100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
683 tayangan21 halaman
Dokumen tersebut membahas terapi latihan untuk penyakit Parkinson. Terapi latihan ini meliputi latihan ROM, aerobik, keseimbangan, relaksasi, duduk-bangun dari kursi, dan berjalan. Latihan-latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi gerak dan kualitas hidup pasien Parkinson.
Dokumen tersebut membahas terapi latihan untuk penyakit Parkinson. Terapi latihan ini meliputi latihan ROM, aerobik, keseimbangan, relaksasi, duduk-bangun dari kursi, dan berjalan. Latihan-latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi gerak dan kualitas hidup pasien Parkinson.
Dokumen tersebut membahas terapi latihan untuk penyakit Parkinson. Terapi latihan ini meliputi latihan ROM, aerobik, keseimbangan, relaksasi, duduk-bangun dari kursi, dan berjalan. Latihan-latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi gerak dan kualitas hidup pasien Parkinson.
Penyusun: Marlene Abigail Dokter Pembimbing: dr. Hadi Kurniawan, Sp.KFR
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RS Panti Wilasa Dr. Cipto Periode 20 Mei 22 Juni 13
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................................1 Daftar Isi ....................................................................................................................2 Bab I Pendahuluan ........................................................................................3
Bab II Pembahasan ........................................................................................4
A. Penyakit Parkinson Definisi .................................................................................................................4 Etiologi .................................................................................................................4 Epidemiologi ........................................................................................................4 Patologi ................................................................................................................5 Patogenesis ...........................................................................................................5 Manifestasi klinis .................................................................................................6 Diagnoss ...............................................................................................................10 Perjalanan penyakit ..............................................................................................11 Penatalaksanaan ...................................................................................................11 Komplikasi ...........................................................................................................16 Penilaian Disabilitas.............................................................................................16
B. Terapi Latihan Penyakot Parkinson Latihan ROM .......................................................................................................17 Latihan aerobik dan ketahanan ............................................................................19 Latihan keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan ............................................19 Latihan relaksasi ..................................................................................................19 Latihan duduk-bangun dari kursi .........................................................................20 Latihan berjalan ...................................................................................................20
Daftar Pustaka ............................................................................................................21 3
BAB I. PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson adalah penyakit yang paling umum dari kelompok penyakit neurodegeneratif progresif, dikarakterisasi oleh temuan klinik dari parkinsonisme, meliputi bradikinesia, tremor istirahat, rigiditas, shuffling gait dan postur fleksi. Walaupun secara klinis dianggap sebagai gangguan gerak, sekarang telah banyak diterima bahwa penyakit Parkinson dapat disertai dengan gejala non-motorik, seperti gangguan autonomi, sensori, tidur, kognitif, dan psikiatrik. Hampir semua bentuk Parkinsonisme merupakan hasil dari reduksi tranmisi dopaminergik di dalam ganglia basalis. 1
Gangguan gerakan yang disebutkan di atas dan gangguan gerak lainnya termasuk hilangnya refleks postural memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup. Salah satu kunci untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah dengan gaya hidup aktif yang meliputi latihan fisik rutin. Latihan fisik ini harus dapat melatih gerakan yang fungsional dan aman dan idealnya meliputi kekuatan, fleksibilitas, ketahanan, dan keseimbangan. Beberapa riset telah menyatakan bahwa latihan fisik memiliki pengaruh positif terhadap masalah gerakan pada pasien dengan penyakit Parkinson. 2
4
BAB II. PEMBAHASAN A. PENYAKIT PARKINSON
I. Definisi Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan, yaitu penyakit Parkinson dan Parkinsonisme.
Penyakit Parkinson: Adalah bagian dari Parkinsonisme yang secara patologi ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta yang disertai dengan adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (badan Lewy). 3
Parkinsonisme: Adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab. 3
II. Etiologi Etiologi penyakit Parkinson idiopatik tidak diketahui. Ada sejumlah kondisi langka yang mirip dengan penyakit Parkinson idiopatik yang terjadi dalam keluarga (maka disebut penyakit Parkinson keturunan). Meskipun sebagian besar kasus Penyakit Parkinson idiopatik adalah sporadis, bukan familial, faktor genetik tertentu muncul untuk memainkan peran dalam penyebabnya. 4
III. Epidemiologi Penyakit Parkinson meliputi sekitar 80% kasus parkinsonisme. Usia onset menunjukkan kurva berbentuk bel dengan rata-rata usia 55 tahun baik pada pria maupun wanita. Penyakit Parkinson yang mulai sebelum umur 20 tahun disebut sebagai Juvenille Parkinsonism. Penyakit Parkinson lebih sering ditemukan pada pria, dengan perbandingan pria dan wanita 3:2. 4
Prevalensi penyakit Parkinson adalah sekitar 160 per 100.000, dan insidensnya dalah sekitar 20 per 100.000. tahun. Prevalensi dan insidensi meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada usia 70 tahun, prevalensi adalah sekitar 550 per 100.000, dan insidensi adalah 120 per 100.000/ tahun. 4
5
IV. Patologi Pemeriksaan makroskopik dari otak pada penyakit Parkinson menunjukkan atrofi ringan lobus frontalis dengan hilangnya pigmen melanin dari otak tengah. Secara mikroskopik, ada degenerasi dari sel dopaminergik dengan ditemukannya badan Lewy pada neuron yang tersisa dan substansia nigra pars kompakta; nukleus batang otak lainnya, dan area seperti temporal media, limbik, dan korteks frontal. Badan Lewy mengandung sinuklein- dengan konsentrasi tinggi yang merupakan patologi khas dari penyakit ini. Mutasi dari gen sinuklein dapat menyebabkan penyakit Parkinson familial dengan meningkatkan pembentukan dari filamen sinuklein-positif yang beragregasi ke badan Lewy. Patologi ini terlihat pertama kali pada nukleus olfaktorius anterior dan batang otak bagian bawah (nukleus nervus glosofaringeal dan vagal), dengan perlibatan batang otak secara asending dari lokus serulues, dan nervus gigantoselularis, sebelum meluas ke nukleus magnoselular dari otak depan, nukleus sentralis dari amigdala, dan substansia nigra pars kompakta. Progresi lebih jauh meluas ke talamus dan korteks serebral. Perlibatan dari area ekstranigral ini dipostulasikan untuk memainkan peran dalam aspek non-motor (sebagai contoh, autonomi, tidur, emosional, dan kognitif) dan aspek motor yang tidak merespon levodopa (sebagai contoh, instabilitas postural, berjalan, dan gangguan bulbar) dari penyakit Parkinson. 1
Konsekuensi biokemikal dari hilangnya sel dopaminergik di dalam substansia nigra pars kompakta adalah denervasi dari striatum. Denervasi dari putamen, bagian motorik dari striatum, menyebabkan gejala motorik pada penyakit Parkinson. Gejala timbul saat deplesi dopamin striatal mencapai 50-70% dari normal. Restorasi transmisi dopamin adalah prinsip untuk pengobatan simptomatik penyakit Parkinson. 1
V. Patogenesis Pada penyakit Parkinson, neuron dopamin nigral dan sel lainnya mati karena kombinasi dari beberapa faktor, meliputi: (1) kecenderungan genetik; (2) stres oksidatif; (3) disfungsi proteasomal; (4) aktivitas kinase abnormal; dan (5) faktor lingkungan. 1
Stres oksidatif terlihat berperan penting pada penyakit Parkinson sporadis. Sumber endogenik dari stres oksidatof meliputi radikal bebas yang diproduksi oleh metabolisme dopamin dan melanin. Stres tambahan dapat datang dari defek pada kompleks mitokondrial I dari rantai fosforilasi oksidatif. Defek ini telah dideteksi dalam platelet dan otot dan di dalam jaringan substansia nigra postmortem. Beberapa zat telah terbukti menyebabkan toksisitas 6
oksidatif dan kematian sel dopamin. Zat yang paling penting dalam hal ini adalah MPTP, sebuah derivatif meperidin, dan rotenon, umumnya digunakan sebagai insektisida. Keduanya mengakibatkan kerusakan oksidatif dengan menghambat kompleks I. In vitro, stres oksidatif dapat menyebabkan agregasi dari sinuklein- dan disfungsi proteasomal. Abnormalitas sistem proteasomal juga ditemukan pada substansia nigra dari kasus penyakit Parkinson sporadik. 1
VI. Manifestasi Klinis Temuan klinik yang mungkin ditemukan terbagi dalam fenomena positif dan negatif. Fenomena positif meliputi tremor, rigiditas, dan postural fleksi; bradikinesia, hilangnya refleks postural, dan membeku adalah fenomena negatif. Secara umum fenomena negatif lebih membatasi. 5
Tremor Tremor didefinisikan sebagai gerakan ritmis yang involunter dan berulang. 5 Tremor adalah gejala penyakit Parkinson yang paling terlihat dan paling mudah dikenali. Tremor parkinsonisme dikarakterisasi sebagai tremor istirahat atau resting tremor, yang berarti bahwa tremor ini muncul terutama saat pasien sedang tidak menggunakan ekstremitasnya untuk aktivitas langsung. Karena itu tremor yang ditemukan di tangan saat pasien berjalan sama siginifikannya dengan tremor di tangan yang sedang diletakan di pangkuan. Tremor istirahat Parkinsonisme secara khas menghilang atau berkurang dengan gerakan, membedakannya dengan tremor aktif yang ada pada hereditary essential tremor dan multiple sclerosis. Pada onsetnya, tremor istirahat mungkin ringan dan sangat intermiten, menjadi sangat jelas hanya ketika pasien stres atau panik, sebagai contoh. Dengan berjalannya penyakit, amplitudo tremor meningkat dan selalu muncul ketika pasien beristirahat. 6
Tremor Parkinsonisme terjadi paling sering pada ekstremitas dan unilateral pada mulanya. Dengan berjalannya waktu, tremor dapat menyebar ke sisi tubuh sebelahnya. Tremor pada tangan dikenal sebagai pill rolling tremor karena tampak seeprti gerakan membuat pil. Pada beberapa pasien, bibir, dagu, dan rahang dapat terlibat, tapi tremor tidak pernah melibatkan kepala. 6
Walaupun merupakan gejala yang paling terlihat dari penyakit Parkinson, tremor seringkali bukan yang paling menhendayakan pasien karena kecenderungannya untuk menghilang atau berkurang saat gerakan. Pada beberapa pasien dengan penyakit yang lanjut, bagaimanapun amplitudo tremor dapat sangat meningkat dan menyebabkan stres dan 7
disabilitas. Dengan berjalannya penyakit Parkinson ke stadium yang lebih berat, tremor biasanya menjadi kurang signifikan, karena bradikinesia dan instabilitas postural yang parah menjadi gambaran klinis yang lebih menonjol. 6
Rigiditas Rigiditas yang ditemukan pada penyakit Parkinson dibedakan dengan spastisitas. Rigiditas didefinisikan sebagai peningkatan tonus pasif ekstremitas yang velocity- independent. Hal ini dibedakan dengan spastisitas yang adalah bentuk hipertonus yang length-and velocity-dependent. Rigiditas pipa atau lead pipe rigidity adalah resistensi konstans terhadap gerakan pasif yang hanya sedikit bervariasi dengan ektensi atau kecepatan penggerakan ekstremitas. Sementara ekstremitas yang spastik dapat digerakan dengan sedikit resistensi pada gerakan pendek dan kecepatan lambat, namun saat digerakan dengan cepat dan jauh, resistensi meningkat secara signifikan. 6
Dikenal pula istilah rigiditas roda gerigi atau coghwheel rigidity yang digunakan untuk menggambarkan kualitas hipertonia yang tersentak-sentak yang dirasakan saat ekstremitas digerakan. Rigiditas roda gerigi terjadi karena superimposisi dari tremor pada peningkatan tonus ekstremitas. 6
Rigiditas dapat menyebabkan nyeri pada anggota tubuh. Rigiditas terjadi karena kontraksi simultan dari otot agonis dan antagonis, yang dapat menyebabkan kelelahan otot dan mialgia. 6
8
Postur fleksi Postur fleksi umumnya dimulai dari lengan dan menyebar sampai melibatkan seluruh tubuh (Gambar 1). Kepala tertunduk, tubuh condong ke depan, punggung kifotik, tangan tertahan di depan tubuh, dan pinggul dan lutut fleksi. 5
Gambar 1. Postur tubuh pasien Parkinson. A: tampak depan. B: tampak belakang. 5
Bradikinesia Bradikinesia (perlambatan dalam gerak, kesulitan memulai gerak, dan hilangnya gerakan otomatis) dan hipokinesia (reduksi ampiltudo gerakan, terutama dengan gerakan repetitif) adalah temuan yang paling sering pada penyakit Parkinson, walaupun mereka mungkin muncul setelah tremor. Bradikinesia memiliki banyak manifestasi, tergantung dari bagian tubuh mana yang terganggu. Wajah kehilangan ekspresi spontan (wajah seperti topeng, hipomimia) dengan berkurangnya frekuensi berkedip. Gangguan dalam gerakan spontan dikarakterisasi dengan hilangnya gestur dan pasien cenderung bergerak dengan kaku. Bicara menjadi lembut (hipofonia), dan suara memiliki nada yang monoton. Beberapa pasien tidak dapat melafalkan kata-kata dengan benar (disartria) dan kata-katanya cenderung bertumpuk-tumpuk (takifemia). Bradikinesia pada tangan yang dominan menghasilkan tulisan tangan yang kecil-kecil (mikrografia) dan kesulitan dalam mencukur, menggosok gigi, atau mengancingkan baju. Berjalan menjadi lambat, dengan langkah kecil dan tidak ada ayunan lengan. Kesulitan bangun dari kursi yang pendek, keluar dari mobil, dan mengubah posisi saat tiduran adalah gejala dari bradikinesia trunkal. Air liur yang terus menetes dapat terjadi akibat pasien tidak dapat menelan secara spontan, sebuah temuan akibat bradikinesia, 9
dan bukan karena peningkatan produksi air liur. Pasien dapat menelan dengan baik jika dieprintah, tapi pasien harus terus menerus diingatkan untuk menelan. Dengan memburuknya penyakit Parkinson, penelanan dapat sangat ternganggu dan pasien dapat tersedak serta aspirasi. 5
Hilangnya refleks postural Hilangnya refleks postural menyebabkan pasien mudah terjatuh dan tidak mampu untuk tetap berdiri tanpa dibantu. Pasien mungkin tidak mampu mempertahankan posisi berdiri normal sebagai respons tekanan dari belakang, dan pasien jatuh ke depan (propulsi), atau bila ada gaya dorong dari depan, maka akan jatuh ke belakang (retropulsi). Langkah menjadi kecil-kecil dan terseret, dan pola berjalan dideskripsikan sebagai pola festinant, yaitu pola dimana pasien tampak seperti terburu-buru untuk menjaga titik pusat gravitasi tubuhnya. 1,5
Fenomena membeku Fenomena membeku adalah ketidakmampuan sementara untuk melakukan gerakan aktif. Hal ini sering terjadi pada kaki saat berjalan namun juga dapat melibatkan gerakan lain seperti membuka mata, berbicara, dan menulis. Membeku terjadi secara mendadak dan sementara, berlangsung tidak lebih dari beberapa detik setiap kejadiannya. Membeku umumnya muncul saat pasien ingin memulai berjalan (start hesitation), membelok, mendekati tujuan (destiantion hesitation), dan jika pasien merasa takut tidak sempat melewati pintu otomatis atau kegiatan yang ada waktunya seperti melewati pintu otomatis, pintu lift, atau menyeberang jalan. 5
Kombinasi dari fenomena membeku dan hilangnya refleks postural pasien meningkatkan resiko jatuh dan menyebabkan tingginya insidens fraktur panggul pada pasien Parkinson. 5
Temuan Lain Sebagai tambahan untuk tanda motorik yang digunakan untuk mendefinisikan parkinsonisme, kebanyakan pasien dengan penyakit Parkinson memiliki tanda lainya. Atensi terganggu dan ada gangguan visuospasial. Kepribadian berubah; pasien perlahan-lahan menjadi tidak mandiri, penakut, bimbang, dan pasif. Pasien menjadi lebih sedikit berbicara spontan. Pasien cenderung lebih banyak memilih duduk dan inaktif daripada berolahraga. Depresi adalah temuan yang umum pada pasien dengan penyakit Parkinson. 5
10
Kemunduran kognitif adalah temuan umum lainnya, namun biasanya tidak berat seperti yang ditemukan pada demensia Alzheimer. Penurunan memori bukanlah suatu temuan penyakit Parkinson; walaupun, pasien memberikan respon yang lambat terhadap pertanyaan, disebut bradifrenia. Jawaban yang benar dapat diberikan oleh pasien jika pasien diberikan cukup waktu. 5
Gejala sensori cukup sering ditemukan, namun gangguan sensorik objektif tidak ditemukan pada penyakit Parkinson. Gejala berupa nyeri, rasa terbakar, dan kesemutan timbul pada regio yang terganggu motoriknya. Pasien mungkin mengalami nyeri tumpul pada salah satu bahu sebagai gejala awal, yang seringkali disalahartikan sebagai artritis atau bursitis. Akatisia (ketidakmampuan untuk duduk tenang, kegelisahan) dan restless legs syndrome timbul pada beberapa pasien dengan penyakit Parkinson. Pada kedua sindroma ini, sensasi yang tidak nyaman ini menghilang bersama gerakan, dan terkadang kedua kondisi ini sulit untuk dibedakan. 5
Gangguan autonomik juga dapat ditemukan. Kulit menjadi lebih dingin, konstipasi sering ditemukan, pengosongan kandung kemih menjadi tidak adekuat, ereksi mungkin sulit dicapai, dan tekanan darah mungkin rendah. Pertimbangan diagnostik utama adalah sindroma Shy-Drager, juga disebut sebagai atrofi sistem multipel. Seborrhea dan dermatitis seboreik sering ditemukan, namun dapat dikontrol dengan higienitas yang baik. 5
VII. Diagnosis Kriteria diagnostik menggunakan kriteria Hughes. 3
Possible Bila terdapat salah satu gejala utama, yaitu tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan kegagalan refleks postural. Probable Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural) atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik). Definite Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda kardinal).
11
Tanda khusus Meyersons sign: Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk berulang. Ketukan berulang (2 kali.detik) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip-kedip
VIII. Perjalanan Penyakit Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr (Hoehn and Yahr Staging of Parkinsons Disease). 3
Stadium Satu : Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat. Stadium Dua : Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan terganggu. Stadium Tiga : Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang. Stadium Empat : Terdapat gejala yang lebih berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibanding stadium sebelumnya. Stadium Lima : Stadium kakhetik (cachetic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan, memerlukan perawatan tetap.
IX. Penatalaksanaan Tujuan terapi pada penyakit Pakinson adalah untuk mempertahanakan fungsi dan kualitas hidup dan untuk menghindari komplikasi akibat obat. Bradikinesia, tremorm rigiditasm dan postrul abnormal merespon pengobatan dengan baik. Sebaliknya, gejala kognitid, hipofonia, disfungsi autonomik, dan ketidakseimbangan cenderung merepon buruk. Pencegahan dari disabilitas sekunder membutuhkan program latihan fisik yang konsisten. 1
Pengobatan dirancang secara individual karena setiap pasien memiliki kombinas yang unik dari gejala, tanda, respon tehadap medikasi, kemampuan finansial, okupasi, dan kebutuhan emosional yang harus dipertimbangkan. 5
12
TERAPI MENURUT STADIUM PENYAKIT PARKINSON Stadium Awal Pengambilan keputusan utama adalah kapan memulai terapi levodopa, obat yang paling efektif. Semua pasien beresiko mengalami komplikasi akibat penggunaan levodopa jangka panjang. Pasien yang lebih muda, cenderung mengalami fluktuasi, karena itu anti- Parkinson yang lain harus digunakan terlebih dahulu untuk memperlambat dimulainya pemberian levodopa. Pendekatan ini dinamakan leovodpa-sparing stratergy. 5
Selegilin memperlambat kebutuhan akan terapi levodopa selama kurang lebih 9 bulan. Karena inhibitor monoamin oksidase tipe B (MAO-B inhibitor) ini memiliki efek simptomatis ringan, belum dapat disimpulkan bahwa selegilin memiliki efek neuroprotektif. Namun, sebuah studi kontrol yang mengevaluasi selegilin dalam terapi levodopa menunjukan bahwa kelompok yang mendapat selegilin memiliki hasil yang lebih baik daripada kelompok yang memperoleh plasebo, memberikan bukti bahwa selegilin tampaknya memberikan efek neuroprotektif dan karena itu harus dipertimbangkan dalam terapi penyakit Parkinson. Selegilin memiliki sedikit efek samping jika digunakan tanpa levodopa, namun jika digunakan bersama levodopa, selegilin dapat meningkatkan efek dopaminergik, memungkinkan dosis levodopa yang lebih rendah, dan berkontribusi dalam toksisitas dopaminergik. 5
Stadium dimana Gejala dan Tanda Membutuhkan Terapi Simptomatis Pada akhirnya, penyakit Parkinson berjalan terus dan terapi simptomatik harus digunakan. Pilihan terapi adalah menggunakan levodopa atau obat anti-Parkinson lainnya seperti anti-kolinergik atau agonis dopamin. Levodopa adalah superior dalam mengobati gejala. 5
Obat anti-kolinergik Antikolinergik kurang efektif sebagai obat anti-Parkinson dibandingkan dengan agonis dopamin. Obat antikolinergik diperkirakan mengurangi parkinsonisme sekitar 20%. Tremor yang tidak dapat diobati dengan agonis atau levodopa, dapat berkurang dengan antikolinergik. Triheksifenidil adalah agen antikolinergik yang digunakan secara luas. Dosis awal yang digunakan adalah 2 mg tiga kali sehari dan dapat ditingkatkan menjadi 20 mg atau lebih per hari. 5
13
Agonis Dopamin Agonis dopamin dapat digunakan sebagai terapi kombinasi dengan levodopa untuk meningkatkan efek anti-Parkinson, untuk mengurangi dosis levodopa yang dibutuhkan, dan untuk mengatasi beberapa efek samping akibat penggunaan levodopa jangka panjang, atau sebagai monoterapi pada stadium awal penyakit untuk memperlambat dimulainya levodopa. Penggunaan agonis dopamin, dengan menunda introduksi levodopa, memperlambat timbulnya komplikasi dari terapi levodopa kronik. 5
Agonis dopamin kurang efektif jika dibandingkan dengan levodpa sebagai obat anti- Parkinson, dan kebanyakan pasien memerlukan tambahan levodopa dalam beberapa tahun. Bromokriptin adalah golongan derivat ergot. Obat ini dapat menybabkan inflamasi kulit (St. Anthonyaes fire), namun efek samping ini jarang terjadi dan hilang setelah pemakaian obat dihetnikan. Fibrosis retroperitoneal, pleural, dan pericardial adalah efek samping yang lebih serius, namun juga jarang. Agonis non-ergoline, prampirexole, berhubungan dengan kebingungan dan udema pergelangan kaki. Serangan tidur, termasuk tertidur tanpa peringatan saat berkendara dapat terjadi. Dopamin agonis lebih sering menyebabkan halusinasi, terutama pada orang tua yang sudah mengalami kemunduran kognitif. 5
Semua agnois cenderung untuk menginduksi hipotensi ortostatik, terutama pada pemakaian pertama. Setelah sekian waktu, komplikasi ini lebih jarang ditemukan. Karena itu, regimen ini dimulai dengan dosis rendah sebelum tidur selama 3 hari (bromokriptin 1,25 mg dan prampirexole 0,125 mg) dan kemudian waktu sebelum tidur dipindah ke siang hari dengan dosisi ini selama beberapa hari. Dosis harian dapat dinaikan bertahap dengan interval satu minggu untuk menghindari efek samping (bromokriptin 1,25 mg dan prampirexole 0,75 mg) sampai dosis plateau dicapai (bromokriptin 5 mg tiga kali sehari dan prampirexole 0,5 mg tiga kali sehari). Jika dosis plateau ini tidak memuaskan, dosis dapat ditingkatkan bertahap sampai empat kali lipat atau dapat tetap digunakan sembari memulai levodopa/ carbidopa. Jika agonis saja tidak efektif, maka dibutuhkan levodopa/ carbidopa. 5
Dopamin agonis, jika digunakan sendiri tanpa levodopa, jarang menimbulkan diskinesia. Karena obat ini memiliki waktu paruh yang lebih panjang dan memungkinkan stimulasi reseptor dopaminergik terus-menerus. Waktu paruh yang lebih panjang ini membuat agonis dopamin berguna untuk mengurangi keparahan dari off states pada pasien dengan terapi levodopa. 5
14
Levodopa Pada beberapa kasus dipilih levodopa dari awal. Pendekatan ini terutama berguna pada pasien yang sudah memiliki beberapa disabilitas. Keuntungan menggunakan levodopa dibandingkan dengan agonis dopamin adalah bahwa respon terapi sangat terjamin. Hampir semua pasien dengan penyakit Parkinson respon terhadap levodopa dengan cepat. Sebaliknya, hanya sedikir keuntungan yang adekuat dari pemakainan dopamin agonis tunggal, dan mungkin membutuhkan waktu berbulam-bulan karena dosis yang dimulai dari dosis rendah. Karena itu, jika respon terapi dibutuhkan secara cepat (sebagai contoh, untuk tetap dapat bekerja atau untuk tetap mandiri), levodopa lebih dipilih. Pada sisi lainnya, jika tidak ada urgensi khusus untuk respon klinis yang cepat dan jika pasien tidak memiliki gangguan kognitif dan jika berusia kurang dari 70 tahun, dapat digunakan levodopa-sparing strategy. Pasien yang berusia lebih tua dari 70 tahun lebih cenderung tidak mengalami repon fluktuasi dengan levodopa dan cenderung mengalami kebingungan dan halusinasi dengan agonis dopamin, maka pada populasi ini, carbidopa/levodopa adalah pilihan yang tepat untuk memulai terapi. 5
Stadium dimana Gejala dan Tanda Membutuhkan Terapi dengan Levodopa Saat medikasi anti-Parkinson lain tidak lalgi memberikan respon yang memuaskan, levodopa dibutuhkan untuk mengurangi keparahan dari parkinsonisme. Levodopa adalah obat anti-Parkinson yang paling poten. Dalam mengobati pasien dengan penyakit Parkinson, digunakan terlebih dahulu dosis terkecil yang dapat memberikan efek klinis, bukan dosis terbesar yang dapat ditoleransi pasien. Semakin lama terapi dan semakin besar dosis terapi levodopa, semakin mungkin komplikasi motorik timbul. Setelah 5 tahun terapi dengan levodopa, sekitar 75% pasien dengan penyakit Parkinson memiliki komplikasi. Levodopa dapat digunakan bersama carbidopa untuk menginkatkan potensi terapetik dan untuk menghindari efek samping gastrointestinal. 5
15
KOMPLIKASI DARI TERAPI LEVODOPA JANGKA PANJANG Fluktuasi respon dan diskinesia adalah masalah utama yang timbul akibat pemakaian levodopa dalam jangka panjang. Fluktuasi Dengan terapi levodopa kronik, kebanyakan pasien, mulai mengalami fluktuasi respon. Pada awalnya, fluktuasi tampak dalam bentuk wearing off (juga disebut sebagai end- of-dose deterioration), yang didefinisikan sebagai kembalinya gejala parkinsonisme dalam kurang dari 4 jam setelah dosis terakhir. Fluktuasi ini kemudian menjadi tidak jelas dan tidak pasti kapan waktunya; menimbulkan suatu kondisi yaitu on off effect dan tidak dapat dihubungkan dengan waktu konsumsi levodopa. On off motor seringkali mengikuti perubahan suasana hati (depresi, disoria), kecemasan, dan gejala sensorik (nyeri). 5
Diskinesia Diskinesia adalah temuan umum yang berhubungan dengan tetapi levodopa namun seringkali cukup ringan sampai tidak disadari oleh pasien. Bentuk yang parah serperti korea, balismus, distonia, atau kombinasi ketiganya, dapat menimbulkan hendaya. Insidensi dan keparahan meningkat seiring dengan peningkatan durasi dan dosis terapi levodopa, namun dapat timbul lebih awal pada pasien dengan parkinsonisme berat. Diskinesia dibagi mejadi kategori berikut merajuk kepada waktu penggunaan levodopa: 5
Peak-dose dyskinesia timbul pada puncak dari keuntungan terapi levodopa (20 menit sampai 2 jam setelah dosis puncak). Diskinesia difasik, biasanya mengenai kaki, terlihat pada permulaan dan akhir dari interval dosis. Off dystonia, berupa kram pada kaki yang menimbulkan nyeri, timbul selama off states.
16
X. Komplikasi Komplikasi penyakit Parkinson dapat meliputi hipokinesia, gangguan fungsi luhur, gangguan postural, gangguan mental, dan gangguan vegetatif. 3
XI. Penilaian Disabilitas dan Keberhasilan Terapi Penilaian disabilitas dan keberhasilan terapi menggunakan skala aktivitas sehari-hari menurut Schwab dan England. 3
Skala Aktivitas Sehari-hari Menurut Schwab dan England 3
100% : Sepenuhnya independen. Dapat melakukan semua tugas tanpa kelambatan, kesulitan atau gangguan. 90% : Sepenuhnya independen. Dapat melakukan semua tugas dengan sedikit lambat. Mungkin memerlukan waktu dua kali lebih banyak. 80% : Sepenuhnya independen dalam sebagian besar tugas. Memerlukan waktu dua kali lebih banyak. 70% : Tidak sepenuhnya independen. Lebih banyak kesulitan pada beberapa tugas. Tiga atau empat kali lebih lambat. 60% : Beberapa ketergantungan. Dapat melakukan sebagian besar tugas tapi sangat lambat dan membutuhkan banyak usaha. Melakukan kesalahan, beberapa tugas mustahil dilakukan. 50% : Lebih tergantung. Kesulitan terhadap segala hal. 40% : Sangat tergantung. Dapat membantu semua tugas, tapi hanya sedikit yang dapat dilakukan sendiri. 30% : Sangat tergantung dengan banyak bantuan diperlukan. 20% : Tidak ada yang bisa dilakukan sendiri. 10% : Sepenuhnya tergantung. 17
0% : Hanya tinggal fungsi vegetatif.
B. TERAPI LATIHAN PADA PENYAKIT PARKINSON
Pendekatan terhadap terapi pada pasien secara individual diatur berdasarkan stadium penyakitnya. Pada individu dengan penyakit ringan hingga sedang, yang menjalani rawat jalan dan telah memiliki beberapa independensi fisik, terapi difokuskan kepada teaching of exercise yang dirancang untuk memperlambat atau mencegah kemunduran motorik pada pasien, dengan tujuan terapi untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kapasitas fungsional. Di spektrum lain, pada pasien dengan penyakit Parkinson yang berat dan disabilitas yang signifikan, fokus terapi digantikan menjadi teaching of compensation strategies yang bertujuan untuk memelihara sebanyak mungkin independensi. 7
Latihan Range of Movement (ROM) Latihan ROM sangat penting untuk mempertahankan fungsi sendi dengan menjaga agar area sendi tetap fleksibel. 2
Latihan kepala dan leher Chin to chest. Dagu didekatkan sejauh mungkin dengan dada. Head turns. Kepala ditengokkan ke kiri dan ke kanan sampai hidung pasien berada satu garis dengan bahu. Head tilts. Kepala dimiringkan ke kiri dan ke kanan sampai telinga pasien menyentuh bahu pasien.
Latihan bahu Fleksi. Lengan difleksikan di sendi bahu sampai lengan bagian dalam menyentuh kepala. Abduksi. Lengan dalam posisi fleksi digerakan menjauhi tubuh. Rotasi internal dan eksternal. Pada posisi lengan lurus, arah telapak tangan diputar ke dalam dan keluar.
18
Latihan siku Fleksi dan ekstensi. Lengan difleksikan dan diekstensikan pada sendi siku.
Latihan lengan bawah Pronasi dan supinasi. Dengan posisi lengan fleksi pada sendi siku, pergelangan tangan melakukan pronasi dan supinasi.
Latihan pergelangan tangan Fleksi dan ekstensi. Tangan difleksikan dan diekstensikan pada pergelangan tangan. Abduksi dan adduksi. Pergelangan tangan digerakan menjauhi tubuh dan mendekati tubuh.
Latihan jari Finger bends. Jari-jari dikepalkan seperti membuat tinju. Finger spreads. Jari-jari diregangkan. Oposisition. Jari-jari melakukan oposisi Thumb circles. Ibu jadi digerakan dalam gerakan lingkaran besar.
Latihan pinggul Fleksi dan ekstensi. Kaki difleksikan dan ekstensikan pada sendi pinggul. Abduksi dan adduksi. Kaki dalam posisi lurus digerakan menjauhi dan mendekati tubuh.
Latihan lutut Fleksi dan ekstensi. Kaki difleksikan dan diekstensikan pada sendi lutut.
Latihan pergelangan kaki dan kaki Fleksi dan ekstensi. kaki difleksikan dan diekstensikan pada pergelangan kaki. Inversi dan eversi pergelangan kaki. Kaki diarahkan ke kiri dan ke kanan. Toe bends. Jari-jari ditekuk ke arah plantar. Toe spreads. Jari-jari diregangkan.
19
Latihan Aerobik dan Ketahanan Kemampuan pasien untuk memiliki kapasitas kardiopulmonal untuk dapat melakukan aktivitas fungsional adalah penting untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan optimal. Latihan dilakukan secara bertahap agar pasien dapat menoleransi latihan tersebut. Latihan aktivitas sehari-hari atau berjalan dapat dimasukan ke dalam latihan ini untuk mencapai tujuan yang sama. Contoh dari latihan aerobik dan ketahanan ini meliputi latihan dengan sepeda statis, treadmill, atau berjalan dengan alat bantu yang sesuai. Peningkatan jarak dilakukan selama tanda-tanda vital pasien dalam batas aman. Latihan aktivitas sehari-hari dapat dimulai dari yang sederhana (sebagai contoh, mempertahankan keseimbangan duduk selama memakai kaus kaki) dan kemudian meningkat ke aktivitas yang membutuhkan lebih banyak koordinasi dari kontrol postural, koordinasi, ketahanan, dan keamanan. 7
Latihan Keseimbangan, Koordinasi, dan Kelincahan Latihan vestibuler dapat menjadi indikasi untuk meningkatkan fungsi vestibuler sebagai kompensasi penurunan sistem somatosensorik dan visual. Latihan dapat meliputi latihan seperti standing weight-shifting activities dengan mata terbuka dan tertutup; berdiri dan mempertahankan keseimbangan di atas busa; Tai Chi, dan mempertahakan keseimbangan selama melakukan tugas fungsional seperti menggosok gigi. Latihan keseimbangan dapat digabungkan dengan latihan aktivitas hidup sehari-hari, latihan berjalan, atau latihan ketahanan. 7
Latihan Relaksasi Relaksasi dalam bentuk latihan pernafasan meningkatkan oksigenasi dari otot dan organ vital sehingga menyebabkan peningkatan performa dan ketahanan, yang dapat meningkatkan kemampuan menelan dan berbicara, sementara selain itu terjadi ekspansi dada yang dapat membantu memperbaiki postur. 7
20
Latihan Duduk-Bangun dari Kursi Pasien harus berlatih duduk-bangun dari kursi setiap hari. Latihan ini menguatkan otot ekstensor pinggul dan lutut yang dapat meningkatkan kemampuan duduk-bangun dari kursi dan keseimbangan dalam berjalan. 8
Untuk duduk dan bangun dari kursi, tubuh pasien diposisikan sedikit ke depan sekitar 45 o , satu kaki diposisikan di dekat kaki kursi dan kaki lainnya selangkah di depan, dan tangan di lengan kursi (Gambar 2). 9
Gambar 2. Latihan Duduk-Bangun. 9 Latihan Berjalan Pasien harus berlatih berjalan setiap hari. Pasien diajak untuk tidak berfokus pada kecepatan berjalan, tetapi kepada besar langkah pasien. Pasien harus berusaha mempertahankan jarak langkah yang sama setiap berjalan. 8 Untuk memfasilitasi pola berjalan yang lebih normal dan untuk menangani freezing, pasien dengan penyakit Parkinson dapat menggunakan strategi kompensatorik yang dikenal sebagai isyarat atensi atau attentional cues. Isyarat ini meningkatkan kesadaran pasien dalam berjalan sehingga mengesampingkan gerakan yang otomatis. 9
Isyarat atensi dapat internal atau eksternal. Isyarat internal artinya isyarat berasal dari pasien sendiri. Contohnya dari isyarat internal adalah pasien membayangkan bahwa dirinya melangkahi suatu objek untuk memulai berjalan atau fokus pada rasa yang dirasakan pada tumit setiap melangkah. Isyarat eksternal berarti bahwa isyarat datang dari lingkugan sekitar. Dapat berupa visual atau auditori. Stimulasi suditori ritmik adalah contoh dari isyarat eksternal. Berjalan mengikuti irama musik atau suara tertentu dapat meningkatkan kecepatan berjalan dan jarak langkah. 9
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauci AS. Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson LJ, et al. Harrisons Principle of Internal Medicine. 17 th Ed. USA: McGraw-Hills; 2008. chapter 366. 2. Trail M, Protas EJ, Lai EC.N eurorehabilitation in Parkinson's Disease: An Evidence- Based Treatment Model. USA: Slack Incorporated; 2008. p.125-130 3. Kelompok studi gangguan gerak PERDOSI. Konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson. 2003. 4. Mumenthaler M, Mattle H, Taub E. Fundamentals of Neurology. New York: Thieme; 2006. p. 125. 5. Rowland LP. Meritts Neurology. 11 th Ed. USA: Lippincott Williams&Wilkins; 2005. chapter 115. 6. Schapira AH, Olanow CW. Principles of Treatment in Parkinsons Disease. Philadephia: Elsevier; 2005. P.321. 7. Umphred D, Carlson C. Neurorehabilitation for the Physical Therapist Assistant.USA: Slack Incorporation; 2006. p. 200-1 8. Schapira AH, Olanow CW. Principles of Treatment in Parkinsons Disease. Philadephia: Elsevier; 2005. p.321. 9. Duvoisin RC, Sage J.Parkinson's Disease: A Guide for Patient and Family. USA: Lippincott Williams&Wilkins; 2005. p. 130-132.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis