Anda di halaman 1dari 65

Osteoarthritis

Anita Angkawinata
112015136
Osteoartritis (OA) adalah
artritis degeneratif atau
penyakit sendi degeneratif,
yang melibatkan sendi,
termasuk tulang rawan
artikular dan tulang
subchondral.
Bentuk paling sering dari
artritis.

Klasifikasi

Primer
Osteoartritis
Sekunder
Osteoarthritis primer
Biasanya tanpa abnormalitas di
bagian tubuh lain. Sering menyerang
sendi penyangga berat badan. Paling
sering ditemukan pada sendi lutut
dan panggul.

Osteoarthritis sekunder
Biasanya terjadi karena trauma,
genetik, dan penyakit
metabolik/endokrin. Biasa terjadi
pada umur yang lebih muda.
Faktor Risiko
Intrinsik Ekstrinsik

Usia
Obesitas
Jenis Aktivitas
Kelamin fisik
Herediter Pekerjaan
Patofisiologi
Terjadi perubahan metabolisme
tulang rawan sendi

peningkatan enzim yang merusak


tulang rawan disertai penurunan
sintesis proteoglikan dan kolagen

tingginya resistensi untuk menahan


kekuatan dari sendi

tekanan berlebihan pada saraf dan


menimbulkan kerusakan mekanis
nyeri
Tanda dan Gejala Klinis
Nyeri sendi yang bertambah saat
beraktifitas dan berkurang saat
istirahat
Gangguan range of motion akibat
nyeri
Kekakuan sendi pagi hari <30menit
Krepitasi
Deformitas sendi
Perubahan gaya berjalan
Pembengkakan sendi asimetris
Tanda inflamasi akut sendi :
peningkatan suhu, nyeri tekan,
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Biasanya dalam batas normal
Radiologi
Penyempitan celah antar sendi,
terbentuknya osteofit,
terbentuknya kista, dan
sklerosis subchondral
A. Gambaran
AP,
penyempitan
celah sendi
B. Destruksi
kartilago
dan
subchondral
C.
Gambaran
lateral,
tampak
osteofit
D. Kista
subchon
dral
Kriteria Diagnosis
Osteoartritis sendi lutut:
1.Nyeri lutut, dan
2.Salah satu dari 3 kriteria
berikut:
a. Usia > 50 tahun
b. Kaku sendi < 30 menit
c. Krepitasi + osteofit
Osteoartritis sendi tangan:
1. Nyeri lutut atau kaku, dan
2. Tiga dari 4 kriteria berikut:
a. Pembesaran jaringan keras dari 2
atau lebih dari 10 sendi tangan
tertentu (DIP II dan III kiri dan kanan,
CMC I ki dan ka)
b. Pembesaran jaringan keras dari 2
atau lebih sendi DIP
c. Pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d. Deformitas pada minimal 1 dari 10
sendi tangan tertentu
Osteoartritis sendi pinggul:
1.Nyeri pinggul, dan
2.Minimal 2 dari 3 kriteria berikut:
a. LED < 20 mm/jam
b. Radiologi: terdapat osteofit
pada femur atau asetabulum
c. Radiologi: terdapat
penyempitan celah
sendi(superior, aksial, dan atau
medial)
Tatalaksana
Tujuan Tatalaksana :
Meredakan nyeri
Mengoptimalkan fungsi sendi
Mengurangi ketergantungan
kepada orang lain dan
meningkatkan kualitas hidup
Menghambat progresivitas penyakit
Mencegah terjadinya komplikasi
Farmakolo
gi
Analgetik (sistemik)
NSAID (sistemik)
Chondroprotektif (sistemik)
Obat-obatan yang dapat menjaga dan
merangsang perbaikan (repair) tulang
rawan sendi pada pasien OA
Contoh : asam hialuronat, kondrotin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C,
superoxide dismutase.
Farmakolo
gi
Topikal (rubifacients, capsaicin,
NSAID seperti piroxicam dan
sodium diclofenac.
Injeksi IA
Terdiri dari steroid atau hialuronan
Steroid : triamcinolone /
metilprednisolon
Hialuronan : hyalgan / osflex
Pembedahan
Indikasi dilakukan
pembedahan :
Deformitas menimbulkan
gangguan mobilisasi
Nyeri yang tidak dapat
teratasi dengan penganan
medikamentosa dan
rehabilitatif
Pembedahan
Realignment osteotomy :
Reposisi dengan cara
memotong tulang dan merubah
sudut weightbearing
Arthroplasty : Permukaan sendi
yang arthritis dipindahkan, dan
permukaan sendi yang baru
ditanam.
Arthroplasty :
Partial
replacement/unicompartemental
High tibial osteotmy : orang
muda
Patella &condyle resurfacing
Minimally constrained total
replacement : stabilitas sendi
dilakukan sebagian oleh
ligament asli dan sebagian oelh
sendi buatan.
Cinstrained joint : fixed hinges :
Indikasi dilakukan total knee
replacement :
didapatkan nyeri, deformitas,
instability akibat dari rheumatoid
atau osteoarthritis
Kontraindikasi :
non fungsi otot ektensor, adanya
neuromuscular dysfunction,
Infeksi, Neuropathic Joint, Prior
Surgical fusion
Rheumatoid
Arthritis
Anita Angkawinata Langie
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah
penyakit inflamasi kronis yang
manifestasinya adalah poliartritis
yang progresif.
RA adalah penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara
simetris mengalami peradangan,
terjadi pembengkakan, nyeri, dan
akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
Klasifikasi
Rheumatoid Arthritis Klasik
Rheumatoid Arthritis Defisit
Probable Rheumatoid Arthritis
Possible Arthritis
Rheumatoid arthritis klasik : 7
kriteria tanda dan gejala
sendi, berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.

Rheumatoid arthritis defisit : 5


kriteria tanda dan gejala
sendi, berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
Probable rheumatoid arthritis : 3
kriteria tanda dan gejala sendi,
berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

Possible rheumatoid arthritis : 2


kriteria tanda dan gejala sendi,
berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
Epidemiologi
Perempuan : Laki-Laki =
3:1
Insiden tertinggi
ditemukan pada usia 35-
45 tahun
Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui secara
pasti
Autoimun : aktivasi imun yang abnormal (terjadi
pada individu yang secara genetik memiliki
kerentanan) sehingga timbul inflamasi
Gen terkait : terutama HLA DR 4 dan HLA DR 1

Infeksi : Mycoplasma, Virus Eipstein-Barr,


sitomegalovirus, parvovirus, dan virus rubella.
Pembentukan antibodi IgM terhadap IgG tubuh
sendiri (yang dinamakan faktor reumatoid)
Patofisiologi
Reaksi autoimun pada RA terjadi reaksi
fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi memecah kolagen dan terjadi
edema, proliferasi membran sinovial, dan
terbentuknya pannus.
Pannus menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang permukaan
sendi menjadi tidak normal mengganggu
gerakan sendi.
Otot akan turut tertekan karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot
Tanda dan Gejala Klinis
Kaku sendi terutama pagi hari >1 jam

Sinovitis : kemerahan, bengkak, panas,


nyeri

Simetris, biasanya banyak di jari tangan

Fase lanjut : lutut, bahu, pinggul, siku,


pergelangan kaki, vertebra

Deformitas
Stadium RA
Stadium sinovitis
Terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri
pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
Stadium destruksi
Terjadi kerusakan pada jaringan sinovial dan juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon.
Stadium deformitas
Terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap
Pemeriksaan Penunjang
Rhematoid Factor
Pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi
adanya antibodi golongan IgM , IgG atau IgA
yang terdapat dalam serum pada penderita
rheumatoid arthritis. Peningkatan kadar faktor
rheumatoid tidak hadir dalam penyakit sendi
lainnya seperti osteoarthritis, ankylosing
spondylitis, gout, demam rematik, arthritis
supuratif, psoriatic arthritis, arthritis colitic dan
sindrom Reiter. Karena ini tingkat kekhususan
untuk deteksi rheumatoid arthritis.
Uji ACPA
- anti CCP (anti-cyclic antibodi peptida
citrullinated).
Ini adalah protein yang diproduksi sebagai
bagian dari proses yang mengarah ke
peradangan sendi pada rheumatoid arthritis.
Ini adalah tes yang digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis rheumatoid arthritis
- anti MCV (Mutated Citrunilated Vimentin)
adalah suatu isoform antigenik baru dari
vimentin yang ditemukan pada pasien
rheumatoid arthritis. Memiliki sensitivitas
yang lebih tinggi dibanding anti-CCP mauapun
RF untuk diagnosis dini rheumatoid arthritis.
Rontgen
Pembengkakan jaringan lunak, erosi tulang pada sendi.
Terdapat 4 tahap perjalanan penyakit RA berdasarkan
gambaran rontgen :
Tahap I
Tidak ada kerusakan terlihat pada X-ray, meskipun
mungkin ada tanda-tanda penipisan tulang
Tahap II
- Pada X-ray terlihat bukti penipisan tulang di sekitar
sendi dengan atau tanpa/sedikit kerusakan tulang
- Kemungkinan adanya sedikit kerusakan tulang rawan
- Mobilitas sendi mungkin terbatas, tidak ada kelainan
bentuk sendi
- Atropi pada otot yang berdampingan
Kemungkinan adanya kelainan jaringan lunak disekitar
sendi
Tahap III
- Pada X-ray, terlihat bukti kerusakan tulang rawan
dan tulang dan penipisan tulang di sekitar sendi
- Deformitas sendi tanpa pengkakuan permanen atau
fiksasi sendi
- Atrofi otot yang ekstensif
- Kemungkinan adanya kelainan jaringan lunak di
sekitar sendi
Tahap IV
- Pada X-ray terlihat bukti kerusakan tulang rawan
dan tulang dan osteoporosis di sekitar sendi
- Deformitas sendi dengan fiksasi permanen sendi
(disebut sebagai ankilosis)
- Atrofi otot yang ekstensif
- Kemungkinan adanya kelainan jaringan lunak
sekitar sendi
Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnosis Artritis Reumatoid oleh
ARA (American Rheumatis Association):
1. Kaku pagi hari
2. Artritis pada 3 daerah persendian
3. Artritis pada persendian tangan
4. Artritis simetris (bilateral)
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid serum (+)
7. Perubahan gambar pada radiologi
Pasien dikatakan menderita Artritis
Reumatoid jika memenuhi sekurang-
kurangnya kriteria 1-4 yang dideritanya
sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Tatalaksana
NSAIDs.
Dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri dan mengurangi
reaksi inflamasi. Contoh :
ibuprofen, diclofenac
Efek samping yang perlu
diperhatikan seperti dengung di
telinga, iritasi saluran cerna,
gangguan hati, ginjal, dan jantung.
Steroids.
Obat-obatan kortikosteroid
seperti prednison, dapat
mengurangi reaksi inflamasi
dan nyeri dan kerusakan sendi.
Efek samping yang mungkin
dapat terjadi seperti penipisan
tulang, peningkatan berat
badan, dan diabetes.
Disease-modifying antirheumatic
drugs (DMARDs).
Obat-obat berikut ini dapat mengurangi
progresivitas dari RA dan melindungi sendi
dan jaringan lunak dari kerusakan yang
bersifat permanen.
Contoh : methotrexate (Trexall, Otrexup,
Rasuvo), leflunomide (Arava),
hydroxychloroquine (Plaquenil) and
sulfasalazine (Azulfidine).Efek samping
yang mungkin dapat terjadi yaitu kerusakan
hati, supresi sumsum tulang, dan infeksi
paru berat.
Biologic agents.
Biasa disebut sebagai kelas terbaru dari
DMARDs.
Contoh : abatacept (Orencia),
adalimumab (Humira), anakinra
(Kineret), certolizumab (Cimzia),
etanercept (Enbrel), golimumab
(Simponi), infliximab (Remicade),
rituximab (Rituxan), tocilizumab
(Actemra) and tofacitinib (Xeljanz).
Obat-obat tersebut biasanya lebih efektif
bila digabungkan dengan non biologi
DMARDs seperti methotrexate
Pembedahan :
Memperbaiki fungsi, mobilitas
dan mengontrol nyeri.
Tendon repair
Total joint replacement
Non Farmakologi
Penggunaan ortotik dan bidai untuk
mengistirahatkan bagian yang sakit.
Latihan sendi : metode blok untuk
sendi PIP dan DIP, latihan ambil dan
genggam.
Edukasi untuk proteksi sendi : hindari
posisi yang menyebabkan deformitas,
hindari satu posisi yang terlalu lama,
hindari tekanan kuat pada sendi
SLE
Anita Angkawinata Langie
SLE ( Sistemik Lupus
Eritematosus ) adalah
penyakit inflamasi autoimun
sistemik yang ditandai
dengan temuan autoantibodi
pada jaringan dan kompleks
imun sehingga
mengakibatkan manifestasi
klinis di berbagai sistem
organ.
Epidemiologi
Insiden SLE per tahun di
Amerika Serikat tercatat
sekitar 5:1 kasus per 100.000
penduduk, sedangkan
prevalensinya mencapai 52
kasus per 100.000 penduduk
(perempuan: laki-laki = 9-14 :
1)
Etiologi
Faktor genetik (khususnya HLA DR-2)
Faktor imunologi :
- Kelainan intrinsik sel T dan sel B
Faktor hormonal
Beberapa studi menemukan korelasi
antara peningkatan risiko terjadi SLE dan
tingkat estrogen yang tinggi.
Faktor lingkungan
- Stress
- Obat-obatan (klorpromazin,
metildopa, hidralazin, prokainamid,
isoniazid)
Patogenesis
Gejala Klinis
Manifestasi ginjal : proteinuria,
glomerulonefritis, gagal ginjal
Manifestasi muskuloskeletal :
arthralgia, deformitas sendi
Manifestasi kulit : disebut lupus
dermatitis : fotosensitif, eritema dan
bersisik berbentuk butterfly rash
Manifestasi SSP : psikosis, stroke,
kejang, myelitis
Manifestasi kardiologi : vaskulitis,
perikarditis
Kriteria Diagnosis
Ditemukan 4 atau lebih kriteria, maka
diagnosis SLE mempunyai spesifisitas
95% dapat ditegakkan. Jika hanya 3
kriteria dan salah satunya ANA positif,
maka sangat tinggi kemungkinan
diagnosis SLE dapat ditegakkan.
Pada hasil tes ANA, jika hasil tes ANA
negatif, maka kemungkinan bukan SLE,
namun jika hanya tes ANA positif dan
tidak terlihat manifestasi klinis, maka
belum tentu juga SLE, sehingga hal ini
memerlukan observasi jangka panjang.
Tatalaksana
NSAID : untuk mengatasi
inflamasi tingkat yang ringan
Efek samping : masalah GI tract
Kortikosteroid : metilprednisolon
>>>
Efek samping : peningkatan BB,
osteoporosis, meningkatnya risiko
infeksi virus dan jamur,
memperberat hipertensi, moon
face
Anti malaria :
hydroxychloroquinon dan
kloroquin
Obat antimalaria efektif untuk SLE
dengan gejala fatique, kulit, dan
sendi.
Hydroxychloroquinon lebih sering
digunakan dibanding kloroquin
karena resiko efek samping pada
mata lebih rendah.
Imunosupresan : azathioprine
(imuran), mycophenolate, mofetil
Terapi Fisik
Terapi fisik berperan untuk mengurangi nyeri,
kekakuan, dan inflamasi meningkatkan
ROM dan mobilitas fungsional.
Aerobic exercise dapat meningkatkan
kapasitas fisik pasien SLE ringan.
Incorporate isometric exercise untuk inflamasi
sendi ( terutama panggul dan lutut dapat
menjaga stabilitas biomekanik).
Hidrocollator packs dapat dipakai untuk
mengurangi nyeri dan kekakuan.
Ultrasound adalah modalitas yang umum
dipakai untuk pemanasan mencapai
persendian.
Kolam untuk hidroterapi adalah pilihan terbaik
untuk exercise sendi yang inflamasi
Terapi Okupasi: mengedukasi pasien teknik
konservatif melindungi persendiannya, Home
safety evaluation, dan energy conservation
technique misalnya dengan penggunaan alat-alat
yang mempermudah pasien.

Speech therapy diperlukan jika penderita SLE

mengalami gangguan bicara, kesulitan mengerti


bicara, atau gangguan menelan.

Terapi rekreasi adalah untuk melibatkan pasien

SLE dalam kegiatan yang menyenangkan yang


memiliki nilai terapi. Di sisi lain dapat
Prognosis
Survival pada pasien SLE
untuk hidup :
2 tahun (90 -95%)
5 tahun (82 -90%)
10 tahun (71 - 80%)
20 tahun (63- 75%)

Anda mungkin juga menyukai