URETEROLITHIASIS
B. Etiologi Ureterolithiasis
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui
secara pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1) Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2) Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan
penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan
meningkatkan pembentukan batu.
3) Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan menjadi inti pembentukan batu.
4) Kurang minum
Sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5) Pekerjaan
Dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan
batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6) Iklim
Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya
di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar
keringat, akan mengurangi produksi urin.
7) Diuretik
8) Potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
9) Makanan
Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,
kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan,
ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi,
teh, dan vitamin D.
Berikut adalah penyebab dari ureterolithiasis menurut ahli :
1) Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada
kristal lain yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi
batu campuran. Keadaan ini disebut dengan nukleasi heterogen dan
merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat
yang menempel pada kristal asam urat yang ada (Purnomo BB,
2011).
2) Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garamnya pembentuk
batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya
pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan
titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan
terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan
suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan
suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan
terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya
dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi
juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih
(Purnomo BB, 2011).
3) Teori Kombinasi
Beberapa ahli maupun pakar dibidang urologi berpendapat
bahwa BSK dapat terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa
teori yang ada (Purnomo BB, 2011).
4) Teori Tidak adanya Inhibitor
Telah dikenal adanya 2 jenis inhibitor yaitu organik dan
anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan yang sering
terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat,
nefrokalsin, dan tammahoresefall glikoprotein. Sedangkan yang
jarang terdapat adalah glikosamin glikans dan uropontin. Pada
inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan zinc. Inhibitor
yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan
kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air.
Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan
mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran
tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar
tertingginya pada buah jeruk (Purnomo BB, 2011).
5) Teori Infeksi
Terbentuknya BSK dapat juga terjadi karena adanya infeksi dari
beberapa kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada proses terjadinya
BSK adalah teori terbentuknya batu struvit yang dipengaruhi oleh
pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan
molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium
ammonium fosfat (batu struvit) misalnya saja pada bakteri pemecah
urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease
yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas,
dan Staphilococcus (Bahdarsyam, 2011). Teori pengaruh infeksi
lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab pembentukan
BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini
tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana
dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang
kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian
kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan
membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung
nano bakteria (Patologi Bahdarsyam, 2011).
6) Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari
pemecahan mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba.
Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada
anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga
berbentuk batu. Benang seperti labalaba terdiri dari protein 65%,
heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel
kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar.
Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu
(Purnomo BB, 2011).
C. Manifestasi Klinis Ureterolithiasis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung
pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1) Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil,
demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan
merusak unit fungsional (nefron) ginjal, nyeri yang luar biasa dan
ketidak nyamanan.
2) Batu di piala ginjal
a) Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
b) Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
c) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis.
d) Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul mual dan muntah.
e) Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan
proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus
besar.
3) Batu yang terjebak di ureter
a) Menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia.
b) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
c) Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d) Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu
0,5-1 cm.
4) Batu yang terjebak di kandung kemih
a) Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b) Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih
akan terjadi retensi urine.
D. Pathway Ureterolithiasis
E. Komplikasi Ureterolithiasis
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini dibedakan komplikasi
akut dan komplikasi jangka panjang :
1) Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah
karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak
2003 ).
F. Penatalakasanaan Ureterolithiasis
1) Medikamentosa
alkalis.
kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu
3) Endourologi
uretero-renoskopi ini.
b) Ekstraksi Dormia
Dormia.
4) Bedah Laparoskopi
1) Urinalisis
batu.
2) Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah
terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP
foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak,
berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
2) Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi
karena batu.
3) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah.
4) Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan
post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan Hasil yang 1. Kaji karakteristik 1. Membantu
dengan adanya iritasi pada diharapkan: nyeri ( lokasi, lama, mengevaluasi
saluran kemih - Pasien intensitas dan perkembangan dari
bebas dari rasa radiasi) obstruksi.
nyeri 2. Observasi tanda- 2. Nyeri hebat ditandai
- Pasien tanda vital, tensi, dengan peningkatan
tampak rileks, bisa nadi, cemas tekanan darah dan
tidur dan istirahat. 3. Jelaskan penyebab nadi.
rasa nyeri 3. Mengurangi
4. Ciptakan kecemasan pasien.
lingkungan yang 4. Meningkatkan
nyaman relaksasi,
5. Bantu untuk menurunkan
mengalihkan rasa tegangan otot.
nyeri: teknik napas 5. Meningkatkan
dalam. relaksasi dan
6. Beri kompres mengurangi nyeri.
hangat pada 6. Mengurangi
punggung ketegangan otot.
7. Kolaborasi dengan 7. Analgetik
dokter untuk menghilangkan rasa
pemberian nyeri.
analgetik
2. Perubahan pola elminasi: Hasil yang 1. Monitor intake dan 1. Menginformasikan
urine berhubungan dengan diharapkan: output. fungsi ginjal.
inflamasi, obstruksi - Pola eliminasi 2. Anjurkan untuk 2. Mempermudah
karena batu. urine dan output meningkatkan pengeluaran batu,
dalam batas cairan per oral 3 – 4 mencegah terjadinya
normal. liter per hari. pengendapan.
- Tidak 3. Kaji karakteristik 3. Adanya darah
menunjukkan urine merupakan indikasi
tanda-tanda 4. Kaji pola Bak meningkatnya
obstruksi (tidak normal pasien, catat obstruksi/iritasi
ada rasa sakit kelainnya. ureter.
saat berkemih, 4. Batu dapat
pengeluaran urin menyebabkan
lancar). rangsangan mervus
yang menyebabkan
sensasi untuk buang
air kecil