Anda di halaman 1dari 11

PONDASI DALAM

Pondasi tiang adalah bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton dan/atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan) beban permukaan ke tingkat permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah. Beban terdistribusi sebagai beban vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang atau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah melalui ujung tiang pancang, Bowless (1991). Jenis pondasi ini digunakan bilamana letak tanah keras sangat dalam, yang yang umumnya dinyatakan dalam rasio Df/B > 10. Diatas lapisan tanah keras dijumpai lapisan tanah lunak dengan kuat dukung rendah. Jadi tanah keras ini mendukung beban yang yang bekerja, dan struktur tiang harus mampu menerima beban yang mengakibatkan terjadinya lentur atau tarik. Bentuk tampang tiang dapat berbentuk lingkaran, segi empat, segi enam, segi delapan, bahkan tidak beraturan.

Tiang pancang dipancang dengan beberapa metode, antara lain : a. Pemancangan dengan pukulan berturutan secara bertahap pada puncak tiang pancang dengan menggunakan sebuah martil tiang pancang. Cara ini menimbulkan suara yang bising dan getaran setempat yang mungkin tidak diperbolehkan oleh peraturan setempat atau badan-badan yang memelihara lingkungan serta dapat merusak hak milik orang yang dekat dengan tempat pemancangan. b. Pemancangan yang menggunakan alat penggetar yang ditempelkan (diikatkan) di puncak tiang pancang. Cara ini relatif lebih sedikit mengeluarkan suara bising dan getaran pancangan. Metode ini dipakai dalam endapan-endapan yang kohesinya kecil. c. Pemancangan dengan cara mendongkrak tiang pancang. Cara ini dipakai untuk bagianbagian kaku yang pendek. d. Pemancangan dengan cara mengebor sebuah lubang yang diberi casing dari pipa baja terlebih

dahulu, kemudian mengisi lubang hasil bor tersebut dengan beton sehingga menghasilkan sebuah tiang pancang setelah beton mengeras. DAYA DUKUNG AKSIAL Daya Dukung Ujung Tiang (Qp) : 1. Metode Vesic Qp = Ap x qp Ap = 2 1 4 D qp = [ C.Nc + r Nr ] Dimana : Qp = Daya dukung ujung tiang (t) Ap = Luas penampang ujung tiang (m2) qp = Daya dukung persatuan luas C = Nilai kohesi (t/ m2) Nc = Faktor daya dukung Nq = Faktor daya dukung = Sudut geser tanah (o)

= Berat volume (t/m3)

2. Metode Mabsout Qp = 9itCR2 + 2itCARz Dimana : Qp = Daya dukung ujung tiang (t) it = 3,14 R = Jari-jari penampang ujung tiang (m) C = Nilai kohesi (t/ m2) CA = Adhesi tanah (t/ m2) Z = kedalaman tiang (m)

Gambar Tabel Nilai Adhesi DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG TUNGGAL Seperti kita ketahui bahwa daya dukung aksial suatu fondasi dalam pada umumnya terdir atas dua bagian yaitu daya dukung akibat gesekan sepanjang tiang dan daya dukung ujung (dasar) tiang. Secara umum kapasitas ultimit pondasi tiang terhadap beban aksial dapat dihitung dengan persamaan sederhana yang merupakan penjumlahan tahanan keliling dengan tahanan ujung, yaitu: u s p Q = Q + Q (2.1) dan Qall = Qult / SF (2.2) dengan, Qu = kapasitas ultimit tiang terhadap beban aksial Qp = kapasitas ultimit tahanan ujung (end bearing) Qs = kapasitas ultimit geser selimut (skin friction) Qall = Daya dukung ijin SF = Faktor keamanan = 2,5 4,0

TAHANAN GESER SELIMUT (SKIN FRICTION) Tahanan geser selimut tiang pada tanah c- dapat dinyatakan dengan persamaan:

dengan, Qs = kapasitas keliling tiang ultimate Qsc = kontribusi kohesi tanah, c Qs = kontribusi sudut geser dalam tanah, Kontribusi dari kohesi tanah dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:

Qsc = kontribusi kohesi tanah, c, terhadap kapasitas geser selimut = faktor adhesi antara selimut tiang pancang dan tanah cu-i = kohesi undrained tanah pada lapisan -i li = panjang tiang pada lapisan -i p = keliling tiang Sedangkan kontribusi sudut geser dalam, , pada tanah pasiran dinyatakan dengan persamaan berikut:

dengan, Qs = kontribusi sudut geser dalam tanah, , terhadap kapasitas geser selimut

Ko-i = koefisien tekanan lateral tanah v-i = tekanan vertikal efektif pada tengah-tengah lapisan-i i = sudut geser dalam pada lapisan-i li = panjang tiang yang tertanam pada lapisan-i p = keliling tiang

Secara umum, pada tanah homogen seperti pada gambar 2.1, tahanan geser selimut fondasi tiang dapat dihitung sebagai berikut : QS = AS . f = p . L . f (2.6) dengan, As = Luas selimut tiang P = Keliling penampang L = Panjang tiang f = tahanan friksi

TAHANAN GESER SELIMUT

PADA

TANAH KOHESIF

Untuk tanah lempung, biasanya koefisien gesekan ini diperkirakan dengan menggunakan beberapa cara diantaranya metoda Alpha (), metoda Lamda () dan Metoda Betha (). Berikut ini adalah beberapa metode untuk menentukan koefisien tahanan geser selimut () tiang bor di tanah kohesif.

