Tempat :
• 0-2 bulan - yolk sack
• 2-7 bulan - hati, limpa
• 5-9 bulan - sumsum tulang
• Neonatus - semua sum sum merah
tulang
• Dewasa - vertebra, tulang rusuk, sternum,
tulang kepala, tulang pelvis, femur
SIH
WBC
RBC PLT
Granulo Agranulo
sitosis sitosis
Netro Limfo Mono
Eos Baso fil sit sit
Stab Segmen
Gambar 2. Hematopoesis (Resna,2019) 3
RBC ERITROPOIESIS
Catatan:
Sel yang ditunjuk
adalah retikulosit
yang dengan
pewarnaan May-
Grunwald-
Giemsa bersifat
polikromatik
( Sel
Polikromatofilik)
Nutrisi
Mineral ( Fe, mangan, cobalt )
Vitamin ( B12, C, B6, B1,asam folat dll )
Asam amino
Faktor perangsang
Eritropoitin, tiroksin, androgen
Keutuhan jaringan sumsum tulang (microenvironment )
8
Sistem Myeloid/Granulopoesis
A
WBC
A. Myeloblast
B. Promyelocyte B
C. Basophilic myeloccyte
D.Basophilic metamyelocyte
E. Basophilic band
F. Basophilic segmented C G K
G. Neutrophilic myelocyte
H. Neutrophilic metamyelocyte
I. Neutrophilic band D H L
J. Neutrophilic segmented
K. Eosinophilic myelocyte E I M
L. Eosinophilic metamyelocyte
M. Eosinophilic band
N. Eosinophilic segmented F J
N
9
Gambar 7. Granulopoesis (Rodaks Atlas,2016)
Monositopoiesis
• Monoblas
• Promonosit
• Monosit
Limfopoiesis
• Limfoblas
• Prolimfosit
• Limfosit
Gambar 9. Monosit (Rodaks,2016)
10
Trombosit normal
Trombopoiesis
• Megakarioblas
• Promegakariosit Gambar 10. Trombosit
(Rodaks,2016)
• Megakariosit
• Trombosit normal
11
• NILAI RUJUKAN HEMATOLOGI DEWASA
12
NILAI RUJUKAN HEMATOLOGI BAYI-ANAK
14
GANGGUAN HEMATOLOGI
GANGGUAN LEKOSIT
Gangguan Jumlah
Lekopenia (NEBLM)
GANGGUAN HEMOGLOBIN Lekositosis (NEBLM)
Talasemia Keganasan
Hemoglobinopati Leukemia
Anemia Limfoma
GANGGUAN ERITROSIT Plasma Cell Dyscrasia
Gangguan Jumlah GANGGUAN TROMBOSIT
Anemia Gangguan Jumlah
Eritrositosis/Polisitemia Trombositopenia
Gangguan Membran Trombositosis
Sferositosis Gangguan Imun Keganasan
Ovalositosis Autoimun
Eliptositosis Aloimun
Keganasan
15 15
ANEMIA
→ gejala/ sindroma :
• Hb↓
• PCV ↓ Hipoksia :
• Jumlah Eritrosit ↓ Otak - konsentrasi↓,lesu
Otot - letih,lelah
Kompensasi :
- Heart rate↑→kardiomegali
- Payah jantung
- Prioritas flow (akral dingin)
Pemeriksaan fisik :
kepucatan konjungtiva, bibir.
1616
ANEMIA
1717
Berdasarkan morfologi Eritrosit :
Klasifikasi anemia dapat ditentukan dari morfologi
eritrosit (Ukuran dan Warna/kepucatan), yaitu dari
pengamatan dibawah Mikroskop atau dengan kalkulasi
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Kriteria ukuran: Normositik, mikrositik, makrositik
Kriteria warna: Normokromik, hipokromik
1818
Lanjutan berdasarkan morfologi..
2121
Gambar 12. Warna Eritrosit (Rodaks 2016)
Warna ditentukan dari MCH (Mean Cell Hb) :
MCH= Hb/Eri (pg)
2222
• Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi:
I. Anemia Hipokromik-Mikrositik
2323
Gambar 13. Hapusan Hipokromik-Mikrositik (Rodaks, 2016)
2424
Gambar 14. Hapusan Normokromik-Normositik,
perhatikan perbandingan ukuran eritrosit
dengan inti limfosit kecil (Rodaks, 2016) 2525
Gambar 15 Hapusan Makrositik, disini tampak
oval-makrosit, ciri yang dapat
dijumpai pada Anemia Megaloblastik
2626
(Rodaks, 2016)
Anemia Hipokromik-Mikrositik
- Semua keadaan yang menurunkan sintesis Hb memberikan
gambaran hipokromik-mikrositik .
- Anemia Kurang Besi (AKB) adalah penyebab tersering dari
kasus anemia dan Anemia Hipokromik-Mikrositik → harus
diperhatikan juga kausa lainnya (DD) sebelum menegakkan
diagnosis AKB.
- Differential diagnosis : Talasemia, Hemoglobinopati,
Myelodysplastic syndrome, anemia penyakit kronik
2727
28
Gambar 16. Patofisiologi kelainan Eritrosit (Ferry HS, 2017) 28
Status Besi Tubuh
• Besi Serum (Serum Iron = SI)
• Total Iron Binding Capacity (TIBC)
• % Saturasi Transferin =
SI/TIBCx100%
• Besi Cadangan :
- Hemosiderin → endapan di sum sum tulang /hati
→ biopsi/aspirasi → tindakan invasif
- Feritin → kadar dalam serum dapat dideteksi dengan
Immunoassay
2929
• Kausa Kurang Besi :
- Intake < : diet, kebutuhan↑
- Absorpsi↓: malabsorpsi
- Hilang ↑ : perdarahan kronis
30
Gambar 17. Stadium Anemia Defisiensi Besi (Rodaks, 2016) 31
Tabel 3. Perbedaan AKB dan APK
32
Anemia Pada Penyakit Kronis
• Gejala klinis = AKB
• Gambaran hematologis = AKB (Anemia Hipo-Mikro, MCV↓,
MCH↓, SI↓) , tapi TIBC N/↓ dan Ferritin N/↑
• Penanganan sangat berbeda .
• Menurunnya Fe sirkulasi karena :
1. Terganggunya pelepasan Fe dari makrofag (kompetisi
dengan laktoferin) padahal Fe di depo masih cukup .
2. Respons EPO yang inadekuat terhadap anemia .
33
Anemia Makrositik dan Megaloblastik
• Anemia Makrositik Megaloblastik
Makrosit = eritrosit dengan MCV > normal
Makrosit/mikrosit tergantung dari balans antara maturasi
inti & sitoplasma .
• Megaloblas = normoblas dengan ukuran besar → perubahan
megaloblastik = menjadi besarnya ukuran sel prekursor di
sumsum tulang (bukan hanya normoblas)
• Letak kelainan : Defek sintesis DNA (mengenai semua sel
jaringan aktif, antara lain jaringan hemopoisis, epitel, mukosa)
34
Defek sintesis DNA sering disebabkan karena
defisiensi vit.B12 dan Asam Folat → disharmoni
maturasi inti & sitoplasma (maturasi inti terlambat)
→ sel membesar → eritropoisis inefektif di sum sum
tulang
35
VITAMIN B12 ASAM FOLAT
37
Perubahan Hematologik Anemia Megaloblastik
• Sumsum Tulang :
- Megaloblastosis
- Eritropoisis inefektif
• Darah Tepi :
- Oval makrositosis
- Hipersegmentasi netrofil (5 sel dengan segmen 5
atau 1 sel dengan segmen 6)
38
Anemia Megaloblastik, perhatikan sel oval makrosit dan
hipersegmentasi netrofil .
40
ANEMIA HEMOLITIK
41
Definisi Anemia Hemolitik
42
Bukti Adanya Hemolisis
43
Gambar 20. Patofisiologi Hemoglobin (Ferry HS, 2017) 44
Talasemia
45
Diagnosis Laboratorium Talasemia
1. CBC, Hapusan Darah Tepi
2. Elektroforesis-Hb
46
POLISITEMIA
(ERITROSITOSIS)
48
Keadaan Dengan Jumlah Lekosit Patologis
1.Netrofilia
- Infeksi sistemik (bakteri, jamur, virus,spirochaetes) →
kadang didahului oleh transient neutropenia .
-Kortikosteroid (netrofilia tapi reaksi penderita terhadap
infeksi lebih lemah karena mobilisasi netrofil ke jaringan ↓)
2.Netropenia :
- Netropenia berat = agranulositosis
- Kausa : # Produksi di sum sum tulang ↓
# Produksi netrofil tidak efektif (pada anemia
megaloblastik karena obat antifolat)
# Mobilisasi netrofil keluar dari sirkulasi .
# Perubahan distribusi antara CGP dan MGP
4949
- Istilah “shift” untuk Netrofil :
50
• Kausa Eosinofilia :
- Reaksi alergi
- Scarlet Fever
- Parasit
- Lekemia eosinofilik
51
• Kausa Limfositosis :
- Infeksi virus
- Mononukleosis Infeksiosa
- Lekemia limfositik
• Kausa Monositosis :
- Tuberkulosis
- Subacute Bacterial Endocarditis
(SBE)
- Lekemia monositik
52
Leukemia
53
Etiologi leukemia
• Virus
• Radiasi
• Bahan kimia : benzen
• Familial
• Perubahan kromosom
54
Keganasan Hematologi
1. Leukemia Akut
55
Leukemia Mieloid Akut = Leukemia Mielogenous Akut= Leukemia
Non Limfositik Akut
( M0, M1, M2, M3, M4, M5, M6, M7 )
Gambaran klinis :
• Semua umur, dewasa anak
• Kegagalan sum sum tulang
anemia pucat, lemah , dispneu
infeksi / septikemia panas
perdarahan purpura, perdarahan gusi, saluran
cerna, hidung
• Infiltrasi ginggiva hipertrofi, ulkus rektum ( M4,M5 )
• DIC ( M3 ).
56
Gambaran laboratorium :
• Anemia : 90% kasus ( normokrom normositer)
• Leukosit : pada umumnya, dapat N /
50% mieloblas ( monoton )
• Kadang Auer Rod positif
• Hiatus leukemia (+) (tak ada bentuk intermediet )
• Trombosit
• Sum sum tulang hiperseluler : 75% mieloblas
( bila mieloblas 4 % ada remisi )
57
Promyelocyte
Myeloblast
59
Leukemia Limfoblastik Akut
( ALL )
• Klinis
• anak dewasa
• Gejala klinis .
Tampak sebagai akibat anemia , infeksi /sepsis dan
perdarahan.
Dapat terjadi sindroma meningeal ( sakit kepala, mual,
muntah, gangguan pengelihatan / odema papil dan
kadang perdarahanan .
Pembengkakan testi.s
Tanda penekanan mediastinal oleh karena infiltrasi.
60
Gambaran Laboratorium ALL :
Anemia normositer
Jumlah Lekosit biasanya , 50% Limfoblas ( ALL-L1 / L2 /
L3 )
Trombosit
Sum sum tulang hiperseluler , 75% Limfoblas.
61
Gambar 23. ALL (Rodaks, 2016) 62
Chronic Myelocytic (Myeloid) Leukemia (CML)
• 20% dari semua penderita leukemia
• Sering pada dewasa muda
• Kromososm Phiiladelphia (+) pada 90% kasus pada
leukosit, eritrosit , megakariosit dan limfosit B, sisanya (-)
• Kromosom Philadelphia : kromosom no 22 yang lengan
panjangnya menjadi pendek karena terjadi translokasi ke
lengan pendek kromosom no 9
• Splenomegali ( 95% ) , limfadenopati ( 64% ) , hepatomegali
( 48% ) proliferasi ekstramedular.
63
• Tiga fase CML :
Fase Kronis ( sebagian besar )
Fase Accelerated ( 10% )
Fase Blas /Blastic Crisis ( 30% ).
64
Gambar 24. CML (Rodaks, 2016) 65
IV. Plasma Cell Dyscrasia
• Plasma dan lymphocyte cell dyscrasia termasuk sejumlah
gangguan yang ditandai oleh 2 sifat dasar yaitu proliferasi tak
terkendali atau akumulasi sel yang dalam keadaan normal
terlibat dalam pembentukan antibodi .
• Sintesis dan sekresi gamma globulin homogen ( M componen )
dan atau bagiannya.
66
Multiple Myeloma = Myelomatosis
• Proliferasi maligna sel plasma yang ditandai proses osteolitik
dan akumulasi sel plasma di sum sum tulang dan adanya
protein monoklonal di serum dan di urine.
• 80 % penderita berumur 40 tahun .
67
Gambar 25. Multiple Myeloma (Rodaks, 2016)
68
Trombositemia Esensial
• Proliferasi megakariosit menonjol.
• Jumlah trombosit tinggi menyebabkan tromboemboli .
• Fungsi trombosit jelek perdarahan abnormal.
• Morfologi trombosit abnormal.
• Kadang kadang dijumpai fragmen megakariosit di darah tepi.
• Splenomegali.
69
• Trombositopenia :
- Purpura trombositopenia, anemia aplastik,
lekemia akut, anemia pernisiosa pasca
radiasi/kemoterapi.
- Bila trombositopenia berat → waktu perdarahan
memanjang dan retraksi bekuan abnormal .
7070
GANGGUAN LIMFOPROLIFERATIF
71
III. Gangguan Limpoproliferatif
72
Leukemia Limfositik Kronik ( CLL )
Klinis :
• Pembesaran kelenjar limfe superfisial, simetris, terpisah .
• Splenomegali, hepatomegali.
• Anemia , pucat , dispneu.
• Bila disertai trombositopenia dapat terjadi perdarahan
abnormal.
• Leukositosis (sebagian besar bervariasi antara 30.000–
300.000/cmm dan di darah tepi 70 – 99% limfosit matur)
• Anemia normokrom normositer
• Trombositopenia (sering dijumpai)
• Sum sum tulang : 25 – 95% limfosit
73
Stadium CLL
• 0 : Limfositosis absolut : 15.000/cmm
• I : Stadium 0 + pembesaran kelenjar limfe
• II : Stadium I + hepatosplenomegali
• III : Stadium II + anemia ( Hb 11 g /dL)
• IV : Stadium III + trombositopenia ( 100.000/cmm )
74
Gambar 26. CLL (Rodaks, 2016) 75
Limfoma (Limfoma Maligna )
• Jaringan limfoid normal diganti jaringan limfoid abnormal
• Limfoma Hodgkin
khas : sel Reed Sternberg
• Limfoma Non Hodgkin
noduler / difus
• Diagnosis pasti limfoma dengan pemeriksaan biopsi jaringan
(Patologi Anatomi)
76
LIMFOMA HODGKIN
Gambaran klinis Limfoma Hodgkin
• Semua umur ( anak jarang, dewasa muda lebih sering )
• Pria wanita
• Pembesaran kelenjar limfe :
tidak nyeri , tidak lunak, asimetris dan terpisah
leher : 60 – 70% kasus
aksila : 10 – 15% kasus
inguinal : 6 – 12 % kasus
retroperitoneal : sering
mediastinum : 6 – 11 %
77
LIMFOMA HODGKIN
• Anemia normokrom normositer (sering ).
• Bila infiltrasi di sum sum tulang (+) dapat sebabkan
kegagalan sumsum tulang disertai gambaran anemia dengan
lekoeritroblas.
• Lekositosis : 1/3 kasus .
• Lekocyte alkaline phosphatase ( ALP ) meningkat.
• Eosinofilia.
• Stadium lanjut : limfopenia.
• Jumlah trombosit: permulaan normal, pada stadium lanjut
dapat meningkat.
• LED memanjang.
• Hiperurikemia.
• Cell mediated immunity dan antibodi mudah infeksi.
78
LIMFOMA NON HODGKIN
Gambaran klinis limfoma Non Hodgkin
• Limfadenopati : superfisial, asimetris ,tidak nyeri
• Badan panas, keringat malam, berat badan menurun,
• Anemia dan mudah infeksi.
• Pembesaran kelenjar orofaring (5–10% kasus) sehingga
kerongkongan nyeri dan sesak nafas
• Hati dan limpa sering membesar , dapat juga terjadi pada
jaringan mesenterika , kulit dan otak
79
LIMFADENOPATI DAN LIMFADENITIS
• Limfadenopati :
Merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan
ukuran lebih besar dari 1 cm.
Atau abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah
bening dengan ukuran berapapun.
• Penyebab MIAMI (Malignancies (keganasan), Infections
(infeksi), Autoimmune disorders (kelainan autoimun),
Miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi
tak-lazim), dan Iatrogenic causes (sebab iatrogenik).
80
LIMFADENOPATI DAN LIMFADENITIS
• Malignansi (Leukemia, Limfoma, Neoplasma Kulit,
Sarkoma Kaposi, Metastasis)
• Infeksi (TBC, Hepatitis, HIV, CMV, Rubella,dan lain-
lain)
• Autoimun (SLE, Sindroma Sjogren, Rheumatoid
Arthritis)
• Miscellaneous (Penyakit Kawasaki, Sarkoidosis)
• Iatrogenik (Serum Sickness, Obat)
81
LIMFADENOPATI DAN LIMFADENITIS
• Limfadenitis
Merupakan bagian dari limfadenopati yang
disebabkan oleh proses infeksi atau radang.
• Limfadenitis yang paling sering terjadi disebabkan
oleh TBC.
• Limfadenitis TBC lebih sering melibatkan kelenjar
getah bening servikalis.
82
LIMFADENOPATI DAN LIMFADENITIS
• Pembengkakan kelenjar limfe pada Limfadenitis TBC dapat
unilatral ataupun multilateral, dapat tunggal ataupun
multiple, tidak terlalu nyeri dan berkembang secara lambat
dalam hitungan bulan.
• Limfadenitis TBC menimbulkan keluhan sistemik berupa
demam, penurunan berat badan, keringat malam dan
fatique.
• Diagnosis pasti dengan pemeriksaan biopsi.
• Terapi sama dengan TBC paru, hanya berbeda dalam durasi
terapi.
83
Complete Blood Count
85