Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS PANJANG

KNEE OSTEOARTHRITIS

Oleh:
dr. Osman Wijaya

Peserta PPDS 1
Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Pembimbing:
dr. Dewi Masrifah Ayub, Sp.K.F.R.
Staf Pengajar PPDS I Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

DEPARTEMEN / SMF KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan kondisi yang dikaitkan dengan nyeri sendi dan
keterbatasan fungsional dan merupakan penyebab utama disabilitas pada dewasa lanjut.
Osteoartritis menempati peringkat kelima tertinggi penyebab disabilitas menahun di seluruh
populasi negara-negara maju, dan peringkat kesembilan pada negara berkembang
(Wittenauer, et al. 2013).
Usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya osteoarthritis. Seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025 populasi usia lanjut di
Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990. Di Indonesia sendiri, prevalensi OA
lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang
berumur antara 40-60 tahun. Dari 2760 kasus reumatik pada tahun 2010, 73% diantaranya
adalah penderita OA, dengan demikian OA akan semakin banyak ditemukan dalam praktek
dokter sehari-hari. (PB IRA. 2014)
Menurut American College of Rheumatology, osteoartritis merupakan sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah pada tanda dan gejala sendi. osteoartritis merupakan
penyakit degeneratif progresif yang ditandai dengan abrasi tulang rawan sendi dengan adanya
pembentukan tulang rawan baru yang ireguler pada permukaan sendi. Rasa nyeri yang timbul
pada osteoartritis diakibatkan oleh aktivitas yang meningkat dan membaik dengan istirahat.
Trauma dan obesitas telah dihubungkan dengan timbulnya osteoartritis. Selain itu, faktor
utama lainnya yang menyebabkan osteoartritis adalah penuaan dan genetik (Hochberg, 2012).

Osteoarthritis lutut merupakan suatu kondisi destruksi progresif dari kartilago sendi
lutut, permukaan tulang subkondral, dan synovial yang disertai dengan nyeri, imobilisasi,
kelemahan otot, dan penurunan fungsi dan kemampuan melakukan aktivitas sehari hari.
(Newberry, 2017).,
Sendi lutut merupakan sendi yang menerima beban terbesar pada tubuh dan berperan
penting dalam fungsi mobilisasi (Reyes et al, 1978). Secara klinis pada pasien dengan
osteoarthritis timbul nyeri, keterbatasan gerak sendi, instabilitas sendi dan gangguan sendi
dalam melakukan aktivitas harian. Instabilitas sendi yang ditimbulkan diakibatkan oleh
kelemahan otot quadriceps femoris, nyeri atau terganggunya kontrol neuromuskuler.
Dengan penegakan diagnosis yang tepat, penatalaksanaan yang tepat dan pencegahan
komplikasi dini maka prevalensi, angka kekambuhan dan tingkat komplikasi yang
ditimbulkan dapat diturunkan. Dengan latihan penguatan otot dan latihan keseimbangan,
diharapkan dapat memperbaiki kekuatan otot dan propriosepsi sehingga mengurangi
progresifitas osteoarthritis (Bennel et al, 2005).
Pengetahuan tentang biomekanik osteoarthritis lutut penting untuk diketahui oleh
klinisi kedokteran fisik dan rehabilitasi sehingga dengan penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat serta adanya upaya pencegahan komplikasi dini maka diharapkan
agar prevalensi kekambuhan dan komplikasi penyakit dapat diturunkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Osteoartritis (OA) adalah penyakit degeneratif kartilago sendi dengan perubahan
reaktif pada sendi, seperti pembentukan osteofit, perubahan tulang subkondral, perubahan
sumsum tulang, reaksi fibrous pada sinovium dan penebalan kapsul sendi yang dapat
mengenai satu atau lebih sendi (Stitik et al, 2010).
Menurut American College of Rheumatology, osteoarthritis merupakan sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah pada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis merupakan
penyakit degeneratif progresif yang ditandai dengan abrasi tulang rawan sendi dengan adanya
pembentukan tulang rawan baru yang ireguler pada permukaan sendi. Rasa nyeri yang timbul
pada osteoarthritis diakibatkan oleh aktivitas yang meningkat dan membaik dengan istirahat.
Trauma dan obesitas telah dihubungkan dengan timbulnya osteoarthritis. Selain itu, faktor
utama lainnya yang menyebabkan osteoarthritis adalah penuaan dan genetik (Hochberg,
2012).

2.2 EPIDEMIOLOGI
Osteoarthritis genu memiliki prevalensi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
OA tipe lainnya. Osteoarthritis genu menyerang dewasa lanjut usia yang berumur lebih dari
65 tahun, dengan prevalensi di Amerika Serikat sebanyak 33,6% (12,4 juta) dimana wanita
memiliki prevalensi yang lebih tinggi (42,1%) dibandingkan pria (31,2%). Insiden OA akan
meningkat seiring dengan peningkatan usia dan peningkatan berat badan, terutama pada
wanita obesitas. Aktivitas fisik yang berat terutama aktivitas yang membutuhkan gerakan
seperti berlutut, jongkok, dan berdiri dalam jangka waktu lama serta adanya trauma pada
sendi lutut juga dapat dikaitkan dengan gejala OA genu. (Lespasio et al, 2017) Prevalensi
terjadinya osteoartritis meningkat tajam pada wanita yang berumur ≥ 40 tahun dan pada pria
setelah umur 50 tahun. (Stitik et al, 2010)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) kemenkes RI tidak menyebutkan data tentang
osteoarthritis, namun hanya disebutkan “penyakit sendi/rematik”. Dari data Riskesdas 2013
didapatkan prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7% (Riskedas, 2013). Penelitian di
Bandung pada pasien yang berobat ke klinik reumatologi RSHS pada tahun 2007 dan 2010,
berturut-turut didapatkan: OA merupakan 74,48% dari keseluruhan kasus (1297) reumatik
pada tahun 2007. Enam puluh sembilan persen diantaranya adalah wanita dan kebanyakan
merupakan OA lutut (87%). (PB IRA. 2014)

2.3 ANATOMI DAN KINESIOLOGI SENDI LUTUT


Sendi lutut merupakan salah satu sendi dengan struktur sangat kompleks pada tubuh
manusia. Sendi lutut adalah salah satu sendi besar yang menahan axial loading cukup berat.
Sendi lutut merupakan sendi sinovial “hinge type“ dengan pergerakan fleksi, ekstensi,
dikombinasikan dengan pergeseran dan berputar atau rotasi. (Lippert, 2011)

Gambar 2.1. Potongan sagital dan aspek anterior lutut (Hansen, 2014)
Sendi lutut merupakan sendi benar, sehingga terdiri dari suatu kavitas, kapsul sendi,
membran sinovial dan cairan sinovialnya, permukaan sendi yang licin dan dilindungi oleh
kartilago. Normalnya kartilago ini membuat permukaan tulang persendiaan menjadi licin dan
mengurangi gesekan antar tulang saat sendi bergerak. Lapisan tulang yang persis dibawah
kartilago disebut tulang subkondral (Ellis, 2006). Menurut Sitik, et al (2010) pada keadaan
normal terdapat keseimbangan pembentukan dan penghancuran kartilago, namun pada OA,
keseimbangan ini terganggu, sehingga terjadi perubahan matriks dan kondrosit.
Secara anatomis, lutut diperkuat oleh ligamen kolateral medial, kolateral lateral,
krusiatum anterior, krusiatum posterior, dan diperkuat oleh otot- otot di sekitarnya. Selain itu,
meniscus, saraf dan bursa di lutut membantu biomekanikanya (Neuman, 2002).
Patella mempunyai biomekanik penting yaitu membantu quadriceps melakukan ekstensi
dengan cara memanjangkan lever arm dan memungkinkan distribusi kompresi yang lebih
baik pada femur. Sewaktu otot quadriceps berkontraksi yang berperan menarik patella ke
medial menjaga tetap pada sulkus femoralis adalah otot vastus medialis oblique (VMO). Otot
vastus medialis memegang peranan pada 100 – 150 akhir ekstensi (Neumann, 2010).

2.4 ETIOLOGI OSTEOARTRITIS


Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibagi menjadi dua yaitu osteoarthritis
primer dan sekunder. Dikatakan osteoarthritis primer apabila penyebabnya tidak diketahui,
sedangkan osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis yang diakibatkan karena ada faktor
yang mendasari. Faktor penyebabnya antara lain trauma, penyakit metabolik, proses
inflamasi, gangguan hormonal dan sebagainya.
Adapun faktor risiko untuk osteoarthritis, antara lain:
 Jenis kelamin
Jenis kelamin wanita lebih rentan untuk menderita Osteoarthritis. Dalam studi meta-analisis
berbasis populasi, laki – laki memiliki resiko lebih rendah terjadinya osteoarthritis lutut
secara radiografi (RR 0,63, 95% CI) (Suri, 2012).
 Usia
Usia merupakan faktor resiko yang kuat terhadap prevalensi dan insidensi osteoarthritis lutut,
hip, dan sendi – sendi lain. Lebih dari 80% individu berusia lebih dari 75 tahun terkena
osteoarthritis. Bukti radiografi menunjukkan insidensi OA jarang pada usia di bawah 40
tahun (Stitik, 2006).
 Genetik
Patogenesis osteoartritis melibatkan proses yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan. Penelitian terbaru dalam hal pemetaan genotyping dan single-nucleotide
polymorphism dapat memberikan pemahaman yang lebih baik untuk mempelajari kontribusi
genetik dari osteoarthritis serta mengidentifikasi target potensial untuk pengobatan.
Diperkirakan, pengaruh faktor genetik terhadap osteoarthritis lutut, hip, dan tangan adalah
39%, 60%, dan 59% (Suri, 2012).
 Cedera atau trauma pada sendi lutut
Cedera pada lutut merupakan faktor resiko yang kuat untuk munculnya osteoarthritis di masa
depan, dan mungkin menjadi faktor resiko yang paling mudah dicegah dibanding faktor
resiko lain. Hubungan antara cedera sendi dan osteoarthritis telah dipelajari paling baik pada
osteoarthritis lutut, dimana cedera berhubungan dengan hampir 4 kali lipat relative risk (RR)
menderita osteoarthritis lutut (Suri, 2012)..
 Pekerjaan dengan repetitive stress pada sendi lutut
Pekerjaan yang membutuhkan posisi berjongkok atau berlutut lebih dari dua jam sehari
dikaitkan dengan dua kali lipat peningkatan resiko osteoarthritis lutut sedang sampai berat
berdasar gambaran radiologis (Heidari, 2011).
 Obesitas
Pada wanita atau lelaki dengan Body Mass Index (BMI) 30 hingga 35, risiko menderita
osteoarthritis meningkat hingga 4 kali lipat. (King, 2013)

2.5 PATOFISOLOGI OSTEOARTRITIS


Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada
tulang rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis
matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang
mengubah biomekanik dari tulang rawan, dan berakibat pada tulang rawan kehilangan
kemampuan kompresibilitasnya yang unik (Xia, 2014).
Pada permulaan patogenesis, terjadi digesti matrix oleh enzim protease dengan
keterlibatan penting dari matrix metalloprotease (MMP). Diketahui terjadi peningkatan
collagenase, stromelysin, dan gelatinase yang merupakan bagian dari MMP pada osteoartritis.
Secara fisiologis, aktivitas MMP dikontrol oleh aktivasi tissue inhibitor of metalloprotease
(TIMP). Selain itu, sitokin proinflamasi juga bertanggung jawab pada proses katabolik
jaringan lutut yang mengalami osteoartritis. Sitokin proinflamasi diproduksi oleh membran
sinovial, kemudian menyebar ke seluruh sendi melalui cairan synovial sehingga mengaktivasi
kondrosit untuk memproduksi sitokin proinflamasi lainnya. Sel-sel lapisan synovial akan
memproduksi Interleukin (IL)-1b, Tumor necrosis factor (TNF) a, IL-6, leukemic inhibitor
factor (LIF) dan IL-17. Dari data yang diperoleh, IL-1b dan mungkin TNF-a adalah faktor
katabolik utama yang menyebabkan kerusakan pada jaringan sendi. Selain itu NO juga
dianggap sebagai salah satu faktor proses katabolik pada osteoartritis. Jika dibandingkan
dengan normal, sendi dengan OA memproduksi NO dalam jumlah yang lebih besar. Dalam
kondisi respon inflamasi pada OA, perubahan ekspresi dan/atau aktifitas siklooksigenase-2
(COX-2) tampaknya menjadi salah satu penentu utama produksi prostaglandin-E2 (PGE2)
(Xia, 2014).
Dalam hal degenerasi tulang rawan, pada osteoartritis terjadi perubahan pada tulang
dan daerah sekitarnya. Tulang subkondral yang mengalami perubahan berperan penting pada
patogenesis osteoartritis. Perkembangan osteoartritis dipengaruhi oleh penebalan tulang
rawan subkondral. Sclerosis pada tulang masih diperdebatkan apakah terlibat atau memulai
proses osteoartritis. Pada tulang rawan subkondral, mikrofraktur yang diakibatkan oleh
trauma repetitif kemudian diikuti proses penyembuhan dan remodeling internal untuk
melawan trauma repetitif ini dapat membentuk tulang yang lebih kaku. Tulang yang lebih
kaku ini tidak lagi merupakan peredam tekanan yang baik. Tulang rawan subkondral yang
semakin kaku mengakibatkan perubahan struktur mineral tulang yang akan meningkatkan
kepadatan tulang (Xia, 2014).
Aktivitas osteoblast yang abnormal juga berperan dalam patogenesis osteoartritis.
Pada pasien dengan osteoartritis, aktifitas plasminogen activator (urokinase)/ plasmin system
activity dan IGF-1 dari osteoblast mengalami peningkatan. Disertai dengan stress mekanik
atau stress kimia pada sendi, aktivitas osteoblast akan meningkat pesat sehingga
meningkatkan pembentukan tulang rawan subkondral. Proses ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan pada sendi yang terlibat sehingga akan memperburuk erosi sendi
(Sokolove, 2013).

Gambar 2.2. Sendi yang sehat vs Sendi pada OA (Dekker J, 2014)

Nyeri pada penyakit osteoartritis, melibatkan mekanisme kompleks saraf perifer dan
sentral. Misalnya, sensitisasi saraf merupakan karakteristik signifikan dari transmisi nyeri
pada pasien osteoartritis dan kadang terdapat ketidaksesuaian antara nyeri dengan patologi
sendi pasien. Kartilago hialin tidak diinervasi saraf, rasa nyeri berasal dari synovium, tulang
rawan subkondral dan periosteum, yang dipersarafi oleh serabut saraf nociceptive yang
berukuran kecil. Stimulus nociceptive diakibatkan dari kerusakan jaringan selama degradasi
sendi. Nyeri yang muncul diduga ada hubungan dengan lesi dari sumsum tulang, penebelan
synovial (synovitis) dan efusi sendi. Mediator inflamasi yang diproduksi synovium dan
chondrocit meningkatkan eksitasi dari saraf nociceptive menghasilkan respon nyeri.
Perubahan pada tulang rawan subkondral (memicu nyeri melalui stimulasi nociceptive)
mempengaruhi tulang rawan untuk mengalami kerusakan lebih jauh melalui mekanisme wear
and tear, dan tulang rawan subkondral menjadi lebih tidak mampu untuk menyerap tekanan
atau beban yang dialami di sendi. Perubahan mekanisme pada tulang rawan subkondral
selama remodelling seperti pengerasan tulang, menginduksi kaku pada sendi yang mengawali
dan berkontribusi pada hilangnya tulang rawan. Perubahan dalam ekspresi gen tulang rawan
subkondral mendahului degenerasi tulang rawan dan mengubah aktivitas factor katabolic dari
kondrosit yang berkontribusi terhadap degenerasi dari tulang rawan. (Berteau, 2022)

Gambar 2.3. Lingkaran perkembangan dan faktor resiko OA (Berteau, 2022)

2.6 DIAGNOSIS OSTEOARTRITIS


The American College Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut idiopatik
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologis (Toledo, 2011).
Tabel 1. Kriteria diagnosis OA menurut The American College of Rheumatology (Toledo,
2011)
Klinis dan Laboratoris Klinis dan Radiologis Klinis
Nyeri Lutut + Nyeri Lutut + Nyeri Lutut +
Minimal 5 dari 9 : Minimal 1 dari 3 : Minimal 3 dari 6 :
- Usia > 50 tahun - Usia > 50 tahun - Usia > 50 tahun
- Stiffness < 30 menit - Stiffness < 30 menit - Stiffness < 30 menit
- Krepitasi - Krepitasi - Krepitasi
- Bony tenderness Osteofit - Bony tenderness
- Pelebaran tulang (bony - Pelebaran tulang (bony
enlargement) enlargement)
- Tidak hangat pada - Tidak hangat pada
perabaan (no palpable perabaan (no palpable
warmth) warmth)
- LED < 40 mm/jam
- RF < 1 : 40
- Cairan synovial : OA
(WBC < 2000/ul)
92% sensitive 91% sensitif 95% sensitive
75% spesifik 86% spesifik 69% spesifik

Pada kasus osteoartritis, anamnesis dan pemeriksaan fisik memiliki peran penting
dalam penegakan diagnosis. Keluhan utama pada osteoartritis adalah nyeri sendi saat
pergerakan. Keluhan biasanya timbul saat memulai gerakan, atau saat pasien mulai berjalan.
Nyeri yang dikeluhkan biasanya berupa nyeri tumpul yang terlokalisir. Nyeri kadang timbul
juga saat malam hari. Seiring dengan progresifitasnya, nyeri akan semakin lama dan
fungsionalitas dari sendi akan semakin terganggu. Nyeri sering disertai kekakuan sendi
terutama pagi hari, bahkan dapat mempengaruhi luas gerak sendi. Pada beberapa kasus sering
dikeluhkan nyeri timbul saat terpapar dengan dingin. Adanya kekakuan sendi kurang dari 30
menit dapat terjadi baik di saat pagi hari maupun setelah tidak beraktivitas dalam periode
waktu tertentu. Krepitasi juga sering dikeluhkan pada pasien dengan osteoartritis (Michael,
2010).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada sendi. Pemeriksaan
disesuaikan dengan keluhan pada pasien dan harus mencakup seluruh pemeriksaan yang
relevan pada sendi yang terlibat termasuk inspeksi, palpasi, luas gerak sendi dan pemeriksaan
khusus (stabilitas ligament, meniscus dan gait analysis). Pemeriksaan ligament lutut meliputi
pemeriksaan ligament anterior (anterior drawer test), posterior (posterior drawer test), lateral
(valgus stress test) dan medial ligament (varus stress test). Meniskus diperiksa secara
manual, sendi femoropatelar diperiksa untuk mencari tanda-tanda iritasi dan pergerakannya.
Selain itu dapat ditemukan efusi pada sendi, dengan gambaran pleocytosis ringan, viskositas
normal, dan protein sedikit meningkat. Krepitasi saat sendi digerakkan, keterbatasan luas
gerak sendi, dan tampak adanya deformitas / malalignment pada lutut baik genu varus
maupun valgus juga sering didapatkan pada OA (Michael, 2010).
Osteoartritis juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan. Salah satu
sistem grading yang paling umum berdasarkan gambaran radiologis adalah sistem Kellgren-
Lawrence, seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 Sistem grading Kellgren-Lawrence ini menilai
tingkat keparahan OA lutut berdasarkan keberadaan osteofit, penyempitan celah sendi,
sklerosis dan deformitas sendi tibiofemoral, walaupun perlu dicatat bahwa gejala dapat
timbul tanpa kelainan radiologis (grade 0) dan gambaran X-ray abnormal bukan penanda
pasti tingkat nyeri (Mao, Watson, & Hsieh, 2016).

Gambar 2.4 Gambaran Radiologis Berdasarkan Sistem Grading Kellgren-Lawrence untuk


OA Tibiofemoral (Hayashi D, et al, 2013)

2.7 TATALAKSANA OSTEOARTRITIS


Penatalaksanaan Osteoarthritis terdiri dari terapi farmakologis, terapi konservatif hingga
tindakan operatif. Tujuan pengobatan OA adalah mengurangi rasa sakit, menekan proses
inflamasi (peradangan), memperbaiki fungsi sendi (ADL dan mobilisasi), mencegah
perubahan sendi, melakukan koreksi terhadap kelainan yang sudah terjadi, memperkuat
otot-otot yang lemah, membantu penderita agar mengerti penyakitnya, dan memberi
bantuan psikologis (Hsieh, 2016).
a. Terapi farmakologis
Paracetamol dan NSAID merupakan terapi farmakologis lini pertama pada
osteoarthritis. Terapi ini memiliki efek samping gastrointestinal dan gangguan fungsi ginjal.
Tramadol dan opioids bisa menjadi alternatif terapi osteoarthritis bila ditemukan efek
samping setelah pemberian NSAID. Penggunaan lokal anestesi atau NSAID topikal di atas
area sendi yang nyeri terbukti memberikan hasil yang memuaskan. Pemberian
glucosamine sebagai terapi adjuvan pada osteoartritis juga bermanfaat (Hsieh, 2016).
b. Terapi non farmakologis
 Edukasi Pasien
Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien, apa yang diharapkan setelah terapi
dan penjelasan proteksi sendi. Proteksi sendi (knee joint conservation) yaitu aktivitas
untuk melindungi sendi lutut dari stres yang berlebihan yang dapat berupa:
 meminimalisasi kegiatan naik turun tangga
 menggunakan kaki yang lebih tidak sakit/sehat lebih dahulu saat naik tangga dan
menggunakan kaki yang lebih sakit saat turun tangga
 menghindari duduk di kursi yang rendah
 menghindari posisi jongkok
 Penurunan Berat Badan (bila overweight atau obesity)
ACSM (American College of Sport Medicine) merekomendasikan program penurunan
berat badan sebagai berikut:
 Target penurunan berat badan minimal adalah 5-10% dari berat badan awal selama 3-
6 bulan.
 Target meliputi perubahan pola makan dan latihan secara terus menerus, karena
perubahan yang terus-menerus ini akan menghasilkan penurunan berat badan yang
signifikan. Penurunan energy intake sebanyak 500-1000 kkal/hari untuk menurunkan
berat badan, dikombinasikan dengan penurunan intake lemak <30% dari total energy
intake.
 Secara progresif meningkatkan intensitas latihan dari moderat sampai minimum 150
menit/minggu untuk mengoptimalkan kebugaran pada pasien dewasa dengan obesitas.
Tingkatkan secara perlahan intensitas latihan fisik (misal >250 menit/minggu) untuk
mempertahankan kontrol berat badan jangka panjang.
 Berikan resistance exercise sebagai tambahan pada kombinasi aerobic exercise dan
penurunan energy intake untuk mengurangi berat badan.
 Terapi Fisik
Modalitas diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi spasme otot, membantu
resolusi infiltrat radang, edema, eksudat dan memberikan efek sedatif.
 TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). Sesuai dengan teori “Gate
Control” dari Mellzack & Wall, impuls dari TENS (low intensity, high frequency)
dihantarkan melalui serabut saraf bermielin, memblok transmisi nyeri nosiseptif pada
kornu dorsal medulla spinalis
 Terapi panas. Terapi panas superfisial (antara lain terapi Infra Red, Hydrocollator Pack)
menghasilkan panas tertinggi pada permukaan kulit tetapi dapat diterapkan pada
sendi-sendi kecil yang hanya ditutupi jaringan lunak yang minimal. Terapi panas
dalam (diathermy) dapat berupa Microwave Diathermy, Shortwave Diathermy,
Ultrasound Diathermy. Terapi panas biasanya diberikan pada fase sub-akut dan kronis.
 Terapi dingin. Terapi modalitas ini mempunyai efek hampir sama dengan terapi panas
hanya saja digunakan pada fase akut
 Terapi air (hydrotherapy). Merupakan terapi yang mengkombinasikan air dan aliran
udara sehingga menimbulkan arus turbulensi air yang memberikan efek pijatan
pada penderita. Temperatur air dapat diatur (antara 36oC - 41oC), agar dapat
memberikan efek hangat (sebagai contoh Whirpool bath).
 LASER. Terapi Laser adalah terapi non-invasif yang memanfaatkan sinar cahaya kuat
dengan panjang gelombang tertentu untuk membantu mengurangi rasa sakit yang terkait
dengan cedera/penyakit. Terapi laser tingkat rendah (LLLT) memiliki kegunaan
potensial yang besar dalam hal ini, karena beberapa studi telah menunjukkan bahwa ia
dapat mengatur interleukin dan ekspresi mediator inflamasi dan juga dapat mengurangi
tanda-tanda dan gejala inflamasi yang terdapat pada osteoartritis. (Alves, 2013)
 Terapi Latihan
Terapi latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi spasme otot,
mengurangi kaku sendi, dan memperbaiki sirkulasi darah dan limfe. Syarat utama
dalam memberikan latihan adalah tidak menambah beban/stres pada sendi dan tidak
menambah/menyebabkan nyeri. ACSM (American College of Sport Medicine)
merekomendasikan aerobic and resistance exercise pada pasien dengan hipertensi
dengan pedoman sebagai berikut (Linda, S. (eds.), 2010):
 Frekuensi: aerobic exercise setiap hari selama seminggu resistance exercise 2-3x/minggu
 Intensitas: intensitas sedang untuk aerobic exercise (misal 40% - 60% VO2R atau HRR,
RPE 11-13), ditambah dengan resistance training pada 60-80% 1-RM.
 Waktu: 30-60 menit/hari aerobic exercise, continue atau intermitten. Jika intermitten
minimal 10 menit sampai akumulasi total 30-60 menit/hari, resistance training terdiri
dari minimal 8-12 kali repetisi pada kelompok otot mayor.
 Tipe: diutamakan pada aerobic exercise seperti berjalan, jogging, bersepeda dan
berenang.
 Progression: secara bertahap tingkatkan latihan dan hindari komponen latihan yang
terlalu banyak terutama intensitasnya.
 Hal-hal yang harus diwaspadai: hipertensi berat yang tidak terkontrol, riwayat CVD
(Cardiovascular Disease) seperti penyakit jantung iskemik, gagal jantung, stroke,
penggunaan ß-blocker dan diuretik, α-blocker, calcium channel blocker; hindari
Valsava maneuver selama resistance training.
 Pemberian Alat Bantu Jalan; seperti tongkat/cane, kruk atau walker untuk berjalan
 Intervensi khusus untuk beberapa penderita OSTEOARTHRITIS lutut:
- Tapping pada lutut
- Lateral-wedged insoles pada genu varus
- Pemberian bracing pada lutut dengan deformitas. Deformitas yang sering terjadi adalah
lutut valgus dan varus. Ortesa untuk kondisi ini adalah Canadian Arthritis and
Rheumatism Society - University of British Columbia (CARS-UBC) KO, yang terdiri
dari 2 cuff plastik (pada betis dan paha) yang dihubungkan oleh suatu batang sehingga
memungkinkan lutut fleksi. Batang terletak di medial untuk lutut varus dan lateral
untuk valgus. Three point pressure system menahan gaya valgus/varus ketika lutut
ekstensi penuh pada keadaan weight bearing.
 Latihan Kebugaran.
Berenang merupakan latihan kebugaran yang paling baik dikarenakan air mempunyai efek
buoyancy atau daya apung sehingga tidak memberikan beban pada sendi.
c. Terapi Pembedahan
- Terapi Pembedahan Non-TKA
Ketika terapi konservatif gagal, maka dapat dipertimbangkan terapi pembedahan
minimal invasif sebelum TKA. Kebanyakan pilihan bedah sebelum TKA, melibatkan
arthroscopy untuk debridement kompartemen sendi lutut atau meniscectomy pada
robekan meniskus. Namun, arthroscopic debridement untuk osteoarthritis masih
kontroversial. Sekitar 50%-75% pasien akan mengalami perbaikan kondisi setelah
tindakan ini, namun 15% pasien pada akhirnya akan menjalani TKA dalam 1 tahun, dan
hanya 44% yang mengalami penurunan nyeri yang signifikan secara statistik (Van
Manen, 2012).
- Terapi Pembedahan TKA
Total Knee Arthroplasty (TKA) atau Total Knee Replacement (TKR) sudah mulai
dikenalkan pada tahun 1970 an, dan sekarang sudah menjadi prosedur bedah yang umum
dilakukan. TKA diindikasikan untuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis, atau tipe artritis
lain dengan disabilitas berat, nyeri yang sangat mengganggu, dan fungsi yang terbatas.
Tujuan utama TKA adalah untuk mengurangi nyeri, dapat kembali beraktifitas sehari –
hari. Osteoarthritis stadium akhir, yang ditunjukkan dari gambaran radiografi, dan nyeri
yang persisten setelah seluruh terapi konservatif dilakukan, adalah indikasi utama TKA.
Nyeri tersebut adalah nyeri yang sangat membatasi aktivitas sehari – hari, terutama nyeri
persisten saat malam hari atau saat melakukan aktivitas weight bearing. Nyeri tersebut
juga menetap setelah terapi konservatif paling tidak selama 6 bulan (Van Manen, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Alves, Ana Carolina, et al. 2013. Effect of Low-Level Laser Therapy on The
Expression of Inflammatory Mediators and on Neutrophils and Macrophages in
Acute Joint Inflammation. Brazil: Arthritis Reasearch and Therapy.

Amiin, Aamani Sabili. 2018. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Derajat Defek
Kartilago Osteoartritis Lutut Berdasarkan Ultrasonografi. Semarang :
Universitas Diponegoro.

Bennel K & Hinman R, 2005. Exercise as a Treatment for osteoartritis. Curr Opin
Rheumatol 17, p 634-40.

Cailliet, R, 1980. Knee Pain and Disability. F. A. Davis Company, Philadelphia, 1-


3,97.

Ellis H, 2006. The Lower Limb. In : Ellis H, Mahadevan V. (eds) Clinical Anatomy :
Applied
Anatomy for Students and Junior Doctors. Australia : Blackwell Publishing Ltd,
222-226.

Berteau, J.-P. Knee Pain from Osteoarthritis: Pathogenesis, Risk Factors, and Recent
Evidence on Physical Therapy Interventions. J. Clin. Med. 2022, 11, 3252

Blaustein, DM, & Philips, EM. 2019. Muskuloskeletal Disorder, Pain and
Rehabilitation: Knee and Lower Legs. Dalam, WR. Frontera, JK, Silver, & JT,
Rizzo, Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia:
Elsevier. Hal. 391-397.

Hansen, JT. 2014. Netter's Clinical Anatomy. Philadelphia: Elsevier. Hal. 248-258.

Hayashi, D, Guermazi, A, & Roemor, FW. 2016. Radiography and Computed


Tomography Imaging of osteoartritis. Dalam Doherty, M, & Hunter, DJ et al.
Oxford Textbook of osteoartritis and Crystal Arthropathy. New York: Oxford
University Press. Hal.157-158.

Hochberg M, et al. 2012. American College of Rheumatology 2012 Recommendations


for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapies in osteoartritis
of the Hand, Hip, and Knee. American College of Rheumatology. Vol. 64. p465-
74.

Hunter Hsu & Ryan M. Siwiec. 2019. Knee osteoartritis. Michigan : StatPearls


Publishing.

Hsieh LF, et al. 2016. Rheumatologic Rehabilitation. Dalam : Braddom’s Physical


Medicine and Rehabilitation, 5th ed. Elsevier, , Philadelphia, p.666-8.

Indonesian Rheumatology Association. Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis.


Rekomendasi IRA Untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis. 2014. 2
p.

King L & March L. 2014. Obesity and osteoartritis. Indian Journal of Medical
Research. 138(2): 185-193

Mao, HF, Watson, CP, & Hsieh, LF. 2016. Rheumatologic Rehabilitation. Dalam DX,
Cifu, Braddom's Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: Elsevier.
Hal. 665-684.

Michael J, et al. 2010. The Epidemiology, Etiology, Diagnosis and Treatment of


osteoartritis of the Knee. Dtsch Arztebl Int; 107(9): 152-62

Neumann, D.A. 2002. Knee. Dalam Neumann, D.A. (eds.) Kinesiology of the
Musculoskeletal System. 1 ed. Missouri: Mosby. 434-476.

Riebe, Deborah. 2018. ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription 10 th
Edition. Wolters Kluwer. Hal : 394-399

Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI.

Sitik, TP, Kim, JH, Stiskal, D, Foye, P, Nadler, R, Wyss, J, et al. 2010. osteoartritis.
Dalam JA, De Lisa, & RW, Frontera, De Lisa's Physical.

Sokolove J, Lepus C. 2013. Role of Inflammation in Pathogenesis of osteoartritis :


Latest Finding and Interpretations. Therapeutic Advance in Musculoskeletal
Disease 5, p77-94.
Suri, Pradeep et al. 2012. Epidemiology of osteoartritis and Associated Comorbidities.
American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation, Vol. 4, S10-S19

Toledo S D, 2011. Rheumatic Disease. Dalam Braddom (ed.), Physical Medicine and
Rehabilitation, 4th ed, Elsevier, Saunders, Philadelphia, 769-87.

Van Manen MD, et al. 2012. Management of Primary Knee osteoartritis and
Indications for Total Knee Arthroplasty for General Practitioners, Evidence –
Based Clinical Review. JAOA, vol. 112, p 709-15

Wittenauer, R, Smith, L, & Aden, K. 2013. Priority Medicines for Europe and The
World: A Public Health Approach to Innovation. Dalam T, Saloni, Update on
2004 Background Paper; osteoartritis. World Health Organization. Hal. 3-11.

Xia B, et al. 2014. Osteoartritis Pathogenesis: A Review of Molecular Mechanisms.


Calcif Tissue Int. 95:495-505.

Zahrani Y. 2014. Effectivenss of Valgus Knee Brace on Biomechanical and Clinical


Outcomes During Walking and Stair Climbing in Individual with Knee
osteoartritis.
CASE REPORT

I. DATABASE (August 15th, 2022)


1.1 Identity
- Name : Ms. S
- Sex : Female
- Age : 59 years old
- Address : Surabaya
- Occupation : Marketing insurance
- Religion : Moslem
- Marital status : Unmarried
- Ethnic : Javanese
1.2 Referred from : Neurologic outpatient clinic with Bilateral Knee Osteoarthritis
1.3 Chief complaint : Nyeri pada lutut kanan dan kiri
1.4 History of Present Illness

She complained of knee pain left > right since 6 months ago. She feel the pain
worsen since 2 weeks ago. In last one month, she always climbs the stairs and this
activity make the pain worsen. The pain is localized at the medial side of the knee and
does not radiate to another part of the body. The pain is dull (described as ‘Linu’) and
intermittent, not followed by numbness, tingling sensation, or burning sensation. The
pain is aggravated when doing the activity or walking more than 15 minute and climbing
the stair (WBFS 6 on the left and WBFS 2 on the right) and relieved after resting and
consuming analgetic (WBFS 3 on the left and WBFS 0 on the right). He also felt that
sometimes his knee is stiff in the morning for around 5 minutes, the complaint was
relieved by itself without any intervention. She also said that both her knee is producing
sounds like “kretek-kretek”.

She complained that she can’t do the prostration and sit between two prostration
moves because of the knee pain, so she is praying in a sitting position. She drives to
work and parks not too far from office around 500 meters. There is no urinating or
defecating problem. Her last period when she was 50 years old.
1.5 History of Functional Ability

She can fully independent to do her daily activities. She sits on a sitting toilet
during micturition and defecation, no episode of incontinence. She walks without
ambulation aid, and able to transfer. She don’t want to climb stair because she feels pain
in her knees every time she tries to step the stairs for the last two weeks

1.6 History of Past Illnesses


- History of Hypertension, Diabetes mellitus, and malignancy were denied
- In early august, laboratory results cholesterol 285 and uric acid 6,8
- Three years ago, she fells down at home with her buttocks hit the floor. After that, she
can stand and feel no pain.
1.7 History of Medication
- Never got any rehabilitation program.
- Neurology OPC: Neurobion 1x1, Natrium Diclofenac 2x1.
- Got Simvastatin 1x1 and allopurinol 2x1 for dyslipidemia (but not routinely consume
the drug)
1.8 History of Hobby and Work
• Hobby: She likes gardening in her house once a week
• Work: She has already twenty years as marketing insurance, and she walks 2-3 hours
a day, and climbs the stairs daily to meet her client. For now, she works in a building
with one floor and no stairs to step. From 2008 – 2013, her office had stairs for 2 floors
and she needs to climb the stairs 5-6 times a day.
1.9 History of Familly Illness

Her mother and sister have history of osteoarthritis


1.10 History of Social Economy and Activity
The patient lives in Surabaya alone. She lives in a boarding house, she has a sitting
toilet. Once a week she went back to Malang, but since two weeks ago after feels pain,
she never went to Malang.

II. PHYSICAL EXAMINATION (August 15th 2022)


II.1 General Status
 Compos Mentis, independent ambulation, normoposture, normogait, right handed
 Vital signs : BP 130/80 mmHg, HR 88 x/minute, RR 20 x/minute, temp 36.8oC, SpO2
98%
 Body weight : 80 kg, body height : 152,5 cm, BMI : 34,39 kg/m2 (obese)
 Head and Neck : no anemia, no icterus, no cyanosis, no dyspneu
 Chest
- Inspection : ictus cordis invisible
- Palpation : Ictus cordis palpated at ICS V MCL sinistral
- Percution:
 Upper heart margin at ICS II parasternal line sinistral
 Lower heart margin at ICS IV parasternal line dextra
 Lower left heart margin at ICS IV MCL sinistra
- Auscultation: heart sound S1-S2 single, regular, no murmur, no gallops normal vesicular
breath sound, no wheezing nor ronchi
 Abdomen : soefl, normal bowel sound, liver and spleen unpalpable
 Extremities : warm acral, no edema at both lower extremities.

Figure 4.1 Posture photos


II.2 Musculoskeletal Status
Region Movement Range of Motion MMT
Neck Flexion Full (0-450) 5
Extension Full (0-450) 5
Lateral Full / Full (0-450) 5/5
flexion Full / Full (0-600) 5/5
Rotation
Trunk Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Full / Full (0-350) 5/5
flexion Full / Full (0-450) 5/5
Rotation
Shoulder Flexion Full / Full (0-1800) 5/5
Extension Full / Full (0-600) 5/5
Abduction Full / Full (0-1800) 5/5
Adduction Full / Full (0-450) 5/5
Internal Full / Full (0-900) 5/5
Rotation Full / Full (0-700) 5/5
External
Rotation
Elbow Flexion Full / Full (0-1350) 5/5
Extension Full / Full (135º-0) 5/5
Pronation Full / Full (0-900) 5/5
Supination Full / Full (0-900) 5/5
Wrist Flexion Full / Full (0-800) 5/5
Extension Full / Full (0-700) 5/5
Radial Full / Full (0-200) 5/5
deviation Full / Full (0-300) 5/5
Ulnar
deviation
Fingers Flexion: Full / Full (0-900) 5/5
MCP Full / Full (0-1000) 5/5
PIP Full / Full (0-900) 5/5
DIP Full / Full (0-450) 5/5
Extension Full / Full (0-200) 5/5
MCP Full / Full (20-00) 5/5
Abduction
Adduction
Thumb Flexion: Full / Full (0-500) 5/5
MCP Full / Full (0-900) 5/5
IP Full / Full (50-00) 5/5
Extension: Full / Full (90-00) 5/5
MCP Full / Full (0-900) 5/5
IP Full / Full (0-500) 5/5
Abduction Full / Full (50-00) 5/5
Adduction
Opposition
Hip Flexion Full / Full (0-1250) 5/5
Extension Full / Full (0-300) 5/5
Abduction Full / Full (0-450) 5/5
Adduction Full / Full (0-200) 5/5
Int. Rotation Full / Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full / Full (0-450) 5/5
Knee Flexion Full / Full 5/5
Extension Full / Full (pain) 5 / 4p
Ankle Dorsoflexion Full / Full (0-200) 5/5
Plantarflexion Full / Full (0-500) 5/5
Eversion Full / Full (0-150) 5/5
Inversion Full / Full (0-350) 5/5
Toes Flexion Full / Full (0-300) 5/5
Extension Full / Full (0-800) 5/5
Big Toe Flexion Full / Full (0-250) 5/5
Extension Full / Full (0-800) 5/5
II.3 Neurological Examination
 N. Cranialis I –XII : Normal
 Physiological Reflex : BPR +2/+2, KPR +2/+2, TPR +2/+2, APR +2/+2
 Pathological Reflex : Babinski neg/neg, Hoffman neg/neg, Tromner neg/neg
 Spasticity : negative/negative
 Sensory deficit : negative

II.4 Local Status of the Knee Region


 Inspection : redness neg/neg, swelling neg/neg, deformity neg/neg
 Palpation : warmth neg/neg, crepitation pos/pos, tender point at medial left genu,
atrophy left vastus medialis oblique (VMO)
 Circumference
- MTP : 42 cm / 42 cm
- Thigh circumference (10 cm above MTP) : 49 cm / 48 cm
- Calf circumference (10 cm below MTP) : 41 cm / 41 cm
 Q-angle
- Non Weight Bearing : 10o (valgus) / 10o (valgus)
- Weight Bearing : 10o (valgus) / 10o (valgus)

Figure 4.2 Local State of Knee and Pedis

II.5 Special Test


 Patellar Grinding Test : pos / pos
 Anterior Drawer Test : neg / neg
 Posterior Drawer Test : neg / neg
 Valgus Stress Test : neg / neg
 Varus Stress Test : neg / neg
 Lachman Test : neg / neg
 McMurray Test : neg / neg
 Compression Test : neg / neg
 Distraction Test : neg / neg

II.6 Functional Examination


 Count test : 28
 Chest expansion test : 4 cm / 4 cm / 4 cm
 Static and dynamic sitting balance : good
 Static and dynamic standing balance : good
 Balance :
- Romberg : good
- Tandem walking : good
- TUG : 9,77 s
- 5STS :11,40 s

II.7 Barthel Index


10 (N: 10 (N:
Feeding 10) Bladder 10)
10 (N:
Bathing 5 (N: 5) Toilet use 10)
15 (N:
Grooming 5 (N: 5) Transfer 15)
10 (N: 15 (N:
Dressing 10) Mobility 15)
10 (N: 10 (N:
Bowel 10) Stairs 10)
Total : 100 (dependent)

WOMAC Score : 37/96 = 38,54%


II.8 Supporting Examination
 X-Ray Genu AP + Lateral Sinistra (August 9th 2020)

Figure 4.3 X-ray Genu AP, Lateral Sinistra

- Tampak penyempitan kompartemen medial femorotibial joint kiri disertai osteophyte di


condylus lateral et medial os femur et tibia kiri
- Tampak os fabella di fossa poplitea kiri
- Trabekulasi tulang di luar lesi normal
- Tak tampak erosi / destruksi tulang
- Tak tampak soft tissue mass / swelling
Conclusion:
■ Osteoarthrosis femurotibial joint kiri grade 2 (menurut Kellgren and Lawrence
Classification)

III.DIAGNOSIS
3.1 Medical

Bilateral Knee Pain (L > R) ec Knee Osteoarthritis + Obese Grade II

3.2 Functional Diagnosis


 Impairment:
- Pain at left knee
- Tender point at medial side of left knee
- Knee crepitation
- Obese
 Disability:
- Difficulty to move from sitting to standing
- Dificulty when walks at long distance
- Difficulty to do praying at normal position
- Difficulty to go up the stairs

 Handicap:
-
IV. PROBLEM LIST :
Body Function
● b280 Sensation of Pain (bilateral knee pain)
● b530 Weight maintenance function (obese)
● b710 Mobility of joint function (Crepitation, Positive Patellar grinding test on both knee)
● b735 Muscle Tone Function (Atrophy of left VMO)
Body Structure
● s750 Structure of Lower Extremity (knee osteoarthritis)
Activity Limitation
● d410 Changing basic body position (felt pain when moving from sitting to standing)
● d450 Walking (Pain if walks more than 15 minutes)
● d460 Moving around in different locations (pain when going upstairs)
Participation Restriction
● d920 Recreation and leisure (gardening)
● d930 Religion and Spirituality (praying in a sitting position)
Enviromental Factors
● e150 Design, construction and building products and technology of buildings for public
use (stairs in working area)
● e310 Immediate family (family support)
ICF Framework

Functional Diagnosis
Bilateral Knee Pain (L > R) ec Knee Osteoarthritis + Obese Grade II

Body Function Body Structure Participation


Activity Limitation
Restriction
b280 Sensation of pain s750 Structure of Lower d410 Changing basic
d920 Recreation and
b530 Weight maintenance body position
Extremity leisure
function d450Walking
d930 Religion and
d460 Moving around in
b710 Mobility of joint Spirituality
different locations
function
b735 Muscle Tone Function

Enviromental Factors Personal factor


e155 Design, Construction, and Building - Age
Products and Technology of Biulding for - Obese
Private Use
e310 Immediate family
V. GOALS

Short Term Goals :


 Pain reduced from WBS 6 to less than 3
 Restore VMO muscle strength and tone
 Maintain ROM and flexibility of lower extremities
Long Term Goals :
 Reduce body weight
 Pain free mobilization
 Improve of quality of life
 Walk and do the ADL without pain
 Prevent deformity
VI. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Ad Bonam
- Ad Sanationam : Ad Bonam
- Ad Functionam : Ad Bonam

VII. PLANNING

Medical :

 Planning diagnosis :
o Consult to the internist
o X-ray right knee AP/Lateral
 Planning therapy :
o Medication : continue medication from Neurologic outpatient clinic
o Rehabilitation Medicine:
 Modality : SWD 27,12 MHz contraplanar on right and left knee, intensity as patient
tolerance, for 15 minutes
 Therapeutic exercise :
 Active ROM exercise lower extremities on both sides
 Isometric strengthening exercise Quadriceps dextra and sinistra
 Patellar mobilization exercise
 Endurance exercise: F: 3-5x/week, I: THR 40-60% HR Reverse + HR Rest, T: 5-
20-5, T: Static cycle
 Planning monitoring : clinical findings, vital sign, WBS, ROM, Atrophy, BMI, Q Angle
 Planning Education : Health Education and Home Exercise Programme
o Explain the patient’s condition
o Continue the exercise at home
o Icing 15-20 minutes when pain, can be repeated every 2 hours
o Reduce body weight
o Knee joint conservation :
 Avoid squatting
 Hold on to surrounding when transferring or changing position
 Modify the activities that require sitting on the floor or sitting on a low bench
 Avoid using stairs, practice proper use of stair if still necessary (step by step,
climbing stairs by using the healthier knee side first, descending stairs by using
worse knee side first)

Surgical : -
PROGRESS REPORT

September, 22th 2022 (Telemedicine)


 The pain on left knee decreased, WBS : 4 and right knee decreased, WBS: 1-2
 Still felt pain when squatting, walks at long distance, bend his knee for a long time.
 No complained about stiffness in the morning, eventhough sometimes crackled sound still
present when walking.
S The patient already uses knee support and done therapy 3 times.
 She still prays in sitting position, but already starts gardening and went back to Malang
weekly again. She routinely exercise in static cycle 3-5 times weekly for 15-20 minutes
every morning.
 In early September, laboratory results cholesterol 245
 General status: CM, independent ambulation
O
 Body weight: 77 kg, body height : 152,5 cm, BMI: 33,11 kg/m2 (Obese gr II)
 WOMEC score: 18,75%

A Bilateral Knee Pain (L > R) ec Knee Osteoarthritis + Obese Grade II

P PDx :
o Consult to the internist
o X-ray right knee AP/Lateral
PTx :
o Medication : continue medication from Neurologic outpatient clinic
o Rehabilitation Medicine:
 Modality : SWD 27,12 MHz contraplanar on right and left knee, intensity as
patient tolerance, for 15 minutes
 Therapeutic exercise :
 Active ROM exercise lower extremities on both sides
 Isometric strengthening exercise Quadriceps dextra and sinistra
 Patellar mobilization exercise
 Endurance exercise: F: 3-5x/week, I: THR 40-60% HR Reverse + HR Rest,
T: 5-20-5, T: Static cycle
PMx : clinical findings, vital sign, WBS, ROM, Atrophy, BMI, Q Angle
PEx : Health Education and Home Exercise Programme
o Explain the patient’s condition
o Continue the exercise at home
o Icing 15-20 minutes when pain, can be repeated every 2 hours
o Reduce body weight
o Knee joint conservation

October, 19th 2022 (Office visit)


 The pain on left knee decreased, WBS : 3 and right knee decreased, WBS: 1
 Still felt pain when squatting, walks at long distance.
 No complained about stiffness in the morning, eventhough sometimes crackled sound still
S present when walking. The patient already uses knee support and done therapy 4 times.
 She still prays in sitting position, but already starts gardening and went back to Malang
weekly again. She routinely exercise in static cycle 3 times weekly for 15-20 minutes every
morning.
O
 General status: CM, independent ambulation, normal posture, normal gait, right handed
 Vital sign: BP: 120/70 mmHg, HR: 86x/min, RR: 18 x/min
 Body weight : 76 kg, body height : 152,5 cm, BMI : 32,6 kg/m2 (overweight)
 Musculoskeletal status of knee:
 Flexion : ROM = Full / Full ; MMT 5/5
 Extension : ROM = Full / Full ; MMT 5/5
 Local status of knee: Swelling -, Warmth -, Crepitation +/+, tender point (-/-)atrophy VMO
dextra (-).
o Q-Angle : Non WB : 10o (valgus) / 10o (valgus), WB : 10o (valgus) / 10o (valgus)
o Thigh circumference : 47 cm / 47 cm
o Knee circumference : 42 cm / 42 cm
o Calf circumference : 40 cm / 40 cm
 Special test : Patellar grinding test : +/+
 WOMEC score: 14,58%

A Bilateral Knee Pain (L > R) ec Knee Osteoarthritis + Obese Grade II

PDx :
o Consult to the internist
o X-ray right knee AP/Lateral
PTx :
o Medication : continue medication from Neurologic outpatient clinic
o Rehabilitation Medicine:
 Modality : SWD 27,12 MHz contraplanar on right and left knee, intensity as
patient tolerance, for 15 minutes
 Therapeutic exercise :
 Active ROM exercise lower extremities on both sides
P
 Isotonic strengthening exercise Quadriceps dextra and sinistra
 Patellar mobilization exercise
 Endurance exercise: F: 3-5x/week, I: THR 40-60% HR Reverse + HR Rest,
T: 5-20-5, T: Static cycle
PMx : clinical findings, vital sign, WBS, ROM, Atrophy, BMI, Q Angle
PEx : Health Education and Home Exercise Programme
o Explain the patient’s condition
o Continue the exercise at home
o Icing 15-20 minutes when pain, can be repeated every 2 hours
o Reduce body weight
o Knee joint conservation

Anda mungkin juga menyukai