Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOARTRITIS

1. Konsep Dasar Penyakit

A. Pengetian Osteoartritis

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau

osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi

yang paling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan

ketidakmampuan (disabilitas) (Nanda NicNoc,2012). Osteoartritis

adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang

timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi (Soenarwo,

2011). Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat

inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang

penyusun sendi. Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat

progresif lambat yang mengenai rawan sendi.

B. Klasifikasi Osteoartritis

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

1) Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang

berhubungan dengan osteoartritis.

1
2) Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami

fraktur.

C. Etiologi Osteoartritis

1) Faktor Predisposisi

Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan

gejala, meliputi :

a) Umur

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan

bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar

air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

b) Pengausan

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak

rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses

degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

c) Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang

berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh

osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan

dapat menambah kegemukan.

d) Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma

yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan

biomekanik sendi tersebut.

2
e) Keturunan

Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa

ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis

sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

f) Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan

reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan

sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.

g) Joint mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka

rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak

stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi.

h) Penyakit Endokrin

Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam

proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong

sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon,

synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan

menyebabkan produksi proteaglandin menurun.

i) Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat

dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam

hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan

sendi.

3
2) Faktor Presipitasi

Demografi

Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya

perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan

sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien

akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika

keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka

klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa

terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.

D. Manifestasi Klinis Osteoartritis

1) Nyeri sendi, keluhan utama.

2) Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat

dengan pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3) Kaku pagi.

4) Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada

sendi yang sakit.

5) Pembesaran sendi (deformitas).

6) Perubahan gaya berjalan.

7) Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (

nyeri ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna

kemerahan).

4
E. Pathway Osteoartritis

5
F. Komplikasi Osteoartritis

Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani

yaitu terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi

dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi

sendi metakarpofalangeal, deformitas bautonmere dan leher angsa

pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul

sekunder dari subluksasi metatarsal.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah

gastritis dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama

penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat

pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid

drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas,

sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi

neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat

vaskulitis.

G. Penatalaksanaan Osteoartritis

Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan

mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang

terserang terus digunakan akan memperparah peradangan. Dengan

6
mengistiratakan sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang

ditimbulkan. Embidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan

mengistiratkan satu atau beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah

kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang sistematis. Obat-

obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah :

1) Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan

adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan

sendi dan mengurangi nyeri.

2) Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti

peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3

bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.

3) Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif

untuk mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun.

Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek,

dan kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini

tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka

panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan

hampir setiap orang.

4) Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan

cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat.

Obat ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid

bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

7
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk

mencapai tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan

termoterapi, gizi dan obat- obatan.

5) Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah

memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada

pasien, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan

pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang

patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua

kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang

kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini,

dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang

diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus

dilakukan secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui

club penderita. Badan- badan kemasyarakatan dan dari orang-

orang lain yang juga pendeita artritis reumatoid serta keluarga

mereka.

6) Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah

yang hebat. Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa

timbul setiap hari, tetapi ada masa- masa ketika pasien merasa

lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman

dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien

dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena

nyeri.

8
7) Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam

mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan

aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali

sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak

mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu

yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat

dilakukan di rumah.

8) Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah

tidak dapat menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti)

dilakukan dengan mengganti engsel yang rusak dan diganti

dengan alat lain yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut

prostesis. Pembersihan sambungan (debridemen) dapat dilakukan

dengan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak yang

mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat pergerakan

tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti tidak dipilih

pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan remaja.

Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima

beban saat melakukan pergerakan.

H. Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis

1) Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena, perubahan-perubahan

yang dapat ditemukan adalah :

a) Pembengkakan jaringan lunak.

b) Penyempitan rongga sendi.

9
c) Erosi sendi.

d) Osteoporosis juksta artikuler.

2) Tes Serologi

a) BSE Positif.

b) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis.

3) Pemeriksaan radiologi

a) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi.

b) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan

ankilosis.

4) Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses

radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara

makroskopik.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1) Aktivitas/Istirahat

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress

pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral

dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya

hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan

ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan

otot.

10
2) Kardiovaskuler

Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis

kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3) Integritas Ego

a) Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial

pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

b) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi

ketidakmampuan).

c) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas

pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.

