Anda di halaman 1dari 28

asuhan keperawatan osteoartritis

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang


Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim,
IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas)

B.  Tujuan penulisan


1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara langsung
dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan
proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi, evaluasi).
Agar mahsiswa keperawatan  bisa menyelesaikan  kasus-kasus yang terjadi dalam
masalah keperawatan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
b.      Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
c.       Untuk menjelaskan manifestasi klinisOsteoartritis.
d.      Untuk menjelaskan anatomi fisiologi Osteoartritis
e.       Untuk menjelaskan klasifikasi dari Osteoartritis.
f. untuk menjelaskan patofisiologi asteoartritis.
f.       Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan dengan Osteoartritis.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      DEFENISI
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul, lutut dan pergelangan kaki
yang paling sering terkena OA (sudoyo aru, dkk: 2009)
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer ,
C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran
patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R. Boedhi
Darmojo & Martono Hadi ,1999)
B.       ETIOLOGI
Faktor-faktor resiko osteoartritis
1.      Umur
2.      Jenis kelamin
3.      Ras
4.      Faktor keturunan
5.      Faktor metabolik endokrin
6.      Faktor mekanik serta kelainan geometri sendi
7.      Trauma dan faktor okupasi
8.      Cuaca atau iklim
9.      Diet
Kelainan yang dapat ditemukan dalam tulang rawan sendi, tulang, membran
sinofial, kapsul sendi, badan lepas (loos bodies), efusi, nodus heberden dan
bouchard. (Khairuddin: 2003)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian
menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder. Menurut
klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal, 28,5% jenis patellofemoral
dan 23,2% jenis medio-patellofemoral. Klasifikasi radiologi itu terkait dengan
manifestasi klinis jika varus dan deformitas valgus lebih parah, penilaian X ray
juga akan menjadi lebih parah (Yongping et al., 2000)
Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
yaitu:
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin

c. Suku bangsa

d. Genetik

e. Kegemukan den penyakit metabolik

f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga

g. Kelainan pertumbuhan

h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).

C.       MANIFESTASI KLINIS


1.      Nyeri sendi: keluhan utama
2.      Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
3.      Kaku pagi
4.      Prepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
5.      Pembesaran sendi (deformitas)
6.      Perubahan gaya gejala
7.      Tanda-tanda peradangan: tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan
gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi tulang
(Mansjoer, 2000).
Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I,
metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang distal
timbul nodus Heberden dan pada sendi interfalangproksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan (Mansjoer,
2000).

asuhan keperawatan osteoartritis

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang


Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim,
IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas)

B.  Tujuan penulisan


1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara langsung
dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan
proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi, evaluasi).
Agar mahsiswa keperawatan  bisa menyelesaikan  kasus-kasus yang terjadi dalam
masalah keperawatan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
b.      Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
c.       Untuk menjelaskan manifestasi klinisOsteoartritis.
d.      Untuk menjelaskan anatomi fisiologi Osteoartritis
e.       Untuk menjelaskan klasifikasi dari Osteoartritis.
f. untuk menjelaskan patofisiologi asteoartritis.
f.       Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan dengan Osteoartritis.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      DEFENISI
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul, lutut dan pergelangan kaki
yang paling sering terkena OA (sudoyo aru, dkk: 2009)
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer ,
C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran
patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R. Boedhi
Darmojo & Martono Hadi ,1999)
B.       ETIOLOGI
Faktor-faktor resiko osteoartritis
1.      Umur
2.      Jenis kelamin
3.      Ras
4.      Faktor keturunan
5.      Faktor metabolik endokrin
6.      Faktor mekanik serta kelainan geometri sendi
7.      Trauma dan faktor okupasi
8.      Cuaca atau iklim
9.      Diet
Kelainan yang dapat ditemukan dalam tulang rawan sendi, tulang, membran
sinofial, kapsul sendi, badan lepas (loos bodies), efusi, nodus heberden dan
bouchard. (Khairuddin: 2003)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian
menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder. Menurut
klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal, 28,5% jenis patellofemoral
dan 23,2% jenis medio-patellofemoral. Klasifikasi radiologi itu terkait dengan
manifestasi klinis jika varus dan deformitas valgus lebih parah, penilaian X ray
juga akan menjadi lebih parah (Yongping et al., 2000)
Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
yaitu:
a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Jenis kelamin

c. Suku bangsa

d. Genetik

e. Kegemukan den penyakit metabolik

f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga

g. Kelainan pertumbuhan

h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).

C.       MANIFESTASI KLINIS


1.      Nyeri sendi: keluhan utama
2.      Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
3.      Kaku pagi
4.      Prepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
5.      Pembesaran sendi (deformitas)
6.      Perubahan gaya gejala
7.      Tanda-tanda peradangan: tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan
gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi tulang
(Mansjoer, 2000).
Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I,
metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang distal
timbul nodus Heberden dan pada sendi interfalangproksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan (Mansjoer,
2000).

D.      ANATOMI FISIOLOGI


Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan
osteoklas yang dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak
berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat
seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40
hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul fase pembentukkan tulang
kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam penyerapannya,
osteoklas melepaskan transforming growth factor yang meransang aktivitas awal
osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukkan tulang
baru osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukkan baru.

E.       KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a)      Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis. OA Primer tidak diketahui dengan jelas
penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama
ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-
articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang
selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
b)      Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur. OA sekunder
dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

C.       PATOFISIOLOGI

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,


dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

D. WOC
E.       PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
A. Terapi non Farmakologi
1) Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar
penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap
terpakai (Soeroso, 2006).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa edukasi memiliki
manfaat sebesar 59% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA (Zhang et al.,
2007).
2) Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien untuk melindungi sendi yang sakit (Soeroso, 2006).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa rehabilitasi memiliki
manfaat sebesar 67% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA (Zhang et al.,
2007).

3) Penurunan berat badan


Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan
untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih (Soeroso,
2006).

B. Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologi meliputi penurunan rasa nyeri yang timbul,
memeriksa gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi (Felson, 2006).
1) (Non-steroidanti-inflammatory drugs) NSAIDs, Inhibitor Siklooksigenase-
2 (COX-2), dan Asetaminofen.
Hasil penelitian yang dilakukan Rahme et al., menunjukan proporsi penggunaan
NSAIDs di populasi geriatrik sebanyak 61% dan penggunaan NSAIDs memiliki
efek samping GI sebanyak 29,9% (Rahme et al., 2002). Untuk mengobati rasa
nyeri yang timbul pada OA, penggunaan obat NSAIDs dan Inhibitor COX-2
dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko
toksisitas obat NSAIDs lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap
menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari NSAIDs adalah dengan cara
mengkombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 (Felson, 2006).
Keterbatasan penggunaan NSAIDs adalah toksisitasnya. Toksisitas
NSAIDs yang sering dijumpai efek sampingnya pada traktus gastrointestinal,
terutama jika NSAIDs digunakan bersama obat lain, alkohol, kebiasaan merokok
atau dalam keadaaan stres. Usia juga merupakan faktor resiko untuk mendapatkan
efek samping gastrointestinal akibat NSAIDs. Bagi pasien yang sensitif dapat
digunakan preparat NSAIDs dalam bentuk supositoria, pro drug, enteric coated,
slow realease atau non-acidic. Preparat dalam bentuk ini kurang berpengaruh pada
mukosa lambung dibanding dengan preparat biasa. Pada pihak lain walaupun
NSAIDs dalam bantuk ini seringkali dianggap kurang menyebabkan timbulnya
iritasi gastrointestinal akibat kontak langsung dengan gastroduodenal umumnya
obat dalam bentuk ini tetap memiliki efek sistemik terutama dalam menekan
sintesis prostaglandin sehingga obat ini juga harus digunakan secara hati-hati
terutama pada pasien yang telah memiliki gangguan mukosa gastroduodenal. Efek
samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan NSAIDs antara lain adalah
reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal serta penekanan
hematopoetik (Anonim, 1996).
2) Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat–obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat–obatan yang termasuk
dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006).
a). Tetrasiklin dan derivatnya, contohnya doxycycline, mampu
menghambat kerja enzim MMP. Obat ini baru dipakai pada hewan, belum dipakai
pada manusia.
b). Asam hialuronat disebut viscosupplement karena dapat memperbaiki
viskositas cairan sinovial. Obat ini diberikan secara intraartikular. Asam
hialuronat berperan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui
agregasi dengan proteoglikan.Pada binatang percobaan, obat ini dapat mengurangi
inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan kemotaksis sel-sel
inflamasi.
c). Glikosaminoglikan dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan
dalam degradasi tulang rawan dan merangsang sintesis proteoglikan dan asam
hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia.
d). Kondroitin sulfat, merupakan bagian dari proteoglikan pada tulang
rawan sendi. Tulang rawan sendi terdiri atas 2% sel dan 98% matriks ekstraseluler
yang terdiri dari kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk struktur yang
utuh sehingga mampu menahan beban tubuh. Pada penyakit sendi degeneratif
seperti OA terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu penyebabnya
adalah hilangnya atau berkurangnya proteoglikan. Efektivitas kondroitin sulfat
melalui 3 mekanisme utama, yaitu anti inflamasi, efek metabolik terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan serta anti degradatif melalui hambatan enzim
proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif.
e). Vitamin C, dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Dalam
penelitian ternyata bermanfaat dalam terapi OA.

