
intensitas, skala (0-10)
 Berikan alternative
tindakan kenyamanan
untuk mengurangi factor
presipitasi nyeri
 Gunakan komunikasi
terapautik untuk
mengetahui pengalaman
nyari pasien

Pendidikan Kesehatan :
 Ajarkan tehnik manajemen
stress
 Ajarkan tehnik distraksi
(latihan nafas dalam,
imajinasi, visualisasi,
mendengarkan musi)

Kolaborasi :
 Berikan analgestik untuk
mengurangi nyeri
Resiko tinggi terhadap Tujuan : Monitor :
infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Monitor tanda tanda infeksi
dengan trauma jaringan keperawatan selama 1x24 jam, baik local maupun sistemik
sekunder terhadap : infeksi tidak terjadi  Monitor tanda infeksi pada
prosedur bedah, prosedur bagian tubuh yang rentan
alat invasif, alat selama Kriteria hasil : terkena infeksi
pembedahan kateter,  Tidak terdapat tanda tanda  Monitor jumlah sel darah
irigasi kandung kemih. infeksi putih
 Tanda tanda vital da;am  Monitor tanda tanda vital
batas normal
 Jumlah leukosit dalam Mandiri :
batas normal (3500-  Lakukan isolasi pada pasien
10000/uL) bila perlu
 Menunjukan higine  Lakukan perawatan kulit
pribadi yang yang adekuat pada kulit
adekuat yang bengkak/edema
 Melaporkan tanda  Inspeksi kondisi luka
infeksi pada petugas maupun luka insisi bedah
kesehatan  Lakukan pengambilan
 Meruubah gaya hidup kultur
untuk mengurangi
resiko infeksi
 Hasil kultur negatif
Pendidikan kesehatan :;
 Anjurkan nutrisi dan cairan
yang adekuat pada pasien
 Anjurkan pasien istirahat
dan exercise cukup
 Ajari pasien dan keluarga
untuk mencegah infeksi

Kolaborasi :
 Kurangi penggunaan cabe
atau lada dalam diet
makanan
 Laporkan bila
terdapat tanda tanda
infeksi
 Laporkan bila hasil kultur
positif
 Berikan antibiiotik bila
diitemukan tanda tanda
infeksi
Gangguan eliminasi urine Tujuan : Monitor :
berhubungan dengan batu Eliminasi urine adekuat setelah  Monitor intake dan output
pada vesika urinaria dilakukan tindakan keperawatan
Mandiri :
Kriteris hasil :  Berikan posisi nyaman
 Kandungkemih kosong  Merangsang reflek kandung
secara penuh kemih dengan menerapkan
 Tidak ada residu urine kompres dingin pada perut
> 100-200 cc  Membantu pasien BAK
 Intake cairan dalam
rentang normal Pendidikan kesehatan :
 Bebas dari ISK
 Tidak ada spasme bleder  Anjurkan pasien dan
 Balance cairan seimbang keluarga untuk merekam
output urine

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
medika mentosa dengan tim
dokter
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2022). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,


volume 2, EGC.Jakarta.
Digiulio Mary, dkk (2018). Medical Surgical Nursing Demystified.
New York Chicago.
Doenges,et al, (2018). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT
EGC. Jakarta.
San Fransisco Lisbon London, (2020).Mexico City Milan New Delhi
San Juan Seoul, Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, (2019). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (2019). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi empat,
buku kedua. EGC. Jakarta.
www.laporan-pendahuluan-askep.com

Anda mungkin juga menyukai