4) Makanan / Cairan

a) Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi

makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.

b) Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan,

kekeringan pada membran mukosa.

5) Hygiene

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,

ketergantungan pada orang lain.

6) Neurosensori.

Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi.

11
7) Nyeri/kenyamanan.

Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan

pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan

kekakuan (terutama pagi hari).

8) Keamanan

a) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus.

b) Lesi kulit, ulkas kaki.

c) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah

tangga,

d) Demam ringan menetap.

e) Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

9) Interaksi Sosial

Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,

perubahan peran: isolasi.

10) Penyuluhan/Pembelajaran

a) Riwayat rematik pada keluarga.

b) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan

penyakit tanpa pengujian.

c) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal,

pkeuritis.

11) Pemeriksaan Diagnostik

a) Reaksi aglutinasi: positif.

b) LED meningkat pesat.

12
c) protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.

d) SDP: meningkat pada proses inflamasi.

e) JDL: Menunjukkan ancaman sedang.

f) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses

autoimun

g) RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi

sendi, osteoporosisp pada tulang yang berdekatan, formasi kista

tulang, penyempitan ruang sendi.

12) Interaksi Sosial

Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,

perubahan peran: isolasi.

13) Penyuluhan/Pembelajaran

a) Riwayat rematik pada keluarga.

b) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan

penyakit tanpa

c) Pengujian.

d) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal,

pkeuritis.

e) Pemeriksaan diagnostik.

f) Reaksi aglutinasi : positif.

g) LED meningkat pesat.

h) protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.

i) SDP : meningkat pada proses inflamasi

13
j) JDL : Menunjukkan ancaman sedang.

k) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses

autoimun.

l) RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi

sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista

tulang, penyempitan ruang sendi.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi

jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

2) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot

3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan

ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit

atau terapi.

4) Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,

perubahan fungsi sendi.

5) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi

informasi.

6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi,

perubahan bentuk tubuh pada sendi dan tulang.

7)

14
C. Intervensi

No Diagnosa Rencana Keperawatan

Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Nyeri b.d agen Setelah diberikan asuhan Pain Management

cedera biologis, keperawatan selama 3x24 jam  Lakukan

distensi jaringan diharapkan nyeri dapat pengkajian

oleh akumulasi berkurang/terkontrol dengan nyeri secara

cairan, destruksi kriteria hasil: komprehensif

sendi termasuk lokasi,


 Mampu mengontrol
karakteristik,
nyeri (tahu penyebab
durasi,
nyeri, mampu
frekuensi,
menggunakan tehnik
kualitas dan
nonfarmakologi untuk
faktor
mengurangi nyeri,
presipitasi
mencari bantuan)
 Observasi reaksi
 Melaporkan bahwa nyeri
nonverbal dari
berkurang dengan
ketidaknyamana
menggunakan
n
manajemen nyeri
 Evaluasi
 Mampu mengenali nyeri
pengalaman
(skala, intensitas,

15
frekuensi dan tanda nyeri masa

nyeri) lampau

 Menyatakan rasa nyaman  Kurangi faktor

setelah nyeri berkurang presipitasi nyeri

 Tanda vital dalam  Pilih dan

rentang normal lakukan

penanganan

nyeri

(farmakologi,

non farmakologi

dan inter

personal)

 Kaji tipe dan

sumber nyeri

untuk

menentukan

intervensi

 Ajarkan tentang

teknik non

farmakologi

 Berikan

analgetik untuk

mengurangi

16
nyeri

 Evaluasi

keefektifan

kontrol nyeri

 Tingkatkan

istirahat

 Kolaborasikan

dengan dokter

jika ada keluhan

dan tindakan

nyeri tidak

berhasil

 Monitor

penerimaan

pasien tentang

manajemen

nyeri

Analgesic

Administration

 Tentukan

lokasi,

karakteristik,

17
kualitas, dan

derajat nyeri

sebelum

pemberian obat

 Cek instruksi

dokter tentang

jenis obat,

dosis, dan

frekuensi

 Cek riwayat

alergi

 Pilih analgesik

yang diperlukan

atau kombinasi

dari analgesik

ketika

pemberian lebih

dari satu

 Tentukan

analgesik

pilihan, rute

pemberian, dan

dosis optimal

18
 Evaluasi

efektivitas

analgesik, tanda

dan gejala (efek

samping)

