Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif


yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan
kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai perubahan
reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral. Penyakit ini merupakan jenis
artritis yang paling sering terjadi dan menimbulkan rasa sakit serta hilangnya
kemampuan gerak.

Angka kejadian OA di dunia terbilang cukup tinggi. WHO


memperkirakan 25% orang berusia 65 tahun di dunia menderita OA.

Sementara di kawasan Asia Tenggara, jumlah penderita OA mencapai 24


3
juta jiwa. Prevalensi OA di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan
yang jelas. Namun Handono dan Kusworini melaporkan bahwa prevalensi
OA di Malang pada usia antara 49-60 tahun cukup tinggi, yaitu sebesar
21,7%.

Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya


pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi
5
jari tangan, dan pergelangan kaki. Pada studi radiografi yang dilakukan di
Amerika dan Eropa pada penduduk usia 45 tahun ke atas didapatkan
prevalensi OA lutut yang cukup tinggi, yaitu sebesar 14% pada laki-laki dan
22,8% pada wanita.

Berdasarkan kriteria klasifikasi dari American College of


Rheumatology, seseorang terdiagnosis menderita OA lutut apabila terdapat
nyeri lutut dengan krepitus, kekakuan pada pagi hari selama kurang dari 30

1
menit, atau berusia lebih dari 50 tahun, disertai gambaran osteofit pada
6
pemeriksaan radiologis. Secara garis besar, faktor risiko terjadinya OA lutut
meliputi usia, jenis kelamin, kegemukan, penyakit metabolik, jenis pekerjaan,
olahraga, dan faktor-faktor lain.

Penderita OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas


atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Penderita OA dengan
obesitas lebih sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan
3
dengan penderita yang tidak obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa berat
badan berlebih mempengaruhi derajat nyeri pada penderita OA lutut. Hart et
al juga menyebutkan bahwa obesitas meningkatkan risiko timbulnya gejala
8
lutut dan osteofit pada pemeriksaan radiografi. Obesitas merupakan salah
satu faktor risiko OA lutut dan mempengaruhi densitas tulang secara
radiologis.

Hampir semua pasien OA lutut menderita setidaknya satu penyakit


penyerta. Adanya penyakit penyerta dan obesitas dikaitkan dengan
10
keterbatasan dalam kegiatan atau rasa sakit. Sementara dalam penelitiannya
terhadap penderita OA lutut, Keith T. Palmer membuktikan bahwa aktivitas
fisik (terutama berlutut, jongkok, mengangkat, atau mendaki) dapat
menyebabkan dan / atau memperburuk OA lutut.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Osteoartritis?


b. Apa etiologi dari Osteoartritis?
c. Apa saja klasifikasi dari Osteoartritis?
d. Bagaimana patofisiologi dari Osteoartritis?
e. Bagaimana WOC dari Osteoartritis?
f. Apa saja manifestasi klinis dari Osteoartritis?
g. Apa saja komplikasi dari Osteoartritis?

2
h. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Osteoartritis?
i. Bagaimana penatalaksanaan untuk Osteoartritis?
j. Bagaimana asuhan keperawatan Osteoartritis?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui pengertian dari Osteoartritis


b. Mengetahui etiologi dari Osteoartritis
c. Mengetahui klasifikasi dari Osteoartritis
d. Mengetahui patofisiologi dari Osteoartritis
e. Mengetahui WOC dari Osteoartritis
f. Mengetahui manifestasi klinis Osteoartritis
g. Mengetahui komplikasi dari Osteoartritis
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Osteoartritis
i. Mengetahui penatalaksanaan untuk Osteoartritis
j. Mengetahui asuhan keperawatan Osteoartritis

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Osteoarthtritis
2.1.1 Pengertian
Osteoartritis merupakan bentuk arthritis yang paling sering
ditemukan. Osteoartritismerupakan suatu penyakit sendi degeneratif
disebabkan oleh kerusakan dan kecelakaan tulang rawan articular. Ketia
sendi tulang rawan yang protektif menjadi lemah, dasar tulang menjadi
terekspos, menyebabkan tulang yang terekspos menjadi bergesekan.
Perubahan degeneratif di dalam jaringan tulang menghasilkan area
pertumbuhan kembali yang kecil, menyebabkan tulang dan ruang sendi
bergerigi terdesak. Area yang kasar ini menonjol ke dalam jaringan lembut
atau ruang sendi, sehingga meyebabkan sakit.
Osteoartritis (juga disebut penyakit degeneratif sendiri, hipertrofi
artritis, artritis senescent, dan osteosartrosis) adalah gangguan yang
berkembang secara lambat tidak simetris dan noninflaasi yang terjadi pada
sendi-sendi yang dapat digerakkan, khususnya pada sendi-sendi yang
menahan berat tubuh. Osteoartritis di tandai oleh degenerasi kartilago
sendi dan pembentukan tulang baru pada bagian pinggir sendi. Kerusakan
pada sendi-sendi akibat penuaan diperkirakan memainkan suatu peran
penting dalam perkembangan osteoarthritis (Stanley, Mickey dan Patricia
Gauntlett Beare, 2006).

2.1.2 Etiologi

4
Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yaitu
umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan, olah
raga, anomali anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit inflamasi sendi
(Soeroso,2006).
Beberapa faktor etiologi yang telah diketahui berhubungan dengan
terjadinya osteoarthritis lutut ini antara lain :
1. Usia
Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor
resiko terjadinya osteoarthritis lutut. Hal ini disebabkan karena sendi
lutut yang digunakan sebagai penumpu berat badan sering
mengalami kompresi atau tekanan dan gesekan, sehingga dapat
menyebabkan kartilago yang melapisi tulang keras pada sendi lutut
tersebut lama-kelamaan akan terkikis dan rentan terjadi degenerasi.
2. Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi
faktor resiko terjadinya Osteoarthritis lutut. Berat badan yang
berlebih akan menambah kompresi atau tekanan atau beban pada
sendi lutut. Semakin besar beban yang ditumpu oleh sendi lutut,
semakin besar pula resiko terjadinya kerusakan pada tulang.
3. Herediter atau faktor bawaan
Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi
yang tidak teratur yang dimiliki seseorang sebagai faktor bawaan
merupakan faktor resiko terjadi Osteoarthritis lutut.
4. Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya
Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat
menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang
pembentuk sendi tersebut.
5. Kesegarisan tungkai
Sudut antara femur dan tibia yang > 180 derajad dapat berakibat
beban tumpuan yang disangga oleh sendi lutut menjadi tidak merata
5
dan terlokalisir di salah satu sisi saja, dimana pada sisi yang beban
tumpuannya lebih besar akan beresiko lebih besar terjadi kerusakan.
6. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan akifitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga
merupakan salah satu penyebab osteoarthritis pada lutut.
7. Olahraga yang berat, misalnya sepak bola,pelari dll.
8. Faktor hormonal dan penyakit metabolic
Perubahan degeneratif pada sendi lutut bisa terjadi akibat perubahan
hormonal yang terjadi pada wanita yang sudah menopause. Selain
itu, seseorang yang memiliki diabetes mellitus juga bisa terkena
Osteoarthritis lutut ini.
9. Arthritis yang berlangsung lama
Arthritis (peradangan sendi) yang sudah berlangsung lama dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya pula Osteoarthritis lutut.

2.1.3 Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoartritis
Osteoartitis primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat
mengenai satu atau beberapa sendi. Osteoatritis jenis ini terutama
ditemukan pada wanita kulit putih, usia baya, umumnya bersifat
poli-artikular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian
tulang distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan
tulang(nodus Heberden).
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
Osteoartritis sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan
arthritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan
osteoarthritis sekunder adalah
6
a. Trauma/instabilitas
b. Faktor genetic/perkembangan
c. Penyakit metabolic/endokrin.

2.1.4 Patofisiologi
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Penyakit ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsure paling penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress bimekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk maktriks
disekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang menanggung berat
badan, seperti panggul, lutut dan kolumna vertebralis. Akibatnya terjadi
pembentukan tulang baru pada dasar tulang lesi tulang rawan sendi serta
tepi sendi(osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses perbaikan
untuk membentuk kembali persendian sehingga dipandang sebagai
kegagalan sendi yang progresif.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degenerative yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi, sendi
deformitas kongital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik
sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan
metabolism sendi yang pada akhirya mengakibatkan tulang rawan
7
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga senid yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus(Soeparman, 1995).

2.1.5 WOC
(terlampir)

2.1.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala osteoarthritis adalah sebagai berikut:

 Nyeri sendi merupakan permasalahan yang dominan, dan rasa nyeri


akan berkurang saat beristirahat serta semakin bertambah ketika sendi
yang sakit itu digunakan. Dengan berlanjutnya keadaan ini rasa nyeri
dapat pula terjadi pada saat beristirahat dan tidur
 Sendi kaku sesaat di pagi hari, umumnya 15 menit atau lebih karena
perubahan dudalam sendi
 Krepitasi,suatu gemeretak (perasaan seperti ada benda yang diamplas)
akan terdengar dan terasa ketika sendi-sendi yang rusak saling
bergesekan
 Sendi-sendi tersebut mengalami hipertropi tanpa gejala inflamasi atau
panas (kalor)
 Nodus herbeden dan bouchard merupakan nodus yang akan timbul
pada tangan yang dapat mengalami inflamasi serta mnyebabkan rasa
nyeri. Nodus keras yang disebut nodus herbeden pada sendi
interfalangeal distal dan nodus bouchard pada bagian proksimal
diawali tanpa nyeri, kemudian menjadi merah, bengkak dan nyeri.
 Deformitas pada area yang terlibat
 Kelainan gaya berjalan (jika mengenai panggu atau lutut)

8
 Ketidakstabilan sendi, disertai pembengkakan, dan hangat tanpa
kemerahan
 Keterbatasan gerak
 Atrofi dan spasme otot

2.1.7 Komplikasi

Penderita osteoarthritis lutut, apabila tidak diberikan pertolongan yang


segera maka pada sendi tersebut dapat terjadi gangguan antara lain :
1. Gangguan pada waktu berjalan karena adanya pembengkakan akibat
peradangan
2. Terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang
berlangsung lama sehingga struktur sendi akan mengalami
perlengketan,
3. Terjadi atrofi otot karena adanya nyeri
4. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama
sendi penumpu berat badan, sehingga dapat memperburuk keadaan
penyakit dan menimbulkan deformitas.(Suriani dkk,2013).
5. Resiko jatuh
6. Patah tulang

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada keluhan nyeri pda sendi yang
terkena, dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik yang memperlihatkan
perbesaran tulang pada persendian, akumulasi cairan, timbul krepitasi
selama bergerak, kelemahan otot, dan instabilitas sendi.
1. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang
terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah.

9
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa
rematik.
3. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk
kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh
encok atau infeksi.
4. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan
engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi
6. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesic dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis.
a. Analgesik yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4
g/hari atau propoksifen HCl. Asam salisilat juga cukup efektif
namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh, atau jika terdapat tanda peradangan,
maka OAINS seperti fenoprofin, piroksikam, ibuprofen dan
sebagainya dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya
1 1
−¿ dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
2 3
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalah
gangguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.

10
2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk,
penyangga untuk lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang
berlebihan pada sendi yang sakit dan pemakaian alat-alat untuk
meringankan kerja sendi.
3. Diet untuk menurunkan berat baddan dapat mmengurangi timbulnya
keluhan.
4. Dukungan psikososial.
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang
ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama
pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini
harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat.
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag
tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
7. Operasi dipertirtimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi
yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi.
11
Tindakan operasi seperti arthroscopic debridement, joint
debridement, dekompresi tulang, osteotomi, dan artroplasti
merupakan tindakan yang efektif pada penderita dengan OA yang
sudah parah.31 Tindakan operatif ini dapat menghilangkan nyeri
pada sendi OA, tetapi kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat
diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca
operatif harus dipersiapkan dengan baik.
8. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat,
penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta
menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat
ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai
penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl
dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi
penangan mandiri.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS

SKENARIO KASUS (ASKEP)

3.1 Kasus
Tn. P masuk rumah sakit pada tanggal 21 Agustus 2015 diantar oleh
istrinya disebab kan ia mengeluh nyeri pada sendi lutut bagian kanan. Klien
berumur 69 tahun ( BB : 52 Kg , TB : 150 cm ). Tn P tidak memiliki Anak
sejak 2 tahun yang lalu. Setahun yang lalu klien berhenti bekerja sebagai
buruh pabrik. Nyeri sendi yang dirasakan mulai terasa 2 tahun belakangan.
Saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada lutut kanan, terasa terus menerus,
dan terasa sekali saat digerakkan, nyeri berkurang ketika istirahat, nyeri terasa
panas, skala nyeri 7. Tindakan yang sudah di lakukan untuk mengurangi nyeri
adalah meminum obat yang di berikan oleh puskesmas. Klien sudah tidak tau
lagi cara untuk mengurangi nyerinya. Klien jarang jalan pagi (olah raga)
karena kalau sudah bergerak lututnya terasa nyeri. Dan saat berjalan pun
harus dibantu oleh istrinya.
Klien mengatakan pernah hipertensi setahun yang lalu dan punya
riwayat penyakit keturunan hipertensi yaitu ibunya. Obat yang digunakan
adalah Vit. B1, Na-Diklofenac, CTM. Vit. B1 diminum pagi dan sore
hari satu jam setelah makan. Na-Diklofenac diminum pagi dan sore hari satu
jam setelah makan, dan CTM diminum malam hari satu jam setelah
makan.Klien di diagnosa Osteoarthritis. Hasil pengkajian didapatkan
tingkatKesadaran Compos Metis. Tanda – tandaVital : Tekanan Darah :
120 / 80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Pernapasan : 20X/menit , dan suhu : 36,7
ºC

13
3.2 Pengkajian
a) Identitas Pasien

Nama : Tn. P
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh pabrik
Diagnosa medis : Osteoarthritis

b) Keluhan Utama

Tn .P masuk rumah sakit pada tanggal 21 Agustus 2015 diantar oleh


istrinya disebab kan ia mengeluh nyeri pada sendi lutut bagian kanan.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Tn .P mengeluh nyeri pada lutut kanan, terasa terus menerus, dan terasa
sekali saat digerakkan, nyeri berkurang ketika istirahat.

d) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah hipertensi setahun yang lalu.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

Tn.P punya riwayat penyakit keturunan hipertensi yaitu ibu.

3.3 Analisa Data

Data Subjektif Data Objektif


 Tn. P mengeluh nyeri pada  Skala nyeri : 7
lutut kanan, terasa terus  Kesadaran Compos Metis.
menerus, dan terasa sekali saat  Tanda – tanda vital :
di gerakkan. Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg,

14
 Klien jarang jalan pagi (olah Nadi : 80x/menit, Pernapasan :
raga) karena kalau sudah 20x/menit , dan suhu : 36,7 ºC
bergerak lututnya terasa nyeri.  BB : 52 Kg , TB : 150 cm
 Tn. P mengatakan saat berjalan
beliau dibantu istrinya.
 Klien mengatakan lututnya
terasa sakit kalau bergerak.
 Klien mengatakan pernah
hipertensi setahun yang lalu
dan punya riwayat penyakit
keturunan hipertensi yaitu
ibunya.

