Penyakit Parkinson (PP) merupakan penyakit neurodegeneratif terbanyak
kedua di dunia setelah penyakit Alzheimer. Dalam beberapa tahun terakhir, PP menunjukkan pertumbuhan angka prevalensi, disabilitas, dan mortalitas yang paling cepat dibandingkan penyakit neurodegeneratif lainnya.1,2 Pada tahun 2019, terdapat lebih dari 1 juta orang dengan PP di dunia, meningkat hingga 159,73% dibandingkan tahun 1990. Di Indonesia, pada tahun yang sama prevalensi PP mencapai 165.620 jiwa. Jumlah tersebut 143,21% lebih banyak dibandingkan tahun 1990. PP paling banyak terjadi pada usia 65 tahun serta lebih banyak terjadi pada laki-laki. Dengan prevalensi dan tingkat pertumbuhan yang tinggi, PP menjadi salah satu penyebab disabilitas utama di dunia.2 Disabilitas pada PP diakibatkan oleh adanya degenerasi neuron dopaminergik di substansia nigra ganglia basalis otak yang bermanifestasi pada gejala motorik dan non-motorik PP.3,4 Gejala motorik merupakan gejala yang dominan pada PP. Empat gejala motorik khas pada PP meliputi resting tremor, bradikinesia, rigiditas, dan instabilitas postural.5 Sementara itu, gejala non- motorik meliputi abnormalitas kognitif, demensia, perubahan pola tidur, dan disfungsi otonomik.3 Instabilitas postural merupakan salah satu penyebab utama disabilitas pada pasien PP.4 Instabilitas postural (IP) atau disfungsi keseimbangan adalah ketidakmampuan tubuh mengontrol keseimbangan. Secara umum, IP merupakan manifestasi klinis dari PP tingkat lanjut dan menandakan onset dari PP derajat moderate dan severe. Akan tetapi, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kontrol postural telah terganggu pada tahap awal PP tanpa manifestasi IP yang jelas.3–5 Sebuah studi juga menunjukkan bahwa IP mulai terjadi pada sepertiga pasien PP dalam 2 tahun pertama sejak diagnosis.5 Kemampuan untuk mengontrol postur membutuhkan integrasi yang baik dan efisien dari berbagai input sensoris, kontrol neuromuskuler, dan proses kognitif untuk mengeksekusi perintah motorik yang tepat.4 IP memengaruhi kontrol keseimbangan pasien PP dalam empat domain utama, yaitu keseimbangan pada sikap diam, penyesuaian postur terhadap gangguan eksternal, penyesuaian postur antisipatorik, serta keseimbangan dinamis.5 IP menjadi prediktor independen kejadian jatuh pada pasien PP dimana risiko jatuh meningkat 2–9 kali lebih tinggi dibandingkan individu sehat.5 Instabilitas postural pada penyakit parkisnon secara umum diterapi secara farmakologis seperti levodopa dan agnois dopamin.6,7 Pilihan terapi lainnya adalah prosedur operasi dengan pemberian deep brain stimulation (DBS) yang diindikasikan pada pasien tingkat lanjut dengan fluktuasi kondisi "on"/"off", dimana saat "off" mengalami imobilitas parah, tetapi tetap merespons levodopa dan/atau mengalami diskinesia akibat levodopa.7 Akan tetapi, pasien PP cenderung mengalami peruburukan gejala seiring berkembangnya penyakit dan pada saat yang sama menjadi lebih resisten terhadap terapi. 6 Rehabilitasi medik perlu dilakukan bersama dengan terapi lainnya untuk mengoptimalisasi penggunaan obat serta menangani disabilitas pasien. Rehabilitasi medik seperti latihan fisik, stimulasi auditori ritmik, visual, dan taktil, dan sebagainya penting dalam mengatasi gejala motorik secara efektif serta membantu mengembalikan fungsi motorik.5–7 Referat ini bertujuan mengulas lebih dalam jenis rehabilitasi dan manfaatnya bagi pasien penyakit Parkinson dengan instabilitas postural. DAFTAR PUSTAKA
1. Ray Dorsey E, Elbaz A, Nichols E, Abd-Allah F, Abdelalim A, Adsuar JC,
et al. Global, regional, and national burden of Parkinson’s disease, 1990– 2016: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016. Lancet Neurol. 2018;17(11):939–53. 2. Ou Z, Pan J, Tang S, Duan D, Yu D, Nong H, et al. Global Trends in the Incidence, Prevalence, and Years Lived With Disability of Parkinson’s Disease in 204 Countries/Territories From 1990 to 2019. Front Public Heal. 2021;9(December). 3. Palakurthi B, Burugupally SP. Postural instability in parkinson’s disease: A review. Brain Sci. 2019;9(9):4–6. 4. Viseux FJF, Delval A, Defebvre L, Simoneau M. Postural instability in Parkinson’s disease: Review and bottom-up rehabilitative approaches. Neurophysiol Clin [Internet]. 2020;50(6):479–87. Available from: https://doi.org/10.1016/j.neucli.2020.10.013 5. Klamroth S, Steib S, Devan S, Pfeifer K. Effects of exercise therapy on postural instability in Parkinson disease: A meta-analysis. J Neurol Phys Ther. 2016;40(1):3–14. 6. Murgia M, Pili R, Corona F, Sors F, Agostini TA, Bernardis P, et al. The use of footstep sounds as rhythmic auditory stimulation for gait rehabilitation in Parkinson’s disease: A randomized controlled trial. Front Neurol. 2018;9(MAY):1–13. 7. Frontera WR, DeLisa JA, Gans BM, Walsh NE, Robinson LR. DeLisa’s Physical Medicine and Rehabilitation. 5th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis