Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN DIAGNOSA
OSTEORATHRITIS FOKUS STUDI GANGGUAN RASA NYAMAN: NYERI
DI DESA NGAWEN JEPON RT08/RW 05 KEC. JEPON KAB BLORA

DISUSUN OLEH:

RISA DWI APRILLIA

P1337420418012

2B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

2020
BAB I

KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan
dengan kerussakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki
paling sering terkena OA (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau


osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas)
(Nanda Nic Noc,2012).

Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi


ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi
( Soenarwo, 2011)

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau


osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang


menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai


kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan
sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul
akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan
faktor sistemik atau infeksi.Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif
yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi.Lutut, punggung, tangan, dan
pergelangan kaki paling sering terkena.

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995)


osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang
dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis
yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk
sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis
dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial
dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo &
Martono Hadi ,1999) 

B. Etiologi

Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi


ujung dari tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun
fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan
menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal
tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan
menyebabkan nyeri dan ngilu.

Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara


lain

adalah :
a. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis


faktor ketuaan adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi
dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-
anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur
diatas 60 tahun.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan


lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas
50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )

c. Riwayat Trauma sebelumnya

Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa


mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan
resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap
kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang
menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan
memicu terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)

d. Pekerjaan

Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang


pekerjaannnya sering memberikan tekananan pada sendi-sendi
tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana yang
cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang
jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan
pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
(Dewi SK. 2009)

e. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan


meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada
wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban
mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).

f. Faktor Gaya hidup

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya


hidup mampu mengakibatkan seseorang mengalami
osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan buruk merokok.
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan
dapat menghambat pembentukan tulang rawan (Eka
Pratiwi,2007)
g. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis


missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada
sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
(Soeroso, 2007)

h. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis


nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku
bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih
sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli (Indian) dari
pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all, 2007).

C. Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

1. Osteoartritis Primer

OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai


satu atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita
kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut
disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi
pembengkakan tulang (nodus heberden).

2. Osteoartritis Sekunder

OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan


kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai
berikut:

a. Trauma /instabilitas.

OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi,


setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya
hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian
permukaan sendi.

b. Faktor Genetik/Perkembangan

Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh


(displasia epifisial, displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes,
dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat
menyebabkan OA.

c. Penyakit Metabolik/Endokrin

OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi


(penyakit okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau
setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena
inflamasi).

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di


klafikasikan menjadi:

1. Grade 0 : Normal

2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat


osteofit
Minim

3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan


permukaan sendi menyempit asimetris.

4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa


tempat, permukaan sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.

5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi


menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan
permukaan sendi.

D. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang


terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara
perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan
utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan
oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan
spasme otot-otot di sekeliling sendi.

Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :

1. Fase Nyeri Akut.

Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul,


dan diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya
menghilang dengan istirahat.

2. Fase Nyeri kronis

Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur


(tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan.
Penderita akan merasakan gerakan sendi tidak licin disertai
bunyi gemeretak (Krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah
istrahat. Perlahan-lahan sendi akan bertambah kaku

Gambar : Perbandingan sendi sehat dan sendi yang terkena


Osteosrtritis

Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan


adalah

sebagai berikut :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri


biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. ( Soeroso,
2006 )
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih
tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat
dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias
digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah
satu arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan


kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA
berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian
dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ),
efusi sendi, dan edema sumsum tulang ( Felson, 2008).Osteofit
merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar

tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang


berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).Nyeri
dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat
sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari
anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara


perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri( Soeroso,
2006 ).
c. Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien


berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti
duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama,
bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).

d. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi


yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut.
Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006)

e. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi


pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena
adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah
( Soeroso, 2006 ).

f. Tanda – tanda peradangan

Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri


tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis.
Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
g. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien


dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien
OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri kastrena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).

E. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit


kronik, tidak meradang dan progresif lambat, yang seakan-
akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses


pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan
sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi yang harus menanggung

berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.


Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan


mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya
cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada
kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan
nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus. ( Soeparman ,1995).
E. Pathway

Reaksi faktor resiko dengan antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus

Nyeri Reaksi peradangan


(osteoartritis)

Sinovial menebal

kurang informasi tentang proses penyakit Infiltrasi ke dalam Os.


Subcondria

Kurang Hambatan nutrisi pada kartilago


artikularis
pengetahuan

kerusakan kartilago dan tulang Kartilago nekrosis

tendon dan ligamen melemah Erosi kartilago

hilangnya kekuatan otot mudah luksasi Adhesi pada permukaan sendi


dan sublukasi
Ankilosis fibrosa
Resiko
cidera

kekakuan sendi terbatasnya gerakan


sendi

Gg. Mobilitas fisik Deficit self care


F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran rodiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoartritis ialah:

a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada


bagian sendi

yang menanggung beban.

b. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral


c. Kista tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi

G. Penatalaksanaan
1. Terapi Non-Farmakologi

Ada beberapa cara dalam penanganan osteoarthritis non farmakologi,


diantaranya:

a. Olahraga

Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu


mengontrol barat badan.Olahraga untuk osteoarthritis misalnya berenang
dan jogging.

b. Menjaga sendi

Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres


pada sendi.

c. Panas/dingin

Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas.Panas dapat


mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran
darah.Dingin dapat mengurangi pembengkakan pada sendi dan
mengurangi rasa sakit.Dapat didapat dengan mengompres daerah yang
sakit dengan air dingin.

d. Viscosupple mentation

Merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena


osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.

e. Pembedahan

Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu
kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat
memperbaiki bagian dari tulang.

f. Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

g. Vitamin D,C, E, dan beta karotin

untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.

h. Teh hijau

Memiliki zat anti peradangan.

2. Terapi Farmakologi

Semua obat memiliki efeksamping yang berbeda, oleh karena


itu, penting bagi pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk
mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di konsumsi.Berikut
adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita
osteoarthritis.

a. Acetaminophen

Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter


karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)

Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada


sendi.Mempunyai efeksamping, yaitu menyebabkan sakit perut
dangan gangguan fungsi ginjal.

c. Topical pain

Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung


pada kulit yang terasa sakit.

d. Tramadol (Ultram)

Tidak mempuyai efeksamping seperti yang ada pada acetaminophen


dan NSAIDs.

e. Milk narcotic painkillers

Mengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang


efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.

f. Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

g. Hyaluronic acid

Merupakan glycosamino glycan yang tersusun oleh


disaccharides of glucuronic aciddan N-acetygluosamine.Disebut
jugavis cosupplementation.Digunakan dalam perawatan pasien
osteoarthritis.Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan
dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih
kecil dibandingkan pengobatan dengan menggunakan
placebo.Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan,
makin besar efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid
efektif mengurangi rasa sakit.

