OSTEOARTHRITIS GENU
Oleh:
dr. Nadia Rizki Rahmawati
Peserta PPDS I
Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Pembimbing:
dr. Nur Sulastri, Sp.KFR
Staf Pengajar Lab/SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
i
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Osteoarthritis
DAFTAR PUSTAKA 19
SUMMARY 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
medial, tibiofemoral lateral, atau patellofemoral tergantung lokasi deteroriasi (Cailiet
et al, 1993).
Osetoartritis dapat menyebabkan kaku sendi, nyeri sendi dan dapat
mengganggu kemampuan individu untuk berdiri, berjalan, memanjat dan melakukan
aktivitas-aktivitas lainnya (Hashmi, 2011). Instabilitas sendi terjadi karena
kelemahan otot quadriceps femoris, nyeri, atau terganggunya kontrol neuromuskuler
(Bennel K & Hinman R, 2005). Namun, dengan penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat serta adanya upaya pencegahan komplikasi yang
dilakukan secara dini maka diharapkan agar prevalensi kekambuhan dan progresifitas
penyakit dapat diturunkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi lutut disusun oleh tiga tulang dan dua persendian, yaitu tulang femur,
tibia dan patella, serta sendi femorotibial dan femoropatellar. Permukaan
artikulasinya tidak simetris sehingga membentuk persendian inkongruen. Secara
anatomis lutut di perkuat oleh ligamen kolateral medialis, kolateral lateralis,
krusiatum anterior, krusiatum posterior dan diperkuat oleh otot sekitar. Selain itu,
meniskus dan bursa membantu biomekanika sendi lutut (Neumann, 2010).
Sendi lutut termasuk pada sendi benar. Komponen pada sendi benar ini terdiri
atas suatu cavity, kapsul sendi, membran sinovial dengan cairan sinovialnya,
permukaan sendi yang licin, dan dilindungi oleh kartilago. Normalnya, kartilago ini
3
membuat permukaan tulang persendian menjadi licin dan mengurangi friksi antar
tulang saat sendi bergerak. Lapisan tulang di bawah kartilago, disebut tulang
4
Jenis kelamin wanita berhubungan dengan resiko OA. Dalam studi meta-
analisis berbasis populasi, laki – laki memiliki resiko lebih rendah terjadinya
OA lutut secara radiografi (RR 0,63, 95% CI) (Suri, 2012).
Usia
Usia secara konsisten menjadi faktor resiko yang kuat terhadap prevalensi dan
insidensi OA lutut, hip, dan sendi – sendi lain (Suri, 2012). Lebih dari 80%
individu berusia lebih dari 75 tahun terkena OA. Bukti radiografi
menunjukkan insidensi OA jarang pada usia di bawah 40 tahun (Stitik, 2006).
Genetik
Patogenesis OA melibatkan proses yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan. Penelitian terbaru dalam hal pemetaan genotyping dan single-
nucleotide polymorphism dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
untuk mempelajari kontribusi genetik dari OA serta mengidentifikasi target
potensial untuk pengobatan. Diperkirakan, pengaruh faktor genetik terhadap
OA lutut, hip, dan tangan adalah 39%, 60%, dan 59% (Suri, 2012).
Cedera atau trauma pada sendi lutut
Cedera pada lutut merupakan faktor resiko yang kuat untuk munculnya OA di
masa depan, dan mungkin menjadi faktor resiko yang paling mudah dicegah
dibanding faktor resiko lain. (Suri, 2012).
Pekerjaan dengan repetitive stress pada sendi lutut
Pekerjaan yang membutuhkan posisi berjongkok atau berlutut lebih dari dua
jam sehari dikaitkan dengan dua kali lipat peningkatan resiko OA lutut sedang
sampai berat berdasar gambaran radiologis (Heidari, 2011).
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang memiliki
pengaruh besar dalam mengobati suatu penyakit. Seseorang dengan
obesitas/overweight memiliki risiko 3x lebih besar untuk terjadinya OA
(Hsieh, 2016)
5
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen
pada tulang rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi
dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi
serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, dan berakibat pada
tulang rawan kehilangan kemampuan kompresibilitasnya yang unik (Xia, 2014).
Gambar 2.2. Sendi yang sehat vs Sendi pada OA (Dekker J, 2014)
6
siklooksigenase-2 (COX-2) tampaknya menjadi salah satu penentu utama produksi
prostaglandin-E2 (PGE2) (Xia, 2014).
Dalam hal degenerasi tulang rawan, pada osteoartritis terjadi perubahan pada
tulang dan daerah sekitarnya. Tulang subkondral yang mengalami perubahan
berperan penting pada patogenesis osteoartritis. Perkembangan osteoartritis
dipengaruhi oleh penebalan tulang rawan subkondral. Pada tulang rawan subkondral,
mikrofraktur yang diakibatkan oleh trauma repetitif kemudian diikuti proses
penyembuhan dan remodeling internal untuk melawan trauma repetitif ini dapat
membentuk tulang yang lebih kaku. Tulang yang lebih kaku ini tidak lagi merupakan
peredam tekanan yang baik. Tulang rawan subkondral yang semakin kaku
mengakibatkan perubahan struktur mineral tulang yang akan meningkatkan
kepadatan tulang (Xia, 2014).
Aktivitas osteoblast yang abnormal juga berperan dalam patogenesis
osteoartritis. Pada pasien dengan osteoartritis, aktifitas plasminogen activator
(urokinase)/ plasmin system activity dan IGF-1 dari osteoblast mengalami
peningkatan. Disertai dengan stres mekanik atau stres kimia pada sendi, aktivitas
osteoblast akan meningkat pesat sehingga meningkatkan pembentukan tulang rawan
subkondral. Proses ini akan menyebabkan peningkatan tekanan pada sendi yang
terlibat sehingga akan memperburuk erosi sendi (Sokolove, 2013).
7
dipicu dengan aktivitas dan berkurang saat istirahat. Pada kondisi munculnya keenam
gejala dan tanda tersebut, kemungkinan untuk didapatkannya gambaran OA secara
radiografis meningkat sampai 99%. Pada keadaan lanjut akan terjadi inflamasi pada
sinovial (sinovitis) yang mengakibatkan nyeri dirasa saat istirahat/malam hari.
Adanya kekakuan sendi kurang dari 30 menit dapat terjadi baik di saat pagi hari
maupun setelah tidak beraktivitas dalam periode waktu tertentu (Heidari, 2011).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada sendi. Selain itu
dapat ditemukan efusi pada sendi, dengan gambaran pleocytosis ringan, viskositas
normal, dan protein sedikit meningkat. Krepitasi saat sendi digerakkan, keterbatasan
luas gerak sendi, dan tampak adanya deformitas/malalignment pada lutut baik genu
varus maupun valgus juga sering didapatkan pada OA (Heidari, 2011).
8
Lekosit <2000/mm3
Tabel 2.1. Kriteria diagnosis OA lutut berdasarkan The American College of Rheumatology
Tabel 2.2 Kriteria radiologis berdasarkan Kellgren & Lawrence (Hsieh, 2016)
Derajat Derajat OA Hasil Radiologis
9
Gambar 2.3 Gambaran radiologis sistem grading Kellgren-Lawrence untuk
OA Tibiofemoral
10
Tabel 2.3. Klasifikasi IMT untuk orang Asia menurut WHO Asia Pacific Perspective For
Asians (WHO IOTF 2000)
Klasifikasi IMT (kg/m²): IMT (kg/m²):
Underweight <18.5
Normal 18.5–22.9
Overweight 23-24.9
Obesitas I 25–29.9
Obesitas II ≥30
11
Tujuan pengobatan OA adalah mengurangi rasa sakit, menekan proses
inflamasi (peradangan), memperbaiki fungsi sendi (ADL dan mobilisasi),
mencegah perubahan sendi, melakukan koreksi terhadap kelainan yang sudah
terjadi, memperkuat otot-otot yang lemah, membantu penderita agar mengerti
penyakitnya, dan memberi bantuan psikologis (Hsieh, 2016). Tatalaksana OA
terdiri dari terapi farmakologis, terapi non farmakologis dan terapi operatif.
a. Terapi farmakologis
Edukasi Pasien
Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien, apa yang diharapkan
setelah terapi dan penjelasan proteksi sendi. Proteksi sendi (knee joint
conservation) yaitu aktivitas untuk melindungi sendi lutut dari stres yang
berlebihan yang dapat berupa:
12
ACSM (American College of Sport Medicine) merekomendasikan program
penurunan berat badan sebagai berikut:
13
jaringan lunak yang minimal. Terapi panas dalam (diathermy) dapat
berupa Microwave Diathermy, Shortwave Diathermy, Ultrasound
Diathermy. Terapi panas biasanya diberikan pada fase sub-akut dan
kronis.
Terapi dingin. Terapi modalitas ini mempunyai efek hampir sama
dengan terapi panas hanya saja digunakan pada fase akut
Terapi air (hydrotherapy). Merupakan terapi yang
mengkombinasikan air dan aliran udara sehingga menimbulkan arus
turbulensi air yang memberikan efek pijatan pada penderita.
Temperatur air dapat diatur (antara 36oC - 41oC), agar dapat
memberikan efek hangat (sebagai contoh Whirpool bath).
Terapi Latihan
Terapi latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi
spasme otot, mengurangi kaku sendi, dan memperbaiki sirkulasi darah
dan limfe. Syarat utama dalam memberikan latihan adalah tidak
menambah beban/stres pada sendi dan tidak menambah/menyebabkan
nyeri. ACSM (American College of Sport Medicine) merekomendasikan
aerobic and resistance exercise pada pasien dengan hipertensi dengan
pedoman sebagai berikut (Linda, S. (eds.), 2010):
14
Tipe: diutamakan pada aerobic exercise seperti berjalan, jogging,
bersepeda dan berenang.
Progression: secara bertahap tingkatkan latihan dan hindari
komponen latihan yang terlalu banyak terutama intensitasnya.
Hal-hal yang harus diwaspadai: hipertensi berat yang tidak terkontrol,
riwayat CVD (cardiovascular disease) seperti penyakit jantung
iskemik, gagal jantung, stroke, penggunaan ß-blocker dan diuretik, α-
blocker, calcium channel blocker; hindari Valsava maneuver selama
resistance training.
Pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) membatasi
kapasitas latihan sesuai dengan tingkat keparahan penyakit. Latihan
yang direkomendasikan pada pasien dengan CKD adalah fleksibilitas
dan ROM, strenghtening, serta latihan kebugaran kardiovaskuler.
Pemberian Alat Bantu Jalan; seperti tongkat/cane, kruk atau walker untuk
berjalan
Intervensi khusus untuk beberapa penderita OA lutut:
Tapping pada lutut
Lateral-wedged insoles pada genu varus
Pemberian bracing pada lutut dengan deformitas. Deformitas yang
sering terjadi adalah lutut valgus dan varus. Ortesa untuk kondisi ini
adalah Canadian Arthritis and Rheumatism Society - University of
British Columbia (CARS-UBC) Knee Orthesa, yang terdiri dari 2 cuff
plastik (pada betis dan paha) yang dihubungkan oleh suatu batang
sehingga memungkinkan lutut fleksi. Batang terletak di medial
untuk lutut varus dan lateral untuk valgus. Three point pressure system
menahan gaya valgus/varus ketika lutut ekstensi penuh pada
keadaan weight bearing.
Latihan Kebugaran.
15
Berenang merupakan latihan kebugaran yang paling baik dikarenakan air
mempunyai efek buoyancy atau daya apung sehingga tidak memberikan
beban pada sendi.
c. Terapi Pembedahan
16
Sebagai pencegahan primer yang telah teridentifikasi untuk osteoartritis antara
lain (Wittenauer, Smith, & Aden, 2013) :
a. Kontrol berat badan
Obesitas merupakan faktor risiko untuk osteoartritis, sehingga menjaga atau
menurunkan berat badan melalui perubahan diet dan peningkatan latihan fisik
dapat menurunkan risiko berkembangnya osteoartritis.
b. Pencegahan cedera okupasional
Menghindari penggunaan sendi secara berulang-ulang dan penanganan cedera
yang tepat dapat membantu mencegah artritis.
17
penurunan nyeri dan disabilitas, dan meningkatkan kualitas hidup. Strategi
pencegahan tersier pada OA mencakup self-management (kontrol berat badan,
aktivitas fisik, dan edukasi), program pembantu di rumah, intervensi tingkah laku dan
nalar, pelayanan rehabilitasi, dan penatalaksanaan medis atau bedah (Wittenauer,
Smith, & Aden, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Hashmi, Fatima, 2011. Step by Step Treatment of Osteoarthritis Knee. JBMP, India,
2011.
18
King L & March L. 2014. Obesity and osteoartritis. Indian Journal of Medical
Research. 138(2): 185-193
Neumann, D.A. 2002. Knee. Dalam Neumann, D.A. (eds.) Kinesiology of the
Musculoskeletal System. 1 ed. Missouri: Mosby. 434-476.
Sitik, TP, Kim, JH, Stiskal, D, Foye, P, Nadler, R, Wyss, J, et al. 2010.
Osteoartritis. Dalam JA, De Lisa, & RW, Frontera, De Lisa's Physical.
Van Manen MD, et al. 2012. Management of Primary Knee Osteoarthritis and
Indications for Total Knee Arthroplasty for General Practitioners, Evidence
– Based Clinical Review. JAOA, vol. 112, p 709-15
Wittenauer, R, Smith, L, & Aden, K. 2013. Priority Medicines for Europe and The
World: A Public Health Approach to Innovation. Dalam T, Saloni, Update on
2004 Background Paper; osteoartritis. World Health Organization. Hal. 3-11.
19
Zhang et al. 2017. Association Between Hypertension and Risk of Knee
Osteoarthritis. A Meta-Analysis of Observational Studies. Medicine 96:32
20