“ANEMIA GRAVIS”
Disusun oleh :
Lailatuz Zakiyah (21409021005)
Pembimbing :
Oleh :
Laporan journal reading ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat
ujian kepaniteraan klinik dibagian departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang
Mengetahui,
Pembimbing
Penulis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. ND
Usia : 50 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Wirausaha
Jenis Kelamin : Laki Laki
SukuBangsa : Jawa
Agama : Islam
Tgl Masuk RS : 27/11/21
I. ANAMNESIS
Dilakukan terhadap anak pasien tanggal 04 Desember 2021, jam 15.00 WIB.
Keluhan tambahan : Dada pasien terasa berat, dan terkadang sakit pada bagian sebelah kiri,
terutama ketika bernapas & sesak. Pasien lemah, terasa letih, pusing nggliyeng dan pengelihatan
berkunang-kunang.
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RWSN dengan keluhan lemas. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu dan memberat 1 hari SMRS. Lemas dirasakan muncul
perlahan, pasien tidak dapat beraktivitas secara normal. Selain itu pasien juga mengeluh sesak
sejak sekitar 3 bulan terakhir. Sesak datang secara mendadak dan hilang timbul. Sesak
memberat ketika beraktivitas dan mereda ketika pasien beristirahat. Dada pasien terasa berat,
dan terkadang sakit pada bagian sebelah kiri, terutama ketika bernapas & sesak. Pasien
lemah, terasa letih, pusing nggliyeng dan pengelihatan berkunang-kunang. Berdebar-debar
(-), demam (-), batuk (-), mual muntah (-), keringat dingin (-), nyeri perut (-), muntah darah
(-), bab darah (-), Makan dan minum pasien baik, BAB dan BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan serupa : Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu.
Hipertensi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Penyakit paru-paru : disangkal
Penyakit hati : disangkal
Penyakit ginjal : disangkal
Trauma : disangkal
Riwayat kebiasaan
Pasien mengalami penurunan nafsu makan sejak 1 bulan SMRS. Sebelum sakit, pasien
makan 2 kali sehari dengan lauk bervariasi.. Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah.
Pasien merokok dan tidak mengkosumsi alkohol. Pasien jarang melakukan olahraga.
Pemeriksaan Sistem
Kepala :
Normocephalic, rambut warna hitam ,Distribusi merata, dan tidak mudah dicabut
Mata :
Edema palpebra (-/-), bola mata simetris, palpebra pucat (+/+), konjungtiva
anemis (+/+), Perdarahan (-/-) ,sclera ikterik (-/-), kornea dan lensa jernih, pupil bulat
sokor diameter 3mm, reflek cahaya +/+
Telinga :
Normotia, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-), nyeritekan mastoid (-/-),
liang telinga lapang, secret (-/-) ,Perdarahan (-/-)
Hidung :
Simetris, napas cuping hidung (-), secret (-/-)
Mulut :
Bibir tidak ada kelainan kongenital, mukosa kering, sianosis (-), oedem (-) ,Lidah
ukuran normal, tidak kotor, tidak tremor , Gigi perawatan gigi baik,Mukosa
hiperemi (-), stomatitis (-)
Leher :
Trakea ditengah, tiroid tidak teraba membesar, Deviasi trakea (-), Kaku kuduk (-)
pembesaran KGB (-), JVP meningkat (-),
Thoraks :
o Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : pulsasi iktus kordis teraba, kuat angkat (-), thrill (-), sternal
lift (-), pulsasi epigastrial (-), dan pulsasi parasternal (-)
Perkusi :
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea strenalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur(+), gallop (-)
o Paru-paru
Inspeksi :laju nafas 24x/menit, pola nafas regular, simetris,
ketertinggalan gerak (-/-), retraksi (-/-), pergerakan otot bantu
pernafasan (-/-), Pergerakan dada simetris.
Palpasi : Stem fremitus kanan ,kiri.
Abdomen :
Inspeksi : permukaan perut datar, ikterik (-), pelebaran pembuluh darah
(-), sikatrik (-), massa (-), tanda peradangan (-), caput medusa
(-), sikatrik (-), striae (-), hiperpigmentasi (-)
Auskultasi : bunyi peristaltic usus normal, tidak ada bising usus, tidak ada bising
pembuluh darah.
Perkusi :Perkusi 4 regio timpani
Hepar : pekak
Lien : tidak membesar
Ginja l : nyeri ketok (-)
Pekak sisi dan pekak alih (-)
Palpasi :
Superfisial : nyeri tekan abdomen regio suprapubic (-), massa (-), defence
muscular (-)
Dalam : tidak ada nyeri tekan abdomen
Organ : hepar tidak membesar, tepi tajam, permukaan halus,
konsistensi kenyal, lien schuffner (0), ginjal dextra et sinistra tak teraba
membesar
Ekstremitas :
Deformitas - -
Kulit :
KGB :
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN
Hemoglobin (Hb) 4.6 ↓ g/dL 11.7 - 15.5
FAAL GINJAL
ELEKTROLIT
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN LAIN
ABNORMALITAS DATA :
Anamnesis : Lemas , Pusing berputar Putar , Pandangan Kabur , Sesak, Nyeri
dada.
Pemeriksaan Fisik : Konjungtiva anemis, murmur (+)
Pemeriksaan Lab : HB : 4.6 gr/dL , Hematokrit : 22.9 % , Eritosit : 3.78 /uL
Pemeriksaan Penunjang :
X FOTO THORAX AP
Gambaran bronkopneumonia
PROBLEM 3 – HIPERTENSI
PROBLEM 4 – Bronkopneumpnia
Assesment : infeksi yang mengakibatkan peradangan pada paru
IP Dx : X foto thorax
IP Tx : inj Ceftriaxone 2 x 1 gram
inj metronidazole 3 x 500 mg,
Inj Cefotaxime 3x1 gr IV
IP Mx : KU, TTV,
IP Ex : mengedukasi pasien dan keluarga untuk tidak merokok, hygen udara yg bersih,
ANEMIA GRAFIS
Definisi
Anemia gravis adalah anemia apabila konsentrasi hb ≤ 7 g/dl selama 3 bulan berturut-turut
atau lebih. Anemia gravis timbul akibat penghancuran sel darah merah yang cepat dan hebat.
Anemia gravis lebih sering dijumpai pada penderita anak-anak. Anemia gravis dapat bersifat
akut dan kronis. Anemia kronis dapat disebabkan oleh anemia defisiensi besi (adb), sickle
cell anemia (sca), talasemia, spherocytosis, anemia aplastik dan leukemia. Anemia gravis
kronis juga dapat dijumpai pada infeksi kronis seperti tuberkulosis (tbc) atau infeksi parasit
yang lama, seperti malaria, cacing dan lainnya. Anemia gravis sering memberikan gejala
serebral seperti tampak bingung, kesadaran menurun sampai koma, serta gejala-gejala
gangguan jantung-paru.
Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya hemoglobin atau kadar
hemoglobin di bawah 13 gr% pada pria dan di bawah 12 gr% pada wanita (who).
Hemoglobin adalah suatu metaloprotein yaituprotein yang mengandung zat besi di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Prevalensi
Menurut organisasi kesehatan dunia (who), tahun 2018 didapati 1.62 milyar penderita anemia
di seluruh dunia. Angka prevalensi anemia di indonesia terdapat dalam tabel berikut.
Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin b12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita,
makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi
sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
Pembagian derajat anemia menurut who dan nci (national cancer institute)
Derajat Who Nci
Derajat 0 (nilai normal) >11.0 g/dl Perempuan 12.0 - 16.0 g/dl
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dl
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dl 10.0 g/dl - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dl 8.0 - 10.0 g/dl
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dl 6.5 - 7.9 g/dl
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dl < 6.5 g/dl
Manifestasi klinis
Lemah, letih, lesu dan lelah
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat
oleh karena kekurangan volume darah dan hb, vasokontriksi
Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) angina (sakit dada)
Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman o2 berkurang)
Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada ssp
Anemia berat gangguan gi dan chf (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain :
Penurunan kinerja fisik,
Gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
Anorexia (badan kurus kerempeng),
Perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Cara mudah mengenal anemia dengan 5l, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lunglai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (hb)
dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
Pathway
Kadar Hb turun
Pemeriksaan penunjang
Kadar hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar fe, pengukuran
kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin b12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis anemia gravis ditentukan berdasarkan penyakit dasar yang
menyebabkan anemia tersebut. Berikut beberapa pengobatan anemia dengan berbagai
indikasi.
Farmakologi
- Erythropoetin-stimulating agents (esas)
- Epoetin alfa
- Obat untuk mengatasi pendarahan
- Fresh frozen plasma (ffp)
- Cryoprecipitate
- Garam besi
- Fereous sulfate
- Carbonyl iron
- Iron dextran complex
- Ferric carboxymaltose
Transfusi
Transfusi harus dilakukan pada pasien yang secara aktif mengalami pendarahan dan untuk
pasien dengan anemia gravis. Transfusi adalah paliatif dan tidak boleh digunakan sebagai
pengganti untuk terapi tertentu. Pada penyakit kronis yang berhubungan dengan anemia
gravis, erythropoietin dapat membantu dalam mencegah atau mengurangi transfusi (anand et
al, 2004).
Transplantasi sumsum tulang dan stem sel
Kedua metode ini telah dipakai oleh pasien dengan leukimia, lymphoma, hodgkin disease,
multiple myeloma, myelofibrosis dan penyakit aplastik. Harapan hidup pada pasien ini
meningkat, dan kelainan hematologi membaik. Alogenik transplantasi sumsum tulang
berhasil memperbaiki ekspresi fenotipik dari penyakit sel sabit dan talasemia dan
meningkatkan harapan hidup pada pasien yang berhasil transplantasi (maakaron, 2013).
Terapi nutrisi dan pertimbangan pola makanan
- Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena zat ini di
samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun
dan pengatur. Asupan protein yang adekuat sangat penting untuk mengatur integritas, fungsi,
dan kesehatan manusia dengan menyediakan asam amino sebagai precursor molekul esensial
yang merupakan komponen dari semua sel dalam tubuh. Protein berperan penting dalam
transportasi zat besi di dalam tubuh. Oleh karena itu, kurangnya asupan protein akan
mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi. Di
samping itu makanan yang tinggi protein terutama yang berasal dari hewani banyak
mengandung zat besi. (gallagher ml, 2008)
- Vitamin a
Suplementasi vitamin a dapat membantu mobilisasi zat besi dari tempat penyimpanan untuk
proses eritropoesis di mana disebutkan suplementasi vitamin a sebanyak 200.000 ui dan 60
mg ferrous sulfate selama 12 minggu dapat meningkatkan rata – rata kadar hemoglobin
sebanyak 7 g/l dan menurunkan prevalensi anemia dari 54% menjadi 38%. (zimmermann mb
et.al, 2011).
Vitamin a merupakan vitamin larut lemak yang dapat membantu absorpsi dan mobilisasi zat
besi untuk pembentukan eritrosit. Rendahnya status vitamin a akan membuat simpanan besi
tidak dapat dimanfaatkan untuk proses eritropoesis. Selain itu, vitamin a dan β-karoten akan
membentuk suatu kompeks dengan besi untuk membuat besi tetap larut dalam lumen usus
sehingga absorbsi besi dapat terbantu. Apabila asupan vitamin a diberikan dalam jumlah
cukup, akan terjadi penurunan derajat infeksi yang selanjutnya akan membuat sintesis rbp
dan transferin kembali normal. Kondisi seperti ini mengakibatkan besi yang terjebak di
tempat penyimpanan dapat dimobilisasi untuk proses eritropoesis (subagio hw, 2008).
Sumber vitamin a dalam makanan sebagian besar dari sumber-sumber makanan nabati dan
hewani, misalnya sumber hewani diantaranya susu dan produk susu, telur serta ikan dll,
sumber makanan nebati seperti papaya, mangga, serta jeruk dan sayuran seperti wortel.
(michael j et al, 2008)
- Vitamin c
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada keterkaitan antara asupan vitamin c dengan
kejadian anemia di mana korelasinya bersifat positif yang menunjukkan semakin tinggi
asupan vitamin c maka kadar hemoglobin akan semakin tinggi pula yang berarti kejadian
anemia semakin rendah. Hal ini membuktikan bahwa vitamin c dapat meningkatkan absorpsi
zat besi di dalam tubuh. (agus, 2004)
Vitamin c dapat menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk
membebaskan besi jika diperlukan. Vitamin c juga memiliki peran dalam pemindahan besi
dari transferin di dalam plasma ke feritin hati. (gallagher, 2008)
Vitamin c yang dikonsumsi untuk dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah yang dapat
mencegah kelelahan dan anemia misalnya buah sitrus, jeruk, lemon, blackcurrant buah-
buahan lain dan sayuran hijau. (marshall, 2004)
- Zat besi
Besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, sebagai faktor utama pembentuk
hemoglobin (almatsier, 2006). Jumlah besi yang disimpan dalam tubuh manusia adalah
sekitar 4 g. Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh. Sebagian besar zat besi yaitu kira-
kira 2/3 dari total besi tubuh terikat dalam hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu
mengangkut oksigen untuk keperluan metabolisme ke jaringan-jaringan tubuh (provan,
2004).
Zat besi (fe) terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna
hijau tua. Zat besi terdapat dalam makanan dalam bentuk ferri hidroksida, ferri-protein dan
kompleks heme-protein. Secara umumnya, daging terutamanya hati adalah sumber zat besi
yang lebih baik dibanding sayur-sayuran, telur dan lainnya (mozzafari et al, 2009).
- Asam folat
Asam folat merupakan senyawa berwarna kuning, stabil dan larut dalam air yang terdiri dari
bagian-bagian pteridin, asam para-aminobenzoat dan asam glutamat Sumber makanan
asam folat banyak terdapat pada hewan, buah-buahan, gandum, dan sayur-sayuran terutama
sayur-sayuran berwarna hijau.
Asam folat bersama vitamin b 12 berfungsi dalam pembentukan dna inti sel dan penting
dalam pembentukan myelin yang berperan penting dalam maturasi inti sel dalam sintesis dna
sel-sel eritroblast. Akibat dari sefisiensi asam folat adalah gangguan sintesis dna pada inti
eritroblas sehingga maturasi inti menjadi lebih lambat, akibatnya kromatin lebih longgar dan
sel menjadi lebih besar (megaloblast) Kebutuhan harian asam folat adalah 25-200
- Vitamin b12
Vitamin b12 termasuk vitamin yang larut dalam air, merupakan bagian terbesar dari vitamin
b komplek, dengan beat molekul lebih dari 1000. Bentuk umum dari vitamin b12 adalah
cyanocobalamin (cn-cbl), keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit dan jumlahnya tidak
tentu. Selain cyanocobalamin di alam ada 2 bentuk lain dari vitamin b12; yaitu
hydroxycobalamin dan aquacobalamin, dimana hydroxyl dan air masing-masing terikat pada
Di dalam tubuh vitamin b12 berperan sebagai kofaktor untuk dua reaksi enzim. Pertama,
vitamin b12 berperan sebagai kofaktor untuk enzim l-methilmalonyl-coa mutase. Enzim l-
methilmalonyl-coa mutase membutuhkan adenosylcobalamin untuk mengubah l-
methylmalonyl-coa menjadi succinyl-coa. Succinyl coa diperlukan untuk sintesis hemoglobin
yang merupakan pigmen pada sel darah merah sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
tubuh. Bila terjadi defisiensi vitamin b12, l-methylmalonyl-coa tidak dapat dirubah menjadi
succinyl-coa sehingga terakumulasi dan akhirnya dipecah menjadi methylmalonic acid oleh
suatu enzim hydrolase
Salah satu fungsi utama vitamin b12 adalah dalam pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin
b12 penting untuk sistesis dna dengan cepat selama pembelahan sel pada jaringan dimana
pembelahan sel berlangsung cepat, terutama jaringan sum-sum tulang yang
bertanggungjawab untuk pembentukan sel darah merah. Terjadi defisiensi vitamin b12,
pembentukan dna berkurang dan sel-sel darah merah tidak normal, disebut dengan kejadian
megaloblas yang akhirnya menjadi anemia
Vitamin b12 dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil. Kecukupan vitamin b12 pada anak
dibawah usia 4 tahun < 1 μg/hari, pada usia 4 –12 tahun sekitar 1 – 1,8 μg/hari dan bagi usia
13 tahun sampai dewasa 2,4 μg/hari. Sedangkan ibu hamil dan menyusui memerlukan
tambahan masing-masing 0,2 μg/hari dan 0,4 μg/hari. Vitamin b12 banyak ditemukan dalam
pangan hewani, seperti daging, susu, telur, ikan, kerang dan lain-lain
- Pembatasan aktivitas
Aktivitas pasien dengan anemia berat harus dibatasi sampai sebagian anemia dapat
disembuhkan. Transfusi sering dapat dihindari dengan bed rest, terapi dapat dilakukan untuk
pasien dengan anemia yang dapat disembuhkan (misalnya anemia pernisiosa).
KESIMPULAN
Suatu anemia berat yang kronis (anemia gravis) dikatakan bila konsentrasi Hb ≤ 7
g/dL selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Diagnosis anemia ditegakkan berdasarkan
temuan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan
dengan gejala klinis. Faktor resiko anemia gravis seperti jenis kelamin, penghasilan (status
ekonomi), pendidikan, usia, gaya hidup, keturunan. Anemia gravis juga dapat disebabkan
oleh komplikasi yang sering terjadi pada penderita keganasan (kanker), Infeksi cacing pada
manusia baik oleh cacing gelang, cacing cambuk maupun cacing tambang dapat
menyebabkan perdarahan yang menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi tubuh
dan akhirnya menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi. Pada penyakit malaria, anemia
atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai dibawah normal disebabkan penghancuran
sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Thalassemia merupakan penyakit
herediter yang disebabkan menurunnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta pada
hemoglobin, dan kekurangan zat besi. Beberapa pengobatan medis anemia dengan berbagai
indikasi seperti, erythropoiesis-stimulating agents (ESAs), Epoetin alfa, Fresh Frozen Plasma
(FFP), cryoprecipitate, produksi besi, transfusi, transplantasi sumsum tulang dan stem sel,
terapi nutrisi dan pertimbangan pola makan, dan pembatasan aktivitas. Sebuah studi
menyimpulkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan Ferritin Serum dan mengurangi TIBC
(Total Iron Binding Capacity). Titik akupunktur ST 36 Zusanli dengan metode manipulasi
lifting-thrusting dapat membantu dalam kasus anemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & suddarth. 2017. Buku ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: egc
2. Patrick davay, 2018, at a glance medicine, jakarta, ems
3. Marlyn e. Doenges, 2018. Rencana asuhan keperawatan, jakarta, egc
4. Price, s. A. 2017. Patofiologi : konsep klinis proses-proses penyakit ed.6
vol.1&2.jakarta: egc.
5. Rinaldi, i., sudoyo, a. W. 2014. Anemia hemolitik non imun. Dalam setiati, s., alwi, i.,
sudoyo, a. W., simadibrata, m., setiyohadi, b., syam, a. F. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi vi. Jakarta: interna publishing. P1980-1985.
6. Widjanarko, a., sudoyo, a. W., salonder, h. 2014. Anemia aplastik. Dalam setiati, s.,
alwi, i., sudoyo, a. W., simadibrata, m., setiyohadi, b., syam, a. F. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi vi. Jakarta: interna publishing. P2648-2655.
7. Casale m, perrotta s. Splenectomy for hereditary spherocytosis: complete. Dec
2019;4(6):627-35.
8. Harrison. 2010. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam ed. 13 vol.4. Jakarta:
egc
9. Hung m, besser m, sharples ld, nair sk, klein aa. The prevalence and association with
transfusion, intensive care unit stay and mortality of pre-operative anaemia in a cohort
of cardiac surgery patients. Anaesthesia. Sep 2011;66(9):812-8.
10. Jiu, z. C., 2015. Effect lifting-thrusting reinforcing-reducing manipulations of
acupuncture on serum ferritin content and total iron binding capacity in blood-
deficiency syndrome rabbits. Acupuncture, 37(1):41-5.
11. Servilla ks, singh ak, hunt wc, et al. Anemia management and association of race with
mortality and hospitalization in a large not-for-profit dialysis organization. Am j
kidney dis. Sep 2015;54(3):498-510.
12. World health organization., 2012. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005.
World health organization global database on anaemia. Atlanta