PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sendi lutut merupakan sendi yang banyak menerima tumpuan berat badan
sehingga sendi lutut menjadi sendi pada tubuh manusia yang sering mengalami
tulang rawan atau rusaknya kartilago yang menyebabkan jarak antar sendi
menyempit dan ligamen yang mengikat sendi lutut mengendur sehingga sendi
lutut menjadi tidak stabil. Keadaan ini yang menyebabkan hambatan fungsional
mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan
prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Seiring bertambahnya
pada bulan Mei hingga Desember 2018 ditemukan sebanyak 396 jumlah
1
kunjungan dan menurut data tersebut hingga akhir Desember 2018 kunjungan
signifikan.
70% dari penderita yang berumur lebih dari 65 tahun penderita osteoarthritis
(Suhendriyo, 2014). Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering terkena OA,
dari 500 pasien penderita OA pada anggota badan, 41,9 % adalah OA sendi lutut,
Rata-rata laki-laki terkena pada usia 60 tahun dengan puncaknya pada usia 65-64
tahun, untuk wanita terkena OA sendi lutut rata rata pada usia 65 tahun dengan
quadricep dan hamstring akibat adanya nyeri yang berlangsung lama. Penurunan
kekuatan kontraksi otot menjadi menurun. Hal ini akan mempengaruhi ADL
2
Penggunaan modalitas Ultrasound sering diterapkan pada kondisi
manual dengan teknik mobilisasi Roll-Slide, dapat memperbaiki ROM knee joint.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
di RS.Stella Maris.
3
d. Untuk mengetahui hasil dan evaluasi fisioterapi pada penderita
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
2. Manfaat Praktis
Osteoartrhitis Knee, dan menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang ingin
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Osteoarthritis
1. Definisi Osteoarthritis
tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis berarti inflamasi meskipun
sebenarnya yang berarti sendi, dan itis berarti inflamsi meskipun sebenarnya
5
histologi, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada komponen
sistematik (Parjoto,2000).
2. Etiologi Osteoarthritis
Etiologi atau penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi ini belum
a. Umur
angkanya 68%. Pada laki-laki, angkanya serupa tetapi sedikit lebih rendah
b. Obesitas
badan dengan resiko timbulnya OA, karena berat badan yang berlebihan
6
c. Aktivitas fisik dan kerusakan sendi sebelumnya
d. Faktor hormonal
Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat
pada otot, tapi angka kejadian OA tidak meningkat pada kasus ini
(Isbagio,2001).
e. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA pada banyak sendi, dan
frekuensi OA lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki. Hal ini
7
tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan, dan pengelupusan lapisan rawan
sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam
waktu 10-15 tahun, sedang yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan
g. Osteofit
h. Sclerosis subchondral
(Isbagio,2001).
i. Sinovitis
sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik rawan sendi yang putus terdiri
rawan.(Isbagio,2001)
8
Gambar 2.1. Sendi Lutut yang Normal dan yang Rusak
3. Patofisiologi Osteoarthritis
a. Perubahan patologi
ketidakrataan rawan sendi disusul hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak
osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membran synovial.
Otot sekitar sendi menjadi lemah karena efusi synovial dan disuse atrophy
pada satu sisi dan spasme otot pada sisi yang lain. Perubahan biomekanik ini
Rawan sendi pada keadaan normal melapisi ujung tulang. Matrik rawan
disamping mineral, air, dan enzim. Proteoglikan terdiri dari protein dengan rantai
9
glikosaminoglikan lain dan protein lain yang berfungsi menstabilkan dan
kemampuan fungsi rawan sendi, kollagen rawan sendi adalah kollagen tipeII
(Dieppe, 2005).
Nyeri merupakan gambaran yang paling sering pada pasien OA. Gejala
rasa nyeri ini biasanya bersumber dari sinovium karena adanya inflamasi tulang
karena adanya periosteal dan tekanan pada syaraf, kapsul sendi karena adanya
distensi dan instabilitasi serta otot dan ligamen karena adanya peregangan pada
keduanya (Lukum,2011).
c. Diagnosis
anatara lain adanya osteofit pada pinggir sendi, adanya penyempitan celah sendi,
adanya perubahan struktur anatomi sendi, kista tulang dan densitas tulang.
Perubahan di atas dipakai sebagai pedoman oleh Kellgren dan Lawrens untuk
menentukan gradasi OA :
10
1) Grade 0 : normal (tidak ada OA)
osteofit minimal).
baik
d. Komplikasi
dan kekauan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita tidak
11
osteoarthritis adalah keterbatasan ruang gerak sendi disertai kekakuan,
deformasi lutut menjadi bentuk O (varus) dan bentuk X (valgus) serta atropi.
Dan kondisi ini akan berlangsung secara perlahan tapi pasti akibatnya
Knee joint merupakan sendi yang paling besar dan paling kompleks
pada tubuh manusia. Knee joint kompleks terdiri dari tibiofemoral joint dan
suprapatellaris(Sudaryanto, 2009).
Knee joint merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang,
ligamen beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut
Tulang yang membentuk sendi lutut anatara lain : Tulang femur distal,
pelvic dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis
12
Dibagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang
depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut fades
patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan pandangan dari
permukaan dalam atau dorsal meiliki permukaan sendi yaitu fades artikularis
lateralis yang lebar dan fades artikularis medialis yang semoit (Platser W,
1993).
Epiphysis proximalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut
fades artikularis lateralis dan medialis yang atasannya terdapat dataran sendi
yang disebut fades artikularis lateralis dan medialis yang dipisahka oleh
13
ketidaksesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus (Platser W,
1993).
yaitu antara tulang femur dan patella disebut articulatio patella femorale,
hubungan antara tibia dan femur disebut articulatio tibio femorale. Yang
secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi lutut knee joint (Evelyn,
2002).
4) Tulang fibula
Tulang fibula ini berbentuk panjang terletak disebelah lateral dan tibia
juga terdiri dari bagian yaitu : epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis
distalis.
dua dataran yang disebut fades articularis capituli fibula untuk bersendi
dengan tibia.
14
b. Ligamentum, kapsul sendi dan jaringan lunak sekitar sendi lutut.
1) Ligamentum
musculus popliteum.
15
2) Kapsul sendi
Kapsul sendi lutut terdiri dari dua lapisan yaitu (a) stratum fibrosum
merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau selubung (b)
synovium untuk melicinkan permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini
termasuk jarigan fibrosus yang avascular sehingga cidera sulit untuk proses
3) Jaringan lunak
a) Meniscus
b) Bursa
terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran
synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain,
16
c) Otot-otot pada regio knee joint kompleks yaitu :
(1) Otot Quadriceps femoris : terdiri ats 4 otot yaitu rectus femoris, vastus
medialis, vastus intermedius dan vastus lateralis. Otot ini terletak pada
bagian anterior yang melewati axis knee dan primemover ekstensi knee.
(2) Otot Hamstring : terdiri dari 3 otot yaitu, biceps femoris, semitendinosus
(3) Otot Popliteus : otot ini menopang kapsul sendi bagian posterior dan
(4) Otot Gastrocnemius : otot ini berfungsi sebagai fleksor knee, tetapi
fungsi utamanya adalah saat knee menumpu berat badan maka otot
hiperekstensi knee.
(5) Group otot pes anserinus yaitu otot sartorius, gracilis dan
c. Sistem persyarafan
yang berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini
merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dari foramen
17
ischiadicus mayor, berjalan terus di sepanjang permukaan posterior paha ke
ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua bagian yang nervus peroneus
communis dan nervus tibialis. Nervu peroneus communis pada dataran lateral
Pada bahasan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas komponen
1) Osteokinematika
mempunyai gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya
adalah gerak flexi dan extensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak
sendi untuk gerakan fleksi sebesar 130o dengan posisi ekstensi 0o atau 5o dan
gerak putaran keluar 40o hingga 45o dari awal mid posisi 20o. Fleksi sendi
jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Ekstensi sendi lutut adalah
(Sudaryanto,2009).
18
2) Artrokinematika
slidig dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini
gerakan sliding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak fleksi femur rolling
1. Ultrasound
fekuensi lebih 20.000 Hz yang digunakan dalam fisioterapi 0,7 Mhz – 3Mhz
dengan tujuan menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini energi ultrasound
dapat menaikkan suhu dalam jaringan (micro massage). Efek biolodis yang
19
a) Efek thermal ultrasound
i. Efek fisiologis
jaringan parut.
1. Mengurangi nyeri
i. Efek fisiologis
peradangan.
20
2. Mempercepat penyembuhan melalui percepatan akhir
5. Mengurangi nyeri.
1. Indikasi
c) Adanya jaringan parut pada kulit sehabis luka operasi atau luka
bakar.
2. Kontra indikasi
f) Tumor.
g) Infeksi akut.
21
h) Daerah epiphysis untuk anak – anak dan dewasa.
2. Exercise Therapy
pasif.
6) Memelihara stabilisasi
7) Memelihara rileksasi
a. Strengthening
1) Pengertian
Salah satu jenis latihan kekuatan otot yang digunakan adalah dengan
tenik isoton. Latihan isotonik adalah suatu jenis latihan dns dengan
panjang otot pada lingkup gerak sendi. Latihan isotonik dapat di berikan
22
dengan menggunakan beban eksternal yang disebut isotonic resistance
(1) aplikasi
penderita tidur terlentang dengan menekuk kedua lutut lalu tangan kiri
bawah lutut pasien dan tangan yang lain memegang pergelangan kaki,
b) Memperbaiki kecacatan
23
b) Menambah fleksibilitas sendi
d) Peningkatan keseimbangan
a) Kelemahan otot
f) Peningkatan keseimbangan
24
Berbeda dengan konsep biomekanik (Djohan Aras, 1993).Traksi
pergerakan tulang yang arahnya tegak lurus dan menjauhi bidang serta
menurun garis lurus,dalam jarak yang sama, arah sama dan kecepatan yang
pasif yang di lakukan oleh terapis pada kecepatan yang tiba-tiba sehingga
Traksi translasi disini di lakukan untuk menambah ROM sendi yang terbatas.
(1) Aplikasi
tangan kiri berada di tepat dibagian distal femur atau tepatnya di atas
25
grade II. Prosedur dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali.Ini
(c) Indikasi
26
C. Tinjauan Alat Ukur
menampilkan suatu kategori nyeri mulai dari “tidak nyeri, ringan, sedang, atau
memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri yang dirasakan pasien
dengan mengukur jarak (mililiter) diatas garis 10 cm dari titik (tidak nyeri) ke
titik yang ditandai oleh pasien, dengan range skor dari 0 – 100 mm. Skor yang
lebih tinggi mengindikasikan intensitas yang lebih besar. Sebagai alat ukur,
a. Tujuan
b. Prosedur test :
1) Persiapan alat/instrument
a) Penggaris
27
b) Pulpen
c) Skala VAS
2) Persiapan pasien
1) Intruksikan kepada pasien untuk memberi tanda titik pada garis skala
terganggu)
Lingkup Gerak Sendi (LGS) merupakan luas gerak sendi yang dapat
28
mengetahui besarnya LGS suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS
rencana terapi dalam mengatasi gangguan LGS. Selain itu, dalam pemeriksaan
hipertonus, rigid, atau gerak kejut). Adapun pengukuran LGS ini dapat
Goniometer :
a. Posisi awal adalah posisi netral/anatomis, yaitu tubuh tegak, lengan lurus
b. Sendi yang akan diukur harus terbuka, atau terbebas dari pakaian.
d. Berikan gerakan pasif dua atau tiga kali untuk menghilangkan gerakan
f. Tentukan aksis gerakan baik secara aktif atau pasif, dengan jalan
29
h. Letakkan tangkai goniometer yang bergerak paralel terhadap aksis
j. Baca dan catat hasil pemeriksaan LGS (Sri Surini Pudjiastuti dan Budi
Utomo, 2013).
3. Kemampuan fungsional
et al., 2015).
30
beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan
Index) sebagai salah satu instrumen alat ukur kemampuan fungsional pada
Index) adalah indeks yang digunakan untuk menilai keadaan pasien dengan
yang terdiri dari nyeri, kekakuan (stiffness), fungsi fisik dan sosial
1) Nyeri
a) Berjalan kaki
d) Istirahat
e) Menumpu
31
2) Kekakuan
3) Fungsi fisik
d) Kesulitan berdiri
h) Kesulitan berbelanja
o) Kesulitan duduk
32
b. Penilaian dan interpretasi indeks WOMAC
1) Penilaian
Skor Keterangan
0 Tidak
1 Ringan
2 Sedang
3 Parah
4 Sangat parah
(sumber : Susilawati et al, 2015)
2) Interpretasi
33
D. Kerangka Konsep Penelitian
Penyebab Osteoarthritis
1. Usia
2. Obesitas
3. Pekerjaan/aktivitas fisik
Proses Fisioterapi
Osteoarthritis Knee Joint
Anamnesis
Pemeriksaan Fungsi
Dasar (Aktif, pasif,
Gangguan Fungsional TIMT)
Knee
Pemeriksaan Spesifik
- Knee
Diagnosa Fisioterapi anterior/posterior
drawer test
- Apley test
compresion
Promblematik Fisioterapi
Alat ukur
Intervensi Fisioterapi 1. Impairment : Keterbatasan
gerak, nyeri pada otot - Goniometer
1. ULTRASOUND
(m.hamstring, - VAS
2. Strengthening
m.gastrocnemius) - WOMAC
3. Traksi-Translasi
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mendalam pada satu jenis kasus dengan 2 sampel dan memberikan perlakuan
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sampai pada
Pengambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu data primer dan data
35
diperoleh dengan melihat status medical record untuk menunjang data primer
yang ada.
D. Instrumen Penelitian
36
E. Alur Penelitian
37
BAB IV
DESKRIPSI KASUS
1. Pengkajian (Anamnesis)
a. Anamnesis umum
identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, hobby.
Komponen
Data Pasien
Anamnesis
Nama Tn. T (A) Ny. L (B)
Umur 86 thn 71 thn
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Pekerjaan - -
Alamat Jln. Ja mpea no.17 Jln. Orchad green no.25
Agama Budha Budha
38
b. Anamnesis Khusus
39
tahun yang lalu dan di penyakitnya muncul
diagnosa Osteoarthritis kembali dan sudah tidak
dan di rujuk ke fisioterapi bisa lagi untuk
menahannya akhirnya
pasien pergi ke dokter
kemudian di rujuk ke
ruang fisioterapist
Riwayat penyakit Diabetes Hipertensi
sekarang
2. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.3
Hasil Pemeriksaan inspeksi
Komponen Hasil
inspeksi Pasien A Pasien B
1. Postur knee 1. Postur knee
Statis - Gemu varus - Gemu varus
- Semi fleksi - Semi fleksi knee
40
1. ketika berjalan pasien 1. Pasien berjalan agak
terlihat agak pincang pincang
karena lebih banyak 2. Pasien tidak mampu
Dinamis fase menumpu terjadi berjongkok
pada tungkai yang sehat
2. pasien tidak mampu
berjongkok
b. Vital Sign
Pemeriksaan fungsi gerak dasar meliputi (1), gerak aktif dimana penderita
mengerakkan sendiri tanpa bantuan terapis dan diperoleh informasi ROM secara
informasi tenta ROM ada tidaknya nyeri end feel, (3), gerak aktif melawan
tahanan, pada pemeriksaan ini penderita bergerak aktif dan terapis menahan
1) Gerak Aktif
41
informasi berupa ROM aktif, koordinasi gerak, pola gerak, dan nyeri. Adapun
tekniknya yaitu :
2) Gerak Pasif
42
1) Fleksi, caranya pasien dalam keadaan tengkurap lalu fisioterapist
menyuruh pasien untuk menekuk lututnya sementara fisioterapist
memberikan tahanan
2) Ekstensi, caranya pasien dalam keadaan terlentang dengan kedua lutut
fleksi. Fisioterapist menyanggah lutut yang akan diperiksa kemudian
Fisioterapist menyuruh pasien untuk meluruskan kakinya dan fisioterapist
memberi tahanan.
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Fungsi Dasar
3. Pemeriksaan Spesifik
43
Lahman Test, Apley test compresion dan traksi dan pengukuran berupa ODI
a. Palpasi
Palpasi dimulai pada posisi ekstensi knee joint dengan tangan kanan
fisioterapist diletakkan pada knee joint (diatas patella) sebagai stabilisasi dan
tangan untuk mempalpasi knee, tangan kiri memegang ankle, kemudian secara
yang terjadi pada knee joint. Jika dirasakan terdapat krepitasi maka ada
adalah ada tidaknya nyeri tekan, spasme, oedem, krepitasi dan suhu jaringan
local.
b. Ballotement Test
Tujuan tes ini untuk mengetahui adanya cairan di dalam lutut. Caranya
44
tangan dan sementara itu dengan jari-jari tangan lainnya patella tekan kebawah.
Dalam keadaan normal patella itu tdak dapat ditekan kebawah yaitu sudah
terletak diatas kedua condylus dari femur. Bila banyak cairan dalam lutut,
Posisi supine dengan fleksi lutut 90o sehingga telapak kaki pasien rata.
Fisioterapi duduk diatas kaki pasien dan mengenggam bagian belakang dari
proksimal tibia dengan jempol mempalpasi dataran tibia dari jari telunjuk
mempalpasi tendon otot hamstring kelompok grup mediale dan lateral. Lalu
fisioterapi menarik dengan kuat dan cepat kearah depan. Test ini positif jika
ditujukkan oleh perpindahan tibia anterior yang lebih besar pada sisi yang
cidera dibanding dengan sisi yang sehat untuk mengetahui kelainan pada
2) Varus-valgus Test
Tujuan tes ini untuk menilai ligament collteral medial (LCM) dan
ligament colateral lateral (LCL) pada knee, prosedur varus test yaitu : posisi
pasien terlentang, fisioterapis berdiri pada sisi lateral tungkai pasien yang
akan dites, satu tangan pasien akan dletakkan pada sisi lateral knee pasien
dengan salah satu jemari mempalpasi LCL yang berlokasi tepat dibagian
proksimal kaput fibular dan tangan yang satu berfungsi sebagai mobilisasi
dtepatkan pada bgian medial joint knee. Selanjutnya posisikan knee psen
45
kedalam full estens set nee sekitar 5o dari posisi ekstensi. Lalu aplikasikan
varus vorce pada knee pasien menggunakan tangan mobilisasi. Lakukan tes
yang sama pada tungkai yang satunya. Prosedur vlgus yaitu : posisi pasien
terlentang , fisoterapis berdiri pada sisi lateral knee psien dengan salah satu
jemari mempalpasi LCM yang berlokasi tepat dibagian medial knee dan
lateral joint line knee. Selanjutnya posisikan knee pasien kedalam full
ekstensi. Lalu fleksikan knee sedikit sekitar 5o dari posisi ekstensi. Lalu
ligament lateral dan collteral medial knee. Dengan cara pasien tengkurap
dengan lutut ditekuk 90o kemudian diputar ke kanan dan kiri dengan diatas
kemudian di traksi.
Hasil
Nama Tes
Pasien A Pasien B
Tidak terdapat cairan Tidak terdapat cairan
Ballotement Test disisi proksimal disisi proksimal
patella patella
Anterior – Posterior
Drawer Test Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
46
Varus test ditemukan Varus test tidak
nyeri pada sisi lateral ditemukan nyeri pada
sisi lateral
Tes appley kompresi dan
Terdapat nyeri pada
traksi Tidak ada nyeri
saat kompresi
Gerakan Hasil
Pasien A Pasien B
Sinistra aktif Fleksi –ekstensi S 10ᵒ - 10ᵒ - 85ᵒ
pasif Fleksi – Extensi S 0ᵒ - 0ᵒ - 110
Dextra aktif Fleks –ekstensii S ᵒ - 5ᵒ - 105ᵒ
pasif Fleksi – Extensi S ᵒ - 5ᵒ - 125ᵒ
terdiri dari sebuah garis lurus yang horizontal sepanjang 10 cm yang tidak diberikan
pembagian skala. Awal garis menunjukkan tidak ada nyeri sedangkan akhir garis
47
menunjukan nyeri tidak tertahankan. Pasien diminta untuk menandai di
sepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan
VAS Hasil
Pasien A Pasien B
Nyeri Gerak fleksi 7,5 7
Nyeri Fungsional Berjalan 7 6,5
pasien dengan osteoarthritis hip atau knee menggunakan 24 parameter. Blanko indeks
WOMAC terdiri dari nama responden yang akan diteliti disertai tanggal penelitian,
diartikan tidak ada, 1 adalah sedikit, 2 adalah sedang, 3 adalah sangat, dansangat
sekali dengan melingkari salah satu nomor yang terdapat pada blanko index.
Tabel 4.11.
48
1. Berjalan Kaki 2
2. Menaiki Anak Tangga 3
3. Aktivitas pada Malam Hari 2
4. Istirahat 1
5. Menumpu 3
Kekakuan
1. Kekakuan pagi hari 1
2. Kekakuan sepanjang hari 2
Fungsi Fisik
1. Kesulitan turun tangga 3
2. Kesulitan naik tangga 3
3. Kesulitan dari posisi duduk ke berdiri 3
4. Kesulitan berdiri 3
5. Kesulitan duduk di lantai 3
6. Kesulitan berjalan pada permukaan datar 2
7. Kesulitan masuk dan keluar dari kendaraan 2
8. Kesulitan berbelanja 2
9. Kesulitan memakai kaos kaki 2
10. Kesulitan berbaring di tempat tidur 2
11. Kesulitan melepaskan kaos kaki 2
12. Kesulitan bangun dari tempat tidur 2
13. Kesulitan masuk dan keluar kamar mandi 2
14. Kesulitan masuk dan keluar toilet 2
15. Kesulitan duduk 2
16. Kesulitan melakukan tugas-tugas berat 3
17. Kesulitan melakukan tugas-tugas ringan 1
Skor : 53/96x100 = 55,2%
Interpretasi WOMAC
a. 0-24 = Ringan
b. 25-48 = Sedang
c. 49-72 = Berat
49
Tabel 4.12
Pemeriksaan Kemampuan Fungsional pada pasien B menggunakan WOMAC Scale
The Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis Index
(WOMAC)
Nama :
Tanggal :
Instruksi : Silahkan pilih setiap kategori sesuai dengan skala kesulitan
yang dirasakan dalam akivitas : 0 = None, 1 = Slight/ringan, 2 =
Moderate/sedang, 3 = Very/berat, 4 = Extremely/sangat berat
Lingkari salah satu angka pada setiap aktivitas di bawah ini :
Nyeri Hasil
1. Berjalan Kaki 2
2. Menaiki Anak Tangga 3
3. Aktivitas pada Malam Hari 2
4. Istirahat 2
5. Menumpu 3
Kekakuan
1. Kekakuan pagi hari 3
2. Kekakuan sepanjang hari 3
Fungsi Fisik
1. Kesulitan turun tangga 3
2. Kesulitan naik tangga 4
3. Kesulitan dari posisi duduk ke berdiri 3
4. Kesulitan berdiri 3
5. Kesulitan duduk di lantai 3
6. Kesulitan berjalan pada permukaan datar 3
7. Kesulitan masuk dan keluar dari kendaraan 2
8. Kesulitan berbelanja 0
9. Kesulitan memakai kaos kaki 2
10. Kesulitan berbaring di tempat tidur 0
11. Kesulitan melepaskan kaos kaki 2
12. Kesulitan bangun dari tempat tidur 2
13. Kesulitan masuk dan keluar kamar mandi 3
14. Kesulitan masuk dan keluar toilet 3
15. Kesulitan duduk 3
16. Kesulitan melakukan tugas-tugas berat 3
17. Kesulitan melakukan tugas-tugas ringan 2
Skor : 59/96x100 = 61,4%
50
Interpretasi WOMAC
a. 0-24 = Ringan
b. 25-48 = Sedang
c. 49-72 = Berat
Joint”
b. Problematik Fisioterapi
berikut.
Hasil
Problematik
Pasien A Pasien B
Adanya nyeri gerak pada Adanya nyeri gerak pada
lutut sinistra lutut dextra
Keterbatasan lingkup Keterbatasan lingkup
Impairment
gerak sendi lutut sinistra gerak sendi lutut dextra
Penurunan kekuatan otot
pada lutut sebelah dextra
Adanya gangguan pada Adanya gangguan
activity limitation saat pasien berjalan jauh gerakan jongkok ke
berdiri dan berjalan jauh
51
Adanya gangguan pada Adanya gangguan pada
saat melaukan gerakan saat melakukan gerakan
naik turun tangga naik turun tangga.
Participation restriction
a. Tujuan
1) Jangka Pendek :
a) Mengurangi nyeri
b) Menambah ROM
2) Jangka Panjang :
b. Edukasi
fisioterapis
lama
52
6. Intervensi Fisioterapi
a. Ultrasound
1. Persiapan Alat
Pastikan alat dapat berfungsi dengan baik, lalu periksa apakah semua
tombol dalam posisi off atau on. Selain itu, kabel-kabel tidak boleh
sumber arus. Kemudian cek dengan lampu tes apakah arus sudah masuk
atau belum.
2. Persiapan Pasien
Pasien dalam posisi tidur terlentang pada bed dan kaki lurus dengan
umum penderita dalam keadaan baik dan siap untuk menerima intervensi
fisioterapi.
b. Prosedur Kerja
gerakkan pada sisi medial dan lateral knee secara perlahan. Gerakan
transversal
c. Strengthening
53
Untuk menambah kekuatan otot penggerak gerakan lutut terutama otot
1) Persiapan pasien
tengkurap.
2) Prosedur kerja
pasien dan memegang patella lutut, lalu tangan yang lainnya memegang
pasien dan tangan yang lain memegang pergelangan kaki, lalu fisioterapis
3) Dosis
d. Traksi-translasi
54
Traksi-translasi merupakan gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis
gerakan.
1) Persiapan pasien
maksimal.
2) Prosedur kerja
c) Satu bagian harus dipegang stabil atau difiksasi saat bagian yang lain
di traksi-translasi.
dilaksanakan pada bulan Juli-agustus 2019. Data penelitian ini diperoleh dari
fisioterapi.
55
Berdasarkan hasil pengumpulan data tesebut maka dibuat table evaluasi
sebagai berikut :
Tabel 4.14
Hasil
Terapi Pasien A Pasien B
Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
Gerak fleksi fungsional Gerak fleksi fungsional
berjalan berjalan
T1 7,5 7 7 6,5
T2 7 6,5 6,5 6
T3 6,5 5 5 6
T4 6,3 5 5 5,5
T5 6 4,5 4,5 5
T6 5 4 4 4
VAS (Visual analoge Scale) mulai dengan pre test untuk pasien A untuk komponen
nyeri gerak fleksi adalah (7,5) dan pasien B nyeri gerak (7). Setelah di terapi sampai
ke-6 menunjukan untuk pasien A penurunan nyeri gerak fleksi menjadi (5) dan pasien
B mengalami penurunan nyeri gerak fleksi menjadi (4). Dan untuk nyeri fungsional
berjalan pada pasien A (7) dan pasien B (6,5), setelah diberikan terapi sebanyak 6 kali
terjadi penurunan menjadi (4,5) dan untuk pasien B menunjukan penurunan menjadi
(4).
56
Tabel 4.15
Hasil Evaluasi ROM (fleksi) dengan menggunakan goniometer
Hasil
Terapi Pasien A Pasien B
Aktif Fleksi Pasif Fleksi Aktif Fleksi Pasif Fleksi
T1 S 0º - 0 º-90º S 0º- 0º-95º S 0º- 0º-110º S 0º- 0º-115º
T2 S 0º - 0º -93º S 0º- 0º-100º S 0º- 0º-110º S 0º- 0º-120º
T3 S 0º - 0º -95º S 0º- 0º-105º S 0º- 0º-115º S 0º- 0º-120º
T4 S 0º- 0º-100º S 0º- 0º-110º S 0º- 0º-120º S 0º- 0º-125º
T5 S 0º- 0º-105º S 0º- 0º-115º S 0º- 0º-125º S 0º- 0º-130º
T6 S 0º- 0º-110º S 0º- 0º-120º S 0º- 0º-130º S 0º- 0º-130º
aktif menunjukan S 0º- 0º- 90º dan pasief S 0º- 0º- 95º dan setelah dilakukan
terapi sebanyak 6 kali menunjukan peningkatan ROM menjadi aktif S 0º- 0º-
110º dan pasif S 0º- 0º- 120º selisih nilai pasien A dari pre test hingga terapi ke-
6 yaitu aktif (20º) dan pasif (25º) . sedangkan pada pasien B menunjukan pada
pre test ROM pasien adalah aktif S 0º - 0º- 115º. Setelah dilakukan terapi
0º- 0º- 130º dan psif S 0º- 0º- 130º. Selisih dari hasil pengukuran pasien B yaitu
57
B. Pembahasan
2) Nyeri dan kekakuan sendi setelah duduk lama dan berdiri lama
keluhan nyeri dan keterbatasan gerak fleksi – ekstensi knee sehingga pasien
tidak mampu menekuk lutut secara penuh, dan nyeri saat berjalan jauh dan
58
naik turun tangga. Hasil penelitian ini sejalann dengan panduan kasus
osteoarthritis knee.
b. Inspeksi
adanya perubahan postur knee yaitu semifleksi knee dan genu varus. Hasil
Pemeriksaan fungsi dasar terdiri atas tes gerak aktif, tes gerak pasif,
ekstensi knee dengan end feel berupa capsular tight end feel atau hard
elastis end feel, dan tidak ditemukan problem nyeri otot saat tes isometrik
aktif ditemukan adanya keterbatasan gerak fleksi knee dan sedikit ekstensi
gerak fleksi knee dan hard elastis end feel, serta sedikit keterbatasan
ekstensi knee dan hard end feel. Berbeda dengan tes isometrik melawan
59
d. Pemeriksaan spesifik
perubahan alignment knee yaitu terjadi genu varus. Perubahan postur knee
pada meniskus medialis. Hal ini yang mendasari hasil tes stabilitas valgus
dan palpasi. Joint play movement test adalah pemeriksaan gerak asesoris
adanya nyeri, keterbatasan gerak asesoris, dan end feel berupa capsular
tight end feel (hard elastis end feel). Sedangkan keterbatasan gerak sendi
yang berasal dari problem muskular atau nyeri diluar struktur sendi maka
tidak ada nyeri. Hasil penelitian berdasarkan tes Joint Play Movement
ditemukan adanya nyeri dan hypomobile gerak asesoris. Begitu pula, hasil
tes palpasi menunjukkan adanya nyeri pada joint line sisi medial knee.
60
e. Pengukuran
dan fungsional berjalan pada kondisi osteoarthritis knee. Hal ini sesuai
yaitu problem nyeri dan keterbatasan gerak sendi, problem kelemahan otot
serta problem nyeri saat berjalan dan naik turun tangga. Begitu pula
Muscle Testing (MMT) dan six minute walk test (pengukuran fungsional
nyeri gerak, keterbatasan gerak fleksi – ekstensi knee, kelemahan otot dan
61
sendi, serta problem kelemahan otot dan gangguan fungsional berjalan dapat
a. Nyeri
(Visual Analog Scale). Perubahan nyeri dari evaluasi awal (T1) sampai
lutut yang mengalami tight. Adanya efek thermal yang fokus pada kapsul
nyeri lutut dan perbaikan fungsi fisik pada pasien osteoarthritis knee dan
62
dan spasme otot. Sementara temperatur jaringan yang meningkat sampai
terjadi penurunan nyeri, dimana diperoleh hasil perubahan nyeri pada pasien
penurunan nyerinya antara pasien A dan B hanya 0,5. Hal ini menunjukkan
b. Keterbatasan Gerak
evaluasi (T1) sampai evaluasi akhir (T6) setelah 6 kali terapi ditemukan
mekanik sendi dapat diakibatkan oleh nyeri dan muscle guarding, efusi
oleh efek dari pemberian Ultrasound dan mobilisasi sendi yang ditujukan
pada kapsul sendi lutut yang mengalami tight. Adanya efek thermal yang
fokus pada kapsul sendi akan melunakkan kapsul sendi yang tight (David,
63
2014). Hal ini dapat memudahkan terjadinya penambahan ROM (Range Of
Motion) sendi lutut setelah aplikasi mobilisasi sendi, karena mobilisasi sendi
perbedaan sekitar 20o. Hal ini dipengaruhi oleh luasnya keterbatasan gerak
c. Kelemahan Otot
minimus dan tensor fascia latae dapat diketahui melalui pengukuran MMT
(manual muscle test). Peningkatan kekuatan otot mulai dari evaluasi (T1)
memberikan beban atau tahanan pada otot yang dilatih. Pemberian beban
64
baik secara manual maupun mekanikal yang kontinyu dapat menghasilkan
adaptasi pada otot yang dilatih. Adaptasi yang terjadi adalah peningkatan
pada otot yang dilatih, sehingga akan terjadi peningkatan kekuatan otot
band exercise dapat menghasilkan beban konstan pada otot yang dilatih.
Thera band exercise dapat memberikan beban atau tahanan pada otot
kekuatan otot pada keempat otot tersebut (Kisner and Colby, 2014).dimana
dibandingkan pasien A. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia dimana pasien
berjalan mulai dari evaluasi (T1) sampai evaluasi akhir (T6) setelah 6 kali
65
terapi ditemukan adanya peningkatan jarak tempuh berjalan yang
dipengaruhi oleh nyeri sendi dan lingkup gerak sendi. Osteoarthritis knee
gerakan dan pola aktivasi otot adalah untuk beradaptasi terhadap gangguan
2009).
pada otot yang dilatih sehingga dapat merangsang perbaikan kekuatan otot.
66
Dengan hilangnya kekakuan sendi dan adanya perbaikan kekuatan otot
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
68
B. Saran
berjalan
asa, tetap rajin terapi serta latihan sendiri untuk mencegah terjadinya
69
DAFTAR PUSTAKA
103
Platzer W, Kahle W, Leoohardt H, (1993). Alat dan buku teks Anatomi Lutut.
TITAFI XV, Semarang.
Poole A.R (2001). Cartilage in Health and Disease, In : Arthritis and Allied
Conditions. Text
Rahmawati, Agustina. 2016. Perbedaan pengaruh theraband exercise dengan
Kinesio taping terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada osteoarthritis
knee di desa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Yogyakarta : universitas
Aisyiyah Yogyakrta.
Sudaryanto, Ansar, (2009).Biomekanik.Makasar ; Akademi Fisioterapi Makasar.
104
105