OLEH
018.06.0037
PEMBIMBING
2024
LAPORAN PASIEN
1
d. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat keluhan yang sama : tidak ada
• Riwayat hipertensi : tidak ada
• Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
• Riwayat penyakit jantung : tidak ada
• Riwayat alergi : tidak ada
e. Riwayat Sosial Pribadi
• Riwayat merokok dan minum alkohol (-)
• Konsumsi obat – obatan terlarang (-)
• Olahraga (-), hanya beraktivitas ringan
b. Secondary Survey
A: Alergi : tidak alergi pada pasien
M : Medikasi/Obat : tidak ada obat yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian
P : Pertinent medical history / Riwayat penyakit medis : tidak ada
L : Last meal : tidak ada makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian.
E : Events : pasien terjatuh dari sepeda
2
Kepala : Normocephali, warna rambut hitam
keputian distribusi merata, tidak
mudah dicabut, cephal hematoma
regio frontalis ukuran 4 cm.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat isokor (3mm
x 3mm), refleks pupil (+/+).
Hidung : Deformitas (-/-), peradangan (-/-),
massa (-/-), septum deviasi (-/-),
sekret (-/-).
THT : Dalam batas normal
Mulut : Hygiene mulut baik, bibir pucat (-),
sianosis (-), lidah kotor (-), mukosa
hiperemi (-), vulnus apertum ukuran
3 cm cavum oris menembus superior
lip
Leher : Peradangan (-), nyeri tekan (-),
pembesaran KGB (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Thorax : Normochest, simetris kanan dan kiri.
- Inspeksi: Peradangan (-), massa (-
), barrel cheast (-), pigeon cheast (-),
ictus cordis tidak tampak.
- Palpasi: Nyeri (-), vocal fremitus
simetris kanan dan kiri, ictus cordis
teraba kuat angkat di ICS 5.
- Perkusi: Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler seluruh
lapang paru
3
Abdomen : - Inspeksi: Distensi (-), massa (-),
peradangan (-)
- Auskultasi: Bising usus (+) 3-8
x/menit
- Palpasi: Nyeri tekan (-)
- Perkusi: timpani pada seluruh
lapang abdomen.
Ektremitas
• Atas Akral teraba hangat kanan dan kiri,
CRT <2 detik, edem (-)
• Bawah Akral teraba hangat kanan dan kiri,
CRT <2 detik, edem (+), vulnus
apertum ukuran 4x1x1cm dasar
tulang regio cruris S, vulnus apertum
ukuran 4x1x1cm dasar tulang regio
ankle S.
c. Status Lokalis
4
- Deformitas jari(-)
- Luka (-)
- Fang marks (-)
Palpasi/Feel - Nyeri tekan (+)
- Krepitasi (+)
- Akral teraba hangat kanan dan kiri
Movement a. Kanan
ROM aktif & pasif (tidak ada keterbatasan
gerakan)
- Deviasi radial (normal)
- Deviasi ulna (normal)
- Pronasi (normal)
- Supinasi (normal)
- Fleksi (normal)
- Ekstensi (normal)
- Fleksi-ekstensi jari - jari (normal)
- Abduksi jari - jari (normal)
- Opposisi jari - jari (normal)
b. Kiri
ROM aktif & pasif (tidak ada keterbatasan
gerakan )
- Deviasi radial (normal)
- Deviasi ulna (normal)
- Pronasi (normal)
- Supinasi (normal)
- Fleksi (normal)
- Ekstensi (normal)
- Fleksi-ekstensi jari - jari (normal)
- Abduksi jari -jari (normal)
- Opposisi jari - jari (normal)
5
1.4 RESUME
Pasien datang ke UGD RSUD Klungkung diantar oleh keluarganya
pada tanggal 19 Februari 2024 dengan keluhan luka-luka setelah terjatuh
dari sepeda sejak 2 jam yang lalu. Beberapa jam sebelumnya pasien
dikatakan terjatuh dari sepedanya karena licin sehabis hujan. Pasien
mengendarai sepedanya karena jalanan licin lalu pasien terjatuh dan
terpental dengan posisi tengkurap, terdapat luka-luka pada kepala, wajah
dan tungkai kiri. Riwayat pengobatan pasien tidak ada mengkonsumsi obat
– obatan, dan tidak ada alergi obat – obatan maupun makanan.
Pada pemeriksaan fisik mulai dari tanda vital pasien dalam batas
normal. Pemeriksaan status generalis pasien mulai dari kepala didapatkan
chepal hematoma, leher, thoraks, abdomen dalam batas normal, pada
ekstremitas ditemukan vulnus apertum regio cruris sinistra. Pada
pemeriksaan status lokalis pasien mulai dari inspeksi ditemukan adanya
edem pada kaki kiri. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri tekan (+),
krepitasi (+) pada daerah pergelangan kaki kiri, dan tidak ada keterbatasan
gerak pada jari – jari dan lengan pasien.
6
1.6 HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Cruris Sinistra AP/Lat
1.7 DIAGNOSIS
1. CF Tibia Distal Sinistra
1.8 PLANNING TERAPI
1. IVFD RL 20 tpm
2. Ceftriaxon 2x1gr IV
3. Rencana Debridement dan Imobilisasi dengan Long Leg Cast
7
Prosedur Pemasangan Gips
1. Definisi
Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut
plaster of paris , dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan
mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium
sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak
sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang. Jadi gips adalah alat
imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam
dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
2. Tujuan Pemasangan Gips
a. Imobilisasi kasus dislokasi sendi
b. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi
c. Koreksi cacat tulang
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi
e. Mengoreksi deformitas
3. Indikasi
a. pasien dislokasi sendi
b. fraktur konfigurasi simple
c. penyakit tulang spondilitis TBC
4. Kontraindikasi
a. Fraktur terbuka
5. Jenis Gips
• Gips lengan pendek : memenjang dari bawah siku sampai lipatan telapak
tangan, melingkar erat didasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukkan dinamakam
spika ibu jari (gips gaunlet).
• Gips lengan panjang : memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah
proksimal lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dalam posisi
tegak lurus
• Gips tungkai pendek : memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki,
kakai dalam sudut tegak lurus pada posisi netral
8
• Gips tungkai panjang : mamanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi
• Gips berjalan
• Gips tubuh
• Gips spika bahu
• Gips spika panggul
6. Persiapan Alat
Persiapan alat –alat untuk pemasangan gips:
• Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
• Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
• Baskom berisi air hangat
• Gunting perban
• Bengkok
• perlak dan alasnya
• waslap
• pemotong gips
• kasa dalam tempatnya
• alat cukur
• sabun dalam tempatnya
• Handuk
• krim kulit
• spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
• padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
7. Persiapan Pasien
• siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan
• siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips
• daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan
sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit
• sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
9
• Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang
ditentukan dokter selama prosedur
8. Prosedur Pemasangan Gips
a. Pre Interaksi
• Menjelaskan prosedur tindakan, komplikasi tindakan pada pasien
• Mencuci tangan
• Memakai handschoen
• Mengatur posisi pasien
• Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan digips.
• Posisikan dan pertahankan bagian yang akan digips dalam posisi yang
ditentukan selama prosedur pemasangan gips.
• Pasang duk pada pasien.
• Cuci dan keringkan bagian yang akan digips.
b. Interaksi
1) Pasang bahan rajutan (nis: stokinet) pada bagian yang akan digips.
Pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Boleh juga memakai
bahan lain.
2) Balutan gulungan tanpa rajutan dengan rata dan halus sepanjang bagian
yang digips. Tambahkan bantalan didaerah tonjolan tulang dan paha jalur
saraf.
3) Pasang gips atau material sintesis secara merata pada bagian tubuh. Pilih
lebar bahan yang sesuai. Timpa bahan sekitar setengah lebarnya.
Lakukan dengan gerakan yang berkesinambungan agar tejaga kontak
yang konstan dengan bagian tubuh. Pergunakan bahan gips tambahan
(bidai) pada sendi dan pada titik stes pada gips yang diperkirakan .
4) Selesaikan gips dengan Haluskan tepinya
5) Bersihkan partikel gips dari kulit.
6) Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan .
7) Pasang gips yang sedang dalam proses pengerasan dengan telapak
tangan, jangna diletakan pada permukaan keras atau pada tepi tajam;
hindari tekanan pada gips.
10
c. Terminasi
• Rapikan pasien
• Rapikan alat
• Cuci tangan
9. Prosedur pelepasan Gips
Pelepasan Gips tergantung dengan kondisi masing-masing pasien. Jika memang
tulang sudah kembali menyatu dan sudah dirasa kuat untuk melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa gips, maka dokter akan melepasnya. Umumnya, tulang
dinyatakan sudah menyatu dan sembuh dalam beberapa minggu hingga bulan.
Pada anak kecil, sebagian besar patah tulang dapat sembuh dalam waktu empat
hingga enam minggu. Remaja umumnya membutuhkan waktu setidaknya enam
minggu untuk pulih. Waktu penyembuhan lebih lama pada orang dewasa yang
mengalami patah tulang.
a) Informasikan kepada pasien
b) Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan
mengiris kulit
c) Gips akan dibelah dengan gerakan linier pisau sepanjang garis potongan d)
Gunakan pelindung mata
d) Potong bantalan dengan gunting
e) Sokong bagian tubuh ketika gips diambil
f) Cuci dan keringkan bagian yang habis diimobilisasi dengan lembut, oleskan
minyak pelumas
g) Ajari pasien tidak menggosok / menggaruk kulit
h) Ajari pasien secara bertahap melatih kegiatan bagian tubuh sesuai program
terapiutik
i) Ajari pasien mengontrol pembengkakan dengan meninggikan ekstremitas.
11
Prosedur Hecting
1. Definisi
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
2. Indikasi
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.
3. Luka
3.1. Definisi
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis.
Trauma tajam menyebabkan:
a. luka iris: vulnus scissum/incicivum
b. luka tusuk: vulnus ictum
c. luka gigitan: vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan:
a. luka terbuka: vulnus apertum
b. luka tertutup: vulnus occlusum (excoriasi dan hematom)
Luka tembakan menyebabkan: vulnus sclopetorum.
3.2. Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman:
a. luka steril: luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi: luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam. (golden
period)
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan telah
timbul gejala lokal maupun gejala umum. (rubor, dolor, calor, tumor, fungsio lesa).
4. Pengenalan Alat Dan Bahan Penjahitan
Alat dan bahan yang diperlukan pada penjahitan luka:
4.1. Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps (pinset) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps
bergigi ujungnya (surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu
atraumatic tissue forceps dan dressing forceps.
b. Scalpel handles dan scalpel blades
c. Dissecting scissors (Metzen baum)
12
d. Suture scissors
e. Needleholders
f. Suture needles (jarum) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk
segitiga dan bentuk bulat
g. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi (Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i. Retractors, double ended
j. Towel clamps
4.2 Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian)
b. Cairan desifektan: Povidon-iodidine 10 % (Bethadine)
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.
5. Cara Memegang Alat
a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa: yaitu
ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama, sementara jari kedua dan ketiga
dipakai untuk memperkuat pegangan tangan. Untuk membuat simpul benang
setelah jarum ditembuskan pada jaringan, benang dilingkarkan pada ujung
pemegang jarum.
b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari kedua dan
ketiga. Jarum dipegang di daerah separuh bagian belakang.
c. Sarung tangan dipakai menurut teknik tanpa singgung.
6. Persiapan Alat
6.1. Sterilisasi dan cara sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat-alat atau bahan dalam keadaan
steril.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Secara kimia: yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid, seperti formalin,
savlon, alkohol.
13
b. Secara fisik yaitu dengan:
1) Panas kering (oven udara panas)
• Selama 20 menit pada 200° C
• Selama 30 menit pada 180° C
• Selama 90 menit pada 160° C
2) Uap bertekanan (autoclave): selama 15 menit pada 120° C dan tekanan 2
atmosfer
3) Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya
dianjurkan bila cara lain tidak tersedia.
6.2 Pengepakan
Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus
dibungkus dengan dua lapis kain secara rapat yang diikutkan dalam proses
sterilisasi. Pada bagian luar pembungkus, ditempelkan suatu indikator (yang akan
berubah warna ) setelah instrument tersebut menjadi steril. Untuk mempertahankan
agar instrument yang dibungkus tetap dalam keadaan steril, maka kain pembungkus
dibuka menurut” teknik tanpa singgung.
7. Jenis-Jenis Benang
7.1 Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture)
a. Alami (Natural)
1). Plain Cat Gut: dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini hanya
memiliki daya serap pengikat selama 7-19 hari dan akan diabsorbsi secara
sempurna dalam waktu 70 hari. 2). Chromic Cat Gut dibuat dari bahan yang sama
dengan plain cat gut, namum dilapisi dengan garam Chromium untuk
memperpanjang waktu absorbsinya sampai 90 hari.
b. Buatan (Synthetic)
Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin ( merk
dagang Vicryl atau Safil), Polyglycapron ( merk dagang Monocryl atau Monosyn),
dan Polydioxanone ( merk dagang PDS II ). Benang jenis ini memiliki daya
pengikat lebih lama, yaitu 2-3 minggu, diserap secara lengkap dalam waktu 90-120
hari.
14
7.2 Benang yang tak dapat diserap (Nonabsorbable Suture)
a. Alamiah (Natural)
Dalam kelompok ini adalah benang silk (sutera) yang dibuat dari protein organik
bernama fibroin, yang terkandung di dalam serabut sutera hasil produksi ulat sutera.
b. Buatan (Synthetic)
Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar nylon (merk dagang Ethilon
atau Dermalon). Polyester (merk dagang Mersilene) dan Poly propylene (merk
dagang Prolene).
15
d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan jarum dari
tepi luika.
e. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar (everted) setelah penjahitan.
9.1. Simple Interupted Suture
A. Indikasi: pada semua luka
B. Kontra indikasi: tidak ada Teknik penjahitan
Dilakukan sebagai berikut:
a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat, masuk
subcutan terus kekulit sisi lainnya.
b. Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar tepi
luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah luar (everted)
c. Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
9.2. Matras Suture
A. Indikasi: Luka pada persendian.
Luka pada daerah yang tegangannya besar
B. Kontra indikasi: tidak ada
Teknik penjahitan ini dilakukan untuk mendapatkan eversi tepi luka dimana tepinya
cenderung mengalami inverse. misalnya kulit yang tipis. Teknik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya,
kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama.
3. Dibuat simpul dan benang diikat.
9.3 Subcuticuler Continuos Suture
Indikasi: Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi: jaringan luka dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis
sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat
kedua ujung luka yang dilakukan sebagai berikut.
16
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis
kulit salah satu dari tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara
bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian
dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara
parallel disepanjang luka tersebut.
9.4 Jahitan Pengunci (FESTON)
Indikasi: Untuk menutup peritoneum
17