APENDISITIS
Disusun Oleh
Stepvani
11.2019.083
Dokter Pembimbing:
dr. Anthony Pratama, Sp.B, M.Kesm
1
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RSUD CENGKARENG
Tanda Tangan
Nama : Stepvani
NIM : 112019083
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. In
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. Bangun Nusa Rt 001/ 030 no 60
RM : 29-96-66
MRS : 24 Febuari 2022
DPJP : dr. Anthony Pratama, Sp.B, M.Kesm
ANAMNESIS
Riwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis yang dilakukan pada tanggal: 25
febuari 2022 saat pasien di ruang bangsal melon RSUD Cengkareng.
Keluhan Utama :
Terdapat nyeri seluruh perut sejak kurang lebih 2 hari SMRS
Pasien datang ke Poli Bedah Umum RSUD Cengkareng dengan keluhan nyeri seluruh
perut sejak kurang lebih 2 hari SMRS. Nyeri perut dirasakan terus menerus dan semakin
nyeri, sehingga pasien memutuskan untuk ke RS. Nyeri lama-kelamaan berpindah ke ulu hati
dan kemudian ke perut kanan bawah. Pasien mengakui nyeri perut diperberat oleh aktifitas
fisik seperti bergerak, naik motor, dan ketika dipegang atau tekan perutnya terasa sakit.
2
Pasien juga mengatakan saat itu disertai adanya rasa mual dan muntah-muntah kurang lebih 2
kali sehari. Pasien mengatakan sempat mengalami sembelit. 1 bulan yang lalu pasien
merasakan nyeri yang sama pada seluruh perut namun hilang timbul sehingga tidak
melakukan kontrol. Saat itu pasien sempat berobat ke klinik dan tidak merasakan sakit lagi.
Pasien mengakui suka makan-makanan pedas, instan dan juga jarang makan makanan yang
berserat. Pasien menyangkal adanya demam, batuk, pilek. BAK tidak ada keluhan.
(-) Batu Ginjal/Sal kemih (-) Tumor (-) Penyakit jantung bawaan
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien, darah
tinggi, DM, penyakit jantung, keganasan, maupun alergi di sangkal pasien di keluarga.
Riwayat Kebiasaan
3
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 Febuari 2022.
1. Keadaan umum : baik, tampak sakit ringan
2. Kesadaran : composmentis, GCS : E4V5M6 : 15
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 125/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit, reguler, kuat, isi dan tegangan cukup
c. Respirasi : 20 x/menit, tipe thorakoabdominal
d. Suhu : 36.8ºC
e. Saturasi O2 : 99%
Status Generalis
Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bentuk normosefal, rambut warna hitam, mudah rontok (-), tidak mudah
dicabut (+), luka (-)
1) Wajah
Simetris, eritema (-), ruam muka (-), luka (-).
2) Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), sianosis
(-), pupil isokor (3mm/ 3mm), reflek cahaya direct/indirect (+/+),
perdarahan subkonjungtiva (-/-)
3) Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran
(-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),
fungsi pembau baik.
5) Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat(-) lidah tifoid
(-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-).
b. Leher
4
Leher simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Tekanan Vena Jugularis (JVP) tidak dilakukan.
c. Thorax
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
thorakoabdominal, sela iga melebar (-), jejas (-).
Jantung
1) Inspeksi
Normochest, sela iga tidak melebar, gerakan pernafasan simetris kanan kiri,
retraksi intercostae (-).
2) Palpasi
Vocal fremitus kanan dan kiri sama kuat, nyeri tekan (-), benjolan (-)
3) Perkusi :
Sonor dikedua lapang paru
4) Auskultasi :
Bunyi nafas dasar vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
d. Abdomen
1) Inspeksi
Dinding abdomen simetris, umbilikus tampak dan tidak ada inflamasi,
sikatrik bekas operasi (-), massa (-)
5
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal.
3) Perkusi
Timpani (+), ascites (-), shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-)
4) Palpasi
Supel, nyeri tekan epigastrium (+), lien dan hepar tidak teraba membesar,
ginjal tidak teraba, defans muskular (-), Mc Burney (+), blumberg sign (+),
rovsign sign(+)
- + -
- - -
+ - -
24/02/2022
Hasil Nilai Rujukan
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
(Rapid)
7
dalam batas normal. Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan Inflamasi di, susp
infiltrat apendisitis.
DIAGNOSIS KERJA
Apendisitis Kronik
TATALAKSANA
Ceftriaxone 2x1gr
Ketorolac 3x1
Konsul dokter bedah pertimbangan apendektomi/laparatomi
PROGNOSIS
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad functionam : Ad bonam
Qua ad sanationam : Ad bonam
PEMBAHASAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang terjadi pada
apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada lumen apendiks.
Apendisitis adalah penyakit abdomen akut yang tersering ditangani oleh dokter bedah.
Walaupun identitas diagnostik ini menonjol, diagnosis banding harus mencakup hampir
semua proses akut yang dapat terjadi di dalam rongga abdomen, serta beberapa keadaan
kedaruratan yang mengenai organ toraks. Kadang-kadang tumor muncul di apendiks dan
mengharuskan eksplorasi abdomen. Banyak kasus apendisitis di Indonesia memerlukan
perhatian penting tenaga kesehatan, karena bila penanganan tidak tepat mungkin akan
menimbulkan komplikasi lain dan menyulitkan untuk penanganan apendisitis tersebut. Untuk
meminimalisir terjadinya penyulit dalam penatalaksanaan apendisitis maka diperlukan
penilaian apendisitis yang spesifik dan efektif. Karena nyeri perut yang disebabkan oleh
apendisitis merupakan kasus kegawatdaruratan, sehingga membutuhkan penanganan yang
segera.1
Kejadian apendisitis mencapai puncaknya pada kelompok usia remaja akhir yaitu usia
17 – 25 tahun. Apendisitis merupakan penyakit yang menjadi perhatian oleh karena angka
kejadian apendisitis tinggi di setiap negara. Prevalensi dari apendisitis sekitar 7% dari
kebanyakan populasi di Amerika dengan kejadian 1,1 kasus per seribu orang per tahun. Di
Indonesia, sebesar 596.132 orang dengan presentase 3,36% dilaporkan menderita apendisitis
pada tahun 2009, dan meningkat menjadi 621.435 dengan presentase 3,53% di tahun 2010.
Penyebab obstruksi lumen apendiks paling sering adalah oleh batu feses. Faktor lain yang
dapat menyebabkan obstruksi lumen apendiks antara lain hiperplasia jaringan limfoid, tumor,
benda asing dan sumbatan oleh cacing.2
10
Anatomi dan fisiologi
Letak apendiks ini selalunya dalam posisi retrocaecal tetapi sering juga dideskripsikan
dalam pelbagai posisi kerna ujungnya yang mudah bergerak dan mungkin ditemukan pada
tempat- tempat berikut ; preilieal, postilieal, promontoric, pelvic, subcecal, paracolic/Prececal
,retrocaecal/Retrocolic (paling sering). Apendiks vermiformis mendapat pendarahan dari
arteri appendicularis cabang dari a.illiocaecalis yang juga merupakan cabang dari
a.mesenterika superior. A.appendicularis merupakan arteri tanpa kolateral, makanya,
sekiranya berlaku obstruksi pada arteri ini, sehingga apbila terjadi thrombus akan berakibat
terbentuknya ganggren dan berakibat lanjut terjadinya perforasi apendiks.5,6
11
Gambar 1. Letak Apendiks.7
Epidemiologi
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang terjadi pada
apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada lumen apendiks.
Apendisitis merupakan penyakit yang menjadi perhatian oleh karena angka kejadian
apendisitis tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan apendisitis bisa seumur hidup
sehingga memerlukan tindakan pembedahan. Di Indonesia, sebesar 596.132 orang dengan
presentase 3,36% dilaporkan menderita apendisitis pada tahun 2009, dan meningkat menjadi
621.435 dengan presentase 3,53% di tahun 2010. Prevalensi dari apendisitis sekitar 7% dari
kebanyakan populasi di Amerika dengan kejadian 1,1 kasus per seribu orang per tahun.
