Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS STRANGULATA

PKM KENARILANG

Disusun Oleh:
dr. Mellvin Telasman

Pembimbing :
dr. Sofia Linda Bahariska Meli Makin

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN ALOR
PUSKESMAS KENARILANG
KABUPATEN ALOR
2022 - 2023
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas pasien

Nama Inisial : Sdr. S


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Pantar
Agama : Islam

1.2 Anamnesa

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada 15 November 2022 di poli umum PKM
Kenarilang Alor.

1. 1.2.1.  Keluhan Utama

Benjolan pada kantung buah zakar sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu, yang
tidak bisa masuk kembali sejak 1 minggu yang lalu.

2. 1.2.2.  Keluhan Tambahan

Pasien merasakan demam sejak 1 hari yang lalu dan nyeri yang sangat hebat pada
buah zakar sebelah kanan pada kondisi apapun sejak 1 minggu lalu.

1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Sdr. S datang ke PKM Kenarilang sendiri dengan keluhan terdapat benjolan di
buah zakar sebelah kanan. Benjolan tersebut mulai ada sejak 3 tahun yang lalu saat pasien
mulai bekerja sebagai kuli bangunan. Menurut pengakuan pasien, ± 3 tahun lalu awalnya

2
benjolan tersebut terdapat di lipatan paha sebelah kanan kurang lebih sebesar kelereng,
namun lama kelamaan benjolan tersebut turun sampai buah zakar sebelah kanan pasien
sejak 1 tahun yang lalu dan benjolan yang diderita membesar secara progressif hingga
sebesar bola tenis.

Benjolan tersebut hilang timbul dan ukuran benjolan berubah ubah, jika pasien sedang
batuk atau mengedan pasien mengeluhkan bahwa benjolan tersebut akan keluar dan
membesar dari ukuran sebelumnya, dan hilang pada saat pasien berbaring .Menurut
pasien, pada awalnya benjolan yang pasien derita tidak menimbulkan rasa nyeri atau
mengganggu, hanya ada rasa sedikit tidak nyaman pada benjolan tersebut. Pasien
mengatakan terdapat demam sejak 1 hari yang lalu, dan rasa nyeri yang hebat pada
benjolan yang pasien alami sejak 1 minggu yang lalu. Pasien jugamengatakan bahwa
pasien mengalami mual muntah sebanyak 1x/ hari sejak 3 hari yang lalu.

Pasien mengatakan belum BAB sejak 4 hari yang lalu. Pasien tidak mengalami kejang
maupun penurunan kesadaran. Pasien juga mengatakan bahwa riwayat BAB pasien
biasanya secara rutin setiap hari 1 kali sehari.

1.4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah mengalami keluhan serupa


sebelumnya. Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, pasien juga tidak
pernah mengalami trauma sebelumnya ataupun operasi sebelumnya. Pasien tidak
memiliki alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu. Pasien juga menyangkal
adanya riwayat darah tinggi maupun diabetes .

1.5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan
yang sama dan keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat darah tinggi, asma,
alergi, dan keganasan.

3
1.6. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Status ekonomi pasien yaitu menengah
kebawah. Di lingkungan sekitar pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti. Pasien
mengatakan bahwa kondisi lingkungan di sekitar rumah bersih.

1.7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

 Keadaan umum : Sakit hebat


 Kesadaran : Compos mentis
 GCS : 15 (E4M6V5)
 Keadaan gizi : Cukup
 Berat badan : 46 kg
 Tinggi badan : 158 cm
 Tanda-tanda vital :

- Tekanan Darah : 135/90 mmHg

- Laju Pernapasan: 24x/menit

- Laju Nadi : 91x/menit (reguler, simetris, adekuat)

0
- Suhu : 38.5 C

Pemeriksaan generalis

Bagian tubuh Deskripsi


Kepala - Normosefal
- Rambut hitam distribusi merata, tidak rontok, alopecia
-

Mata - Konjungtiva anemis (-/-) - Sklera ikterik (-/-)


- Edema kelopak mata (-/-)

THT - Tenggorokan : Tonsil (T1/T1), hiperemis (-), uvula


ditengah, kandidiasis oral (-)
- Hidung :Sekret(+),deviasi(-),pernapasancupinghidung(-)

4
- Telinga: Simetris, bentuk dan ukuran normal, MT intak,
pendengaran normal, sekret (-)

Mulut - Mukosa bibir kering (-), Sianosis (-), Perdarahan gusi


(-)

Leher dan KGB - Pembesaran KGB (-)


- Pembesaran tiroid (-)
- Deviasi trakea (-)

Jantung - Inspeksi :Luka (-), bekas jahitan (-)


- Palpasi: iktus kordis (-), NT (-)
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi S1S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru - Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris,


bekas operasi (-), retraksi (-)
- Palpasi: Ekspansi kedua lapang dada simetris, vokal
fremitus normal dan simestris di kedua lapang paru
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang dada, batas paru
hepar normal
- Auskultasi : Vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen - Inspeksi : Permukaan datar, massa (-), striae (-), ruam


(-), bekas operasi (-), caput medusa (-), spider naevi (-)
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit, metallic sound (-),
bruit (-)
- Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen, shifting
dullness (-)
- Palpasi: Nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), ballottement (-/-)

Ekstrimitas - Atas : Simetris, kedua tangan hangat, palmar eritema


(-), ikterik (-), clubbing finger (-), sianosis perifer (-),
edema (-), nyeri (-), deformitas (-), CRT < 2 detik
- Bawah : Simetris, kedua kaki hangat, edema (-), nyeri
(-), deformitas (-), CRT < 2 detik

Kulit - Jaundice (-)


- Edema (-)
- Elastisitas dan turgor normal

5
1.8 Status Lokalis (Regio Inguinalis dan Genitalia Eksterna)

• Inspeksi

 Scrotum dextra : Terdapat massa di scrotum dextra +/- 8 x 6 cm, hiperemis +

terdapat tanda tanda peradangan.

 Scrotum sinistra : Tidak terdapat massa di scrotum sinistra, kulit

normal, tidak ada tanda tanda inflamasi.

• Palpasi

 Skrotum dextra : Teraba massa dengan ukuran ± 8x6 cm di daerah scrotum


dextra, permukaan rata, tidak terdapat nyeri tekan, massa teraba kenyal, benjolan
dapat digerakkan, dan bisa dimasukkan.
 Skrotum sinistra: Tidak terdapat massa di scrotum sinistra.

• Auskultasi

- Tidak terdengar bunyi peristaltic usus di skrotum dextra.

1.9 Pemeriksaan Penunjang Tes Hematologi

Hb : 11 mg / dl

Tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

1.10 Follow up

Pasien menolak untuk ditangani karena keterbatasan biaya, maka dari itu pasien
menandatangani surat penolakan penanganan dan dipulangkan.

6
1.11.  Penanganan Awal

Medikamentosa

 Ceftriaxone IV 2x1
 Ringer laktat IV 20 tpm
 Ceterolax IV 1⁄2 Ampule Drip

Non Medikamentosa

 Puasa
 Rujuk ke IGD RSUD Kalabahi untuk dilakukan Tindakan herniotomi

1.12.  Tindakan Operasi

• Pro Herniotomi

1.13. Resume

Sdr. S, laki laki usia 21 tahun dengan berat badan 46 kg datang ke PKM Kenarilang pada
tanggal 15 November 2022 dengan keluhan terdapat benjolan pada buah zakar sebelah
kanan yang teraba dengan konsistensi lunak sebesar bola tennis sejak 3 tahun lalu
awalnya benjolan tersebut terdapat di lipatan paha sebelah kanan kurang lebih sebesar
kelereng, namun lama kelamaan benjolan tersebut turun sampai buah zakar sebelah kanan
pasien, dan terdapat benjolan yang membesar yang sifatnya progressif hingga sebesar
bola tennis. Awalnya pasien mengatakan bahwa benjolan tersebut hilang timbul
tergantung kondisi, Ketika pasien berdiri atau sedang mengangkat barang berat benjolan
keluar ke buah zakar kanan, dan jika dalam posisi tidur benjolan masuk kembali. Pada
pemeriksaan fisik ukuran dari massa yang ditemukan pada scrotum dextra adalah ± 8x6
cm .

1.13. Diagnosis

 Diagnosis kerja : Hernia Scrotalis Strangulata dextra


 Diagnosis banding: Hernia Inkaserata

1.14. Prognosis
7
 Ad vitam : Dubia ad malam
 Ad functionam : Dubia ad malam
 Ad sanactionam : Bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi (Sjamsuhidayat, 2017)

Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang
abnormal. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis). Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot dinding
abdomen di trigonum Hasselbach yang menyebabkan hernia langsung menonjol.

Hernia inguinalis indirek adalah hernia yang bersifat kongenital dan disebabkan
oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu turunnya testis ke dalam
skrotum atau keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis terletak
didalam funikulus spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus kremaster yang
terbentuk dari pleksus pampiniformis, duktus spermatikus, dan arteri spermatika.

Berdasarkan uraian pengertian diatas, dapat disimpulkamn bahwa hernia adalah


suatu keadaan yang abnormal dari menonjolnya isi suatu rongga ke dalam suatu
lubang. Sedangkan pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang abnormal
dari penonjolan isi perut ke daerah regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri
terbagi menjadi dua, yaitu hernia inguinal direk (hernia yang keluar melalui segitiga
Hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang keluar melalui anulus dan kanalis
inguinalis).

9
2.2 Anatomi dan Fisiologi Hernia Inguinalis

1. Anatomi Hernia Inguinalis

Gambar 1. Anatomi yang berhubungan dengan hernia inguinalis

Secara letak anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar
yang terdiri dari aponeurosis, facia, lemak, dan kulit. Aponeurosis merupakan
otot-otot yang memiliki tendon. Terdapat tiga lapisan otot pada bagian lateral
dengan fosa oblik yang saling berhubungan.

Untuk mencegah terjadinya hernia inguinalis terdapat otot transversus


abdominalis merupakan otot internal lateral yang terdiri dari otot-otot dinding
10
perut dan lapisan dinding perut. Pada bagian kauda otot yang membentuk
lengkungan aponeurotik transversus abdominalis yang merupakan bagian tepi
atas cincin inguinal internal dan diatas dasar medial kanalis inguinalis. Yang
menghubungkan tuberkulum pubikum dan spina iliaka anterior superior adalah
ligamentum inguinal. Pada bagian medial bawah, diatas tuberkulum pubikum,
kanal ini dibatasi oleh anulus kanalis ingunalis eksternus, bagian terbuka dari
aponeurosis muskulus oblikus eksternus.

Pada bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan


bagian bawah terdapat ligamentum inguinalis. Segitiga Hasselbach bagian medial
dibatasi oleh lateral rektus abdominis, bagian lateral dibatasi oleh pembuluh
darah vena dan arteri epigastrika inferior, pada bagian basis dibatasi oleh
ligamentum inguinal.

Gambar 2. Anatomi kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang melalui dinding perut bagian bawah
berbentuk tabung yang merupakan tempat turunnya testis ke dalam skrotum.
Kanalis inguinalis dibatasi oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian
terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus
abdominalis. Pada laki-laki, funikulus spermatikus (s.c) melewati kanal
inguinalis yang merupakan tempat testis di dalam kantong skrotum. Funikulus

11
spermatikus memiliki banyak pembuluh darah arteri, saraf, dan duktus deferen
yang menghubungkan testis dengan vesikula seminalis.

2. Fisiologi Hernia Inguinalis


Pada masa muda, testis berkembang dari gonadal yang terletak dibelakang
rongga abdomen. Dalam bulan-bulan terakhir kehidupan janin memicu turunnya
testis secara perlahan menelusuri rongga abdomen melalui kanalis inguinalis
kedalam skrotum. Testosteron dari testis janin memicu turunnya testis ke dalam
skrotum. Setelah testis turun ke dalam skrotum, lubang di dinding abdomen
tempat kanalis inguinalis lewat menutup erat di sekitar duktus deferen dan
pembuluh darah yang berjalan dari masing-masing testis ke dalam rongga
abdomen. Penutupan tak sempurna atau ruptur lubang ini memungkinkan visera
abdomen keluar sehingga menimbulkan hernia inguinalis.
Meskipun waktunya agak bervariasi namun penurunan testis biasanya selesai
pada bulan ketujuh gestasi. Karena itu, penurunan sudah selesai pada 98% bayi
laki-laki aterm.
2.3 Klasifikasi

2.3.1. Bagian-Bagian Hernia

Gambar 3. Bagian-bagian hernia


1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose, hernia intertitialis
(Chris Tanto, dkk, 2014).

12
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium dan jaringan penyangga usus/omentum.
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
2.3.2. Klasifikasi Hernia
1. Pembagian menurut isi:
a. Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
b. Hernia Littre adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian dinding
ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia.
c. Sliding hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.
2. Hernia menurut tempat :
a. Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
b. Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
c. Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.
d. Hernia diafragmatika adalah hernia isi perut yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam rongga dada.
e. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah hernia yang terjadi pada sumsum
tulang belakang. Hernia ini terjadi karena nukleus pulposus yang berada
diantara dua tulang belakang menonjol keluar. Benjolan ini dapat menekan
sumsum tulang belakang atau sarafnya. Biasanya hernia ini terjadi pada
tulang punggung, akibatnya penderita merasa sakit pada kedua tungkai bawah
dan bila lebih hebat dapat menyebabkan kelumpuhan kedua kaki.
3. Sifat hernia :
a. Hernia reponibel
Hernia yang terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
13
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Hernia yang terjadi bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut.
 Hernia akreta
Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia.
 Hernia inkarserata
Hernia yang terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase.
 Hernia strangulata
Hernia yang terjadi akibat dari isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia
yang mengalami edema dan menjadi iskemia parah dan gangren usus
yang mengharuskan tindakan operasi segera.
4. Hernia eksternal
a) Hernia inguinalis
Hernia yang terjadi dilipatan paha atau hernia inguinal adalah hernia di
dalam kanalis inguinal. Hernia inguinalis dapat terjadi pada bayi dan anak
karena 99% adalah anomali kongenital. Dan jenis ini merupakan yang
tersering dan dikenal denganistilah turun berok atau buntu (Shochat S, 2015).
 Hernia inguinalis medialis/ hernia direk
Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intrabdomen kronik dan kelemahan otot dinding
trigonum hasselbach. Oleh sebab itu hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah,
mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia gelincir
yang mengandung sebagian dinding kandung kemih atau kolon. Kadang
ditemukan defak kecil di otot oblikus internus abdominis, pada segala usia
dengan cincin yang kaku dan tajam sering menyebabkan strangulasi.
Dorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah dapat direposisi dengan

14
jari telunjuk atau jari kelingking pada anak cincin hernia berupa anulus
inguinalis yang melebar kadang dapat diraba (Shochat S, 2015).
Pada hernia insipien, tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung
jari di dalam kanalis inguinalis dan tidak terlihat adanya benjolan sewaktu
menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi
funikulus spermatikus , dengan membandingkan sisi kiri dan kanan.
Kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera (Shochat S, 2015).
 Hernia Inguinalis lateralis/ hernia indirek
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui
dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis berbeda dengan
hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan
disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan
tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk
tonjolan bulat (Shochat S, 2015).
Pada bayi dan anak – anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan
bawaan berupa tidak menutupnya prosessus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses turunnya testis ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di
sebelah kanan atau kiri, hernia yang dikanan biasanya berisi sekum dan
sebagaian kolon asenden sedangkan yang di kiri berisi sebagaian kolon
desendens (Shochat S, 2015).

Gambar 4. Hernia

15
b) Hernia skrotalis
Hernia skrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk ke dalam
kantung skrotum dan ini terjadi bila batang usus melewati cicin abdomen dan
mengikutisaluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk
kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga
scrotum membesar (Sjamsuhidayat, 2014).
c) Hernia femoralis
Hernia femoralis adalah suatu kondisi di mana ada bagian usus yang
menonjol keluar atau jaringan lemak yang terdorong akibat otot yang lemah di
daerah paha (Kumala, 2010).

Gambar 5. Klasifikasi Hernia


d) Hernia umbilikalis
Hernia umbilikus adalah suatu kondisi ketika bagian usus menonjol keluar
dari pusar. Hernia umbilikalis terjadi karena otot perut gagal menutup lubang
bekas tali pusat dengan sempurna, sesaat setelah lahir. Kegagalan tersebut

16
menyebabkan hterjadinya hernia umbilikalis padaa saat lahir atau setelah
dewasa.
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilikus, paling sering berisi omentum, bisa
juga berisi usus halus dan usus besar, akibat peninggian tekanan intraabdomen,
biasanya ketika bayi menangis.

Gambar 6. Hernia Umbilicus

e) Hernia epigastrika
Hernia epigastrik adalah jenis hernia yang terjadi pada bagian perut tengah
yang terletak diantara pusar dan dada.

Gambar 7. Hernia Epigastrika

17
5. Hernia internal
a) Hernia diafragmatika
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma (Killeen KL,et all 2002).
b) Hernia mesenterika
c) Hernia obturatoria
6. Hernia Menurut keadaannya
a) Hernia incarserata
Bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau gangguan
vaskularisasi. Dan Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala
obstruksi dan strangulasi usus.
b) Hernia strangulata 
Jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau membengkak
dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot sertadapat
menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan (Alimoglu O,et all
2014)

Gambar 8. Hernia Usus

18
2.4 Etiologi

Penyebab dari hernia adalah adanya peningkatan tekanan intra


abdominal akibat adanya tindakan valsava maneuver seperti batuk, mengejan,
mengangkat benda berat atau menangis.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena usia. Tekanan intra abdominal yang meninggi serta kronik seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.

Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan
mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%). Bertambahnya umur menjadi
faktor risiko, dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis karena


kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus
ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis (Jong, 2004).

2.5 Patofisiologi

Salah satu penyebab munculnya hernia yang sering terjadi adalah adanya
peningkatan intra abdomen, seperti : batuk kronis, hipertrofi prostat, ascites,
peningkatan cairan peritoneum dari atresia bilier, organomegali, dan konstipasi.
Selama perkembangan organ kemih dan saluran reproduksi pada pria, hernia indirek
memiliki jalur yang sama ketika testis turun dari perut ke skrotum. Oleh sebab itu,
alasan mengapa pria lebih sering terkena hernia inguinalis daripada perempuan
dikarenakan ukuran pada kanalis inguinalis dan cincin kanalis pria lebih besar. Pada
19
saat testis janin turun ke dalam skrotum dari retroperitoneum seharusnya prosesus
vaginalis tertutup. Jika prosesus vaginalis tidak tertutup komponen seperti usus dan
lemak akan masuk ke dalam yang akan menyebabkan hernia indirek.

Hernia indirek terjadi karena protrusi keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang letaknya lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, akan
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila tonjolan ini berlanjut, akan
sampai ke skrotum yang jalurnya sama seperti ketika testis turun dari rongga perut ke
skrotum. Hernia inguinalis direk biasanya terjadi dikarenakan adanya kecacatan atau
kelemahan di daerah fasia transversalis segitiga Hasselbach, daerah ini dibatasi oleh
ligamen inguinalis di bagian inferior, pembuluh darah epigastrika inferior di bagian
lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Trigonum Hasselbach dibentuk oleh fasia
transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang terkadang tidak sempurna sehingga menjadi lemah. Hernia direk tidak keluar
melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum dikarenakan cincin hernia yang
longgar.

Pada hernia reponibel, kondisi protrusi terjadi jika pasien melakukan aktivitas
berdiri atau mengedan kuat dan masuk lagi jika berbaring atau mendorong masuk ke
perut dengan cara distimulasi. Kondisi ini biasanya tidak disertai dengan nyeri atau
gejala obstruksi usus. Apabila protrusi tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga
perut, hal ini disebut sebagai hernia ireponibel atau hernia akreta yang dikarenakan
terjadinya perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia dan pasien tidak
mengeluhkan rasa nyeri.

Apabila terjadi penjepitan usus yang menyebabkan obstruksi intestinal maka


suplai darah dari bagian usus terperangkap di dalam hernia dan usus akan mengalami
iskemia dan gangren serat akan memberikan manifestasi yang fatal, hal ini disebut
hernia strangulasi. Pada kasus hernia komplikasi tidak dapat diprediksi dikarenakan
pada beberapa hernia tetapdalam kondisi statis selama bertahun-tahun, akan tetapi
pada beberapa pasien yang lain akan mengalami progresivitas cepat.

20
2.6 Manifestasi Klinis

Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada
waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua
inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi
dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang
melebar (Sjamsuhidajat & Jong,2010).

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau gangrene (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi
saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di region ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada vunikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalaukantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin
teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau
kelingking pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada

21
dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh
hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, disebut hernia inguinalis lateralis karena
menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut juga indirek
karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu, anulus dan kanalis inguinalis. Pada
pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan
hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang menyentuhnya,
berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang mencapai
labium mayus disebut hernia labialis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang
dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan
yang jelas di sebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elephantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya (Jong, 2017).

2.7 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah hal yang penting dalam mendiagnosis hernia inguinalis.
Hernia asimptomatik sering sekali terdiagnosa tanpa disengaja baik ketika pasien sadar
dengan sendiri jika terdapat benjolan, atau pada saat dilakukan pemeriksaan fisik rutin
oleh tenaga medis. Idealnya pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi berdiri dengan
tujuan untuk meningkatkan tekanan intra abdomen. Pertama dilakukan inspeksi
terlebih dahulu untuk melihat benjolan tidak normal pada daerah inguinal. Terkadang
ukuran benjolan tidak terlalu besar sehingga sulit identifikasi jika hanya dengan
inspeksi. Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau
batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat

Palpasi dilakukan dalamkeadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan


dicobamendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolandapat direposisi
dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapatdiraba berupa anulus inguinalis yang
melebar. Pada bayi dana anak, kadang tidak terlihat adanya benjolan sewaktu
menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini, perlu dilakukan palpasi funikulus
spermatikus, dengan membandingkan sisi kiri dan kanan. Kadang didapatkan tanda
sarung tangan sutera.
22
Palpasi dilakukan 3 teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, ziemen test,
dan thumb test.

1. Finger Test
Pasien diminta untuk berbaring dan isi hernia dimasukkan kembali. Kulit
skrotum dimasukkan dengan ujung jari telunjuk dari polus superior testis dan
jari mendorong hingga annulus inguinalis externus. Jari digunakan untuk
menilai ukuran annulus inguinalis externus. Normalnya annulus ini tidak dapat
dimasuki ujung jari telunjuk. Ketika ukuran annulus telah diperiksa dan
terbuka, jari dimasukkan lebih dalam kemudian pasien diminta untuk batuk.
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis. Bila impuls
disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis, dan jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis
yang mencapai labium mayus disebut hernia labialis.

Gambar 9. Finger test (Sumber: Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of


Surgery. 10th ed, McGrawHill, 2015).
 Pemeriksaan Ziemen Test:
 Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanyaoleh
penderita).
 Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
 Meletakkan jari 2 di anulus internus, jari 3 di anulus eksternusdan jari
4 di fossa ovalis.
23
 Penderita disuruh batuk. Bila rangsangan pada: jari ke 2:Hernia
Inguinalis Lateralis. jari ke 3: hernia Ingunalis Medialis.jari ke 4 :
Hernia Femoralis

Gambar 10. Pemeriksaan Ziemen test


Sumber: Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed,
McGrawHill, 2015.

2. Pemeriksaan Thumb Test:


 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan.
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 11. Pemeriksaan Thumb test (Sumber: Brunicardi FC.


Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed, McGrawHill, 2015)

24
2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya pemeriksaan radiologis tidak dibutuhkan untuk mendiagnosa


suatu hernia inguinalis. Namun pada beberapa kasus, pemeriksaan radiologis dapat
membantu dalam penegakan diagnosa hernia inguinalis.

USG bisa digunakan karena merupakan penunjang yang bersifat non invasif yang
dapat menunjukan struktur anatomi dengan cukup baik. Pergerakan isi hernia di
dalam kanalis inguinalis merupakan hal esensial untuk mendiagnosa hernia inguinalis
dengan menggunakan USG. Sehingga kurangannya gerakan isi hernia di dalam
kanalis inguinalis dapat menghaliskan hasil bacaan yang tidak akurat atau negatif
palsu. Dalam mendiagnosa hernia inguinal, USG memiliki sensitifitas 86% dan
spesifisitas 77%.

CT-Scan dan MRI memberikan hasil gambaran anatomi daerah inguinal sehingga
tenaga medis dapat menegakan diagnosis dan mengeluarkan diagnosis banding. CT-
Scan memiliki sensitifitas 80% dan spesifisitas 65% dalam mendiagnosa hernia
inguinalis.

2.9 Diagnosis

1. Anamnesa
a. Anamnesa hernia inguinale
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-
keluhan sebagai berikut:
- Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya
“benjolan” di pelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
- Pada bayi dan anak-anak, adanyabenjolan yang hilang timbul di pelipatan
paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
- Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra abdominal,
misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat. Benjolan
akan menghilang atau mengecil ketika penderita berbaring (repoibilis), tidak
dapat kembali atau menghilang ketika berbaring (irreponibilis).

25
- Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilical berupanyeri visceral Karena regangan pada
mesentrium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
- Nyeri yang disertaimualataumuntahbarutimbul kalua terjadi inarserata karena
ileus (dengan gambaran obstruksi usus dan gangguan keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa), atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene
(akibat adanya gangguan vaskularisasi).
b. Anamnesa hernia femoralis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipatan paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang dan batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
Sering penderita datang ke dokter untuk ke rumah sakit dengan hernia
strangulate. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipatan paha
di bawah ligamentum inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberculum
pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda submatanusus, sedangkan
benjolan di lipatan paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau penderita
gemuk.
2.10 Penatalaksanaan

a) Non Operatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin
hernia yang lebih elastis).

Indikasi:

- Bila menolak operasi


- Disertai penyakit berat yang dapat meningkat tekanan intraabdominal
(asites, sirosis hepatis, tumor paru).
- Hernia inguinalis medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi
dahulu faktor penyebabnya)

26
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur
hidup. Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah
yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.

b) Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operatif:

- Hernia inguinalis dengan omplikasi inkarserata ataupun strangulate


- Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau
irreponibilis)
- Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu
Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

- Herniotomi: dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
- Hernioplastik: dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis.
Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa,
dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra
indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral
dilakukan dalam satu tahap,terutama pada hernia inguinalis sinistra.
Untuk tindakan bedah ini terdiri dari 3 metode :

27
- Bassini : menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis .funikulis
spermatikus tetap berada di kanalis inguinalis
- Halstedt : jahitan seperti metode bassini tetapi funikulus
spermatikus berada diatas aponeurosis MOE dibawah kulit
- Fergusson : conjoint tendon dijahitkan pada ligamnentum
inguinal di atas funikulus spermatikus, kecuali pada daerah anulis
eksternus dimana tempat funikulus keluar menuju scrotum.Saat ini
sering digunakan prolen mesh(mersilen mesh) untuk menutup atau
memperkuat dinding belakang canalis inguinalis (Mansjoer, 2010).

2.11 Komplikasi

a. Isi tertahan pada hernia ireponibel (bila isi hernia terlalu besar seperti
omentum, organ ekstraperitoneal pada hernia geser, atau merupakan hernia
akreta), disini gejala yang timbul hanya berupa benjolan.
b. Isi hernia terjerat oleh cincin hernia sehingga menimbulkan gejala obstruksi.
- Sumbatan dapat total atau parsial seperti pada hernia Richter
- Sumbatan parsial biasa terjadi bila cincin hernia sempit, kurang elastic
atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis.
c. Jarang terjadi inkarserata retrograde (dua segmen usus terperangkap didalam
kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum
seperti huruf W yang biasa disebut Hernia Maydle).
d. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan akan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinis.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.

28
e. Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi,
terjadi gambaran klinis yang menjadi kompleks dan sangat serius akibat
gangrene nekrosis jaringan. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsang peritoneal.
f. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukan
kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia dapat dijumpai
tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan
gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera.
(Sjamsuhidajat,2017.)

2.12 Prognosis

Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia, serta pada kemampuan untuk
mengurangi faktor resiko yang terkait dengan perkembangan hernia. Sebagai aturan,
prognosisnya baik dengan diagnosis tepat waktu dan perbaikan. Morbiditas biasanya
sekunder baik untuk hilang diagnosis hernia atau komplikasi yang berhubungan
dengan manajemen penyakit. Prognosis hernia inguinalis pada bayi dan anak sangat
baik. Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pasca
bedah mendekati 1%., dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurent
ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi. Prognosis dari hernia adalah
baik bila segera ditangani sebelum terjadi komplikasi hernia inkarserata maupun
strangulata yang dapat membahayakan kondisi pasien (Suryani, 2011).

29
BAB III

ANALISA KASUS

Diagnosis Hernia scrotalis berdasarkan kasus yang didapat, dapat dibuat berdasarkan
teori teori yang dijelaskan diatas seperti keluhan terdapatnya suatu benjolan pada skrotum
kanan pasien sejak ± 1 tahun lalu awalnya benjolan terdapat pada lipatan paha sebelah
kanan kurang lebih sebesar kelereng, bahwa hal tersebut menandakan bahwa isi hernia
yaitu usus sudah menembus kanalis inguinalis sehingga menyebabkan terdapat
penonjolan pada paha pasien. Setelah dibiarkan benjolan tersebut berprogresifitas
sehingga benjolan tersebut turun ke sampai skrotum kanan pasien dan benjolan pada
skrotum pasien membesar, ukurannya sebesar bola tennis. Menandakkan bahwa
dikarenakan onset waktu yang lama menjadikkan isi hernia yaitu usus menembus kanalis
inguinalis lebih dalam lagi sehingga menimbulkan manifestasi terdapatnya benjolan pada
skrotum kanan pasien, serta dapat disimpulkan juga bahwa pasien ini mengalami hernia
indirect karena bisa mencapai skrotum .

Dari anamnesis juga diketahui bahwa pasien mengeluhkan bahwa benjolan pada skrotum
pasien hilang timbul dan ukuran benjolan berubah ubah dan jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan benjolan tersebut akan menghilang pada saat
pasien berbaring atau dimasukkan dengan cara di dorong. Hal tersebut dapat membantu
dalam menentukkan diagnosis sifat hernia pada pasien. Pada pasien ini memungkinkan
bahwa pasien mengalami hernia dengan sifat irreponibel dikarenakan isi pada hernia
pasien sudah tidak masuk Kembali walaupun dengan bantuan reposisi atau posisi
berbaring. Secara umum hal ini dapat terjadi karena adanya perlengketan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.

30
Serta berdasarkan gejala yang pasien keluhkan, diagnosis hernia stangulata namun
diagnosis hernia incarserata belum dapat disingkirkan dikarenakan kurangnya
pemeriksaan penunjang, secara umum hernia strangulate terdapat peningkatan kadar
leukosit, LED, dll, yang dapat menandakan suatu infeksi, sedangkan pada hernia
inkarserata hanya terdapat gejala obstruksi biasa saja . Namun secara klinis pasien bisa
didiagnosa hernia strangulata karena pada hernia strangulata timbul rasa nyeri yang hebat
dan juga bisa disertai demam akibat terjadinya proses nekrosis pada jaringan usus yang
bisa berujung pada sepsis. Pasien juga mengatakan terdapat gejala mual, muntah, serta
belum BAB sejak 4 hari yll, yang mendukung diagnose hernia strangulata.

Pada pemeriksaan fisik didapati pada status lokalis (Regio Inguinalis dan Genitalia
Eksterna) terdapat massa di skrotum dekstra yang konsistensinya lunak, teraba kenyal,
tidak radang, massa sebesar bola tennis dengan ukuran ± 8x6 cm di daerah skrotum
dekstra, permukaan rata, tidak adak ada nyeri tekan. Dari pertanyaan anamnesis dari Sdr.
S dapat dijelaskan bahwa hal ini dapat terjadi dikarenakan, isi hernia yaitu usus memiliki
konsistensi yang lunak sehingga memudahkan usus dapat masuk keluar pada kanalis
inguinalis yang terbuka. Serta pada pemeriksaan yang dilakukan massa tidak dapat
dimasukkan dan digerakkan menandakkan hal ini mendukung diagnosis kearah hernia
irreponibel dikarenakan massa tidak dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum.

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis hernia skrotalis juga bisa
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan penunjang yaitu CT scan dan pemeriksaan lab.
Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan USG dan CT scan. Sementara pemeriksaan lab dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat inflamasi atau tidak pada pasien. Pasien ini tidak bisa dinyatakan bahwa
pasien mengalami komplikasi dikarenakan pasien pulang sebelum dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Namun jika dilihat dari klinis dari suhu tubuh yang meningkat
dapat disuspek bahwa pasien ini mengalami suatu infeksi. Tatalaksana yang dapat
dilakukan pada kasus ini adalah tindakan operatif yaitu dokter melakukan herniotomi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aiken JJ. Oldham KT. 2011. Inguinal Hernias. Nelson Textbook of Pediatrics, 19th ed.
Philadelphia : Elsevier Saunders.

A. Kohli, HS Choundhury, D Rajput. Internal hernia : a case report. Ind J Radiol Imag 2016

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. 2010. Kapita Selekta Kedokteran.


Edisi III Jilid II. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Alimoglu O, Eryilmaz R, Sahin M, Ozsoy MS. Delayed traumatic hernias presenting with
strangulation, 2014.

Brunicardi FC. Schwartz’s Principle of Surgery. 10th ed, McGrawHill, 2015.

Chris Tanto, Iskandar Raharjdo Budianto. Hernia Anak, Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed.
Jakarta: Media Aesculopius; 2014

Courtney M Townsend, R. D. (2017). Sabiston Textbook of Surgery the Biological Basis of


Modern Surgical Practice. 20th ed.Elsevier. p.1092-1116

Kelly KB. 2013. Pediatric Abdominal Wall Defects. Surgical Clinics of North America, 93(5).

Killeen KL, Shanmuganathan K, Mirvis SE. Imaging of traumatic diaphragmatic injuries.


Semin Ultrasound, CT, MR. 2002 Apr; 23(2): 184-92.

Kumala, Poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland, 25th ed, Jakarta: EGC;

Lutfi achmad, thalutkamardi. 2007. Dinding perut, Hernia, Retro peritonium, dan Omentum
dalam Buku Ajar IlmuBedah, edisi 3. EGC. 615-641.

shochat Stephen. Hernia Inguinalis. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin (ed). Ilmu Kesehatan
Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta: 2015. Halaman: 1372-1375

Sjamsuhidajat, R& De Jong. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 4. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat, R&De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, R., Jong, W.D. 2017.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi IV.Jakarta : EGC.

Suryani, Indah Elsa. 2011. Referat Hernia Inguinalis. Universitas Mulawarman Sam
32
33

Anda mungkin juga menyukai