3.4 Pengkajian 11 Fungsional Gordon


a. Pola persepsi dan menajemen kesehatan
Klien menganggap bahwa penyakit yang diderita akibat faktor usianya
yang sudah tua. tindakan yang sudah di lakukan untuk mengurangi linu-
linu adalah meminum obat yang di berikan oleh puskesmas.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Klien mengatakan punya pola makan yang teratur dan tidak mengalami
penurunan berat badan.
c. Pola eliminasi
Klien mengatakan tidak mengalami masalah dalam BAK dan BAB
d. Olahraga dan aktivitas
Klien tidak bisa beraktivitas banyak, karena jika sudah beraktivitas
lututnya terasa linu.
e. Pola istirahat dan tidur

15
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola tidur, namun biasanya
nyeri terasa sewaktu bangun tidur atau setelah beristirahat dalam waktu
yang cukup lama.
f. Pola kognitif dan persepsi
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak menyalami nyeri, dapat
berbicara jelas, mata berfungsi dengan baik dan tidak menggunakan alat
bantu/dibantu saat berjalan sedangkan sejak sakit klien mengeluh nyeri
sendi pada lutut kanan, pendengaran dan bicara jelas, penglihatan baik,
dan ketika berjalan dibantu anaknya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya, seringkali
dibantu oleh anaknya sehingga klien kadang merasa menyusahkan
anaknya.
h. Pola peran-hubungan
Klien tinggal bersama istrinyanya
i. Pola seksual-reproduksi
Tidak terkaji
j. Pola toleransi stress-koping
Klien mengaku stress dengan kondisinya saat ini karena merasa tidak
berguna dan menyusahkan anaknya saja.
k. Pola nilai-kepercayaan
Klien merupakan seorang muslim. Dan tidak pernah meninggalkan
kewajibannya untuk beribadah kepada Allah swt. Akan tetapi, oleh karena
kondiri fisiknya, menyebabkan ibadahnya terganggu.
3.5 Diagnosa Keperawatan, NOC, NIC
Lampiran 1

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteoarthritis (OA, dikenal juga sebagai artritis
degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi
terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-
ujung tulang penyusun sendi. Osteoarthritis merupakan penyakit yang
hanya menyerang sendi, dan tidak mengenai organ tubuh lainnya
(berbeda dengan penyakit rematik lain seperti Rhematoid artritis, yang
selain menyerang sendi juga menyerang organ tubuh lain). Gejala
Osteoarthritis yang paling sering berupa nyeri sendi yang terserang
setelah bekerja/pemakaian sendi berulang, dan nyeri berkurang dengan
istirahat. Gejala osteoarthritis dapat diatasi dengan
suplemen Glucosamine dan Chondroitine yang merupakan senyawa yang
secara alami terdapat pada tubuh, terutama pada jaringan penghubung
dan jaringan tulang rawan. Anjuran gizi yang dapat diberikan yaitu pada
pasienosteoarthritis Pola hidup sehat dengan asupan nutrisi yang
seimbang serta menghindari rokok

17
DAFTAR PUSTAKA

Robinson, Joan M., Saputra, Lyndon. 2014. Visual Nursing (Medikal – Bedah).
Tangerang Selatan : Binarupa Aksara

DiGiulio,Mary.,etc. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha


Publishing
Misnadiarly.2010. Osteoartristis: Penyakit Sendi pada Orang Dewasa & Anak,
Faktor Risiko, Infeksi, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal: Aplikasi pada


Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Lukman dan Nurna Ningsih. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan sistem muskul
skeletal. Jakarta : EGC

Kon, Elizaveta, dkk. 2012. Non-surgical management of early knee osteoarthritis.


US : NCBI Vol. 20 No 3 : 436-49.

18

Anda mungkin juga menyukai