a. Metoda Alpha () Perkiraan besar gaya gesekan dengan menggunakan metoda alpha ini merupakan metoda yang paling sering digunakan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : f = . Cu (2.8) dimana, = faktor adhesi empiris, nomogram untuk tanah NC dengan Cu<50 kN/m2, = 1 Di dalam literatur geoteknik terdapat banyak rekomendasi nilai alpha () yang biasanya selalu dihubugkan dengan nilai kekuatan geser undrained tanah. Antara lain kurva yang

dikeluarkan oleh American Petrolium Institute (API, 1984) . Ada juga literatur yang menunjukkan nilai alpha yang diberikan oleh B.M. Das (Das, 1990). Banyak para ahli yang melakukan penyelidikan untuk menentukan nilai alpha () antara lain Simons dan Menzies, 1977 yang merekomendasikan nilai () sebesar 0,45 untuk lempung yang over consolidated. Pada umumnya nilai () ini bervariasi antara 0,30 hingga 1,50 yang tergantung kepada keadaan tanah dan jenis tiang yang digunakan. Faktor adhesi yang paling cocok untuk perhitungan geser selimut untuk tiang bor pada tanah kohesif digunakan nilai dari Kulhawy dan Reese.

i. Reese & Wright (1977) Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang dilakukan oleh Reese &Wright (1977), besarnya nilai faktor adhesi () untuk tiang bor adalah 0.55.

ii. Kulhawy (1977) Dalam metode ini, besarnya nilai faktor adhesi tergantung dari harga kuat geser tanah undrained (cu). Variasi harga berdasarkan cu ini dapat dilihat dalam Gambar 2.3

iii. Reese dan ONeill (1988) Berdasarkan Reese dan ONeill (1988), besarnya nilai faktor adhesi dapat dilihat dalam Tabel 2.1 dibawah ini

b. Metoda Lamda () Methoda Lambda diperkenalkan oleh Vijayvergiya dan Focht (1972). Metoda ini mengasumsikan bahwa perpindahan tanah akibat pemancangan tiang menghasilkan tekanan lateral passip pada setiap kedalaman tanah. Rata-rata tahanan geser dapat dituliskan sebagai berikut : f = (v + 2. Cu) (2.9) dimana, v = Tekanan vertikal efektif Cu = undrained shear strength = f(L), dibaca dari nomogram

Nomogram untuk pembacaan diperlihatkan pada Gambar 2.4

c. Metoda Betha () Metoda Betha () dikembangkan oleh Burland (1973, 1993) dengan menggunakan asumsi sebagai berikut : i. Permukaan tiang, paling tidak pada skala kecil (mikroskopik) adalah kasar. ii. Pada bidang kontak antara tiang dengan tanah, tanah hingga derajat tertentu selalu dalam keadaan terganggu, sehingga menghilangkan kohesi (cohesion intercept) yang diturunkan dari lingkaran Mohr hingga nol. iii. Tegangan vertikal efektif yang bekerja pada permukaan tiang setelah tegangan air pori yang timbul akibat pemancangan tiang terdisipasi, sehingga setidaknya kondisi tanah adalah at rest (Ko) sebelum tiang dipasang. iv. Pada umumnya tiang dipasang sebelum beban bekerja dan biasanya beban pembebanan akan terjadi dalam proses yang lambat sehingga tegangan air pori yang timbul saat pemancangan tiang sudah hampir terdisipasi seluruhnya, sehingga akan cukup realistik bila pada saat beban bekerja penuh, dianggap tanah dalam keadaan

drained dan bukan undrained. Dalam metoda Betha () ini besar gaya gesekan dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : i. Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi normal (Normally Consolidated) f = . v (2.10) dengan, v = tegangan vertikal efektif = K . tanR R = drained friction angle of remolded clay K = 1 - sinR ii. Untuk tanah lempung yang sudah terkonsolidasi (Over Consolidated) K = (1 - sinR) (OCR)0.5 (2.11) Dengan nilai () ini sebesar 0,30 0,10, OCR adalah rasio konsolidasi (Over consolidated). iii. Untuk tanah pasir, nilai koefisien daya dukung gesekan ini dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : f = . v . tan (2.12) dengan, K = koefisien tekanan tanah lateral pada tiang pancang, v = tegangan vertikal efektif yang bekerja pada tanah = sudut gesekan antara tiang dengan tanah Nilai K pada rumusan ini bergantung kepada cara pelaksanaan tiang. Sebelum ada tiang, koefisien tekanan tanah sama dengan koefisien koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam, yaitu Ko. Untuk jenis tiang pancang yang mendesak tanah(displacement pile), pada saat tiang dipancang, nilai K akan lebih besar dari Ko, sedangkan untuk tiang bor nilai K akan lebih kecil dari Ko. Dengan kata lain untuk tiang pancang Ko merupakan batas bawah, sedangkan untuk tiang bor Ko

merupakan batas atas dari kapasitas tiang. Nilai Ko ini biasanya dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Ko = 1 sin dengan adalah sudut geser tanah. Nilai ini tergantung kepada kekasaran material tiang yang digunakan dan biasanya dihubungkan dengan sudut gesek dalam tanah () sebagai patokan dapat dipergunakan nilai sebagai berikut : - Untuk tiang baja, = 200 - Untuk tiang beton, = 0,75 - Untuk tiang kayu, = 2/3

Anda mungkin juga menyukai