h. Glucosamine dan chondroitin sulfate


Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

H. Pencegahan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis:

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka

2. mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan

3. minum obat untuk mencegah osteoarthritis


BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Meliputi nama, umur usia. (Usia merupakan faktor resiko terbesar
terjadinya OA (Markenson, 2004). OA hampir tidak pernah
terjadi pada anak-anak dan jarang terjadi dibawah 40 tahun dan
sering terjadi diatas usia 40 sampai 60 tahun (Soeroso, 2007).
Pada penuaan terjadi perubahan morfologi dan fungsi kondrosit.
Perubahan ini menyebabkan degradasi kartilago immature yang
cepat saat dirangsang oleh interleukin-1 (IL-1) (Thobias & Sharif,
2003)).
b. Jenis kelamin (Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita, hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal (Soeroso et al., 2007).
Insiden kejadian OA pada wanita meningkat tajam bersamaan
dengan menopouse (Jordan, 2006). Pada saat menopouse terjadi
penurunan sekresi estrogen (Jones, 2002). Reseptor estrogen dapat
mengenali permukaan osteoblas dan osteoklas dan pada penelitian
in vitro didapatkan hasil bahwa hormon seks wanita mampu
memodifikasi kondrosit pada kondisi kultur (American Academy
of Orthopedic, 2004).
c. Alamat, agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa
(Osteoarthritis dua kali lebih sering dijumpai pada orang kulit
hitam dari pada orang kulit putih (Kasjmir, 2003). Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
(Soeroso et al., 2007).
d. Pekerjaan
2. Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada sendi waktu bergerak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergarak, keletihan,
merasa kaku waktu pagi hari,
b. Riwayat kesehatan dahulu 
Tidak terdiagnosa
c. Riwayat kesehatan keluarga 
Pasien ada yang menderita penyakit ini, osteoarthritis muncul
karena adanya factor rognos
4. Riwayat psikososial 
 Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, rogno-faktor hubungan.
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
 Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
6. Pemeriksaan Fisik
            Pada osteoartritis pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
dilakukan pada pasien yang pertama adalah pengukuran berat badan
dan tinggi badan kemudian pemeriksaan tanda-tanda vital seperti
pengukuran suhu, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah
sehingga didapatkan hasilnya tekanan darah 130/80 mmHg, denyut
nadi 88kali/menit, pernafasan 20kali/menit, dan suhu 36,40 C. Selain
itu pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pemeriksaan fisik otot
dan sendi dengan cara inspeksi, palpasi dan pergerakan pada sendi
bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan (dengan tambahan tes
sensoris jari untuk menguji integritas dari n. Ulnaris pada palmar dan
dorsal manus: digiti IV bagian medial dan digiti V, n.radialis pada
dorsum manus: digiti I, II, III, Ivbagian lateral, dan n.medianus pada
palmar: digiti I, II, III, IV bagian lateral), coxae (dengan tambahan
tes thomas pada keadaan tidur terlentang), lutut, dan pergelangan
kaki dan kaki. Pada pemeriksaan fisik pasien osteoartritis
didapatkan ;
a. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang
masih dini. Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi
kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja).
b. Krepitasi
Awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah
beratnya penyakit, krepitasi dapat didengar sampai jarak tertentu.
Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang
sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi
yang biasanya tak banyak ( <100 cc ). Sebab lain karena osteofit
yang dapat mengubah permukaan sendi.
d. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai
pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol
dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki,
dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
e. Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama,
perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan
perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
f. Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan
OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti
tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan, ostoartritis juga
menimbulkan gangguan fungsi.
g. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.

Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada


sendi dan otot

h. Kardiovaskuler

Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten,


sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi
2. Imobilisasi berhubungan kekakuan sendi.
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang penyakit.
C. Recana asuhan keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


O
1. Nyeri akut/kronis 1. Kriteria hasil: 1. Kaji keluhan nyeri; 1. Mengetahui status
berhubungan dengan Menunjukkan nyeri catat lokasi dan nyeri pasien
inflamasi berkurang atau intensitas nyeri 2. Memberikan rasa
terkontrol (skala 0 – 10). nyaman
2. Terlihat rileks, dapat 2. Tinggikan tempat 3. Mengurangi rasa
istirahat, tidur dan tidur sesuai nyeri dan
berpartisipasi dalam kebutuhan saat klien mengurangi
aktivitas sesuai beristirahat/tidur. pembengkakan
kemampuan. 3. Bantu klien untuk 4. Mengurangi rasa
3. Mengikuti program mengompres hangat nyeri
terapi. pada sendi-sendi 5. Memberikan
yang sakit beberapa kenyamanan saat
kali sehari. beraktivitas
4. Berikan masase yang
lembut.
5. Beri obat sebelum
aktivitas/latihan yang
direncanakan sesuai
petunjuk.
2. Imobilisasi Kriteria hasil: 1. Pantau tingkat 1. Mengetahui
berhubungan dengan 1. Melakukan aktifitas inflamasi/rasa sakit perkembangan
kekakuan sendi kehidupan sehari-hari pada sendi penyakitnya
secara mandiri dengan 2. Pertahankan tirah 2. Mengurangi
alat bantu baring/duduk jika aktivitas berlebih
2. Memperlihatkan diperlukan
mobilitas yang baik 3. Kolaborasi ahli 3. Untuk proses
terapi fisik/okupasi penyembuhan
dan spesialis
rognosi.
3. Kurang pengetahuan Kriteria hasil: 1. Berikan bimbingan 1. Untuk menambah
berhubungan dengan 1. Menunjukkan dan pengalaman pengetahuan
kurangnya informasi pemahaman tentang belajar tentang pasien mengenai
tentang penyakit kondisi/Prognosis dan perilaku kesehatan prilaku kesehatan
perawatan. yang kondusif dirinya.
2. Dapat mengidentifikasi 2. Berikan pemahaman 2. Pasien mengetahui
kebutuhan terhadap kepada pasien secara tentang prosedur
informasi tambahan mental tentang dan penanganan
tentang program terapi prosedur dan penyakitnya.
penanganan
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari : SeIasa , 7 JuIi 2020

PukuI : 10.30 WIB

OIeh : Risa Dwi apriIIia

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien

Nama : Ny. A

Tempat / tanggaI Iahir : BIora,7 Jui 1970

Jenis keIamin : Perempuan

Agama : IsIam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : ART

Status perkawinan : Kawin

Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia

AIamat : Ds. Ngawen Jepon Rt 08 Rw 05

TanggaI pengkajian : 7 JuIi 2020

Diagnosa : Osteoartritis

b. Penanggung jawab

Nama : Tn. A
Umur : 48 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

AIamat : Ds. Ngawen Jepon Rt 08 Rw 05

Status perkawinan : Kawin

2. Riwayat kesehatan
a. KeIuhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada Iutut kanan.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan Iutut kanan nyeri, kemeng-kemeng,sakit,kaIau di


tekuk tidak bisa ,kaku dan terasa sakit sudah 3 hari. minum Untuk
mengurangi rasa nyeri tersebut pasien minum obat Iinu yang di beIi di
Apotek . Pasien tampak Iemah dari skaIa nyeri P: nyeri dipakai
bergerak,Q : pegel-pegel,kemeng, nyeri R : lutut kanan,S : skaIa nyeri 6,
T: hiIang timbuI

c. Riwayat kesehatan dahuIu


Pasien memiIiki riwayat hipertensi
d. Riwayat kesehatan keIuarga

a) Genogram
Keterangan gambar :

: laki – laki yang meninggal

: perempuan yang meninggal

: laki – laki

: perempuan

: dalam satu rumah

b) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien punya riwayat hipertensi

3. PoIa fungsi kesehatan


a. Persepsi terhadap kesehatan
Jika pasien sakit ringan , pasien hanya membeIi obat di apotek , dan jika
tidak kunjung sembuh pasien periksa kedokter untuk periksa.
b. PoIa aktivitas dan Iatihan
Pasien mengatakan aktivitas dan Iatihan seIama sakit merasa terganggu.
c. Kebutuhan istirahat – tidur

a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-
2 jam.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari,tidur siang 1-
2 jam.
d. Nutrisi
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan makan normal 3x1
sehari, minum sehari 1-2 liter.
Selama Sakit : Pasien mengatakan makan normal 3x1
sehari, minum sehari 0-1 liter.
e. Pola Eliminasi

Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB normal 1


sehari, BAK normal tidak ada masalah.
Selama Sakit : Pasien mengatakan BAB terganggu
dengan sakit di lutut kanan, BAK lancar tapi harus
memakai kursi roda untuk ke kamar kecil.
f. Pola kognitif perceptual
1. Status mental : sadar
2. Bicara : jelas
3. Daya dengar : tidak ada gangguan
4. Daya lihat : Tidak ada gangguan
g. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien merasa tidak nyaman karena nyeri pada kaki
kananya.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: lemah


b. Kesadaran : Compos metis
c. Status gizi : TB = 155 cm,BB = 52 Kg IMT= BBTB
d. Tanda vital
TD = 130/80 mmHg
Nadi= 88x/mm
Suhu = 36,50 C
RR = 22 x/mm

e. Skala Nyeri

123456 78
f. Kepala : Simetris, warna rambut hitam, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mata : Mata simetris,konjungtiva tidak anemis,pupil isokor,diameter kanan
kiri 2mm 2mm,reaksi cahaya +/+
h. Hidung : tidak terdapat pernapasan caping hidung,tidak ada polip
i. muLut : mukosa bibir Lembab,tidak terihat sianosis.
j. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada tiroid.
k. Kulit :Turgor kulit kering
l. Tungkak : Tidak ada lesi,tidak ada benjolan/massa.
m. Dada
 Inspeksi: Dada tampak simetris
 Auskultasi: Dada terdengar trakheal, bronchial.
 Perkusi : Dada terdengar samar saat diketuk.
 Palpasi : Dada tidak ada nyeri tekan, expansi dada
simetris.

n. Payudara
 Inspeksi: Tampak simetris
 Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
o. Punggung: Tidak terdapat lesi
p. Abdomen
 Inspeksi : Tidak dikaji
 Auskultasi: Terdengar peristaltik usus dengan jelas.
 Perkusi : Terdengar timpasi.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
q. Panggul : Bentuk panggul normal.
r. Anus dan Rectum –
s. Genetalia
Tidak ada kelainan /penyakit pada vagina.
t. Ektremitas
 Atas : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan tangan
(anggota gerak atas)
 Bawah : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan jari,
kaki, terjadi kelemahan/rasa sakit pada lutut kaki kanan
B. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1. Data Subjektif Inflamasi Nyeri akut
- Pasien menyatakan nyeri dilutut kanan sejak 3 hari
- Persepsi skala nyeri:
P: nyeri dipakai bergerak
Q : pegel-pegel,kemeng, nyeri
R : lutut kanan
S : skaIa nyeri 5
T: hiIang timbuI
- Data objektif
1. Pasien tampak meringis kesakitan menahan nyeri
2. Dari hasil pemeriksaan TTV
TD = 130/80 mmHg
Nadi= 88x/mm
Suhu = 36,50 C
RR = 22 x/mm

2. Kurang Kurang
- Data Subjektif informasi pengetahuan
Pasien mengtakan tidak mengerti tentang tentang kesehatan tentang
penyakitnya kesehatan
- Data objektif
Pasien mengatakan belum tahu tentang sakitnya

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Kurang pengetahuan tentang kesehatan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
D. Interveni

Hari/ Diagnosa Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional
tgl/jam keperawat
an
Selasa Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui
7 Juli asuhan keperawatan TTV dan keadaan umum
2020 selama 3x24jam tingkat nyeri pasien dan
Jam 14.00 nyeri pasien pasien tindakan
WIB berkurang dengan 2. Ajarkan pasien selanjutnya
kriteria hasil teknik 2. Nafas dalam
1. TTV dalam batas relaksasi nafas dapat merilekskan
normal dalam dan pasien dan
2. Nyeri berkurang distraksi mengalihkan
dari skala 3. Edukasi pasien nyeri
3. wajah rileks dan keluarga 3. Mengoptimalkan
untuk pasien untuk
membatasi istirahat
pengunjung 4. obat oral getik
4. kolaborasi dapat megurangi
dengan rasa nyeri
pemberian
analgetik
Selasa ,7 Juli Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
2020 Jam pengetahu asuhan keperawatan pengetahuan tingkat
14.30 WIB an selama 1x24 jam pasien pasien pengetahua
pahaam 2. Berikan n penyakit
dengan kriteria hasil: pendidikan 2. pendidikan
pasien mengetahui kesehatan kesehatan dapat
penyakitnya tentang meningkatkan
penyakitnya pemahaman
3. Ajarkann pasien
pasien cara 3. pasien paham
pencegahan cara pencegahan
penyakit 4. Pasien memahami
4. kolaborasi proses perjalanan
dengan dokter penyakit
untuk
memberikan
informasi
E. Implementasi

No Hari/tangga No Implementasi Respon


l ,jam dx
1. Rabu,8 juli 1 Memberikan obat Paracetamol S: -
2020 1x 4gr/oral O: obat masuk melalui
07.00 Wib mulut,tidak ada alergi

1 Mengukur TTV S: Pasien bersedia dilakukan


9.00 wib pengukuran TTV
O:
TD : 130/80 mmHg
N : 88x/menit
Suhu : 36,50 C

RR : 20x/mnt

12.45 Wib 1 Melakukan pengkajian nyeri S : pasien mengatakan nyeri


pada kaki kanannya

O:
P: nyeri dipakai bergerak
Q : pegel-pegel,kemeng,
nyeri
R : lutut kanan
S : skaIa nyeri 5
T: hiIang timbuI
13.00 wib 1 Mengajarkan teknik relaksasi S: pasien mengikuti intruksi
perawat
O: pasien tampak meringis
menahan nyeri

13.15 1 Mengajarkan teknik S: pasien mau dipijat


wib distraksi dengan memijat secara perahan
perlahan O: Pasien tampak
meringis karena nyeri

13.30 1 Memotivasi pasien untuk S: pasien mengatakan

wib mengalihkan rasa nyeri mau mengaihkan rasa


dengan cara melakukan nyeri dengan cara
kegiatan yang disukai menonton TV

O: pasien menonton Tv
13.40 1 mengedukasi pasien dan S: pasien bersedia

wib keluarga untuk membatasi O: pasien tampak


pengunjung meringis menahan nyeri
yang datang ke rumah agar
dapat istirahat
15.00 1 Memberikan obat S: -
wib Paracetamol O: obat masuk melalui
1x4gr/oral mulut,tidak ada alergi
23.00 1 Memberikan obat S: -
wib Paracetamol O: obat masuk melalui
1x4gr/oral mulut,tidak ada alergi

2 Kamis 1 Memberikan obat S: -


,9 juli Paracetamol O: obat masuk melalui
2020 1x4gr/oral mulut,tidak ada alergi

07.00
1 Mengukur TTV S: Pasien bersedia

7.05 dilakukan pengukuran

wib TTV
O:
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
Suhu : 360 C

RR :22x/mnt

7.15 S: pasien mengatakan


1 Melakukan pengkajian nyeri
wib nyeri berkurang

O:
P: nyeri dipakai
bergerak
Q : pegel-
pegel,kemeng, nyeri
R : lutut kanan
S : skaIa nyeri 4
T: hiIang timbuI
8.05
wib 1 Mengajarkan teknik S: pasien mengikuti

relaksasi intruksi perawat

O: pasien tampak lebih


tenang

9.00 1 Memotivasi pasien untuk S: pasien mengatakan


wib mengalihkan rasa nyeri mau mengalihkan rasa
dengan cara melakukan nyeri dengan cara
kegiatan yang disukai menonton membaca koran

O: pasien membaca Koran


15.00 1 S:-
wib Memberikan obat O: obat masuk melalui
Paracetamol mulut,tidak ada alergi
1x4gr/oral

23.00 1 Memberikan obat S:-


wib Paracetamol O: obat masuk melalui
1x4gr/oral mulut,tidak ada alergi

3 Jum’at 1 Mengukur TTV S: Pasien bersedia

9 juli dilakukan pengukuran

2020 TTV
O:
07.00 TD : 120/80 mmHg
wib N : 80x/menit
Suhu : 36,50 C

RR :20x/mnt

07.10 1 S: pasien mengatakan


wib Melakukan pengkajian nyeri nyeri berkurang

O:
P: nyeri dipakai
bergerak
Q : pegel-
pegel,kemeng, nyeri
R : lutut kanan
S : skaIa nyeri 3
T: hiIang timbuI

08.00 1 Mengajarkan teknik relaksasi O: pasien mengikuti


wib intruksi perawat

O: pasien tampak lebih


tenang

09.00 2 mengkaji tingkat S : pasien mengatakan


pengetahuan pasien beum begitu paham
tentang penyakit yang di tentang penyakitnya
derita O: -
09.10 2 Memberikan S:pasien mau diberi
pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
tentang penyakitnya O:Pasien sudah paham

9.30 2 S: Pasien mengatakan


Wib mau meakukan
mengajarkan pasien cara pencegahan penyakit
pencegahan penyakit O: Pasien tampak lebih
tenang
D. Evaluasi

HARI/ TGL/JAM PELAKSANAAN EVALUASI

Jum’at 9 Juli 2020 1. Mengukur TTV dan S:


14.00 Wib Observasi tingkat nyeri Pasien mengatakan nyeri pada lutut
kanan berkurang
O:
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
Suhu : 36,50 C

RR :20x/mnt
Skala nyeri
P: nyeri dipakai bergerak
Q : pegel-pegel,kemeng, nyeri
R : lutut kanan
S : skaIa nyeri 3
T: hiIang timbuI

A: masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervesi
S:
Pasien mengatakan tidak tahu
tentang penyakitnya
O:
2. Observasi tentang
Pasien mengtakan sakit pada lutut
kurangnya pengetahuan
kanan
kesehatan
A:
Pasien mengatakan belum tahu
informasi kesehatan
P:
Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn, Doenges E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Mukulosketal. Jakarta: EGC.

Effendi Nasrul ( 1998 ) Dasar – Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat


Edisi, EGC : Jakarta
Kurnia, Syamsudin, 2009. “Osteoarthritis Diagnosis, Penananganan dan
Perawatan di Rumah”. Yogyakarta : Fitramaya.
Willkison. M, Judith ( 2002 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta
46

Anda mungkin juga menyukai