Anda di halaman 1dari 6

PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT SARAF

Parkinson Disease

Disusun Oleh:

Mellvin Telasman

01073190013

Pembimbing:

Dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT SILOAM LIPPO VILLAGE
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE AGUSTUS - SEPTEMBER 2020
TANGERANG
BAB I
ANALISAS KASUS

Berdasarkan hasil autoanamnesis yang diperoleh dari pasien berinisial Ibu. I, 59


tahun, datang dengan keluhan utama yaitu tremor pada saat istirahat, kaku pada kaki, dan
juga kesulitan untuk berjalan, pasien juga mengatakan bahwa sudah diberikan obat salah
satunya merupakan madopar namun menimbulkan efek sesak setiap minum madopar. Pasien
menyatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi, dan stroke, namun
pasien sudah didiagnosis Parkinson sejak lama .
Dari hasil pemeriksaan fisik, pada inspeksi ditemukan adanya tremor pada ekstrimitas
atas dan bawah di kedua sisi / bilateral, walaupun saat beristirahat, dan terdapat kesulitan saat
berjalan (shuffling gait). Pada pemeriksaan rangsang meningeal, dan reflex patologis
didapatkan hasil negatif, namun pada hasil pemeriksaan motorik, terdapat rigiditas pada
ekstrimitas atas di kedua sisi / bilateral, didapatkan penurunan kekuatan otot pada ekstrimitas
atas dan bawah (4444/4444 & 4444/4444) dimana pada saat diberikan tenaga oleh pemeriksa
pasien tidak bisa menahan.

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat progresif dan


memiliki beberapa gejala klinis berupa gejala motorik seperti tremor, bradikinesia, kekakuan,

,ketidakstabilan postural, hipomimia, dan langkah yang memendek. 1 Selain gejala motorik,
penderita penyakit parkinson juga dapat mengalami gejala lain seperti berkurangnya indera
penciuman, kelelahan, sulit buang air besar dan berkemih, gangguan mood atau perubahan
suasana hati, gangguan tidur, berkurangnya daya ingat, berkeringat secara berlebih. Selain
itu, penderita penyakit parkinson juga memiliki ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan
jatuh. Gejala-gejala diatas mengakibatkan kualitas hidup penderita penyakit parkinson
menurun . 7

Patogenesis penyakit parkinson adalah hilangnya neuron dopaminergik pada area


substansia nigra, sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Menurut teori neuroinflamasi,
hilangnya neuron dopaminergik berhubungan dengan terjadinya suatu proses inflamasi. 4 Hal
ini dibuktikan dengan peningkatan sintesa mediator-mediator inflamasi pada pada pasien
dengan penyakit parkinson pada jaringan otak melalui biopsi, pada serum darah pasien, dan
juga didapatkan pada cairan liqour cerebrospinalis (CSF). diantara mediator inflamasi
tersebut yang ditemukan mengalami peningkatan adalah Interleukin-6 (IL-6).5
Diagnosis klinis penyakit parkinson dapat ditegakkan jika terdapat dua dari tiga tanda
kardinal gangguan motorik (rigiditas, tremor, bradikinesia), atau tiga dari empat tanda
motorik (tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan postural). Berdasarkan pasien Ibu.I
ini dapat ditegakkan diagnosis Parkinson karena memiliki semua gejala kardinal dan motorik
diatas. Dalam menilai berat ringannya penyakit parkinson, parameter yang sering digunakan
adalah skala penilaian klinis Hoen and Yahr Scale yang terdiri dari 5 stadium dan menurut
hoer and yahr scale pasien ini masuk kedalam stadium 5 karena menggunakan kursi roda

kecuali dibantu.2,3

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis parkinsonism dapat


disingkirkan atas dasar hasil anamnesis tidak ada riwayat trauma kepala, stroke, tanda – tanda
tekanan intracranial meningkat, penurunan berat badan dan dari pemeriksaan fisik tidak
ditemukan tanda-tanda jejas trauma, nyeri kepala, dan kejang. Pemeriksaan penunjang tidak
dilakukan pada pasien ini. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan darah lengkap, pencitraan kepala berupa CT scan non kontras atau MRI untuk
mengetahui jika terdapat etiologi lain seperti stroke, tumor, pendarahan , dll pada pasien ini.
Dapat juga dilakukan MMSE (Mini Mental State Examination) untuk mengetahui fungsi
kognitif pasien dan menyingkirkan DD seperti dementia.
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien ini :
- Sifrol 0.125 mg tablet PO 2-3x sehari  10 hari
- Leparson 125 mg tablet PO 2x sehari  15 hari
- Omeprazole 20mg tablet PO 2-3x sehari  pencegahan maag
- Ondansetron 8 mg tablet PO 2x sehari  jika pasien merasakan mual
Diagnosis kerja sementara berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien yaitu:
Diagnosis Kerja Parkinson disease

Diagnosis Banding Parkinsonism

Diagnosis Klinis Resting tremor, rigiditas, bradykinesia

Diagnosis Topis Basal ganglia


Diagnosis Etiologis Degeneratif , idiopatik
Diagnosis Degenerasi neuron dopaminergik pada substansia nigra
Patologis
BAB II
DAFTAR PUSTAKA

1. Hauser RA. Levodopa: Past, present, and future. Eur Neurol. 2019;62(1):1–8. doi:
10.1159/000215875

2. Silitonga R. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Penderita


Penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf RS dr Kariadi. Universitas Diponegoro
Semarang. 2007.
3. Bhidayasiri R, Tarsy D. Parkinson’s disease: hoehn and yahr scale. Dalam: Movement
Disorders: A Video Atlas. Chandigarh: Humana Press; 2012. hlm. 4–6.
4. Chao Y., Wong S.C., Tan E.K. (2015). Evidence of inflammatory system
involvement in Parkinson's disease. BioMed Research International 2014 :
308654. ScholarBank@NUS Repository. https://doi.org/10.1155/2014/308654
5. De miranda AS, Brant F, Campos AC, Viera LB, Rocha NP, Cisalpino D,et al.
Evidence for the contribution of adult neurogenesis and hippocampal cell death in
experimental cerebral malaria cognitive outcome.Neuroscience (2015) 284:920–33.
doi:10.1016/j.neuroscience.2014.10.062 27.

Anda mungkin juga menyukai