Anda di halaman 1dari 20

INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS

GENU DENGAN OBESITAS

Karya Tulis Ilmiah ini Disususn untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

RAHMALIA PUTRI NIRANI

P27226022160

PROGRAM DIPLOMA III FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Osteoarthritis merupakan kelainan sendi degenerasi non inflamasi


yang terjadi pada sendi yang dapat digerakkan dan sendi penopang berat
badan dengan gambaran khas memburuknya rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada tepi tulang sebagai akibat perubahan biokimia,
metabolisme, fisiologis dan patologis pada rawan sendi dan tulang sub
kondral. Masalah yang muncul akibat osteoarthritis di antaranya nyeri sendi,
hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, deformitas, pembengkakan
sendi yang asimetris, tanda-tanda peradangan, perubahan gaya berjalan.
Osteoarthritis menurut American college of Rheumatology
merupakan sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan
gejala sendi. Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling banyak
ditemui dan dialami oleh populasi usia pertengahan ke atas. Osteoarthritis
ditandai dengan kerusakan progresif kartilago sendi dan menyebabkan
perubahan struktur di sekitar sendi. Perubahan terjadi dikarenakan
akumulasi cairan, pertumbuhan tulang yang berlebih, kelemahan otot dan
tendon, sehingga membatasi gerak, menyebabkan nyeri dan bengkak
(Ambardini, 2011). Mengingat pentingnya fungsi dari sendi lutut, maka
penanganan osteoarthritis pada lutut harus diusahakan semaksimal
mungkin, dengan lebih dulu memahami keluhan yang ditimbulkan
osteoarthritis pada lutut tersebut. Osteoarthritis pada lutut dapat
menimbulkan permasalahan yang berupa:
(1) Adanya nyeri pada lutut,
(2) Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi,
(3) Adanya spasme, penurunan kekuatan otot dan odema,
(4) Adanya gangguan aktivitas jongkok berdiri terutama saat toileting,
(5) Kesulitan untuk naik turun tangga terutama saat menekuk dan menapak,

1
2

(6) Berjalan jauh serta mengalami gangguan untuk aktivitas sholat terutama
untuk duduk antara dua sujud, serta berdiri lama.
Pada kasus osteoarthritis ini peranan fisioterapi, yaitu :
a. Mengurangi nyeri
b. Meningkatkan lingkup gerak sendi
c. Meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut fisioterapi
menggunakan berbagai modalitas yaitu Infra-Red (IR), Trancutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan.
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), Indonesia termasuk Negara
berstruktur tua dimana hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk lansia
pada tahun 2008, 2009 dan 2012 telah mencapai diatas 7% dari keseluruhan
penduduk secara global diprediksi populasi lansia di Indonesia akan terus
mengalami peningkatan. Meskipun bukan suatu penyakit, namun
bersamaan dengan proses penuaan dan tingginya usia harapan hidup maka
akan meningkatkan jumlah angka kesakitan akibat penyakit degeneratif dan
disabilitas yang diakibatkan. Penyakit degeneratif yang biasanya sering
terjadi pada proses penuaan salah satunya yaitu Osteoarthritis.
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit
ini bersifat kronik, berjalan progresif, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya pengikisan rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada
permukaan sendi. Gangguan ini sedikit lebih banyak terjadi pada
perempuan daripada laki-laki terutama pada orang yang berusia lebih dari
45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan
normal, sebab kejadian bertambah dengan meningkatnya usia (Price and
Wilson, 2006).
Osteoarthritis Genu adalah penyakit degeneratif pada sendi genu
karena adanya abrasi tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian yang mampu menyebabkan kelemahan otot dan
tendon sehingga membatasi gerak dan menyebabkan nyeri. Penyakit
degeneratif pada genu dapat menyebabkan permukaan sendi genu menjadi
tidak teratur dan kasar, ini akan menyebabkan rasa sakit dan bengkak pada
3

genu. Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Osteoarthritis


primer dan Osteoarthritis sekunder.
Osteoarthritis primer disebut juga Osteoarthritis idiopatik yang
mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan
penyakit sistemik, inflamasi, ataupun perubahan lokal pada sendi.
Sedangkan Osteoarthritis sekunder yang disebabkan oleh faktor-faktor
seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga
berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi, kondisi
seperti trauma sendi, kelainan bawaan, faktor gaya hidup, dan respon imun
semua dapat menjadi pemicu terjadinya Osteoarthritis. Osteoarthritis primer
lebih banyak ditemui daripada Osteoarthritis sekunder. Adapun metode
klasifikasi keparahan osteoartritis Genu yaitu menggunakan sistem
Kellgren & Lawrence yang menggunakan 5 tahap (Price and Wilson, 2006)
:
a. Tahap 0 : Radiografik tidak menunjukan adanya Osteoarthritis;
b. Tahap 1: Hampir tidak ada penyempitan ruang sendi dan kemungkinan
ada Osteofit
c. Tahap 2 : Adanya osteofit dan kemungkinan adanya penyempitan ruang
sendi pada radiografi dengan anteroposterior weight-bearing;
d. Tahap 3: Terlihat beberapa osteofit, adanya penyempitan ruang sendi,
sclerosis, kemungkinan deformitas tulang;
e. Tahap 4: Terdapat osteofit yang besar, penyempitan; ruang sendi sangat
jelas, sklerosis berat dan adanya deformitas tulang
Penelitian tentang prevalensi Osteoarthritis Genu terhadap 7.577
responden di Amerika, dikatakan bahwa prevalensi Osteoarthritis Genu
12,2%, perempuan (14,9%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (8,7%)
diikuti peningkatan usia. Adapun prevalensi Osteoarthritis di Indonesia,
mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65%
pada usia >61 tahun (Lewis, et al, 2011). Penyebab primer dari
Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara pasti namun terdapat
beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis kelamin, genetik,
kegemukan, dan penyakit metabolik serta faktor lainnya (Dolenio, 2014).
4

Berat badan biasanya dikaitkan dengan pemicu timbulnya Osteoarthritis


Genu.
Obesitas meningkatkan beban sendi bertambah sehingga resultan
gaya akan bergeser ke medial. Gejala Osteoarthritis adalah nyeri sendi,
hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, deformitas, pembengkakan
sendi yang asimetris, tanda-tanda peradangan, perubahan gaya berjalan
(Dolenio, 2014). Latihan Genu jika dilakukan secara teratur akan
meningkatkan peredaran darah sehingga metabolisme meningkat dan terjadi
peningkatan difusi cairan sendi melalui matriks tulang (Dolenio, 2014).
Gejala yang timbul dari Osteoarthritis Genu membuat aktivitas fungsional
seseorang terganggu, maka dari itu inilah tugas Fisioterapi untuk membantu
mengembalikan aktivitas fungsional dan mengurangi masalah yang
disebabkan oleh Osteoarthritis. Seperti penjelasan di atas, Fisioterapi dapat
mengembangkan dan memulihkan pasien dengan kasus Osteoarthritis Genu
dengan memberikan metode latihan dan elektroterapi seperti ultrasound,
TENS, Quadriceps setting exercise. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk yaitu untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada kasus osteoarthritis
genu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Osteoarthritis Genu ?
2. Apa saja gejala dan faktor risiko terjadinya Osteoarthritis Genu ?
3. Bagaimana intervensi fisioterapi pada Osteoartritis Genu ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami makna penyakit Osteoarthritis Genu
2. Memahami gejala dan faktor risiko terjadinya Osteoarthritis Genu
3. Mengetahui metode fisioterapi yang harus dilakukan kepada pasien
Osteoarthritis Genu

D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
5

Memberikan pemahaman dan menjadikan pembelajaran di kemudian


hari
b. Manfaat Teoretis
1. Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor terjadinya,
gejala awal osteoartritis genu dan tindakan yang harus dilakukan
sesuai dengan tingkat keparahan.
2. Menjadi masukan untuk penelitian di kemudian hari.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Osteoarthritis
A. Pengertian
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang
melibatkan kartilago (tulang rawan) dan banyak jaringan sekitarnya (Litwic
et al, 2013). Secara umum, telah diketahui bahwa Osteoarthritis terjadi
karena adanya penipisan atau degradasi tulang rawan di persendian.
Hilangnya tulang rawan artikular telah dianggap sebagai penyebab utama
Osteoarthritis, tetapi kombinasi dari perubahan seluler dan tekanan
biomekanik juga dapat menyebabkan Osteoarthritis, termasuk remodeling
tulang subkondral, pembentukan osteofit, pengembangan lesi sumsum
tulang, perubahan sinovium, kapsul sendi, ligament dan otot periartikular,
serta robekan meniskus dan ekstrusi (Man dan Mologhianu, 2014).
Osteoarthritis Genu merupakan salah satu klasifikasi Osteoarthritis
berdasarkan lokasi sendi yang terkena. Osteoarthritis Genu sendiri
merupakan osteoarthritis yang terjadi di persendian lutut kaki. Adanya
peningkatan beban sendi pada obesitas terutama sendi yang menjadi
tumpuan berat badan (weight-bearing joints) seperti sendi lutut, dapat
mempercepat kemungkinan terjadinya kerusakan kartilago dan struktur
lainnya. Inilah yang mengakibatkan obesitas menjadi salah satu faktor risiko
lokal terjadinya Osteoarthritis genu. Hal ini juga didukung oleh hasil
Framingham Study yang menunjukkan bahwa wanita dengan penurunan
berat badan sekitar 5 kg, mengalami penurunan risiko terjadinya
Osteoarthritis genu simptomatik sebanyak 50% (Zhang dan Jordan, 2010).
Terjadinya penipisan kartilago pada sendi penderita Osteoarthritis
yang diperburuk dengan besarnya beban tekan pada sendi akibat obesitas
dapat mengakibatkan hilangnya tulang rawan, dan berakibat pada
komplikasi lain yaitu deformitas tulang. Untuk kasus deformitas tulang
akibat Osteoarthritis pada genu, ada dua macam deformitas yaitu deformitas

6
7

genu valgus dan deformitas genu varus. Deformitas genu valgus terjadi
karena adanya angulasi segmen distal lutut yang menjauhi garis tengah,
sedangkan deformitas genu varus terjadi karena adanya angulasi segmen
distal lutut yang menuju garis tengah. Adanya deformitas ini akan
menyebabkan ketidakstabilan pada sendi lutut dan memperburuk kondisi
Osteoarthritis serta proses mobilitas pasien (Zhang dan Jordan, 2010).

B. Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit rematik sendi yang paling
banyak mengenai terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85%
orang berusia 65 tahun menggambarkan Osteoarthritis pada gambaran x-
ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45
tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria
sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh (Ariani,
2009).
Progresifitas dari Osteoarthritis biasanya berjalan perlahan-lahan,
terjadi dalam beberapa tahun atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul
biasanya menjadi sumber morbiditas awal dan utama pada pasien dengan
Osteoarthritis. Pasien dapat secara progresif menjadi semakin tidak aktif
beraktivitas, membawa kepada morbiditas karena berkurangnya aktivitas
fisik (termasuk penurunan berat yang bermakna). Prevalensi Osteoarthritis
berbeda-beda pada berbagai ras. Osteoarthritis lutut lebih banyak terjadi
pada wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras yang lainnya. Terdapat
kecenderungan bahwa kemungkinan terkena Osteoarthritis akan meningkat
seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah
kejadiannya pada pria dan wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55
tahun, cenderung lebih banyak terjadi pada wanita. Sendi distal
interfalangeal dan dan proksimal interphalangeal seringkali terserang
sehingga tampak gambaran Heberden dan Bouchard nodes, yang banyak
ditemui pada wanita (Lozada, 2009).
8

Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40


tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk
osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita. Pasien Osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.
Pada derajat nyeri yang berat dan terus menerus bisa mengganggu mobilitas.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat
karena Osteoarthritis.(Soeroso. 2009).

C. Etiologi
Terjadinya osteoartritis dipengaruhioleh faktor resiko yaitu umur
(proses penuaan), jenis kelamin, genetik, berat badan, cedera sendi, dan
olahraga (Hochberg, 2013).
1. Usia
Proses penuaan meningkatkan kerentanan sendi melalui berbagai
mekanisme. Kartilago pada sendi orang tua sudah kurang
responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh
pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang tua
memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan
mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan
hal inilah yang menyebabkan peningkatan resiko kerusakan sendi.
2. Jenis Kelamin
Masih belum banyak diketahui mengapa prevalensi OA pada
perempuan usila lebih banyak daripada laki-laki usila. Resiko ini
dikaitkan dengan berkurangnya hormone pada perempuan pasca
menopause.
3. Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan
dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
4. Berat Badan
Beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat kerusakan pada sendi.
9

5. Cedera Sendi
Trauma genu akut termasuk robekan pada ligamenum crusiatum dan
meniskus merupakan faktor risiko timbulnya Osteoarthritis Genu.
6. Olahraga
Atlit olah raga yang mengalami benturan keras dan membebani genu
seperti sepak bola, lari maraton dan kung fu memiliki risiko
meningkat untuk menderita Osteoarthritis Genu. Kelemahan otot
quadrisep merupakan faktor risiko bagi terjadinya Osteoarthritis dengan
proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang
menyerap materi otot. Tetapi, di sisi lain seseorang yang memiliki
aktivitas minim sehari-hari juga berisiko mengalami Osteoarthritis
Genu. Ketika seseorang tidak melakukan gerakan, aliran cairan sendi
akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi juga
berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses degeneratif menjadi
berlebih.

D. Jenis
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Osteoarthritis primer disebut juga Osteoarthritis idiopatik yang mana
penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan
penyakit sistemik, inflamasi, ataupun perubahan lokal pada sendi.
2. Osteoarthritis sekunder yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat,
adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi, kondisi seperti
trauma sendi, kelainan bawaan, faktor gaya hidup, dan respon imun
semua dapat menjadi pemicu terjadinya Osteoarthritis.

E. Gejala
Gejala awal yang dirasakan oleh penderita Osteoarthritis Genu adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri sendi
10

Nyeri sendi pada Osteoarthritis merupakan nyeri dalam yang


terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan dari sendi yang
terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat.
2. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya
karena duduk di kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang sukup
lama, bahkan sering disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah
bangun tidur (morning stiffness).
3. Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit.
5. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan
ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan perubahan
pada tulang dan permukaan sendi.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang). Keadaan ini
selalu berhubungan dengan nyeri.

2.2 Fisioterapi
A. Pengertian
Fisioterapi merupakan ilmu medis yang berhubungan dengan gerak dan
fungsi tubuh. Fisioterapis merupakan sebutan bagi seseorang yang menjalankan
profesi tersebut. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.778 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana
Kesehatan, fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
11

individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan


memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi.
Menurut Departemen Kesahatan R1, Keputusan Menteri Kesehatan No
778/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Pedoman Fisioterapi di Sarana Kesehatan
saat ini pelayanan fisioterapi di Indonesia berkembang pesat. Perkembangan ini
mendorong fisioterapis untuk semakin professional dibidangnya. Bentuk
pelayanan kesehatan yang diberikan fisioterapis kepada pasien fisioterapi
merupakan suatu pelayanan terapi yang diberikan berdasarkan adanya rujukan
dari tenaga medis maupun tanpa rujukan. Dimensi pelayanan fisioterapi
meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi dalam rentang kehidupan dari
praseminasi sampai ajal.
Fisioterapi dapat melatih pasien dengan olah raga khusus, penguluran dan
bermacam-macam teknik dan menggunakan beberapa alat khusus untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien yang tidak dapat diatasi dengan
latihan–latihan fisioterapi.
Aplikasi fisioterapi dewasa ini terus-menerus mengalami perkembangan
baik dari sisi prosedur pelaksanaan maupun alat-alat pendukung. Aplikasi
fisioterapi juga semakin cenderung mengkombinasikan modalitas-modalitas
fisika yang ada sebagai contoh hydrotherapy dilakukan dengan modifikasi suhu
dingin dan panas. Alat pendukung electrotherapy juga sangat berkembang
menjadi alat pendukung yang canggih yang dipergunakan pada level pusat
pelayanan kesehatan maupun penemuan alat-alat yang dapat dipergunakan
secara mandiri oleh penderita, misalnya penggunaan alat TENS. Pada cabang
fisioterapi non-alat, manual therapy dan exercise therapy merupakan cabang
fisioterapi yang paling berkembang di dunia olahraga. Manual therapy
berkembang di komunitas atlet dan non-atlet sedangkan exercise therapy
berkembang mengikuti kemajuan teknik kedokteran preventif -rehabilitatif.

B. Jenis
12

Jenis penanganan fisioterapi pada kasus Osteoarthritis Genu dapat


berupa :
1. Quadriceps Setting Exercise
Quadriceps setting exercise merupakan latihan menggunakan
tahanan/beban yang bertujuan untuk melatih otot sehingga otot menjadi
rileks, mencegah terjadinya keterbatasan gerak, menjaga elastisitas otot
serta meningkatkan kekuatan otot. Terapi ini bersifat isometrik dan jenis
latihan ini adalah latihan kontraksi otot tanpa adanya perubahan panjang
otot serta tidak diikuti adanya perubahan gerakan sendi. Jenis Latihan
isometrik sering disebut dengan statik kontraksi (Wibowo et al, 2017).
Latihan Quadriceps setting dilakukan dengan prinsip latihan yang
melibatkan kontraksi otot tanpa gerakan dari bagian tubuh lain.
Sehingga melibatkan kontraksi otot untuk melawan beban yang tepat
atau tidak bergerak. Hal ini dapat meningkatkan kekuatan otot bila
dilakukan dengan tahanan yang kuat (Pratama, 2019).Penguatan otot
pada quadriceps dapat berpengaruh terhadap penurunan nyeri dan
peningkatan aktivitas fungsional (Wibowo et al, 2017).

2. Infra Red (IR)


Sinar IR adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 7.700 – 4.000.000 A (Libriana, 2005). Klasifikasi
infra red berdasarkan panjang gelombang: (1) Gelombang panjang (non
penetrating), panjang gelombang diatas 12.000 A - 150.000 A. Daya
penetrasi sinar ini hanya sampai pada lapisan superficial epidermis,
yaitu sekitar 0,5 mm, (2) Gelombang pendek (penetrating), adalah
gelombang yang dengan panjang gelombang antara 7.700 – 12.000 A.
Daya kira - kira dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung - ujung saraf dan
jaringan – jaringan lain di bawah kulit (Sujatno, 2002).

3. Ultrasound
13

Ultrasound Diathermy merupakan suatu terapi menggunakan


getaran mekanik gelombang suara yang bertujuan dengan pemberian
Ultrasound Diarthermy ini dapat mengurangi nyeri (Hayes, 2016).
UltraSound dapat menghilangkan nyeri yaitu dengan adanya
pengaruh gosokan membantu “venous dan lymphatic”, sehingga terjadi
peningkatan kelenturan jaringan lemak serta menurunnya nyeri dan
proses percepatan regenerasi jaringan. UltraSound juga dapat
memperbaikan sirkulasi darah yang akan menyebabkan terjadinya
relaksasi otot-otot karena zat-zat pengiritasi jaringan diangkut.

4. TENS
Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu
cara penggunaan energi listrik untuk merangsang saraf melalui
permukaan kulit (Parjoto, 2006). Menurut Jonhson (2000, dikutip oleh
Parjoto 2006) membedakan TENS menjadi empat tipe yaitu:
(1) Tipe konvensional
(2) Alternative TENS
(3) Intense TENS
(4) Pulse Burst TENS.
TENS dapat mengurangi nyeri menurut gate control atau sistem
bloking, nyeri dapat dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang
sistem saraf pusat. Sistem bloking masuk lebih dulu ke pintu masuk di
substansia gelatinosa dan menghambat sel nociceptive untuk
memberikan informasi ke otak sehingga rangsang nyeri tidak sampai ke
otak.

C. Manfaat
Manfaat dari tindakan fisioterapi yang dilakukan, yaitu :
1. Mengurangi nyeri
2. Meningkatkan lingkup gerak sendi
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Meningkatkan kemampuan fungsional
14

2.3 Penelitian Yang Relevan


Penelitian tentang prevalensi Osteoarthritis Genu terhadap 7.577 responden
di Amerika, dikatakan bahwa prevalensi Osteoarthritis Genu 12,2%, perempuan
(14,9%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (8,7%) diikuti peningkatan usia.
Adapun prevalensi Osteoarthritis di Indonesia, mencapai 5% pada usia <40
tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun (Lewis, et al,
2011). Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara
pasti namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis
kelamin, genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik serta faktor lainnya
(Dolenio, 2014).
Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia 61 tahun.
Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan
aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri
yang berat dan terus menerus bisa mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1
sampai 2 juta orang la njut usia di Indonesia menderita cacat karena
OA.(Soeroso. 2009).
15

2.4 Kerangka Berpikir

OSTEOARTHRITIS GENU

Definisi Penanganan

Osteoarthritis Genu adalah penyakit


degeneratif pada sendi genu karena adanya Fisioterapi
abrasi tulang rawan sendi dan pembentukan
tulang baru pada permukaan persendian
yang mampu menyebabkan kelemahan otot
dan tendon sehingga membatasi gerak dan
menyebabkan nyeri. Metode yang
digunakan

Quadriceps
Infra-Red (IR) Ultrasound TENS
Setting Exercise
16

Deskripsi

Osteoarthritis Genu merupakan sebuah penyakit degeneratif pada sendi


genu karena adanya abrasi tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian yang mampu menyebabkan kelemahan otot dan tendon
sehingga membatasi gerak dan menyebabkan nyeri. Penyakit ini sedikit lebih
banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki terutama pada orang yang berusia
lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan
normal, sebab kejadian bertambah dengan meningkatnya usia. Faktor risiko
penyakit ini yaitu, umur (proses penuaan), jenis kelamin, genetik, berat badan,
cedera sendi, dan olahraga. Gejala awal yang dirasakan penderita yaitu, nyeri sendi,
kaku pada pagi hari, hambatan pergerakan sendi, krepitasi, perubahan bentuk sendi,
dan perubahan gaya berjalan.

Osteoarthritis Genu dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan seperti


pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan marker.
Penyakit ini dapat diatasi dengan fisioterapi. Karena fisioterapi sebagai tenaga
kesehatan memiliki peran penting dalam mengurangi nyeri, menambah LGS serta
meningkatkan kekuatan otot, sehingga dapat meningkatkan kemampuan aktifitas
fungsional alat gerak tubuh. Metode yang dapat dilakukan untuk kasus
Osteoarthritis yaitu quadriceps setting exercise, infra-red, ultrasound, dan TENS.
BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu


Data sekunder yang dijadikan sebagai referensi penulisan karya ilmiah
ini diperoleh pada jurnal penelitian yang diakses melalui google scholar,
buku maupun e-book. Jurnal penelitian yang diakses pada google scholar
ini dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2022, 15 Oktober 2022, dan 16
Oktober 2022.
B. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis ini merupakan penelitian deskriptif
pada suatu jurnal penelitian. Penelitian deskriptif ini merupakan metode
penyelesaian kasus osteoarthritis genu dengan mendeskripsikan dan
menganalisis berbagai jurnal penelitian yang digunakan sebagai referensi
penelitian dalam menyelesaikan kasus osteoarthritis genu.
C. Sumber Data
Data yang disajikan oleh penulis merupakan data kualitatif dan sumber
data pada penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu suatu
data yang diperoleh dari referensi yang menunjang penulisan karya ilmiah
ini seperti mengambil data informasi mentah atau data yang sudah diolah
dari beberapa jurnal penelitian kasus osteoarthritis kemudian diolah
kembali oleh penulis dan dijadikan sebagai data suatu penelitian yang
berupa sebuah tulisan. Mencari serta menganalisis penyebab, tanda dan
gejala penyakit osteoarthritis yang terjadi di masyarakat umum serta
metode terapi yang tepat digunakan untuk mengatasi kondisi osteoarthritis.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa metode penelitian
kualitatif dengan penelitian deskriptif pada suatu jurnal penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data

17
18

Teknik pengumpulan data untuk penulisan ini yaitu melalui studi literal,
dimana kita mengambil dari beberapa referensi penelitian pada suatu jurnal
yang mendukung penelitian kasus Osteoarthritis Genu. Mengumpulkan
data sekunder yang berhubungan dengan topik dan masalah yang terkait.
Kita juga mengumpulkan data informasi yang menjadi faktor risiko dan
gejala penyakit Osteoarthritis Genu, dan melakukan perbandingan antara
metode satu dengan metode lainnya.
F. Analisis Data
Proses menganalisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul.
Analisis data yang digunakan penulis ini yaitu dengan membandingkan
metode fisioterapi yang digunakan untuk mengatasi kasus Osteoarthritis
Genu. Metode yng digunakan yaitu terapi quadriceps setting exercise,
infra-red, ultrasound, dan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS).
Metode quadriceps setting exercise merupakan metode yang paling
gampang dan mudah dijangkau selain itu quadriceps setting exercise juga
tidak membutuhkan biaya yang mahal, tetapi terapi ini efek
penyembuhannya dalam jangka panjang. Untuk terapi sinar infrared ini
efek yang ditimbulkan yaitu vasodilatasi pembuluh darah dan sirkulasi
menjadi lancar serta membuat relaksasi pada otot yang dapat meningkatkan
lingkup gerak persendian. Terapi ultrasound ini memiliki efek thermal yang
menghasilkan rasa panas yang dapat meningkatkan aktivitas metabolik
aliran darah, serta dapat mengurangi peradangan dan rasa nyeri pada kasus
Osteoarthritis Genu. Tetapi yang menjadi kelemahan terapi ultrasound ini
pada biayanya yang sedikit mahal dari terapi exercise. TENS memberikan
efek yang dapat mengurangi nyeri, tetapi untuk terapi TENS ini akan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena terapi ini melibatkan aliran
listrik lemah melalui elektroda yang ditempelkan pada permukaan kulit
yang dapat menghantarkan impuls listrik.
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, A. D. (2019). Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoartritis Genu Di


Rspad Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan.

Husnah, S. E, Andriati dkk. (2019). Pasien Osteoarthritis Genu Dengan Obesitas Di


Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Lestari, D. (2014). Osteoarthritis Genu Bilateral On 53 Years Old Woman With


Grade II Hypertension. Jurnal Medula Unila.

Santosa, J. (2018). Osteoarthritis. Pengalaman Belajar Lapangan.

Khairunnisa. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Genu


Sinistra Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

Milenia, S, Rahman, I. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus


Osteoarthritis Genu Bilateral Dengan Menggunakan Modalitas Tens, Swd Dan
Quadriceps Setting Di Rsu Pindad Kota Bandung. Jurnal Stikes Sitihajar.

Setiawan, E. W. (2020). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis


Genu Dengan Modalitas Ultrasound Dan Exercise Therapy.

Susilo, I. P. A. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Genu


Dextra Dengan Modalitas Short Wave Diathermy Dan Isometric Exercise.

Sidiq, F. M. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Knee


Sinistra Di Rst Dr. Soedjono Magelang.

Sudarsini. (2017). Fisioterapi.

Maulidya, U. A. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis


(Oa) Genu Bilateral Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai