Disusun Oleh :
1. Roby parrang 6160505160136
2. Feri prayudi 6160505160045
3. Ayuliana allo linngi 6160505150319
DAYA DUKUNG TIANG PADA TANAH GRANULAR DAN KOHESIF
OLEH MAYERHOFF, JANBU DAN VESIC
Selain itu, faktor lokasi dan tipe bangunan yang akan dibangun juga
menentukan jenis fondasi yang akan digunakan. Pada studi kasus tugas akhir ini
mengkaji fondasi untuk bangunan jembatan di atas laut. Untuk bangunan yang
dibangun pada perairan dalam digunakan fondasi dalam berupa tiang bor yang dapat
digunakan untuk tanah yang keras hingga tanah yang sangat keras. Dalam hal ini,
penggunaan tiang pancang tidak begitu menguntungkan dalam penggunaannya
karena bobot tiang yang terlalu besar sehinggga susah saat dipancangkan dan kondisi
tanah berdasarkan hasil SPT menunjukkan bahwa tanah keras pada kedalaman 20 m
sehingga tiang sulit dipancang. Tiang pipa dipilih karena tiang pipa akan menerima
gaya friksi (drag forces akibat gelombang dan arus) yang lebih kecil. Fondasi caisson
pada proyek ini dikonstruksikan dari secant pile yang melingkar membentuk dua
fondasi caisson. Secant pile ini merupakan urutan fondasi tiang bor yang dibuat
berselang-seling antara tiang bor bertulangan dan tiang bor tanpa tulangan. Oleh
karena itu tinjauan pustaka dilakukan untuk menganalisis fondasi tiang tunggal yang
menyusun fondasi caisson pada Jembatan Ir. Soekarno, Menado.
Gambar 2.1. Fondasi tiang pada tanah pasiran. (Braja M.Das, 1990)
Sedangkan pada tanah berlapis, dapat digunakan persamaan berikut :
QS = Σ(p . ΔL . f)
QS = p . Σ(ΔL . f ) (2.7)
Gambar 2.2. Fondasi tiang pada tanah berlapis. (Braja M.Das, 1990)
Dengan f adalah gaya gesekan antara tanah dengan tiang sedangkan As adalah luas
badan selimut tiang.
Dengan nilai (β) ini sebesar 0,30 ± 0,10, OCR adalah rasio konsolidasi (Over
consolidated).
3. Untuk tanah pasir, nilai koefisien daya dukung gesekan ini dihitung dengan
menggunakan rumusan sebagai berikut :
f = β . σv’ . tan δ (2.12)
dengan,
K = koefisien tekanan tanah lateral pada tiang pancang,
σv’ = tegangan vertikal efektif yang bekerja pada tanah
δ = sudut gesekan antara tiang dengan tanah
Nilai K pada rumusan ini bergantung kepada cara pelaksanaan tiang. Sebelum ada
tiang, koefisien tekanan tanah sama dengan koefisien koefisien tekanan tanah dalam
keadaan diam, yaitu Ko. Untuk jenis tiang pancang yang mendesak tanah
(displacement pile), pada saat tiang dipancang, nilai K akan lebih besar dari Ko,
sedangkan untuk tiang bor nilai K akan lebih kecil dari Ko. Dengan kata lain untuk
tiang pancang Ko merupakan batas bawah, sedangkan untuk tiang bor Ko merupakan
batas atas dari kapasitas tiang. Nilai Ko ini biasanya dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Ko = 1 – sin φ
dengan φ adalah sudut geser tanah.
Nilai δ ini tergantung kepada kekasaran material tiang yang digunakan dan biasanya
dihubungkan dengan sudut gesek dalam tanah (φ) sebagai patokan dapat
dipergunakan nilai δ sebagai berikut :
- Untuk tiang baja, δ = 200
- Untuk tiang beton, δ = 0,75 φ
- Untuk tiang kayu, δ = 2/3 φ
2.2.1.2 TAHANAN GESER SELIMUT PADA TANAH KOHESIF DENGAN
DATA UJI LAPANGAN
Berdasarkan sumber data yang digunakan pada dasarnya terdapat dua cara
untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang. Cara pertama adalah dengan
menggunakan
parameter-parameter kuat geser tanah, yaitu yang didapat dari hasil pengujian di
laboratorium yaitu nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam φ. Cara kedua yaitu dengan
menggunakan data uji lapangan, uji lapangan yang banyak digunakan untuk
memperkirakan daya dukung suatu tiang pancang antara lain adalah : Standard
Penetration Test (SPT), Sondir (Cone Penetration Test) dan Pressuremeter test
(PMT). Di dalam aplikasinya, ketepatan perkiraan daya dukung menggunakan cara-
cara diatas sangat tergantung kepada keakuratan data yang diperoleh dari hasil
penyelidikan tanah serta parameter-parameter empiris yang digunakan.
a. Penentuan Kuat Geser Tanah Cu dari harga N-SPT
Besarnya undrained shear strength tanah kohesif dapat dihitung berdasarkan
korelasi empiris dari N-SPT (Standard Pentration Test) dari hasil investigasi
lapangan sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.5
Gambar 2.5 Korelasi antara N-SPT dengan Cu (Terzaghi )
Dari gambar diatas, besarnya Cu dapat diperoleh dari harga N-SPT yang umumnya
diambil sebesar berikut ini: Cu = 2/3 * N–SPT (Cu dalam ton/m2) Harga N-SPT
diatas adalah harga N-SPT yang efisiensi energi hammer-nya sudah dikoreksi atau
dikalibrasikan dengan energi hammer free falling
2.2.1.3 TAHANAN GESER SELIMUT PADA TANAH GRANULAR
Untuk perhitungan tahanan geser selimut pada tanah granular, yang
memberikan pengaruh paling besar adalah parameter sudut geser dalamnya.
Kontribusi dari sudut geser dalam tanah, φ, dari tanah granular terhadap geser selimut
dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: ( pdf )
Karena kesulitan yang timbul dalam menentukan besarnya harga sudut geser dalam,
φ, di lapangan, maka untuk perhitungan tahanan geser selimut digunakan beberapa
metoda berdasarkan nilai N-SPT. Pada tanah non-kohesif biasanya digunakan hasil
SPT (Standard Penetration Test) untuk menentukan kekuatan geser tanah. Berikut ini
adalah beberapa metoda perhitungan tahanan geser selimut tiang bor berdasarkan
nilai N-SPT.
b. Meyerhof (1976)
𝑁
Qs = tsf (2.16)
100
dengan,
N = nilai SPT yang belum dikoreksi
Dengan
Irr = index pengurang kekakuan tanah
Ir = index kekakuan =
Es = modulus Young tanah
μs = Poisson’s ratio tanah
Gs = modulus geser tanah
Δ = volumetric strain rata-rata pada zona plastis dibawah ujung tiang
Untuk kondisi dimana tidak terjadi perubahan volume (misal pada pasir padat
atau lempung jenuh), Δ = 0. Sehingga:
Ir = Irr
Untuk φ = 0 (kondisi undrained)
Nq* = 4/3 ln (Irr + 1) + π/2 +1 (2.26)
Nilai Ir dapat dihitung berdasarkan pengujian konsolidasi dan triaxial di
laboratorium. Sedangkan untuk penentuan awal dari nilai Ir dapat direkomendasikan
penggunaan nilai seperti yang terlihat pada Tabel 2.3
berikut ini:
Tabel 2.3 Rekomendasi nilai Ir dari Vesic (1977)
iii. Janbu (1976)
Janbu (1976) mengusulkan metoda untuk menghitung kapasitas daya dukung
ujung sebagai berikut:
Qp = Ap (c Nc* + q’ Nq*) (2.27)
Faktor kapasitas daya dukung Nc* dan Nq* dihitung dengan menggunakan asumsi
bahwa bidang runtuh dari tanah pada ujung tiang adalah sama. Faktor daya dukung
dapat diuraikan seperti yang terlihat pada persamaan sebagai
berikut: (difoto)
Besarnya sudut η* dapat dilihat pada Gambar 2.7 yang menunjukan variasi dari Nc*
dan Nq* terhadap φ dan η*. Sudut η* bervariasi mulai dari 700 untuk lempung lunak
hingga 1050 untuk tanah berpasir.
Gambar 2.7. Beragam nilai Nc* dan Nq* terhadap φ dan η*menurut Janbu (1976)
b. Berdasarkan harga Cu untuk tanah kohesif.
Tahanan ujung pada tiang dihitung berdasarkan nilai undrained shear strength Cu.
Harga Cu ini dapat diperoleh baik dari test laboratorium triaxial ataupun korelasi dari
test lapangan seperti N-SPT maupun qc sondir.
i. Tanah kohesif.
Untuk tanah kohesif, besarnya tahanan ujung untuk tiang pancang maupun tiang bor
dihitung dengan mengasumsikan φ = 0 pada rumus-rumus diatas. Besarnya tahanan
ujung tiang menurut beberapa ahli pada tanah kohesif adalah:
- Meyerhof (1976)
Qp = Ap . c . Nc’ (2.30)
- Terzaghi
Qp=Ap.qult (2.31)
qult = 1,3 c Nc + q Nq
- Tomlinson (1995)
Qp = Ap . c . Nc’ (2.32)
dengan,
Qp = daya dukung ujung tiang ultimate
Ap = Luas penampang tiang
c = nilai undrained shear strength tanah di ujung tiang
Nc’ = Faktor daya dukung (≈ 9)
Nq = Faktor daya dukung, bila φ = 0 maka Nq = 1
Nilai perlawanan ujung dengan gesekan selimut ini dapat memberikan
indikasi jenis tanah dana beberapa parameter tanah seperti konsistensi tanah
lempung, kuat geser, kepadatan relatif dan sifat kemampatan tanah meskipun
hanya didasarkan pada korelasi empiris.