C.                 Terapi Pembedahan


Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari–hari.

1.        Edukasi pasien


2.        Obat nyeri
3.        Exercise, menghilangkan kekuatan dan lingkup sendi lebih luas
4.        Suplemen sendi: glukosamin dan kondoroitin, masing-masing memiliki fungsi
yaitu: kondoroitin sulfat berguna untuk meragang pertumbuhan tulang rawan dan
menghambat kerusakan tulang rawan. Glukosamin adalah pembentukan
proteogelycan, bekerja dengan merangsang pembentukan tulang rawan, serta
menghambat kerusakan tulang rawan
5.        Berhenti merokok
6.        Penurunan berat badan
7.        Konsultasikan ke dokter jika gejala yang ditimbulkan semakin parah

F.        KOMPLIKASI

Osteoartritis tidak mempengaruhi organ tubuh atau menyebabkan penyakit,


tapi itu bisa menyebabkan kelainan bentuk yang membatasi kebebasan
pergerakan. Kehilangan berat tulang rawan pada sendi lutut dapat menyebabkan
lutut melengkung keluar, embuat penanpilan busur berkaki. Taji tulang di
sepanjang tulang belakang dapat mengiritasi saraf, menyebabkan nyeri, mati rasa,
atau kesemutan di beberapa bagian tubuh.
BAB IV
ASKEP TEORITIS
A.    Pengkajian

1.      Identitas pasien


Berisikan nama, jenis kelamin, umur, no.MR ,status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, alamat,dll.
Tekanan darah : biasanya meningkat
Pernafasan : biasanya meningkat
Suhu : biasanya meningkat
Nadi : biasanya meningkat

2.      Riwayat kesehatan

a.Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien pernah mengalami trauma, biasanya klien pernah mengalami
infeksi pada sendi, biasanya klien pernah mengalami fraktur, biasanya klien
pernah melalukan diet.

b.Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengeluh sering mengalami nyeri sendi, biasanya klien sering
mengeluh hambatan dalam bergerak, biasanya klien sering mengeluh kaku sendi
ketika bangun pagi..

c.Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya keluarga pernah menderita penyakit yang sama, yaitu osteoarthritis,
biasanya ada anggota kelurga yang menderita diabetes mellitus.

3.      Pemeriksaan fisik

a.       Rambut
Biasanya rambut klien terlihat bersih dan rambut berwarna hitam, dan rambut
tidak rontok.
b.      Wajah
Biasanya kulit wajah baik dan tidak terdapat edema
b.      Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik, biasanya respon
cahaya baik (+)

c.         Hidung
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan , dan biasanya tidak ada pembesaran
polip.
d.        Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan, dan fungsi pendengaran baik
e.         Mulut
Biasanya mukosa mulut tidak pecah-pecah, dan biasanya lidah bersih.
f.          Thoraks
I : biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan
P: biasanya vocal premitus kiri dan kanan
P: biasanya saat perkusi bunyi sonor
A: biasanya tidak terdapat bunyi nafas tambahan
g.      Jantung
I: biasanya ictus cordis tidak terlihat
P: biasanya ictus cordis teraba
P: biasanya bunyi jantung pekak
A: biasanya bunyi jantung teratur
h.      Abdomen
I: biasanya simetris kiri dan kanan
P: biasanya bising usus normal
P: biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
A: biasanya bunyi thimpany
i.        Genetalia urinaria
Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi, dan tidak terpasang
kateter
j.        Ekstremitas
Biasanya klien mengalami nyeri sendi,dan biasanya klien mengalami
kekakuan sendi, dan tidak dapat melakukan kegiatan pergerakan, dan biasanya
panjang ekstremitas bawah yang tidak sama panjang.
k.      Integument
Biasanya turgor kulit baik
l.        Neurologis
Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap rangsangan, kecuali daerah yang
mengalami nyeri sendi atau kaku sendi.

4.      Kebiasaan sehari-hari


1.      Nutrisi
a.       Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )
b.      Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼ dihabiskan )

2.      Eliminasi
a.       Sehat: biasanya 1x sehari
b.      Sakit: biasanya 2x sehari
3.      Istirahat
a.       Sehat: biasanya 8-9 jam perhari
b.      Sakit: biasanya 5-6 jam perhari
4.      Aktivitas
a.       Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari
b.      Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat beraktivitas dan mandi 1x
sehari.
5.      Data psikologis
Biasanya klien sering mengalami kecemasan, dan biasanya klien sering emosi
tiba-tiba.

B.     Diagnosa keperawatan


a) gangguan rasa nyaman( nyeri akut ) berhubungan dengan peradangan sendi
b) hambatan mobilitas fisik
c) gangguan citra tubuh
d) defesiensi pengetahuan

no Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan        pain level Pain manajemen
dengan peradangan sendi2.        pain kontrol 1.      lakukan pengkajian
3.        konfort level nyeri secara
Defenisi : pengalaman kriteria hasil: komperensif
sensori dan emosional 1.      mampu termasuk lokasi,
yang tidak menyenangkan mengontrol karakteristik, durasi,
yang muncul akibat nyeri (tahu frekuensi, kualitas
kerusakan jaringan yang penyebab nyeri, dan faktor presipitasi
actual atau potensial atau mampu 2.      obserfasi reaksi
gambaran dalam hal menggunakan nonferbal dari
kerusakan sedemikian teknik ketidak nyamanan
rupa ( internasional nonfarmakologi3.      gunakan teknik
asosiation for studi of pain untuk komunikasi terapetik
) : awitan yang tiba-tiba mengurangi untuk mengetahui
atau lambat dari intensitas nyeri, mencari pengalaman nyeri
ringan sehingga berat bantuan) pasien
dengan akhir yang dapatdi2.      melaporkan 4.      kaji kultur yang
antisipasi atau di prediksi bahwa nyeri mempengaruhu
dan berlangsung <6 bulan. berkurang respon nyeri
dengan 5.      evaluasi pengalaman
Batas karakteristik : menggunakan nyeri masa lampau
1.      Perubahan selera makan managemen 6.      evaluasi bersama
2.      Perubahan tekanan darah nyeri pasien dan tim
3.      Perubahan frekwensi 3.      mampu kesehatan lain
jantung mengenali nyeri tentang ketidak
4.      Perubahan frekwensi (skala intensitas, efektifan kontrol
pernafasan frekuensi dan nyeri masa lampau
5.      Laporan isyarat tanda nyeri) 7.      bantu pasien dan
6.      Diaphoresis nyatakan rasa keluarga untuk
7.      Prilaku distraksi aman setelah mencari dan
nyeri berkurang menemukan
4.      nyatakan rasa dukungan
aman setelah 8.      kontrol lingkungan
nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
percahayaan dan
kebeisingan.
9.      Kurang faktor
presipitasi nyeri
10.  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
11.  Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
interfensi
12.  Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
13.  Berikan anakgetik
untuk mengurangi
nyeri
14.  Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15.  Tingkatkan istirahat
16.  Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17.  Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

ANALGESIK
ADMINISTRATION
1.      Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2.      Instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, frekuensi.
3.      Cek riwayat alergi
4.      Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
Satu
5.      Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri

2. Hambatan NOC: NIC:


mobilitas fisik
Joint Exercise therapy :
Defenisi : movement:active ambulation
keterbatasan Mobility level          Monitoring vital sign
pada pergerakan Self care : ADls sebelum/ sesudah latihan
fisik tubuh atau Transfer dan lihat respon pasien saat
satu atau lebih performance latihan.
ekstremitas          Konsultasikan dengan
secara mandiri terapi fisik tentang rencana
dan terarah. kriteria hasil : ambulasi sesuai dengan
         Klien meningkat kebutuhan
Batasan dalam aktivitas          Bantu klienuntuk
karakteristik: fisik menggunakan tongkat saat
1.      Penurunan          Mengerti tujuan berjalan dan cegah terhadap
waktu reaksi dari peningkatan cedera
2.      Kesulitan mobilitas          Ajarkan pasien tenaga
membolak balik         kesehatan lain tentang
posisi Memverbalisasikan teknik ambulasi
3.      Melakukan perasaan dalam          Kaji kemampuan klien
aktivitas lain meningkatkan dalam mobilisasi
sebagai kekuatan dan          Latih pasien dalam
pengganti kemampuan pemenuhan kebutuhan
pergerakan berpindah ADLs secara mandiri sesuai
4.      Dispnea setelah         Memperagakan kemampuan
beraktivitas penggunaan alat          Damping dan bantu klien
5.      Perubahn cara bantu untuk saat mobilisasi dan bantu
berjalan mobilisasi (walker) penuhi kebutuhan ADls ps
6.      Gerakan          Berikan alat bantu jika
bergetar klien memerlukan
7.      Keterbatasan
         Ajarkan pasien bagaimana
kemempuan
merubah posisi dan berikan
melakukan
bantuan jika diperlukan.
keterampilan
motorik halus
8.      Keterbatasan
kemempuan
keterampilan
motorik kasar
9.      Keterbatasan
rentang
pergerakan sendi
10.  Tremor akibat
pergerakan
11.  Ketidakstabilan
postur
12.  Pergerakan
lambat
13.  Pergerakan tidak
terkoordinasi
3 Gangguan citra NOC: NIC:
tubuh
Body image Body image enhancement
Defenisi: konfusi Self esteem          Kaji secara verbal dan non
dalam gambaran kriteria hasil : verbal
mental tentang          Body image positif         Respon klien terhadap
diri fisik          Mampu tubuhnya
individu mengidentifikasi          Monitor frenkwensi
Batasan kekuatan personal mengkritik dirinya
karakteristik :          Mendiskripsikan          Jelaskan tentang
         Perilaku secara factual pengobatan,perawatan,kema
mengenali tubuh perubahan fungsi juan dan prognosis penyakit
individu tubuh          Dorong klien
         Perilaku
         Mempertahankan mengungkapkan
menghindari interaksi sosial perasaannya
tubuh individu          Identifikasi arti
         Perilaku pengurangan melalui alat
memantau tubuh bantu
individu          Fasilitasi kontak dengan
         Respon individu lain dalam
nonverbal
terhadap kelompok kecil
perubahan actual
pada tubuh
        
Mengungkapkan
perasaan yang
mencerminkan
perubahan
pandangan
tentang tubuh
individu
        
Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan
individu dalam
penampilan
4 Defesiensi NOC: NIC:
pengetahuan
Knowledge : Teaching: disease process
Defenisi : disease process          Berikan penilaian teatang
Ketiadaan atau Knowledge:health tingkat pengetahuan pasien
defesiensi behavior tentang proses penyakit
informasi kriteria hasil : yang spesifik
kognitif yang          Pasien dan          Jelaskan patofisiologi dari
berkaitan dengan keluarga penyakt dan bagaimana hal
topic tertentu. mengatakan ini berhubungan dengan
pemahaman tentang anatomi dan fisiologi,
Batasan penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat.
karakteristik : prognosis, dan          Gambarkan tanda dan
         Prilaku program gejala yang biasa muncul
hiperbola pengobatan pada penyakit, dengan cara
         Pasien dan
         Ketidakakurati yang tepat
mengiutui keluarga mampu          Gambarkan proses dari
perintah melaksanakan penyakit, dengan cara yang
         Ketidakakurati prosedur yang tepat
melakukan tes dijelaskan secara          Identifikasi kemungkinan
         Prilaku tidak benar penyebab, dengan cara yang
tepat          Pasien dan tepat
         Pengkapan keluarga mampu          Sediakan informasi pada
masalah menjelaskan pasien tentang kondisi,
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/         Diskusikan perubahan gaya
tim kesehatan hidup yang mungkin
lainnya. diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakt
         Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
         Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
         Rujuk asien pada group
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang
tepat
         Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

Digiulio, Mary.Keperawatan Medikal Bedah.ed.1.2007.yogyakarta

Nic noc jilid 1. Mediaction: yogyakarta

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease


Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit, Jakarta, EGC.

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih


Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai