Anda di halaman 1dari 16

OSTEOARTHRITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu:

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Iffa Nurus Shobikhah (G2A220041)

Mufida (G2A220042)

Siti Zulaekhah (G2A220043)

Dana Krismonika (G2A220044)

Ari Mirza Faradiansyah (G2A220045)

Astrit Firyal Sabila (G2A220048)


Putri Patimatus Z (G2A220049)
Wilujeng Rahmawati (G2A220050)
Retta Tri Kurniawati (G2A220051)
Muhammad Wisnu Prayoga (G2A220052)

PROGRAM STUDI S1ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur yang mengakibatkan perubahan yang kumulatif, menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian (Nugroho, 2008).
Kekuataan muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun dengan sesuatu
kemunduran yang di percepat setelah usia ia 60 tahun. Masalah kesehatan yang terjadi
papada lansia ia adalah nynyeri sendi, pendengaran berkurang, penglihatan kabur, dan
terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, asam urat dan
osteoartritis (Stanley, 2006).
Osteoartrrtritis (OA) adalah salah satu penyakit it kronis yang paling umum
terjadi dan penyebab utama dari rasa nyeri dan cacat yang menurunkan status
kesehatan (Allen & Golightly, 2015). Prevalensi ini meningkat dengan bertambahnya
usia dan berkaitan erat dengan obesitas. Sekitar sepersepuluh dari populasi dunia yang
berusia lebih dari 60 tahun diperkirakan memiliki masalah yang berkaitan dengan
osteoartritis (Cooper, 2013). Dari 168 orang yang menderita osteoartritis didapatkan
kualitas hidup mengalami penurunan yang dikaitkan dengan 47% rasa nyeri, 41%
bemasalah dengan berjalan dan 30% bermasalah dengan mobilitas keterbatasan yang
berdampak pada hubungan sosial al penderita menjadi berkurang sehingga berdampak
pada penurunan kualitas hidup (Jakobson dan Hallberg, 2006). Angka kekejajadidian
OA di dunia terbilang cukup tinggi. WHO menyebutkan pada tahun 2008 sekitar 25%
orang berusia 65 tahun menderita OA. Prevalensi osteoartritis di Indonesia
berdasarkan gejala atau diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu sebanyak 24,7% dari
penduduk di Indonesia (Riskesdas, 2013)
B. Tujuan
Tujuan umum
1. untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Ahli madya fisioterapi.
2. untuk mengetahui manfaat atau pengaruh modalitas fisioterapi pada penderita
osteoarthritis.

C. Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan pemahaman tentang penatalaksanaan Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation(TENS), Infra Red (IR) dan terapi latihan pada kondisi osteoarthritis.
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), Infra Red (IR) dan terapi latihan pada kondisi osteoarthritis untuk mengurangi
nyeri, meningkatkan kekuatan otot fleksor dan ekstensor dan meningkatkan kemampuan
fungsional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia
lanjut usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
Secara klinis osteoarthritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas,
stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
Osteoartritritis merupakan penyakit peradangan pada tulang. Pada penyakit ini
rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah timbul, dan sendi terasa nyeri jika di
gerakan tetapi dapat menghilang beberapa saat setelah digerak-gerakkan. Rasa nyeri
dan kaku dapat timbul secara bergantian selama beberapa bulan tahun. Peradangan ini
paling sering bersifat asimetris. Oateoartritis terjadi akibat ausnya sendi, yang
merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi di yang
berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan saling bergeser sehingga menimbulkan
rasa nyeri. Penyakit ini biasanya mengenai lutut dan punggung (Penyakit di usia Tua;
Azwar Agus dkk, 2011, hal.153)

B. Penyebab
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tettetapi perlu diingat bahwa osteoartritistis bukan akibat
penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pola hidup maupupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tatapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.tu. Olahraga yang sering
menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat at meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendidi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat
hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan
perubahan gaya jalan Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi di tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah Dengan
gerakan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadan-
kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri ri sendi di yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang – kadang dapat at terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkgkin in menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).

D. Patofisilogis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak
dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan
mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga
pada akhirnya menimbulkan cedera. Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan
metabolisme tulang rawan sendi. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas
enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi, disertai
penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini menyebabkan penurunan kadar
proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan
sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu substansi
atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag
untuk menhasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi
matriks ekstraseluler.

Gambaranutamapada Osteoarthritisadalah:

1. Dektruksikartilagoyangprogresif

2. Terbentuknya kista subartikular

3. Sklerosisyangmengelilingitulang

4. Terbentuknyaosteofit

5. Adanyafibrosiskapsul

Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari tulang


rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi Penurunan kekuatan dari tulang
rawan disertai degradasi kolagen memberikan tekanan yang berlebihan pada serabut
saraf dan tentu saja menimbulkankerusakanmekanik. Kondrositsendiri
akanmengalamikerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi molekuler
dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi.
Melalui mikroskop terlihat permukaan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis.
Hilangnya tulang rawan akan menyebabkan penyempitan rongga sendi. Pada tepi
sendi akan timbul respons terhadap tulang rawan yang rusak dengan pembentukan
osteofit. Pembentukan tulang baru (osteofit) dianggap suatu usaha untuk memperbaiki
dan membentuk kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang
dapat menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan
awal tulang rawan sendi pada Osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi
sepanjang garis permukaan sendi. Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan
tulang yang dibawahnya juga ikut terlibat. Hilangnya tulang-tulang tersebut
merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena. Sehingga tulang
subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas dan invasi vaskular,akibatnya
tulang menjadi tebal dan padat (eburnasi). Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus,
rusak dan menimbulkan gejala-gejala Osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan
deformitas.

Patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan mengalami
fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan
aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan
terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral
yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin
yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui
mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.

Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator
kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan
tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang
berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan
periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan
vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling pada
trabekula dan subkondral.

Sinovium mengalami keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta


proses keradangan kronik sendi yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan
terjadi fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan
rawan sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa
penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang dapat
dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat sekitarnya. Oleh sebab
itu pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran seolah persendian yang terkena
itu bengkak.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
a. Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderitaita
2. Pemerikasaan radiologi
a. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

F. Penatalaksaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin: Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi
pembentukan asam urat dan menenurunkan berarat badan, bila terlalalu gemuk
dan mempertahankannya dalam batas normal.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian fisik meliputi
a. Identitas
b. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak dan terasa
kaku.
c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan pada persendian,
bengkak dan terasa kaku
d. Pola Fungsi Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi si terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakakan yang
di lakukan klien untuk menunjanng kesehatannya.
b. Nutrisi/metabolik
Kaji makanan yang di konsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan dan
volume makanan perhari serta makanan kesukaan
c. Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak, warna.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktifitas dan dapat melakukan kegiatan sehari-
hari : mandiri, di bantu, menggunakan alat.
e. Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
f. Pola kognitif
Status mental klien
Provokasi :
Kualitas :
Region : daerah nyeri
Skala Nyeri :skala nyeri 1-10
Time : Kapan nyeri terasa bertambah berat
g. Pola persesepsi di diri
Meliputi : harga diri, ideal diri identitas diri, gambaran diri.
h. Pola seksusal dan reproduksi
Kaji menopause, kaji aktivitas seksual
i. Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
j. Pola manajemen koping stres
k. SiSiststem ninilalai di dan kekeyayakikinanan
2. Fungsional Klien meliputi :
a. Indeks Barthel yang di modifikasi(Penilailaian di dasarkan pada tingkat
bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional).
b. Indeks Katz (Pengkajian menggunakan kemandirian Katz untuk aktifitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpindah dan
berpakaian).

B. Diagnosa
No Symptom Etiologi Problem
1 Keluhan Nyeri, Distensi jaringan Nyeri Akut
Ketidaknyamanan, akibat akumulasi
Kelelahan, Berfokus pada cairan / proses
diri sendiri, perilaku inflamasi, destruksi
distraksi / respon autonomic sendi
2 Distensi Jaringan akibat Deformitas skletal, Gangguan
akumulasi caian / proses nyeri, penurunan mobilitas fisik
inflamasi, destruksi sendi kekuatan otot
3 Perubahan fungsi dan bagian Deformitas skletal, Gangguan Citra
bagian yang saktt nyeri, penurunan Tubuh
kekuatan otot
4 Kemampuan untuk Kerusakan Defisit Perawatan
mengatur kegiatan sehari muskoloskletal, Diri
hari penurunan kekuatan,
daya tahan , nyeri
pada waktu bergerak,
depresi

C. Intervensi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Distensi jaringan akibat akumulasi cairan / proses
inflamasi, destruksi sendi
Outcome : Tingkat Nyeri Menurun (L.08066)
Intervensi : Manajemen Nyeri (I. 08238)
a. Observasi
1) lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9) Monitor efek samping penggunaan analgetik

b. Teraupetik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri

c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyri secara mandiri


4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Deformitas skletal, nyeri,


penurunan kekuatan otot
Outcome : Mobilitas Fisik meningkat (L.05042)
Intervensi : Dukungan Ambulasi (1.06171)
a. Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi

4) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

b. Teraupetik
1) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)

2) Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu

3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

2) Anjurkan melakukan ambulasi diniAjarkan ambulasi sederhana yang


harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Deformitas skletal, nyeri, penurunan


kekuatan otot
Outcome : Harapan Meningkat (L.09068)
Intervensi : Promosi Citra Tubuh (I.09305)
a. Observasi
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelami, dan umur terkait citra tubuh
3) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
4) Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
5) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
b. Teraupetik
1) Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan penuwaan
4) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis. luka,
penyakit, pembedahan)
5) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
6) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
c. Edukasi
1) Jelaskan kepad keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
2) Anjurka mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
3) Anjurkan menggunakan alat bantu (misal pakaian, wig, kosmetik)
4) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (misal kelompok sebaya).
5) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
6) Latih peningkatan penampilan diri (misal berdandan)
7) Latih pengungkapan kemampuan diri kepad orang lain maupun kelompok
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan muskoloskletal,
penurunan kekuatan, daya tahan , nyeri pada waktu bergerak, depresi

Outcome :
Intervensi :
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sermg dijumpai dan
seringkali menimbulkan kecacatan yang akan berakibat menurunkan produktifitas
perorangan. Banyaknya faktor risiko yang berperan mengakibatkan risiko untuk
terkenanya penyakit ini tinggi.
Pengobatan osteoarthritis secara farmakologik (steroid dan non steroid)
memang jelas bermakna mengurangi keluhan rasa nyeri sebagaimana dikerjakan
secara klinik sampai saat ini. Masalah yang timbul adalah dengan pemakaian obat
yang relatif lama, obat akan memberikan efek samping yang membahayakan oleh
karena adanya kemungkinan kerusakan ginjal dan sistim hematologik. Malahan
disebutkan pemberian kortikosteroid akan dapat merusak tulang rawan sendi itu
sendiri.

B. Saran
Dengan sernakin rnajunya ilrnu kedokteran dan farrnasi, diharapkan suatu saat
diternukan etiologi penyakit osteoarthritis yang pasti, sehingga suatu saat dapat
diternukannya obat yang benar-benar spesifIk atau khas untuk pengobatan
osteoarhtritis, sehingga diharapkan dapat rnernberikan hasil yang signifIkan dalarn
rnenurunkan insidensi. Selain itu juga harus disertai dengan pencegahan dini terhadap
penyakit ini, yaitu dengan cara rnengurangi atau rnenghindari faktor resiko yang
berperan (terutama obesitas).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai