Pembimbing:
dr. Gunadi Petrus, Sp. B-KBD
Disusun Oleh:
Mutiara Rajany
112019207
1
STATUS ILMU PENYAKIT BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RS BAYUKARTA
Tanda Tangan
NIM : 112019207
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
No. RM : 210923xxxx
TTL / Umur : Karawang/ 06 Sep 1984 (36 tahun)
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Karawang, Perumnas BTJ blok LM/28
Pekerjaan : Karyawan
Tanggal Masuk : 21 September 2021
ANAMNESIS
Riwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis yang dilakukan di IGD RS Bayukarta
pada 21 September 2021 pukul 17:30WIB.
Keluhan Utama:
Terdapat benjolan keluar dari anus yang tidak dapat masuk kembali sejak 2 bulan SMRS.
2
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Bayukarta dengan keluhan adanya benjolan pada anus.
Keluhan benjolan tersebut dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu, mula-mula keluar benjolan kecil
dan semakin lama semakin bertambah besar. Awalnya benjolan tersebut bisa masuk sendiri
setelah BAB, namun lama-kelamaan benjolan tidak dapat masuk kembali sehingga pasien
butuh menggunakan jari tanganya untuk memasukkan benjolan tersebut kembali kedalam anus.
Sejak ±1 minggu yang lalu pasien mengeluh benjolan tersebut sudah tidak bisa dimasukkan
lagi dengan bantuan jari tanganya. Karena adanya benjolan tersebut, pasien merasa tidak
nyaman saat berjalan maupun duduk. Menurut pasien benjolan tersebut terasa lunak saat
diraba, selain itu keluhan lain pasien mengeluh terasa nyeri ketika BAB dan panas disekitar
anus disertai gatal serta keluar darah berwarna merah segar yang menetes diakhir BAB yang
tidak bercampur dengan kotoran.
(-) Batu Ginjal/Sal kemih (-) Tumor (-) Penyakit jantung bawaan
3
(-) Tuberculosis (-) Tetanus (-) Volvulus
(-) Invaginasi (-) Hepatitis (-) Abses hati
(-) Penyakit degeneratif (-) Fistel (-) Patah tulang
(-) Anemia
Lain-lain : (-) Operasi
(- ) Kecelakaan
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 21 September 2021 jam 10.00 WIB di IGD
RS Bayukarta.
1. Keadaan umum : Baik, tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis, GCS : E4V5M6
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 114x/menit
c. Pernapasan : 20x/menit
d. Suhu : 36.60c
e. Berat Badan : 65 kg
f. Tinggi Badan : 170 cm
4
Status Generalis
Pemeriksaan fisik
a. Warna kulit : Sawo matang
b. Kepala : Bentuk normosefal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), tidak
mudah dicabut (+), luka (-)
1) Wajah : Simetris, eritema (-), ruam muka (-), luka (-).
2) Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-), sianosis (-), pupil isokor (3mm/ 3mm), reflek cahaya
direct/indirect (+/+), perdarahan subkonjungtiva (-/-)
3) Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan
pendengaran (-)
4) Hidung : Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-),
sekret (-), fungsi pembau baik
5) Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), pucat(-) lidah
tifoid (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-)
c. Leher : Pergerakan bebas, pembesaran kelenjar limfe (-)
d. Thorax : Normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
thorakoabdominal, sela iga melebar (-), jejas (-).
Jantung
5
Paru - Paru
Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk abdomen tampak membuncit, dinding abdomen simetris, umbilikus
tampak dan inflamasi (-), sikatrik bekas operasi (-), massa (-)
2) Auskultasi : BU (+)
3) Perkusi : Timpani (+), ascites (-), shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA
(-)
4) Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
- - -
- - -
- - -
Ektermitas : akral hangat(+) , edema (-)
Status Lokalisata:
Terlihat adanya benjolan pada regio anus dengan diameter kira-kira 3 cm yang keluar
dari anus yang dilapisi oleh mukosa. Pada pemeriksaan rektal touché pasien mengeluh nyeri,
tonus sphincter ani baik, ampula tidak collaps, benjolan teraba padat, permukaan licin, tidak
teraba adanya massa padat, pada sarung tangan pemeriksa tidak ada feces, dan tidak ada darah.
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG (22 September 2021)
Hemostasis
Masa Perdarahan 3.00 1.00-6.00 Menit
Masa Pembekuan 8.00 4.00-15.00 Menit
Hematologi
Darah Rutin
Hb 13.5 13.2-17.3 g/dL
Ht *39.5 44.0-52.0 %
Leukosit 8.32 3.80-10.60 10^3/µL
Trombosit 214 150-440 10^3/µL
Eritrosit 4.83 4.40-5.90 10^6/µL
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinophil 3 2-4%
Batang *0 3-5%
Limfosit 20 25-40%
For Covid-19 : < 1.500
Absolute Lympocyte Count *2.413
10^3/µL
Neutrophil Lympocyte Pat 2.14 For Covid-19 : ≥ 3.13
Monosit 6 2-8 %
Segmen 62 50-70 %
Nilai Eritrosit Rata-rata
MCV 81.8 80-100 %
MCH 28.0 26-34 pg
MCHC 34.2 32-36 %
Kimia Klinik
Ureum 33.5 16.6-48.5 mg/dL
Kreatinin 1.17 0.67-1.17 mg/dL
Glukosa Darah Sewaktu 82 < 180 mg/dL
7
RESUME
Seorang laki-laki berusia 36 tahun datang ke IGD RS Bayukarta dengan keluhan adanya
benjolan pada anus. Keluhan benjolan tersebut sudah dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu, mula-
mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin bertambah besar. Sejak ±1 minggu yang
lalu pasien mengeluh benjolan tersebut sudah tidak bisa dimasukkan lagi dengan bantuan jari
tanganya . Awalnya benjolan tersebut bisa masuk sendiri setelah BAB. Karena adanya
benjolan tersebut, pasien merasa tidak nyaman saat berjalan dan duduk. Menurut pasien
benjolan tersebut terasa lunak saat diraba. Keluhan lain terasa nyeri ketika BAB dan panas
disekitar anus disertai gatal serta keluar darah berwarna merah segar yang menetes diakhir
BAB yang tidak bercampur dengan kotoran.
Adanya perubahan frekuensi BAB lebih jarang dan dalam seminggu pasien BAB tidak
teratur, dan saat BAB pasien harus berjam-jam duduk ditoilet dan harus mengejan kuat karena
terasa keras. Riwayat makan pasien jarang makan sayur dan buah-buahan, sering makan
makanan yang pedas dan minum air putih hanya 3-4 gelas/hari. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Keluhan lain seperti perut kembung atau mules, nyeri daerah perut, mual muntah,
nafsu makan menurun maupun berat badan turun disangkal. Riwayat penyakit keluhan yang
sama dalam keluarga tidak ada. Riwayat sembelit ±1 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi pada regio anus terlihat adanya benjolan
dengan diameter kira-kira 3 cm yang keluar dari anus yang dilapisi oleh mukosa. Pada
pemeriksaan rektal touché pasien mengeluh nyeri, tonus sphincter ani baik, ampula tidak
collaps, tidak teraba adanya massa padat, pada sarung tangan tidak ada feces, dan tidak ada
darah. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium darah rutin dalam batas
normal. Pada pemeriksaan rontgen toraks dalam batas normal.
DIAGNOSIS KERJA
Hemoroid Interna grade IV, dengan dasar diagnosis :
Adanya benjolan pada anus yang keluar saat BAB dan tidak dapat dimasukkan kembali
Benjolan sejak ±2 bulan yang lalu makin lama makin membesar
Kesulitan saat BAB, terasa keras dan nyeri saat BAB
Keluhan BAB berdarah, berwarna merah segar, menetes dan tidak bercampur dengan
feses
Sekitar anus terasa panas dan gatal
Rasa tidak nyaman pada anus, tidak nyaman pada saat berjalan dan duduk
8
Pada pemeriksaan fisik terlihat pada regio anus terdapa tbenjolan dengan diameter kira-
kira 3 cm yang keluar dari anus yang dilapisi oleh mukosa.
Pemeriksaan rektal touché pasien mengeluh nyeri, benjolan teraba padat, permukaan
licin, tonus sphincter ani baik, ampula tidak collaps, tidak teraba adanya massa padat,
pada sarung tangan pemeriksa tidak ada feces, dan tidak ada darah.
DIAGNOSIS BANDING
-Karsinoma Rectum
- Polip Rectum
-Abses Rectum
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
Simptomatik :
Dulcolaxe 2 x 10 mg
PROGNOSIS
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad functionam : Ad bonam
Qua ad sanationam : Ad bonam
9
Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang terdiri atas
pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus untuk membantu sistem
sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Hemoroid dibedakan antara
interna dan eksterna.1
Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskular di dalam
jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Hernoroid sering dijumpai pada tiga
posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih
kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.1
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali dari rektum sebelah bawah dan anus.1
Pleksus hemoroid internus mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroidalis eksternus memngalirkan darah ke
peredaraan sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka. Hemoroid dapat
menimbulkan gcjala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan kausal ialan
mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.1
Klaslflkasi
Hemoroid interna dikelompokkan dalam empat derajat. Pada derajat pertama, hemoroid
menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu defekasi. Pada stadium awal
seperti ini tidak terdapat prolaps, dan pada pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid yang
membesar menonjol ke dalarn lumen. Hemoroid interna derajat kedua menonjol melalui
kanalis analis pada saat mengedan ringan tecapi dapat masulc kembali secara spontan. Pada
derajat ketiga, hemoroid menonjol saat mengedan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi. Hemoroid interna derajat keempat merupakan hemoroid yang menonjol ke luar
dan tidak dapat didorong masuk.2
10
Gambar 1. Derajat hemoroid interna.2
11
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus,
dan ini disebabkan oleh kelembapan yang terus-menerus dan rangsangan mukus. Nyeri
hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema dan radang.1
Pemeriksaan
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke
luar ini mengeluarkan mukus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.4
Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
ke luar. Anoskop dimasukkan dan di putar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid
interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata.4
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi; hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses haruss diperiksa
terhadap adanya darah samar.5
Diagnosis banding
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi
pada :4
1. Karsinoma Rekti
Didefinisikan sebagai keganasan yang muncul pada rektum, yang sebagian besar adalah
tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada rektum adalah adenokarsinoma. Faktor risiko
dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Termasuk di dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah riwaya polip
adenoma individual dan keluarga, dan riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada
usus. Yang termasuk di dalam faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah inaktivitas,
obesitas, konsumsi tinggi daging merah, merokok dan konsumsi alcohol sering.
Anamnesis Keluhan perdarahan melalui anus, gangguan defekasi, kadang didapatkan
massa pada perut, tanda-tanda obstruksi usus, anemia, penurunan berat badan. Tanda dan
12
gejala merupakan temuan yang sering menjadi awal dugaan adanya karsinoma rekti adalah
perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama
minimal 6 minggu pada semua umur, defekasi seperti kotoran kambing, perdarahan per-
anum tanpa gejala anal pada individu berusia di atas 60 tahun, peningkatan frekuensi
defekasi atau buang air besar berlendir, massa intra-luminal di dalam rectum, tanda-tanda
obstruksi mekanik usus.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda anemia, kadang
dapat pula ditemukan massa yang teraba pada abdomen, atau tanda-tanda obstruksi usus
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap penderita dengan gejala anorektal. Tujuan
pemeriksaan ini untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran dan
derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal, serta menetapkan jarak antara
tumor dengan anocutan line. Pada pemeriksaan colok dubur harus dinilai adalah: keadaan
tumor, mobilitas.
2. Abses perianal
Adanya kumpulan nanah di dekat anus, biasanya disebabkan karena adanya infeksi
bakteri di kelenjar kriptoglobular anus. Abses perianal merupakan jenis abses paling sering
dari abses anus. Adanya infeksi bakteri dapat menyebabkan nanah karena saat bakteri
masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan melawannya dengan sel-sel darah
putih di area yang terinfeksi. Ketika sel-sel darah putih menyerang bakteri tersebut,
beberapa jaringan di sekitarnya ikut mati dan membentuk semacam lubang yang kemudian
terisi oleh nanah. Nanah tersebut berisi gabungan dari jaringan yang mati, sel darah merah,
dan bakteri. Gejala abses perianal umumnya berupa :
1. Benjolan atau pembengkakan yang nyeri di dekat atau sekitar anus. Pembengkakannya
akan tampak merah dan hangat saat diraba.
2. Nyeri pada abses perianal biasanya terjadi terus-menerus.
3. Mengeluarkan nanah dan darah jika abses pecah.
Selain benjolan atau pembengkakan, abses perianal juga dapat menimbulkan beberapa
gejala, seperti demam dan konstipasi atau diare. Sebagian besar abses anus disebabkan oleh
sumbatan dan infeksi pada kelenjar-kelenjar di anus. Selain itu, beberapa penyebab lain
dari abses perianal adalah penyakit peradangan usus (misalnya, penyakit crohn), trauma,
ataupun keganasan.
13
Faktor risiko untuk terjadinya abses perianal, antara lain laki-laki, usia lebih dari 40
tahun, riwayat merokok serta memiliki riwayat penyakit peradangan usus, HIV, trauma,
ataupun keganasan. Diagnosis ditegakkan melalui memeriksa benjolan atau
pembengkakkan dengan pemeriksaan perabaan pada daerah anus dan sekitarnya untuk
memastikan adanya massa yang dicurigai berisi nanah, serta melihat warna dan keterlibatan
jaringan sekitarnya.
Pada kasus di mana tanda-tanda masa berisi nanah tidak ditemukan, tetapi terdapat
keluhan nyeri pada daerah sekitar anus, maka pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan,
seperti Computed Tomography (CT) Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), ataupun
ultrasonografi (USG) anorektal. Selain itu, pemeriksaan laboratorium kemungkinan akan
menunjukkan jumlah sel darah putih yang meningkat sebagai tanda adanya peradangan.
Penyulit
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila
berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.5
Penatalaksanaan
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi
usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan berlebihan.3,4,5
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek
anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem
14
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres
lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri.
b. Skleroterapi3,4,5
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari
ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada
satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu 2 – 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis
mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu
hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 – 10 hari.
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan
dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum,
maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang
karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi
15
proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi
ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi
ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.13
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak mendapat
aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya
nekrosis.11
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation,
tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara
ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.
g. Generator galvanis3,4,5
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia.
Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan nekrosis
jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu
radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput
mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai
akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami
perdarahan.
2. Terapi bedah3,4,5
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan
berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.
16
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini
harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis
analis akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan
pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler
(menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler). 3,4,5
1. Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum.
Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis.
Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid
ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit
anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang
terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu
banyak jaringan.
17
2. Teknik Whitehead3,4,5
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck3,4,5
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan
diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.
Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus
benar-benar lumpuh.
2. Bedah Laser3,4,5
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di
anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri
sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak
mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan
daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan
antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan
hanya dengan rawat jalan.
3. Bedah Stapler3,4,5
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau
Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik
Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
18
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di
depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan
m.sfingter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran
dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya
ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB,
sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam
stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong
jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka
suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya.
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan
dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka
waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
19
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh
jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal
untuk masuk ke dalam stapler
Hemoroidektomi3,4,5
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemorold derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami rrombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus
diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang
benar-benar berlebihan. Eksisi sehemar mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
20
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2017 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Sistem
Organ dan Tindakan Bedahnya, Ed.4 Vol III, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal: 810 –814
2. Mott T, Latimmer K,Edwards C. Hemoroid: Diagnosis and Treatment Options. Journal
American Family Physician. Februaru 1.2018. Vol 97: (3)
3. Sudarsono,DF. Diagnosis dan Penanganan Hemoroid. Tinjauan Pustaka Fakultas
Kedokteran Univeritas Lampung. Vol 4: (6). Maret 2016
4. Zun S, Migaly J. Review of Hemorrhoid Disease: Presentation and Management.
Journal Clinics in Colon and Rectal Surgery. USA Vol. 29 No. 1/2016 . diakses pada
tanggal 21 September 2021 :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4755769/pdf/10-1055-s-0035-
1568144.pdf
5. American Gastroeterological Assocoaciation medical position statement: Diagnosis
and treatment of hemorrhoids, Gastroenterology. 2004, May. 126 (5):1461-2
21