Anda di halaman 1dari 27

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl.Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI GYNEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama Mahasiswa : Gian Alodia Risamasu Tanda Tangan :


NIM : 11-2015-076
Dokter Pembimbing : dr. H. Achmad Jaenudin, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik: 19-48-52
Nama lengkap : Ny. N Nama suami : Tn. U
Umur : 45 tahun Umur : 41 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Supir
Alamat : Perumnas Blok E, RT 9 / RW Alamat : Perumnas Blok E, RT 9 /
15, Cengkareng RW 15, Cengkareng

I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis.
Tanggal: 27 Februari 2017 pukul 11.20 di Poli Kebidanan

1. Keluhan Utama:
Flek sejak 1 bulan SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Seorang wanita 45 tahun G6P4A1 datang ke poliklinik kebidanan RSUD Cengkareng
dengan keluhan muncul flek seperti cokelat susu selama 1 bulan SMRS.
f teraba benjolan di perut sejak 2 minggu SMRS.
1 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba sejak Senin, 20 Februari 2017 pukul
10.00 WIB. Cairan berwarna jernih, tidak berbau, tidak berdarah. Keluhan mulas tidak
dirasa oleh pasien. Pada hari itu juga pasien langsung datang ke bidan dimana pasien rutin
mengontrol kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan dikatakan sudah pembukaan dua.
Pukul 20.00 WIB, pasien kembali merasa ada cairan yang keluar dari jalan lahir. Cairan
berwarna kuning, tidak berbau, tidak berdarah. Menurut pasien pada awalnya air yang keluar
sedikit, tetapi hingga malam hari air yang keluar semakin banyak kira-kira sebanyak 1 gelas
aqua, mengalir seperti kencing yang merembes tidak dapat ditahan. Pasien masih belum
merasa mulas. Pasien kemudian dirujuk ke IGD RSUD Cengkareng.
Pukul 21.00 WIB pasien dibawa ke ruang bersalin RSUD Cengkareng. Pasien masih
merasa ada cairan yang keluar, warna kuning, agak keruh. Pasien sudah merasa mulas,
muncul 1 jam sekali, dengan durasi kurang dari 5 menit. Pasien mengaku sudah diberikan
obat Oksitosin sebanyak kurang lebih 4 kali, namun rasa mulas tidak bertambah. Saat
dilakukan pemeriksaan dalam, masih tetap pada pembukaan dua.
Pasien mengaku merasakan gerakan janin. Tidak ada nyeri saat janin bergerak. Tidak ada
demam, tidak ada keputihan, tidak ada rasa sakit didaerah kemaluan, tidak ada mual ataupun
muntah, tidak ada sakit kepala. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien tidak berhubungan
intim dalam beberapa hari sebelum keluhan muncul. Trauma disangkal. HPHT lupa.
Taksiran partus 10 Februari 2017 berdasarkan USG. Umur Kehamilan 38 minggu
berdasarkan USG. ANC di bidan teratur dan dikatakan normal selama kehamilan.

3. Riwayat Haid:
Haid pertama umur: 14 tahun.
Siklus: Teratur
Lamanya: 3 hari.
HPHT : Lupa
4. Riwayat Perkawinan:
Kawin: Sudah
Kawin: 1 kali
Dengan suami sekarang: 1 tahun, 3 bulan

2 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


5. Riwayat Obstetri:
Tidak ada

6. Riwayat Keluarga Berencana:


Pasien tidak pernah mengikuti program KB.

II. PEMERIKSAAN UMUM


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 102 x/menit ( kuat angkat, teratur)
Suhu : 36,3 0C
Pernafasaan : 22 x/menit, Abdominal-torakal
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 58 kg

Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, Serumen (-), Perdarahan (-)

Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung(-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal
Dada

3 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Bentuk : Simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela
iga tidak tampak
Buah dada : Membesar, puting susu menonjol keluar, areola mammae melebar,
hiperpigmentasi areola mammae
Paru paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Bentuk dada normal Tidak ada bekas luka
Kanan Bentuk dada normal Tidak ada bekas luka
Auskultasi Kiri Vesikuler Vesikuler
Kanan Vesikuler Vesikuler
Jantung (Cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V,
2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada keempat katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : membuncit, Simetris
Lesi luka post operasi (-)
Palpasi
Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans musculer (-)
Hati : Tidak dapat dinilai
Limpa : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
Anggota gerak : Edema ekstremitas -/-, sianosis -/-, akral hangat +/+
Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada

4 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal
Pembuluh darah : Tidak menonjol dan melebar
Suhu raba : Normal, kulit lembab
Keringat : Setempat yaitu di kepala dan leher
Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN OBSTETRI


a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), cairan mammae (-)
Abdomen : Membesar, letak memanjang, striae gravidarum (+), bekas operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
TFU = 3 jari di bawah procesus xyphoideus (32 cm)
TBJ = (32-12) x 155 = 3100 gram
Leopold I : Bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Keras memanjang pada bagian kanan (PUKA)
Leopold III : Bulat, keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : Konvergen (Belum masuk pintu atas panggul)
DJJ : 144x/menit
His : 1x dalam 10 menit (20 detik)
PPV : (+) air ketuban
Leukorae : (-)

b. Pemeriksaan Dalam
Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
Inspekulo : Tidak dilakukan
VT (Pukul 22.00 WIB)

5 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


2 cm, KK (-) , EFF 25%
Bag bawah kepala, Hodge I

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,8 (N: 12-14 g/dl
Leukosit 20,2 5-10 ribu/uL
Hematokrit 38 37-43%
Trombosit 192.000 150.000-400.000 ribu/uL
Golongan darah / Rhesus A/+ -
Massa Perdarahan 0130 16 menit
Pasien 27,9 27,5-40,3 detik
APTT
kontrol 29,3 26,0-38,0 detik
Pasien 11,7 11,3-14,4 detik
PT Kontrol 12,2 11,5-15,5 detik
INR 0,83 -
Glukosa Sewaktu 83 < 110 mg/dl

B. CTG

6 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


V.
RESUME
Dari hasil anamnesis didapatkan Ny.FH umur 24 tahun dengan G1P0A0 usia
kehamilan 38 minggu, mengeluh adanya cairan bening yang keluar dari jalan lahir sejak 10
jam SMRS. Cairan berwarna jernih, tidak berbau, tidak berdarah. Pasien langsung datang ke
bidan dimana pasien rutin mengontrol kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan dikatakan
sudah pembukaan dua. Pukul 20.00 WIB, pasien kembali merasa ada cairan yang keluar dari
jalan lahir. Cairan berwarna kuning, tidak berbau, tidak berdarah. Awalnya air yang keluar
sedikit, tetapi hingga malam hari air yang keluar semakin banyak kira-kira sebanyak 1 gelas
aqua, mengalir seperti kencing yang merembes tidak dapat ditahan. Pasien kemudian dirujuk
ke IGD RSUD Cengkareng. Pukul 21.00 WIB pasien dibawa ke ruang bersalin RSUD
Cengkareng. Pasien masih merasa ada cairan yang keluar, warna kuning, agak keruh. Pasien
sudah merasa mulas, muncul 1 jam sekali, dengan durasi kurang dari 5 menit. Pasien

7 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


mengaku sudah diberikan obat Oksitosin sebanyak kurang lebih 4 kali, namun rasa mulas
tidak bertambah. Saat dilakukan pemeriksaan dalam, masih tetap pada pembukaan dua.
Dari riwayat penyakit terdahulu, selama pasien hamil pasien tidak pernah menderita
penyakit yang berat, tidak pernah demam tinggi yang lama, tidak juga menderita tekanan
darah tinggi (hipertensi), asma, penyakit jantung, maupun penyakit kencing manis. Pasien
menyangkal mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan rokok selama hamil ataupun sebelum
hamil. Pasien tidak mengikuti program KB.
Gerak janin (+), nyeri saat janin bergerak (-), mulas-mulas (-), lendir darah (-), demam
(-). ANC di bidan teratur. Di USG terakhir, dikatakan normal tidak ada kelainan. HPHT :
Pasien lupa, TP : 10/02/2017.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang dengan kesadaran
compos mentis. Didapatkan suhu 36,3oC, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 102 x/menit,
berat badan 58 kg, tinggi badan 145 cm, status generalis dalam batas normal.
Status Obstetrik :
Abdomen
Inspeksi : Membuncit, membesar arah memanjang, striae gravidarum (+)
Palpasi : TFU 32 cm, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP, his (-)
Auskultasi : DJJ 144 dpm, teratur

Anogenital
Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
Inspekulo : Tidak dilakukan
VT : 2 cm, KK (-) , EFF 25%, Bag bawah kepala, Hodge I

Laboratorium :
Hb : 12,8 g/dl
Ht : 38 %

VI. DIAGNOSIS
8 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
G1P0A0, 24 tahun, hamil aterm
Janin tunggal, hidup, presentasi kepala, bagian bawah janin di Hodge I
Ketuban pecah dini 10 jam SMRS

VII. TATALAKSANA
- Rawat inap
- IVFD RL 12 tpm
- Inj. Cegtriaxone 1 gr
- Rencana SC

VIII. PROGNOSIS
Ibu
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Janin
Ad Vitam : Dubia ad bonam

20/02/2016, Pukul 23.55 WIB


Lahir bayi laki-laki, presentasi kepala, berat lahir 2900 gram, panjang badan 47 cm. Bayi
dikeringkan dan diselimuti.

IX. FOLLOW UP
S O A P
20/02/2017
21.30 WIB Kencang TSS/CM KPD pada Rawat inap
kencang (-), TD = 120 / 70 RR = 20 G1P0A0, IVFD RL 12 tpm
rasa ingin x /m H.aterm, Inj. Ceftriaxon 1 gr
mengedan (-), N = 80 x /m S = 36,3 C presentasi Rencana SC
rembesan ak Obs & Gyn : kepala

9 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


His 5x 10 - 30 tunggal
(+), lendir
DJJ : 150x/menit hidup
darah (-)
VT : Pembukaan 2 cm, dengan KPD
kepala di Hodge 1 > 12 jam
23.00 WIB Dilakukan KU/Kes:Baik/CM P1A0 Post Observasi KU,
SC TD:110/80mmHg SC,Hamil TTV, Perdarahan
N: 84X/mnt Aterm Janin Ceftiraxone 1x2 gr
RR:20X/mnt Presentasi IV
Suhu : 36,5 C Kepala RL + Oxytocin 20
St.Generalis : dbN Tunggal IU 20tpm
St. Obs : TFU sepusat, Hidup SF 1x1
kontraksi baik dengan KPD Cek DPL post OP
I : v/u tenang, perdarahan Nifas Hari 0 Mobilisasi
(-) Bertahap
Hb post transfusi : 8,7 g/dl GV hari ke 3
Rawat Ruangan
21/02/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P1A0 Post Obs KU, TTV,
BAK (+) TD:110/60mmHg SC, Hamil Perdarahan
BAB(-) FN:80X/mnt Aterm Janin Cek DPL
Perdarahan FP:20X/mnt Presentasi Mobilisasi bertahap
dbn Suhu : 36,7 C Kepala Ceftriaxon 2x1 gr
ASI (+) St.Generalis : dbN Tunggal IV
Mobilisasi (+) St. Obs : TFU 2 jari Hidup Tramadol 3x1 IV
Nyeri bekas dibawah pusat, kontraksi dengan KPD Metronidazol
jahitan (+) baik Nifas Hari 1 3x500 IV
berkurang I : v/u tenang,perdarahan Diet Putih Telur 6
(-) butir/hari
GV hari ke 3

10 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


22/02/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P1A0 Post Obs KU, TTV,
BAK (+) TD:100/70mmHg SC, Hamil perdarahan
BAB(-) N:80X/mnt Aterm Janin Cefadroxil 2x500
Perdarahan RR:20X/mnt Presentasi Asam Mefenamat
dbn Suhu : 36,4 C Kepala 3x500
ASI (+) St.Generalis : dbN Tunggal SF 2x1
Mobilisasi (+) St. Obs : TFU2 jbpst, Hidup
Nyeri bekas kontraksi baik, dengan KPD
jahitan (+) perdarahan(-) Nifas Hari 2
berkurang I : V/u tenang, perdarahan
(-).
2/02/2017 Flatus (+) KU/Kes : Baik/CM P1A0 Post Aff infus
BAK (+) TD:100/70mmHg SC, Hamil Th/ oral
BAB(-) N:80X/mnt Aterm Janin Cefadroxil 2x500
Perdarahan RR:20X/mnt Presentasi Asam Mefenamat
dbn Suhu : 36,4 C Kepala 3x500
ASI (+) St.Generalis : dbN Tunggal SF 2x1
Mobilisasi (+) St. Obs : TFU2 jbpst, Hidup Pasien
Nyeri bekas kontraksi baik, dengan KPD diperbolehkan
jahitan (+) perdarahan(-) Nifas Hari 2 pulang
berkurang I : V/u tenang, perdarahan
(-).

TINJAUAN PUSTAKA
11 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

1.1 PENDAHULUAN
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu
berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian
perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan
kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang
sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif. 1,2
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama
pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan,
sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan
dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.1,2
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban
yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak
adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen
yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan
pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk
mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau
prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering
timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom
(RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. 1

2.1 ANATOMI & FISIOLOGI


A. Selaput Ketuban
Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah membrane
yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular khusus ini
memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Amnion adalah jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regang membrane janin. Dengan demikian, pembentukan
12 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
komponen komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi
keberhasilan persalinan 1,3
Amnion (selaput ketuban) merupakan membrane internal yang membungkus janin dan
cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada
korion (sekalipun dapat dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal
plasenta sampai pada insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat
yang tegak lurus hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membrane eksternal
yang berwarna putih dan terbentuk vili vili sel telur yang berhubungan dengan desidua
kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus 3

B. Cairan Amnion
Volume cairan amnion
13 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat
jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 1500 ml, warna putih, agak keruh
serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098
terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti
dengan benar terdapat rambut lanugo, sel sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan rata
rata 2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin.1,3

Tabel 1 volume cairan amnion yang lazim (Cunningham, 2006)


Minggu gestasi Janin (g) Plasenta (g) Cairan amnion (ml) Persen cairan
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

Fungsi cairan amnion.


Beberapa fungsi dari cairan amnion :
1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Mobilisasi : memungkinan ruang gerak bagi janin

3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa dalam


rongga amnion untuk suasana yang optimal bagi janin

4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine

5. Pada persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

2.2 DEFINISI

14 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya tidak terlalu
banyak. 3,4

1. Pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum timbulnya persalinan minimal lebih dari
1 jam sebelum inpartu.

2. Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila diameter serviks pada primigravida < 3 cm
dan multi gravida <5 cm.

3. Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum
waktu persalinan, dan dibagi menjadi dua :

- PROM (prelabour rupturs of the membranes) Pecahnya selaput ketuban pada usia
kehamilan > 37 minggu sebelum waktu persalinan.

- PPROM (Preterm Prelabour rupturs of the membranes) pecahnya selaput ketuban


pada usia kehamilan < 37 minggu.

Arti klinis ketuban pecah dini adalah : 3,4,6

Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapses tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar.

Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang
masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan feto pelvik.

KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.

Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya

Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang,


kejadian ini akan mengakibatkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

15 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


2.3 INSIDENSI

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (8%), preterm (1-3%), dan pada
midsemester kehamilan (<1%). Secara umum, insidensi dari KPD terjadi sekitar 7 12 % dari
semua kehamilan. 3,4

Sekitar 8-10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine akibat
interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan
dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan mengalami
persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal.3

2.4 ETIOLOGI

Etiologi dari KPD masih belum jelas, bisa dikarenakan faktor selaput ketuban itu sendiri (
berkurangnya kekuatan ketuban ) atau faktor infeksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrauterin. 1,3

Karena etiologinya yang belum jelas maka tindakan preventif tdk dapat dilakukan,
kecuali dalam upaya untuk menekan terjadinya infeksi.

Faktor predisposisi Terjadinya KPD 3,4,7

1. Faktor selaput ketuban itu sendiri Selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis

2. Adanya infeksi yang terjadi secara langsung mengenai selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban seperti:

- Chorioamnionitis

- Phyelonefritis

- Sistitis

- Cervisitis

- Vaginitis

16 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


3. Kelainan kehamilan :

- cervix incompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapat tekanan


paling tinggi

- cephalo-pelvic disproportion

- Peduncular abdomen (perut gantung)

- kelainan letak janin (letak sungsang), sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah

- hidramnion, kehamilan ganda

Overdistensi uterus mengakibatkan selaput ketuban menjadi lebih tipis

4. Trauma dan tekanan intra abdominal

5. Faktor lain ;

- Umur, usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada
ibu muda

- Paritas (multipara, grandemultipara). Pada kehamilan yang terlalu sering akan


mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan
lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda tanda
inpartu.

- Merokok selama kehamilan

- Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

- Riwayat KPD sebelumnya

2.5 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi KPD berkaitan dengan adanya faktor predisposisi.:


17 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
1. Faktor selaput ketuban Membran ketuban memiliki karakteristik kemampuan suatu
material viscoelastis. Dimana jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga adanya
infeksi membuat membran menjadi lemah dan rentan. membran pecah.1,3

2. Faktor infeksi Pada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerase
kolagen pada selaput korion/ amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan. 3,4

3. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal adanya stress material dan fetal
menyebabkan peningkatan pelepasan plasental cortikotropin releasing hormon (CRH),
sehingga terjadi pembentukan enzym matriks metalloproteinase (MMP) ketuban
pecah. 3,6,7

2.6 DIAGNOSA

Data subyektif:

Anamnesa:

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir,tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau
khas, dan perlu juga diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis
90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar.1,3

Jika sudah terjadi infeksi intra partum ( misalnya amniontis) didapat keluhan
demam tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.3
Riwayat haid
Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran. Umur kehamilan diperkirakan dari
hari haid terakhir3,4

18 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Data objektif :

Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan umum:
o Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi
cepat.4,5
Pemeriksaan abdomen :
o Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus uteri ( TFU) harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut haid terakhir:
o Denyut jantung janin normal yaitu 120-160x/ menit 3,4
Pemeriksaan obstetric 3-5
Memeriksa adanya cairan yang keluar pervaginam yang berisi meconium, vernik
kaseosa, rambut lanugo, dan tidak berbau.
Dengan inspekulo ;
lihat dan perhatikan apakah air ketuban memang keluar dari kanalis servikalis dan
apakah ada bagian yang pecah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks,
adanya prolapse tali pusat atau tidak, ekstremitas bayi
Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior
Pemeriksaan dalam ; (tidak dianjurkan)
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan
pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan, dan bila akan dilakukan penanganan aktif
(terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.

19 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina.

1. Tes Lakmus (tes Nitrazin).


yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas
yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan
basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik
adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum
setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. 1,3,6
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
1,3

Pemeriksaan penunjang

o USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan umur
kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin. 3
o Amniosenteses: Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi(kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine. 4,6
o Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan
awal koriomnionitis.7

20 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


2.7 KOMPLIKASI

Pengaruh KPD pada kehamilan :

1. timbulnya persalinan Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai
mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan
makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan
spontan dapat terjadi < 24 jam pada 80%-85% kehamilan aterm dan 50% kehamilan
prematur.3

2. lamanya persalinan lamanya persalinan menjadi lebih pendek yaitu ; pada


primigravida 9 jam dan pada multigravida 6 jam.1,3

Pengaruh KPD pada janin :

1. Prematuritas, pada prematuritas dapat terjadi komplikasi pada bayi yaitu :

- Prolaps tali pusat, asfiksia neonatorum

- respiratory distress sindrom (RDS)

- Sindroma deformitas fetal growth retardation, hipoplasia paru-paru, deformitas


muka dan tubuh karena kompresi. 1,3

2. Infeksi intra uterin.

Pada infeksi intra partum janin terinfeksi lebih dulu dibandingkan ibu, infeksi ini
terjadi karena adanya infeksi asendens dari vagina ke intra uterin (Khorioamniositis).
Infeksi yang dapat terjadi pada janin yaitu : pnemonia, septikemia, infeksi saluran kemih,
konjungtivitis. Bila terjadi infeksi pada janin didapatkan suhu tubuh ibu meningkat dan
DJJ meningkat (Fetal distress). 1,3,4

3. Peningkatan morbiditas dan mortilitas janin.

Prematuritas, intra uterin fetal disstres, infeksi dan masa laten yang meningkat
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin.3,4

21 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Pada masa laten yang lama terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana bila
masa laten > 12jam maka terjadi peningkatan 4-6% angka kematian janin. Bila > 24 jam
meningkat 2 x lipat dan > 48 jam meningkat 4x lipat. 3,6

Pengaruh KPD pada ibu : 2,3,5

1. infeksi partial

2. infeksi nifas (puerpuralis)

3. Peritonitis, septikemia

4. Dry labor

5. Prolonged labor (partus lama)

6. atonia uteri

7. chorioamnionitis, endometritis

8. kematian ibu karena septikemia

2.8 PENATALAKSANAAN

Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus dilakukan
sebelum melakukan tindakan yaitu:
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Tanda-tanda inpartu dan gawat janin

Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar maka pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis dan gawat
janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada kehamilan premature maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien
ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan. 3,,6,7
22 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban
pecah dini yaitu:
A. Konservatif 1,3,5
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotic ( ampicilin atau eritromisin 4x500mg dan
metronidazol 2x500mg selama 7 hari.
Jika usia kehamilan < 32 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes busa
negative maka diberikan dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan pada
usia kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik (salbutamol), dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x
dan induksi persalinan setelah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 37 minggu dan ada infeksi maka beri antibiotic dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).

Pada usia kehamilan 32 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.

B. Aktif 1,3,5
Pada kehamilan 37 minggu dan taksiran berat janin (TBJ) 2500gram, keadaan
ibu dan janin baik, skor pelvic 5 dan ICA > 5 maka dilakukan induksi dengan
oksitosin. Dapat pula diberikan misoprostol 25g - 50g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila gagal maka dilakukan seksio sesarea.
Pada kehamilan 37 minggu dan taksiran berat jangin (TBJ) 2500gram, skor
pelvic < 5, ICA 5, keadaan ibu dan janin kurang baik ( terdapat tanda-tanda
infeksi intra partum, NST non-reaktif atau CST positif, terdapat indikasi obstetric)
dan ketuban pecah 12 jam maka berikan antibiotic dosis tinggi dan kehamilan
diakhiri dengan seksio sesarea.

23 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Tabel. 2.2 Tatalaksana Ketuban Pecah Dini

24 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


1.8 PROGNOSIS

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :

Usia kehamilan

Adanya infeksi / sepsis

Factor resiko / penyebab

Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan

25 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi
yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu
mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.3
Kesimpulan

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 10 % dari semua
kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak
cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran
prematur.
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada,
selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi
dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi
yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua
kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi
mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun
pada ibu.

26 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym, 2004. High Risk Pregnancy-Premature Rupture of Membrane (PROM)/Preterm


Premature Rupture of Membrane (PPROM). Univercity of Virginia. USA.
2. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.

3. Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.

4. Marjono, Anthonius. 1992. Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum. FKUI. Jakarta.
5. Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of Membrane:
Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando Florida.
6. Premature Rupture of The Membranes. http//www.eMedicine.com.

7. Premature Rupture of The Membranes with Intrauterine Spread. http//lpig.doe report.com.

27 COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG

Anda mungkin juga menyukai