2. Gangguan/kerusakan Setelah diberikan asuhan Exercise therapy :

mobilitas fisik b/d keperawatan selama 3x24 jam, ambulation

deformitas skeletal, diharapkanhambatan mobilisasi  Monitoring vital


nyeri, fisik dapat diatasi dengan sign
ketidaknyamanan, kriteria : sebelm/sesudah
penurunan .kekuatan
 Klien meningkat dalam latihan dan lihat
otot
aktivitas fisik respon pasien

 Mengerti tujuan dari saat latihan

peningkatan mobilitas  Kaji

 Memverbalisasikan kemampuan

perasaan dalam pasien dalam

meningkatkan kekuatan mobilisasi

dan kemampuan  Latih pasien

berpindah dalam

 Memperagakan pemenuhan

penggunaan alat Bantu kebutuhan

19
untuk mobilisasi ADLs secara

(walker) mandiri sesuai

kemampuan

 Dampingi dan

Bantu pasien

saat mobilisasi

dan bantu

penuhi

kebutuhan

ADLs ps.

 Berikan alat

Bantu jika klien

memerlukan

 Bantu klien

melakukan

latihan ROM

 Ajarkan pasien

bagaimana

merubah posisi

dan berikan

bantuan jika

diperlukan

20
3 Defisit perawatan Setelah diberikan asuhan
SelfCare assistance
diri b/d kelemahan, keperawatan selama 3x24 jam,
: ADLs
kerusakan persepsi klien mampu merawat diri
 Monitor
dan kognitif dengan kriteria hasil :
kemampuan

 Klien terbebas dari bau klien untuk

badan perawatan diri

 Menyatakan kenyamanan yang mandiri.

terhadap kemampuan  Monitor

untuk melakukan ADLs kebutuhan klien

 Dapat melakukan ADLS untuk alat-alat

dengan bantuan bantu untuk

kebersihan diri,

berpakaian,

berhias,

toileting dan

makan.

 Sediakan

bantuan sampai

klien mampu

secara utuh

untuk

melakukan self-

21
care.

 Dorong klien

untuk

melakukan

aktivitas sehari-

hari yang

normal sesuai

kemampuan

yang dimiliki.

 Dorong untuk

melakukan

secara mandiri,

tapi beri

bantuan ketika

klien tidak

mampu

melakukannya.

 Berikan

aktivitas rutin

sehari- hari

sesuai

kemampuan.

22
4. Resiko trauma b/d Setelah diberikan asuhan
Environmental
penurunan fungsi keperawatan selama 3x24 jam,
Management safety
sendi, keterbatasan diharapkan klien
 Sediakan
ketahanan fisik tidak/terhindar dari resiko
lingkungan
trauma dengan criteria:
yang aman

 Klien terbebas dari untuk pasien

cedera  Identifikasi

 Klien mampu kebutuhan

menjelaskan faktor keamanan

resiko dari pasien, sesuai

lingkungan/perilaku dengan kondisi

personal fisik dan fungsi

 Mampu memodifikasi kognitif pasien

gaya hidup untuk dan riwayat

mencegah injuri penyakit

terdahulu pasien

 Menghindarkan

lingkungan

yang berbahaya

(misalnya

memindahkan

perabotan)

23
 Memasang side

rail tempat tidur

 Menyediakan

tempat tidur

yang nyaman

dan bersih

 Menempatkan

saklar lampu

ditempat yang

mudah

dijangkau

pasien.

 Memberikan

penerangan

yang cukup

 Mengontrol

lingkungan dari

kebisingan

 Memindahkan

barang-barang

yang dapat

membahayakan

 Berikan

24
penjelasan pada

pasien dan

keluarga atau

pengunjung

adanya

perubahan

status kesehatan

dan penyebab

penyakit.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35378589/LAPORAN_PENDAHULUAN_OSTEOA

RTHRITIS (Diakses pada tanggal 24 Februari 2019 pukul 20.00)

https://id.scribd.com/doc/145145228/LP-Osteoartritis (Diakses pada tanggal 24

Februari 2019 pukul 20.00)

26

Anda mungkin juga menyukai