Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Disusun oleh:
Bernadus F. Elvas Wara 112018178

Dosen Pembimbing,

dr. Linda Kartikasari, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR AMINO GONDOHUTOMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 19 April 2021 – 22 Mei 2021
I. DATA PRIBADI
Nama : Ny. SW
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 53 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Suku / Warganegara : Jawa / Indonesia
Alamat : Semarang
Status perkawinan : Bercerai
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 29 April 2021
No. CM : 5833xxx

II. RIWAYAT PSIKIATRI


a. Sebab dibawa ke Rumah Sakit:
Keluhan Pasien : Cemas
Keluhan keluarga/pengantar : Tidak ada pengantar
b. Riwayat Penyakit Sekarang: (onset, stresor, tanda dan gejala, hendaya)
Kurang lebih satu tahun yang lalu pasien dititipi cucu perempuan pertama
pasien dari anak perempuan pertamanya, karena jarak antara rumah pasien dan
sekolahnya berdekatan. Cucu pasien saat itu duduk di bangku sekolah kelas satu
SMA. Pasien mengatakan hubungan dengan cucunya tersebut tidak terlalu dekat,
saat dirumah cucu pasien lebih sering berada di dalam kamarnya. Pasien
mengatakan bahwa cucu pasien sering main setiap pulang sekolah tanpa seizin
pasien. Saat pulang ke rumah, cucu pasien tidak mau menjawab jika ditanya pergi
ke mana setelah pulang sekolah. Pasien menjadi memikirkan hal tersebut. Pasien
merasa pusing, tidak bisa tidur, dan tidak enak badan. Pasien masih dapat
mengerjakan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Makan, minum, dan
mandi dilakukan secara mandiri. Waktu luang digunakan untuk menonton TV.
Hubungan pasien dengan cucu pasien mulai renggang. Pasien mau mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan rumahnya. Pasien kemudian memeriksakan diri ke
RS Panti Wilasa, dikatakan tensi pasien tinggi. Pasien diberi obat penurun tekanan
darah. Setelah itu, pasien rutin memeriksakan diri ke dokter keluarga dan rutin
minum obat tensi yang diberikan. (GAF : 70)
Kurang lebih enam bulan yang lalu cucu pasien sering pulang larut malam
tanpa seizin pasien. Jika ditegur, cucu pasien menanggapi pasien dengan marah.
Pasien merasa cemas dan sedih mengingat cucu pasien adalah anak perempuan.
Pasien tidak mengetahui sebab perasaan cemas tersebut. Pasien mengeluh semakin
sulit tidur dan sakit kepala. Pasien mengeluh mudah lelah saat melakukan
pekerjaan rumah. Makan, minum, dan mandi dilakukan atas inisiatif sendiri.
Waktu luang digunakan untuk menonton TV. Hubungan pasien dengan cucu
pasien semakin renggang. Pasien menjadi jarang mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan rumah. Pasien kemudian disarankan untuk memeriksakan diri ke
dokter spesialis jiwa di Klinik Pelita Medika dan diberi obat untuk mengurangi
keluhan pasien. Pasien rutin kontrol dan keluhan dirasakan semakin membaik.
Kemudian oleh dokter pasien disarankan untuk melanjutkan pengobatan di RSJ
Amino Gondohutomo.
Saat ini pasien datang ke poliklinik jiwa RSJ Amino Gondohutomo dengan
kondisi cucunya yang masih sering pulang malam. Pasien sesekali masih merasa
cemas. Pasien dapat tidur jika mengonsumsi obat dari dokter. Pasien juga
mengeluh jantungnya berdebar-debar dan terasa sesak. Makan, minum, dan mandi
atas inisiatif sendiri. Waktu luang digunakan untuk menonton TV. Hubungan
pasien dengan cucu pasien masih renggang. Pasien mau mengikuti kegiatan di
lingkungan rumahnya jika diundang (GAF : 70)
c. Riwayat Sebelumnya
1. Psikiatri:

Kurva Perjalanan Penyakit


Pramorbid 1 tahun lalu 6 bulan lalu saat ini
0
10
20
30
40
GAF

50
60
70
80
90
100

Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.


2. Medis Umum
Riwayat kejang demam : Disangkal
Riwayat epilepsi : Disangkal
Riwayat trauma kepala : Disangkal
Riwayat hipertensi : Tensi mulai tinggi saat 1 tahun terakhir,
terkontrol
Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat nyeri dada/sakit jantung : Disangkal
Riwayat sakit maag : Disangkal
Riwayat pingsan : Disangkal
Riwayat gegar otak : Disangkal

3. Penggunaan Obat – obatan dan Alkohol :


Pasien tidak memiliki riwayat mengonsumsi obat – obatan dan alkohol.

III. Riwayat Pramorbid


1. Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kehamilan direncanakan
dan diharapkan. Saat hamil ibu sehat secara fisik, ibu kontrol di Bidan, Semarang,
sehingga kondisi kehamilan ibu sehat dan tanpa penyakit fisik maupun mental. Ibu
pasien tidak mengkonsumsi rokok, obat-obatan tertentu, maupun jamu-jamu.
Pasien lahir cukup bulan, spontan tanpa penyulit, lahir ditolong oleh bidan, berat
badan lahir dan panjang badan lupa. Saat lahir kondisi pasien langsung menangis.
Tidak ada cacat bawaan. Setelah persalinan kondisi ibu sehat. Ibu mampu
merawat pasien dengan baik. Menurut pasien, ibu pasien tidak mengalami
perasaan sedih atau penolakan setelah persalinan pasien.
2. Masa Anak Awal (0 – 3 tahun )
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI selama 2 tahun. Ibunya
merawat pasien dengan penuh kasih sayang. Pasien sejak kecil tinggal bersama
ayah, ibu, dan kakaknya. Riwayat tumbuh kembang dan perilaku pasien sama
dengan anak-anak seusianya. Tidak ada perilaku yang menonjol dan berbeda dari
kebiasaan anak-anak seusianya. Hubungan dengan teman seusianya di sekitarnya
baik dimana pasien turut ikut bermain dalam kelompok. Riwayat imunisasi pasien
tidak diketahui.
3. Masa Kanak Pertengahan (3 – 7 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak pada usianya, tidak
didapatkan perilaku yang tidak wajar. Pasien berperilaku baik dalam
kesehariannya dirumah. Pasien tidak pernah terlibat pertengkaran serius, tidak
pernah mencuri barang. Pasien tidak pernah sakit berat sehingga menyebabkan
harus dirawat dirumah sakit. Interaksi dengan keluarga cukup. Pasien jarang
merengek ataupun meminta keinginannya dengan memaksa. Riwayat kekerasan
dalam rumah tangga disangkal. Hubungan pasien dengan keluarga dan orang di
sekitarnya cukup baik.
4. Masa Kanak Akhir ( 7 – 11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal seperti anak seusianya, tidak
didapatkan perilaku yang tidak wajar. Pasien bermain dengan anak laki-laki dan
perempuan seusianya di lingkungan sekolah dan rumahnya. Interaksi dengan
keluarga cukup. Pasien jarang merengek ataupun meminta keinginannya dengan
memaksa. Pasien tidak pernah melanggar peraturan di sekolah. Pasien tidak
pernah tinggal kelas saat sekolah. Pasien berperilaku baik dalam beraktivitas
sehari-hari disekolah maupun dirumah. Pasien juga bisa berteman dengan siapa
saja. Hubungan pasien dengan keluarga dan orang di sekitarnya cukup baik.
5. Masa Remaja (11 – 18 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal seperti anak seusianya, tidak
didapatkan perilaku yang tidak wajar. Pasien berperilaku baik dalam
kesehariannya dirumah. Interaksi dengan keluarga dan orang sekitarnya cukup.
Pasien mandiri dalam mengatur kegiatan dan aktivitas sehari-harinya. Pasien
kemudian memilih tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
(kuliah) dikarenakan kedua orang tua pasien tidak memiliki biaya. Riwayat
merokok, menkonsumsi alkohol atau obat-obatan lainnya disangkal.
6. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk SD usia 6 tahun. Pasien dapat menyelesaikan SD selama 6
tahun, kemudian pasien melanjutkan ke jenjang SMP. Pasien dapat
menyelesaikan SMP selama 3 tahun, kemudian pasien melanjutkan ke
jenjang SMA. Pasien dapat menyelesaikan SMA selama 3 tahun. Selama
pendidikan dari SD hingga SMA, Pasien pandai bergaul dan memiliki banyak
teman. hubungan pasien dengan teman-teman dan guru baik. Pasien tidak
pernah tinggal kelas. Pasien tidak pernah masuk peringkat 10 besar di kelas.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien seorang ibu rumah tangga.
c. Riwayat Keagamaan
Di dalam keluarga, pasien dididik dalam ajaran Islam. Penanaman ajaran
cukup baik karena orangtua taat beribadah. Pasien rajin untuk shalat dan
mengaji.
d. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah 1 kali dan mempunyai 3 anak prempuan, akan tetapi
sudah bercerai pada tahun 2000.
e. Riwayat Militer
Tidak pernah memiliki riwayat suatu peperangan ataupun kegiatan kemiliteran
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.
g. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga, serta lingkungan sekitar cukup baik.
Pasien tidak pernah mempunyai masalah dengan orang di sekitar
lingkunganya. Pasien dikenal sebagai orang yang ramah dan pandai bergaul.
h. Situasi Hidup Sekarang
Pasien tinggal di rumah bersama cucu perempuannya. Pasien kesehariannya
sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan ekonomi pasien sebagian besar didapat
dari anak pasien (pasien tidak mau memberitahu penghasilan perbulan
keluarga). Hubungan pasien dengan ketiga anaknya cukup akrab, akan tetapi
hubungan pasien dengan cucu perempuannya yang tinggal serumah mulai
merenggang.
Kesan ekonomi : Cukup
i. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak memiliki kelainan orientasi seksual dan perilaku seksual yang
menyimpang. Pasien tidak pernah mendapat kekerasan sejak kecil dari
keluarga maupun sekitarnya. Pasien tidak pernah melakukan hubungan
seksual di luar nikah.
Riwayat Keluarga:
Silsilah keluarga :

Keterangan:

: Laki-Laki : Menderita gangguan jiwa

: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Meninggal Dunia : Pasien

: Cerai

7. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien ingin agar pasien bisa sembuh dari kecemasannya tanpa minum obat
lagi.

IV. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
a) Penampilan Umum
Seorang perempuan berusia 53 tahun
 Tampak penampilan dan cara bicara sesuai usia. Berperawakan pendek
dan gemuk. Kebersihan dan kerapihan cukup. Rambut pendek sebahu, rapi
dan berwarna hitam.
 Keserasian penampilan : Pasien tampak menggunakan baju pendek
berwarna orange dan celana pendek berwarna hitam.
Kesan : Serasi
 Ciri Khas: Tidak terdapat tato . Jaringan parut tidak ada.

b) Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Normoaktif
c) Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif.
Kontak psikis : ada, wajar, dapat dipertahankan.
d) Mood dan Afek
Mood(pasien) : Cemas
Afek:
Kualitas : Eutim
Kuantitas : Sedang
Rentang Afek : Terbatas
Kewajaran : Wajar
Keserasian : Serasi

B. Pembicaraan (volume suara, intonasi, banyak/sedikit pembicaraan)


Kefasihan : Normal
Kuantitas pembicaraan : Cukup
Kecepatan berbicara : Normal
Intonasi : Cukup
Volume suara : Cukup
Artikulasi : Jelas
C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : (-)
- Ilusinasi : (-)
- Depersonalisasi : (-)
- Derealisasi : (-)
D. Pikiran
a. Bentuk pikir
Realistik
b. Arus pikir
Koheren
Flight of Idea : Tidak ada
Asosiasi longgar : Tidak ada
Pikiran berpacu : Tidak ada
Tangensialitas : Tidak ada
Sirkumstansialitas : Tidak ada
Inkoherensi : Tidak ada
Asosiasi bunyi : Tidak ada
Verbigerasi : Tidak ada
Persevasi : Tidak ada
Blocking : Tidak ada
Pikiran samar- : Tidak ada
samar
Neologisme : Tidak ada
Jawaban irelevan : Tidak ada
c. Isi Pikir
Waham : Tidak ada
i. Waham kebesaran : Tidak ada
ii. Waham persekutorik : Tidak ada
iii. Waham referensi : Tidak ada
iv. Waham bersalah : Tidak ada
Paranoia : Tidak ada
Preokupasi : Tidak ada
Obsesi dan Kompulsi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Gagasan bunuh diri/membunuh : Tidak ada
Ide-ide referensi/influence : Tidak ada
Kemiskinan isi : Tidak ada
d. Sensorium dan Kognitif
Kesadaran psikiatrik : Jernih
Orientasi :
 Waktu : Baik
 Tempat : Baik
 Personal : Baik
 Situasional : Baik

Daya ingat
 Daya ingat segera : Baik
 Daya ingat jangka pendek : Baik
 Daya ingat panjang/ jauh : Baik
Konsentrasi dan perhatian : Baik
Kapasitas membaca dan menulis : Baik
Kapasitas berhitung : Baik
Kemampuan visuospasial : Baik
Pikiran abstrak : Baik

e. Pengendalian Impuls
Baik
f. Tilikan : Derajat 6
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit /
gangguan.
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan
membutuhkan pertolongan dan pada saat yang bersamaan pasien
sekaligus menyangkal penyakitnya.
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain
atau penyebab eksternal, atau faktor organik sebagai
penyebabnya.
4. Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala
sebagai bagian dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh
gangguan yang ada dalam diri pasien, namun tidak menerapkan
pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu selanjutnya
(misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: Pasien memahami kondisi yang ada
dalam dirinya seperti tilikan derajat 5 namun pasien juga
memahami perasaan dan tujuan yang ada pada diri pasien
sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal
ini membuat perubahan perilaku pada pasien.
g. PENGENDALIAN IMPULS : Baik

h. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : Baik
b. Uji daya nilai : Baik
c. Daya nilai realitas : Baik

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan Umum : Pasien tampak baik
Tensi : 151/86 mmHg Nadi : 94x / menit
RR : 22x / menit Suhu : 36,7 C
BB : 70 kg TB : 150 cm
Kesadaran : E4M6V5 composmentis, jernih
Kepala&leher : Kepala mesosefal, leher dalam batas normal (tidak terdapat
pembesaran kelenjar limfe), peniggian JVP (-)
Ekstremitas : Edema superior dan inferior (-/-)
Thoraks : Pulmo simetris statis dan dinamis, SDV (+/+), suara tambahan
(-), sonor seluruh lapangan paru. Cor BJ I/II reguler, murmur (-
), gallop (-), konfigurasi jantung dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Kesan : tidak ada kelainan
B. Status Neurologis
1. GCS : E4 M6 V5
2. Gejala rangsang selaput otak : Negatif
3. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : Negatif
- Akatisia : Negatif
- Bradikinesia : Negatif
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Negatif

4. Motorik : Kekuatan baik 5 5


5 5
5. Sensorik : Baik

C. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA/ FORMULASI DIAGNOSTIK


Pasien adalah seorang perempuan usia 53 tahun, agama Islam, suku Jawa, tidak
bekerja, dengan pendidikan terakhir SMA, sudah menikah dan telah bercerai. Pasien
tinggal bersama cucu perempuan di Semarang sejak 1 tahun yang lalu. Pasien datang
untuk kontrol rutin setiap minggu tanpa diantar keluarga ke Poliklinik RSJ Amino
Gondohutomo karena riwayat gangguan cemas sejak 6 bulan yang lalu.
Data yang didapatkan dari riwayat penyakit pasien bahwa pasien tidak
memiliki riwayat psikiatri sebelumnya. Pasien menderita hipertensi grade I dan rutin
mengonsumsi obat dari dokter.
Berdasarkan autoanamnesis mengenai keluhan saat ini, didapatkan keluhan
merasa cemas karena cucu perempuannya sering pulang larut malam. Pasien dapat
tidur jika mengonsumsi obat dari dokter. Pasien juga mengeluh jantungnya berdebar-
debar dan sesak. Makan, minum, dan mandi atas inisiatif sendiri. Waktu luang
dugunakan untuk menonton TV. Hubungan pasien dengan cucu renggang. Pasien
masih mau mengikuti kegiatan di lingkungan rumah. Berdasarkan PPDGJ III gejala
dan tanda pasien memenuhi untuk kriteria gangguan cemas menyeluruh.
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak sehingga mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini,
sehingga diagnosis gangguan mental organik dapat disingkirkan.
Berdasarkan riwayat penyakit pasien tersebut, ditemukan adanya pola
perilaku dan psikologi secara klinik bermakna dan secara khas berkaitan dengan
gejala yang menimbulkan suatu penderitaan (distress), maupun hendaya pada
beberapa fungsi peran, sosial, pemanfaatan waktu luang, dan perawatan diri
sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini menderita gangguan jiwa.
Pada skala penilaian fungsi secara global didapatkan hendaya pada fungsi
peran, sosial, dan penggunaan waktu luang.
Pada saat pasien diperiksa didapatkan :
Sikap pada pemeriksa : kooperatif
Perilaku dan aktivitas psikomotor : normooraktif
Kontak : ada, wajar, dapat dipertahankan
Verbalisasi : kuantitas dan kualitas cukup
Mood : euthymia

Afek : terbatas
Gangguan persepsi : ilusi (-), halusinasi (-)
Bentuk pikir : realistis
Arus pikir : baik
Isi pikir : baik
Tilikan : derajat 6
Pertimbangan : cukup baik
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
Pada anamnesis dan alloanamnesis didapatkan stressor masalah primary
support group yaitu cucu pasien sering pulang larut malam.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Menurut PPDGJ – III


Aksis I : F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
DD : F41.2 Gangguan campuran cemas dan depresi
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Hipertensi grade I
Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga) cucu perempuan
pasien sering pulang larut malam tanpa seizin pasien
Aksis V : GAF tertinggi 1 tahun terakhir = 70
GAF saat diperiksa = 70
VIII. Daftar Masalah
 Biologik : Tidak Ada
 Psikologi : Adanya gangguan Cemas
 Sosial : Tidak Ada

IX. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi

Alprazolam 2 x 0,25 mg tab

2. Psikoterapi
a. Terapi Kelompok
o Memberikan konseling
o Memberikan perhatian khusus pada pasien
b. Terapi Keluarga
Memberikan psikoedukasi kepada keluarga mengenai
o Gangguan yang dialami pasien
o Kegunaan obat dan efek sampingnya serta bentuk dukungan dalam hal
kepatuhan minum obat dan kontrol rutin
o Mendukung pasien untuk menjalani fungsi sosialnya
o Kemungkinan adanya kekambuhan serta kesulitan yang akan dihadapi
karena keterbatasannya
c. Terapi Suportif
o Memberikan dukungan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, penyebab gangguan tersebut, dan kepatuhan minum obat.
o Pemberian asupan gizi yang sehat dan seimbang sesuai kebutuhan
o Istirahat cukup
d. Terapi Okupasional
o Mengikuti rehabilitasi

X. PROGNOSIS:
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. ETIOLOGI

Etiologi gangguan anxietas menyeluruh mencakup perspektif psikoanalisis,kognitif-behavioral, dan


biologis.
a. Pandangan Psikoanalisis

Teori psikoanalisis berpendapat bahwa sumber kecemasan menyeluruh (GAD) adalah


konflik yang tidak disadari antara ego dan impul-impuls. Impuls-impuls tersebut, biasanya
bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk mengekspresikan diri, namun ego tidak
membiarkaan karena tanpa disadari ia merasa takut terhadap hukuman yang akan diterima.
Sumber kecemasan sebenarnya yaitu hasrat-hasrat yang berhubungan dengan impuls-impuls
yang ditekan dan berjuang untuk mengekspresikan diri selalu hadir. Dengan kata lain tidak ada
cara untuk menghindari kecemasan, jika seseorang meninggalkan ia tidak lagi hidup, dengan
demikian orang tersebut hampir selalu mengalami kecemasan. Orang yang menderita gangguan
anxietas menyeluruh (GAD) tidak mengembangkan tipe pertahanan sehingga selalu merasa
cemas.1
b. Pandangan Kognitif-Behavioral

Pemikiran utama teori kognitif behavioral tentang orang yang menderita anxietas
menyeluruh (GAD) adalah gangguan yang disebabkan oleh proses-proses berpikir yang
menyimpang. Orang-orang yang menderita GAD sering kali salah mempersepsikan kejadian-
kejadian yang biasa seperti menyeberang jalan merupakan sesuatu hal yang mengancam dan di
kognisi mereka terfokus pada antisipasi berbagai bencana pada masa mendatang .Perhatian para
pasien GAD mudah terarah pada stimulus yang mengancam. Terlebih lagi pasien GAD lebih
terpicu untuk mengintrepetasi stimulus yang tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam dan
untuk menilai berbagai kejadian yang mengancam lebih mungkin terjadi pada mereka.
Sensitivitas pasien GAD yang sangat tinggi terhadap stimulus yang mengancam juga muncul
bila stimulus tersebut tidak dapat diterima secara sadar.2

Pandangan kognitif lain diajukan oleh Borkovec dan para koleganya bahwa mereka
memfokuskan pada gejala utama GAD, yaitu kekhawatiranberdasarkan perspektif hukuman.
Seseorang mungkin bertanya-tanya mengapa ada orang yang sering merasa khawatir karena
kekhawatiran dianggap sebagai kondisi negatif yang seharusnya tidak mendorong pengulangan.
Borkovec dan para koleganya mengumpulkan bukti-bukti bahwa kekhawatiran sebenarnya
merupakan penguatan negatif; ia mengalihkan pasien dari berbagai emosi negatif sehingga
diperkuat oleh hasil yang positif bagi individu terkait.
Kunci untuk memahami posisi ini adalah menyadari bahwa kekhawatiran tidak menciptakan
banyak ketegangan emosional, sebagai contoh hal itu tidak menciptakan berbagai perubahan
fisiologis yang menyertai emosi, dan pada kenyatannya menghambat pemrosesan stimulasi
emosional. Dengan demikian, melalui rasa khawatir, orang-orang yang menderita GAD
menghindari berbagai citra yang tidak mengenakkan. dan sebagai konsekuensinya kecemasan
yang mereka rasakan terhadap berbagai citra tersebut tidak hilang. Salah satu kemungkinan data
yang menunjukkan bahwa penderita GAD menuturkan mengalami lebih banyak pascatrauma
yang mencakup kematian, cedera, atau penyakit. namun demikian, hal tersebut bukan sesuatu
yang mereka khawatirkan, kekhawatiran dapat mengalihkan para penderita GAD dari berbagai
citra pascatrauma yang menyakitkan.1
c. Perspektif Biologis

Beberapa studi mengindikasikan bahwa GAD dapat memiliki komponen genetik. GAD
sering ditemukan pada orang-orang yang memiliki hubungan keluarga dengan penderita
gangguan ini, dan terdapat kesesuaian yang lebih tinggi di antara kembar Monozigot dibanding
kembar Dizigot. Namun tingkat komponen genetik ini tampaknya rendah.

Model neurobiologis yang paling umum untuk gangguan anxietas menyeluruh dilandasi
oleh pengetahuan mengenai cara kerja benzodiazepine, suatu kelompok obat-obatan yang
sering kali efektif untuk menangani kecemasan, para peneliti menemukan suatu reseptor dalam
otak untuk benzodiazepine yang berhubungan dengan neurotransmitter penghambat yaitu asam
gamma-aminobutyric (GABA). Pada reaksi ketakutan yang normal, neuron di seluruh otak
memicu dan menciptakan kecemasan. Proses tersebut juga merangsang sistem GABA, yang
menghambat aktivitas ini dan mengurangi kecemasan. GAD dapat disebabkan oleh kerusakana
dalam sistem GABA sehingga kecemasan tidak dapat dikendalikan. benzodiazepine dapat
mengurangi kecemasan dengan meningkatkan pelepasan GABA secara bersama, obat-obatan
yang menghambat sistem GABA memicu peningkatan kecemasan Banyak hal yang masih
harus dipelajari, namun pendekatan ini tampaknya ditakdirkan untuk meningkatkan
pemahaman kita terhadap kecemasan.1

II. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan apabila


dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak,
perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana
perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal
sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan
Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup
(cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas
kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar,
3
mudah marah, sulit tidur.

Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:11


1. Kedutan otot/ rasa gemetar
ketegangan Motorik
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
5. Nafas pendek/terasa berat
Hi hiperaktivitas Otonomik
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
Ke kewaspadaan berlebihan dan
14. Mudah terkejut/kaget
Penangkapan berkurang
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

III. DIAGNOSIS

Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :1,3


 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama
hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan
anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif
(F.42.-) 1,3

Kriteria Diagnostik menurut DSM-V (300.02), sebagai berikut:


 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian
(seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
 Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.
 Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-kurangnya
beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir), yaitu
kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong, iritabilitas,
ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur, tidur gelisah atau tidak memuaskan).
 Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau terganggunya
fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
 Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai obat-
obatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).
 Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (seperti
kecemasan dalam gangguan panik atau evaluasi negatif pada gangguan kecemasan
sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau obsesi lainnya pada gangguan obsesif-
kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada gangguan stress pasca traumatik,
pertambahan berat badan pada anorexia nervosa, komplin fisik pada gangguan gejala
somatik atau delusi pada gangguan schizophreniaor).1,3

Diagnosis Banding
Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis umum maupun
gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia
darah, elektrokardiofgrafi, dan tes fungsi tiroid. Klinis harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alcohol, hipnotik-sedatif, dan anxiolitik. 1,4
Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah gangguan panik, fobia,
gangguan obsesif kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan,
dan gangguan kepribadian. Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan
gangguan-gangguan ini seringkali bersama-sama GAD. 1,4
Tatalaksana
Farmakoterapi
1. Benzodiazepine

Merupakan pilihan obat pertama. Metabolisme hepar memiliki fungsi untuk


klirens benzodiazepine.Namun pola dan nilai dari metabolism tergantung pada setiap
obat sendiri.Alprazolam dan triazolam mengalami α-hidroksilasi, dan hasil
metabolitnya memberikan efek farmakologi yang pendek karena mereka secara cepat
dikonjugasi membentuk glukoronida inaktif.14,5

Benzodiazepin secara luas digunakan untuk managemen ansietas dan


mengontrol panic attacks. Bisa juga digunakan dalam terapi jangka panjang untuk
generalize anxiety disorder (GAD). Gejala ansietas dapat dikurangi dengan pemberian
benzodiazepine. Pemilihan benzodiazepine utnuk ansietas berdasarkan dari beberapa
prinsip farmakologik:4,5
1. Rapid inset of action;
2. Indeks terapi yang cukup tinggi, ditambah ketersediaan flumazenil sebagai terapi
jika terjadi overdosis;
3. Resiko rendah interaksi obat berdasarkan induksi enzim hati;
4. Efek minimal pada fungsi kardiovaskular dan otonom.

Benzodiazepin dapat menyebabkan gangguan kognitif teruatama pada


penggunaan jangka panjang. Pemberian dosis benzodiazepin dimulai dari dosis
terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan dengan sediaan
waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak
diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa
tapering off selama 1-2 minggu sebab penghentian benzodiazepine secara tiba-tiba
dapat menimbulkan gejala putus zat.4,5
2. Buspiron

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD.Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala
kognitif dibanding gejala somatic pada GAD.Tidak menyebabkan withdrawal.Kekurangannya
adalah efek klinisnya baru terasa 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang
sudah menggunakan benzodiazepine tidak akan memberikan respon yang baikdengan
buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan buspiron
kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron
sudah mencapai maksimal.4,5
3. SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor)

SSRI menjadi lini pertama dalam pengobatan farmakoterapi pada gangguan


mood dan ansietas.Terapi awal SSRI dapat memberikan efek seperti meningkatnya
ansietas, rasa gelisah, gementar dan agitasi. Oleh karena itu pemberian initial dose
harus diberikan dalam dosis kecil, kemudian diitrasi meningkat secara perlahan. Terapi
dosis inisial rendah diberikan selama 3 hingga 7 hari., kemudian peningkatan dosis
dilakukan perlahan tergantung dari toleransi tiap individu hingga mencapai standar
dosis terapi rumatan. Obat diberikan selama 3 sampai 6 bulan atau lebih, tergantung
kondisi individu agar kadarnya stabil dalam darah sehingga mencegah kekambuhan.4,5

Efek samping yang paling sering ditimbulkan SSRI antara lain adalah sakit
kepala, irritable, mual serta gangguan gastrointestinal lainnya, insomnia, disfungsi
seksual, meningkatnya ansietas, rasa kantuk dan tremor. Dilihat dari efek sampingnya,
SSRI lebih aman dibandingkan antidepresan jenis lain seperti TCA (Tricyclic
Antidepressan) dan MAO (Monoamine Oxidase Inhibitor).4,5

Dosis pemberian obat SSRI sebaiknya diturunnkan secara perlahan (tapering)


apabila pengobatan akan dihentikan, minimal 7 hingga 10 hari sebelum menghentikan
pengobatan. Terapi SSRI yang dihentikan secara tiba-tiba dapat menyebabkan
discontinuation syndrome pada sistem neurosensorik (parestesia, shock-like reaction,
mialgia), gastrointestinal (mual, diare), neurophsyciatric (cemas, irritable), vasomotor
(berkeringat) dan berbagaia manifestasi lainnya seperti insomnia, pusing, sakit kepala
serta rasa lelah. Apabila terjadi gejala diskontinuitas tersebut, maka terapi SSRI
diberikan kembali sesuai dosis terakhir diberikan selama beberapa hari diikuti
penurunan dosis secara perlahan.4,5

Pada kasus gangguan cemas menyeluruh, SSRI jenis sertraline dan paroxetine
merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat
meningkatkan anxietas sesaat. SSRI selektif terutama pada pasien GAD dengan
riwayat depresi.4,5
a. Paroksetin

Paroksetin memiliki efek sedative dan membuat pasien lebih


tenang.Pemberian dimulai pada dosis kecil dan dititrasi meningkat secara perlahan.
Pemberian awal 5 sampai 10 mg per hari selama 1 sampai 2 minggu pertama
kemudian dosisnya ditiingkatkan 10 mg setiap 1 sampai 2 minggu hingga dosis
maksimum 60 mg. Apabila sedasi tidak dapat ditoleransi, dosis diturunkan kembali
hingga 10 mg per hari dan diganti fluoxetine 10 mg per hari dan dititrasi meningkat.5
b. Sertralin
Sertralin merupakan penghambat ambilan (reuptake) serotonin 5-HT yang poten dan
spesifik pada Central Nervous System (CNS) neuronal sehingga meningkatkan
konsentrasi serotonin 5-HT pada synaptic cleft. Dosis rumatan 100-200 mg/hari.5

Terapi Nonfarmakologis (Psikoterapi)

Psikoterapi merupakan terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologis, yang
dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus yang menjalin hubungan kerjasama secara
professional dengan seseorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah, atau
menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Psikoterapi dilakukan dengan
wawancara atau interview.Hal yang terpenting dalam wawancara dalah tujuan teraupetik dan
penegakan diagnosis yang diperoleh dengan menjalin hubungan interpersonal yang baik dari
waktu ke wantu setiap kali wawancara dilakukan.5
1. Terapi kognitif perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorisi kognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik utama yang
digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.4,5
2. Terapi suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi yang ada dan belum Nampak,
didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi social dan
pekerjaannya.4,5
3. Psikoterapi berorientasi tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, memiliki
egostrength, relaksasi objek, serta keutuhan diri pasien. Dari pemahaman akan
komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat memperkirakan sejauh mana
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.4,5
Prognosis
Prognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk diperkirakan. Nemun
demikian beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan ini.
Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan
terjadinya gangguan. Dengan defenisi, gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan kronis
yang mungkin akan menetap seumur hidup 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Skizofrenia. Dalam : Kaplan dan sadock buku ajar pskiatri klinis. Edisi
ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010.
2. Maslim R, editor. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika Atma
Jaya, 2013.
3. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI. 2018.
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoders. APA:
2005.
5. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.

Anda mungkin juga menyukai