PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit parkinson (PP) adalah bagian dari parkinsonism yang secara
patologis ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama substansia nigra pars
compacta disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut Lewy
bodies (Sudoyo, 2009).
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu
istirahat, kekakuan, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan
kadar dopamin dengan berbagai macam sebab (Sudoyo, 2009).
2
2.3.3 Sindrom Parkinson Plus
Gejala Parkinson yang timbul bersama gejala neurologi yang lain
seperti: Progessive suprneural palsy, Multiple system atrophy, diffuse lewy
body disease.
2.3.4 Kelainan Degeneratif yang Diturunkan
Gejala Parkinsonism menyertai penyakit-penyakit yang diduga
berhubungan dengan penyakit neurologi yang lain yang faktor keturunan
memegang peran sebagai etiologi, seperti : Penyakit Alzheimer, Penyakit
Wilson, Penyakit Hutington, Demensia dll.
3
2.4.5 Cedera Kranioserebral
Prosesnya belum jelas. Trauma kepala, infeksi dan tumor di otak
lebih berhubungan dengan sindrom parkinson dari pada PP.
4
kecil dan diseret, pola berjalan seperti pola festinant yaitu pola dimana
pasien tampak seperti terburu buru untuk menjaga titik pusat gravitasi
tubuhnya.
5
2. Kriteria Koller :
• Ada 2 dari 3 gejala utama motorik
• Respon positif terhadap levodopa
3. Kriteria Hughes :
• Possible : ada 1 dari gejala utama
• Probable : ada 2 dari 4 gejala motorik
• Definite : ada 3 gejala utama
4. Kriteria Gelb dkk :
• Possible : ada 2 dari 4 gejala utama
• Probable : ada 3 dari 4 gejala motorik
• Definite : seperti probable disertai pemeriksaan histopatologis
positif.
Dari keempat kriteria diagnosis diatas Kriteria Hughes yang
dipakai oleh Kelompok Studi Gangguan Gerak PERDOSSI dalam
menyusun Konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson.
6
dalam bentuk carbidopadengan perbandingan carbidopa : l-dopa = 1 : 10
(Sinemet) atau benzerazide : l- dopa = 1 : 4 (Madopar).
Efek terapi preparat l-dopa baru muncul sesudah 2 minggu
pengobatan oleh karena itu perubahan dosis seyogyanya setelah 2
minggu. Mulailah dosis rendah dan secara berangsur ditingkatkan. Drug
holidaysebaliknya jangan lebih lama dari 2 minggu, karena gejala akan
muncul lagi sesudah 2 minggu obat dihentikan.
b. MAO dan COMT Inhibitor
Pada umumnya penyakit parkinson memberi respon yang cepat dan
bagus dengan l-dopa dibandingkan dengan yang lain,namun ada laporan
bahwa l-dopa dan dopamin menghasilkan metabolit yang mengganggu
atau menekan proses pembentukan energi dari mitokondria dengan akibat
terjadinya oxidative stress yang menuntun timbulnya degenerasi sel
neuron.Preparat penghambat enzim MAO (monoamine oxydase) dan
COMT (Catechol-O-methyl transferase) ditambahkan bersama preparat l-
dopa untuk melindungi dopamin terhadap degradasi oleh enzim tersebut
sehingga metabolit berkurang ( pembentukan radikal bebas dari dopamin
berkurang ) sehingga neuron terlindung dari prosesoxidative stress.
c. Agonis Dopamin
Preparat lain yang juga dapat menghemat pemakaian l-dopa adalah
golongan dopamin agonis. Golongan ini bekerja langsung pada reseptor
dopamin, jadi mengambil alih tugas dopamin dan memiliki durasi kerja
lebih lama dibandingkan dopamin.Sampai saat ini ada 2 kelompok
dopamin agonis, yaitu derivat ergot dan non ergot.
Keuntungan terapi dengan agonis dopamin dibandingkanl-dopa
antara lain :
1. Durasi kerja obat lebih lama
2. Respon fluktuatif dan diskinesia lebih kecil
3. Dapat dipilih agonis dopamin yang lebih specifik terhadap
reseptor dopamin tertentu disesuaikan kondisi penderita penyakit
parkinson.
4. Kerugian terapi agonis dopamin adalah onset terapeutiknya rata
7
rata lebih lama dibandingkan DA ergik.
8
factor), NT 4/5 (Neurotrophin 4/5) danGDNT (glia cell line-derived
neurotrophic factorm artemin).
b. Anti-exitoxin, yang melindungi neuron dari kerusakan akibat paparan
bahan neurotoksis (MPTP, Glutamate). Termasuk disini antagonis reseptor
NMDA, MK 80, CPP, remacemide dan obat antikonvulsan riluzole.
c. Anti oksidan, yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress
akibat serangan radikal bebas. Deprenyl (selegiline), 7-nitroindazole,
nitroarginine methyl-ester, methylthiocitrulline, 101033E dan 104067F,
termasuk didalamnya. Bahan ini bekerja menghambat kerja enzim yang
memproduksi radikal bebas.Dalam penelitian ditunjukkan vitamin E (-
tocopherol) tidak menunjukkan efek anti oksidan.
d. Bioenergetic suplements, yang bekerja memperbaiki proses
metabolisme energi di mitokondria. Coenzym Q10 (Co Q10),
nikotinamide termasuk dalam golongan ini dan menunjukkan
efektifitasnya sebagai neuroprotektant pada hewan model dari penyakit
parkinson.
e. Immunosuppressant, yang menghambat respon imun sehingga salah satu
jalur menuju oxidative stress dihilangkan. Termasuk dalam golongan ini
adalah immunophillins, CsA (cyclosporine A) dan FK 506 (tacrolimu).
Akan tetapi berbagai penelitian masih menunjukkan kesimpulan yang
kontroversial.
9
keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi
maksimal.
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Abnormalitas gerakan
2. Kecenderungan postur tubuh yang salah
3. Gejala otonom
4. Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living – ADL )
5. Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut :
1. Terapi fisik : ROM ( range of motion )
• Peregangan
• Koreksi postur tubuh
• Latihan koordinasi
• Latihan jalan ( gait training )
• Latihan buli-buli dan rectum
• Latihan kebugaran kardiopulmonar
• Edukasi dan program latihan di rumah
2. Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal
pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari.
3. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan
program latihan pernapasan diafragma, evaluasi menelan, latihan
disartria, latihan bernapas dalam sebelum bicara. Latihan ini dapat
membantu memperbaiki volume berbicara, irama dan artikulasi.
10
4. Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi
psikoterapi setelah melakukan asesmen mengenai fungsi kognitif,
kepribadian, status mental, keluarga dan perilaku.
5. Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial
lingkungan dan finansial , untuk maksud tersebut perlu dilakukan
kunjungan rumah/ lingkungan tempat bekerja
6. Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami
ketidakstabilan postural, dengan membuatkan alat Bantu jalan
seperti tongkat atau walker.
2.9.3 Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet
yang khusus, akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar
tidak terjadi kekurangan gizi, penurunan berat badan dan pengurangan jumlah
massa otot, serta tidak terjadinya konstipasi. Penderita dianjurkan untuk memakan
makanan yang berimbang antara komposisi serat dan air untuk mencegah
terjadinya konstipasi, serta cukup kalsium untuk mempertahankan struktur tulang
agar tetap baik.
Apabila didapatkan penurunan motilitas usus dapat dipertimbangkan
pemberian laksan setiap beberapa hari sekali. Hindari makanan yang mengandung
alkohol atau berkalori tinggi.
2.10 Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai
saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani
sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami
progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan
ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian.
11
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang,
dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan
terkadang dapat sangat parah (Sunaryati T, 2011).
PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD
pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada
tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni,
dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada
PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa
orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan
lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang
tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah
diagnosis (Sunaryati T, 2011).
12
Daftar Pustaka
Sudoyo A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing p: 851-858
13