Kejadian apendisitis mencapai puncaknya pada kelompok usia remaja akhir yaitu usia 17 –
25 tahun. Frekuensi terjadinya apendisitis antara laki-laki dan perempuan umumnya sama.
Terdapat perbedaan pada usia 20-30 tahun, dimana kasus apendisitis lebih sering terjadi pada
jenis kelamin laki-laki pada usia tersebut.2
Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperanan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus. Disamping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasite seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal,
yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut.4
12
Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus . Patologi apendisitis berawal di jaringan
mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada
apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan
pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus
makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen.
Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum
setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuratif akut.
Apendisitis ganggrenosa
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika
dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada
dalam keadaan perforasi. Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk
membatasi proses peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan
omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah
dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa
abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan
13
sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri
secara lambat.8
14
Gejala Klinis
Pasien yang menderita apendisitis umumnya akan mengeluhkan nyeri pada perut
kuadran kanan bawah. Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri tumpul
di daerah epigastrium atau di periumbilikal yang akan menyebar ke kuadran kanan bawah
abdomen. Selain itu, mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang
berakibat pada penurunan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia. Demam
dengan derajat ringan juga sering terjadi.2
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado. Sistem skor
dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.9
15
Pemeriksaan
Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37.5-37.8oC. Bila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1 oC.
Pada inspeksi perut, tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada
penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada
massa atay abses periapendikuler. Pada palpasi, didapatkan nyeri yang terbatas pada region
iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada
penekanan perut kiri bawah, akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda
rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal, diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri. Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodorsal oleh
uterus, keluhan nyeri pada apendisitis sewaktu hamil trimester II dan III akan bergeser ke
kanan sampai ke pinggang kanan. Tanda pada kehamilan trimester I tidak berbeda dengan
pada orang tidak hamil karena itu perlu dibedakan apakah kelugan nyeri berasal dari uterus
atau apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan pergeseran
uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks. Peristaltis usus sering normal tetapi juga
dapat hilang akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis generalisata yang disebabkan oleh
apendisitis perforate. Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi dapat
dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika. Pada apendisitis pelvika,
tanda perut sering meragukan; maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan
colok dubur. Pemeriksaan uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat
hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang
meradang menempel di otot psoas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji
obturator digunakan untuk memeriksa apakah apendiks yang radang bersentuhan dengan otot
obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi
sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.4
Diagnosis
Pemeriksaan urin, untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi
saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendicitis. Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan
dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan
yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
17
dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum.4,10
Diagnosis Banding
DD Gejala klinis
Batu ginjal rasa nyeri : umumnya nyeri perut bagian bawah.Rasa nyeri yang timbul
ditentukan oleh lokasi dari batu saluran kemih. Batu saluran kemih yang
terdapat di ginjal menimbulkan 2 macam rasa nyeri: nyeri kolik dan
nyeri nonkolik. Nyeri kolik (hilang timbul) disebabkan oleh streching
(peregangan) sistem penampungan. Nyeri nonkolik, yang terasa sakit
terus-menerus, disebabkan oleh peregangan pembungkus ginjal.Batu
pada ureter atas atau tengah biasanya akan menyebabkan rasa nyeri
pinggang hebat yang menjalar ke perut bagian bawah.
Hematuria: Adanya darah yang keluar bersama urin (hematuria) dan
urin yang disertai dengan pasir atau batu (kristaluria) akan membantu
konfirmasi adanya batu saluran kemih.
Infeksi : Batu yang terdapat di saluran kemih ini menjadi tempat
bersarangnya kuman yang tidak dapat dijangkau dengan obat-obatan.
Demam
nausea (rasa tidak enak, mual) dan vomiting (muntah)
sering berkemih
Infeksi panggul Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut
Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian
bawah lebih difus
Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin
Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus
diayun
18
umumnya:
Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam
awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri
bertambah hebat bila bergerak
Kista ovary Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa
terpuntir dalam rongga pelvis pad apemeriksaan perut, colok vagina atau colok
rektal
Tidak ada demam
Pemeriksaan usg dapat menentukan diagnosis
Urolitiasis Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut yang menjalar ke inguinal
pielum/ureter kanan merupakan gambaran yang khas
kanan Foto polos perut atau urografi intravena dapat memastikan penyakit
tersebut
Pielonefritis sering disertai demam tinggi, dan piuria
19
Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi
sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan
mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat
terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area gastriuntestinal yang terjadi,
semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak
diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan
kehilangan volume plasma.
Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah
muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien
dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala
satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat
distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui
dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen
bawah.
Komplikasi
Walaupon apendiks ini merupakan organ yang kadang tidak kita ketahui fungsinya,
tetapi jika kita sudah terkena peradangan pada organ ini (apedisitis akut) dan kita tidak segera
buang apendistis ini, ianya akan berlanjut kepada komplikasi- komplikasi yang lebih parah.
Antaranya adalah;12,13
1) Perforasi
Keterlambatan untuk berjumpa dokter dan membuang apendisitis itu akhirnya
akan berlanjutan sehingga menjadi perforasi (menjadi lubang=bocor).
Perforasi biasanya disertai dengan nyeri yang sangat hebat dan penderita akan
mengalami demam panas lebih dari demam apendisitis. . Insiden perforasi
adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Keadaan fisik
perderita:
- Detak jantung yang cepat
20
- Berkeringat
- Perut yang lembek dan kencang untuk disentuh
- Mual
- Muntah
2) Peritonitis
Peritonitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput rongga perut
(peritoneum). Diklasifikasikan dalam 3 kelas yaitu primer, sekunder dan
tertier. Dan peritonitis yang disebabkan oleh apendisitis termasuk dalam
peritonitis sekunder.
Gejala yang terlihat:
- Penderita muntah
- Demam tinggi
- Merasakan nyeri tumpul di perut
3) Massa Periapendikuler
Tatalaksana
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya
pilihan yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak
perlu diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate.
Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan laparoskopi. Dalam
apendektomi terbua, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita
yang diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan
21
laboratorium dan ultrasonografi dapat dilakukan bila dalam observasi masih terdapat
keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnosis pada kasus meragukan
dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak.4
Prognosis
Angka kematian dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan persiapan prabedah serta
stadium penyakit pada intervensi bedah. Apendisitis yang tidak ada komplikasi membawa
mortalitas kurang dari 0.1 persen, gambaran yang mencerminkan perawatan prabedah dan
pascabedah. Sekiranya apendisitis berkomplikasi, prognosisnya lebih buruk sehingga bisa
menyebabkan mortalitas meningkat terutama pada anak kecil dan manula. Makanya,
pengesanan dan tindakan segera amat dibutuhkan bagi mengelakkan dari berlakunya
komplikasi dan seterusnya kematian.13
22
KESIMPULAN
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang terjadi pada
apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada lumen apendiks. Gejala
yang pertama kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri tumpul di daerah epigastrium atau di
periumbilikal yang akan menyebar ke kuadran kanan bawah abdomen. Selain itu, mual dan
muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan
nafsu makan, dan demam. Diagnosis apendisitis dapat dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, penunjang, dan juga menggunakan skor Alvarado. Komplikasi yang dapat
terjadiyaitu perforasi, peritonitis, dan masa periapendikuler. Sehingga untuk menghindari hal-
hal tersebut diperlukan diagnosis yang cepat dan penanganan yang tepat, dapat berupa;
apendektomi dan laparaskopi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11. H. George Burkitt, Clive Reed R.G, Joanna Reed. Differential diangnoses of acute
appendicitis. Essential surgery: problems, diagnosis and management. 4th edition.
Churchchill Livingstone Elsevier publishing. 2007.p.393
12. MedlinePlus. Acute appendicitis .National Institute of Health 2011 Mei 02. Available
from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/spanish/Appendicitis.html.
13. DonaldC. MclLRATH. Kelainan bedah apendiks vermiformis. Sabiston DC. Sabiston
buku ajar bedah. Bagian 2. Jakarta: EGC; 2005.p.1- 4.
25