PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan gerontik pada Ny.S yang mengalami Osteoarthritis di
wisma kenanga Panti Tresna Werda Tahun 2023?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membuat asuhan keperawatan pada Ny.S dengan osteoarthritis di wisma kenanga
panti Tresna Werdha Banjarbaru Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
1. Melakuan Pengkajian keperawatan pada asuhan keperawatan gerontik pada Ny.
S yang mengalami osteoarthritis di wisma kenanga Panti Tresna Werda.
2. Merumuskan diagnosis Asuhan keperawatan gerontik pada Ny. S yang
mengalami osteoarthritis di wisma kenanga Panti Tresna Werda.
3. Menyusun perencenaan Asuhan keperawatan pada Ny.S yang mengalami
osteoarthritis di wisma kenanga Panti Tresna Werda.
4. Melaksanakan implementasi Asuhan keperawatan pada Ny.S yang mengalami
osteoarthritis di wisma kenanga Panti Tresna Werda.
5. Melaksanakan evaluasi Asuhan keperawatan pada Ny.S yang mengalami
osteoarthritis di wisma kenanga Panti Tresna Werda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerussakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering
terkena OA (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang
baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah penyakit peradangan
sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan
lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi , yaitu melemahnya tulang rawan
pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya,
penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
B. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan
gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.Beberapa faktor resiko untuk
timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkanmalformasi
sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh
terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika
sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature.
4. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering memberikan
tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana
yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis
lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada
daerah pinggang.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi.
6. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu mengakibatkan
seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan buruk
merokok.Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah,
menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang
rawan
7. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis.
8. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara
orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang–orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
C. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA sekunder. OA
primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu adanya abnormalitas
kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari oleh
kelainan seperti kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi
atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada
ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada
akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai pada
tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa
menganggu tidur
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari
dengan periode istirahat.
5. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
6. Pembesaran sendi (deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan).
(Nurarif dkk, 2015)
Gambar : perbandingan sendi sehat dengan sendi yang terkena osteoarthritis
F. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya
Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
1. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-
tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
2. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
3. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di
foto polos.
4. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada
pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya
dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa
ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia.
Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
G. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.
Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-
alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun
dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-
alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.Pada sendi
yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari
pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting
terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah
penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah
osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi
untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini tidak
ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
1. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
2. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan.
I. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan,
malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi
dan otot.
2. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
5. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada
orang lain.
6. Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian.
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan
ruang sendi
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan pola tidur b.d ketidak mampuan mengontrol nyeri
3. Resiko cedera b.d penggunaan alat bantu
K. Intervenai Keperawatan
Pada bab IV ini, kelompok membandingkan antara teori yang ada dengan kasus pada ny. S,
menemukan adanya kesenjangan pada pasien yang telah kelompok kaji. Seminar kasus ini
dilakukan dengan melakukan proses pendekatan keperawatan yang meliputi pengkajian,
perencanaan, implementasi, meevaluasi hasil keperawatan serta mendemonstrasikan asuhan
keperawatan secara komperensif adapun pembahasannya sebagai berikut :
A.Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan pada hari senin 30 januari 2023 di wisma kenanga pada
ny.s, berjenis kelamin perempuan,suku jawa, menganut agama islam, keluhan utama yang
dirasakan pasien : pasien mengatakan nyeri pada bagian kaki kanan dan kiri, mulai dari lutu
sampai ke telapak kaki, pasien mengatakan nyeri pada kakinya sudah kurang lebih 6 bulan
dan nyeri kakinya muncul pada saat duduk terlalu lama dan berjalan terlalu jauh, waktu nyeri
hilang timbul, pasien mengatakan sulit tidur saat nyeri muncul, serta terbangun saat tidur
malam hari, dan pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, waktu bangun bisa hinga 2-3
jam, waktu tidur dari jam 22:00- 05:00, semua yang diungkapkan pasien memang betul
dengan apa yang menjadi tanda dan gejala asteotritis. Namun, ada beberapa tanda gejala
yang tidak muncul seperti : peradangan, pembengkakan sendi, deformitas, dan gangguan
fungsi. Hal ini tidak ditemukan karena pasien yang kami kaji mungkin karena adanya
perbedaan respon dari satu orang dengan orang lainnya.
B. Diaganosa Keperawatan
Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada pasien dengan asteotritis adalah :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
3. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai penyakit
5. Ganggua konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri berhubungan dengan proses
penyakit
6. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.S yang diperoleh saat pengkajian
adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol nyeri
3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi sendi
Masalah ataupun diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.S mempunyai beberapa
perbedaan dari diagnosa yang disebutkan pada teori. Hal tersebut dikarenakan diagnosa yang
didapatkan dari hasil pengkajian dan keluhan-keluhan yang dirasakan atau yang disebutkan
oleh pasien berbeda dengan diagnosa secara teoritis yang tidak dialami oleh pasien.
Saya berpendapat karena saat saya melakukan pengkajian tidak menemukan keluhan dari
klien atau data subjektif , dan tanda-tanda dari observasi atau data obyektif yang
berhubungan atau mengarah pada 6 diagnosa yang tidak muncul.
C. Intervensi keperawatan
Menurut SDKI (2018) intervensi/rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Pada tahap intervensi dan implementasi
keperawatan tidak ditemukan adanya kesulitan dalam tahap ini. Hampir semua intervensi
dapat dilakukan. Hal ini karena adanya dukungan perawat dan keluarga pasien serta pasien
yang terlihat kooperatif terhadap perawat sehingga komunikasi dan kerja sama dapat terbina
sehingga mempermudah dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Namun, kendala dan
hambatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan lainnya penulis tidak berada 24 jam
dan hanya beberapa jam saja dilapangan sehingga sebagian saja intervensi yang dapat
terlaksana.
Secara umum terlihat kondisi umum pasien baik, semua rencana keperawatan yang ada
didalam teori di BAB II dengan intervensi yang dilakukan untuk melakukan asuhan
keperawatan dapat dilakukan sesuai dengan aolikasi teori yang ada dan mampu dilaksanakan
dalam asuhan keperawatan ini.
Dalam praktik tindakan intervensi dari diagnosa keperawatan utama nyeri akut
berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus yang sesuai dengan teori, semua dapat
dilaksanakan yaitu : Mengidentifikasi lokasi, frekuensi, kualitas, durasi dan intensitas nyeri.
Mengidentifikias skala nyeri. Mengidentifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri.
Memberikan tehnik nonfarmakologis berupa hiponosis,aromaterapi dan kompres hangat.
Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya suhu ruangan, pencahayaan
atau kebisingan. Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri untuk memberikan pemahaman
kepada klien agar tidak gelisah saat terjadi nyeri. Jelaskan strategi meredakan nyeri yaitu:
jangan makan makanan yang pedas, kurangi meminum kopi, makan dengan porsi sedikit tapi
sering Mengajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri agar nyeri yang
dirasakan pasien dapat berkurang. Berkolaborasi pemberian Analgetik.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan dan dapat dilaksanakan dengan optimal. Pelaksanaan asuhan keperawatan bisa
optimal karena didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup, kerjasama dengan tim
medis lainnya, serta partisipasi keluarga pasien selama mendapatkan tindakan medis dan
perawatan dirumah sakit. Hal ini membuat proses keperawatan pada klien ini cukup terbilang
baik dan terarah sesuai konsep teori yang ada. Dan hampir semua rencana yang di
rencanakan di intervensi dapat dilakukan saat implementasi baik dari segi intervensi yang
dilakukan secara observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Apabila masalah hanya
teratasi sebagian intervensi bisa dilanjutkan atau dimodifikasi sesuai dengan apa yang
seharusnya dibutuhkan atau didapatkan klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan suatu tahapan untuk mengetahui keberhasilan dari tindakan
yang telah dilakukan dengan merujuk dari kriteria hasil. Setelah melakukan asuhan
keperawatan dari hari senin tanggal 30 januari 2023 implementasinya berhasil secara
keseluruhan, dan hasil yang di dapatkan sesuai dengan tujuan atau kriteria hasil yang di
harapkan sebelumnya baik itu dari diagnosa nyeri akut, ketidakseimbangan nutrsi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan ansietas ini dapat di tangani dengan klien bisa di nyatakan sembuh dan
di perbolehkan pulang ke rumahnya.
Evaluasi yang di dapatkan sesuai dengan yang di inginkan ini berhasil karena tidak
luput dari hasil kerja perawat yang mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh dengan
baik, ketepatan perawat dalam mendiagnosa suatu kasus dengan mempertimbangkan gejala
yang di dapatkan saat pengkajian baik itu minor dan mayor, kemampuan perawat dalam
meprioritaskan suatu diagnosa yang harus di tangani lebih awal, dan intervensi dan
implementasi yang di lakukan perawat secara menyeluruh sesuai dengan konsep maupun
keadaan di lapangan ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan
dalam mengatasi suatu masalah yang di derita pasien.