Anda di halaman 1dari 106

GAMBARAN RADIOLOGI KELAINAN

MEDIASTINUM
PENDAHULUAN
• Massa atau tumor mediastinum adalah tumor
yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga
di antara paru kanan dan kiri

• Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat


diperluas pembesaran tumor dapat menekan
organ di dekatnya

• Massa mediastinum  tumbuh lambatsering


datang setelah tumor cukup besar, disertai
keluhan dan tanda akibat penekanan tumor
terhadap organ sekitarnya
ANATOMI TORAKS

TORAKS

DINDING CAVUM
TORAKS TORAKS

TULANG SOFT TISSUE CAVUM TORAKS MEDIASTINUM


kosta, kolumna otot serta pembuluh KANAN KIRI
vertebralis torakalis, darah
sternum, klavikula paru kanan terdiri
dan skapula dari tiga lobus
paru kiri terdiri dari
dua lobus
ANATOMI MEDIASTINUM

Mediastinum adalah rongga yang terletak


diantara kedua paru.

Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4


bagian penting :

1. Mediastinum superior
2. Mediastinum anterior
3. Mediastinum posterior
4. Mediastinum medial
Kompartemen Mediastinum.
Mediastinum Superior
BATAS :
• Superior : V.T 1, kosta 1 dan jugular notch (pintu atas
rongga toraks )
• Inferior : angulus sternum - V.T 4
• Lateral : pleura mediastinalis
• Posterior : korpus V.T 1 – 4

ORGAN PENGISI :
arkus aorta dan percabangannya, arteri karotis dan arteri
subklavia kiri serta sebagian vena kava superior bagian atas,
vena kava superior dan vena brakhiosefalika, vena
interkostal bagian superior, nervus vagus, dan nervus
rekuren kiri, trakea, esofagus serta duktus torasik, sisa dari
kelenjar timus, tiroid dan beberapa kelenjar getah bening.
Mediastinum Anterior

BATAS :
• Anterior : sternum
• Posterior : perikardium
• Lateral : pleura mediastinalis
• Superior : bidang yang sejajar dengan angulus sternalis
• Inferior : diafragma

ORGAN PENGISI :

jaringan longgar areolar, kelenjar getah bening


mediastinum, kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid dan cabang-cabang arteri mammaria interna
Mediastinum Media
BATAS :
• Anterior : perikardium
• Posterior : perikardium
• Lateral : pleura mediastinalis
• Superior : bidang yang sejajar dengan angulus sternalis
• Inferior : diafragma

ORGAN PENGISI :
jantung dan perikardium, aorta asendens-arkus aorta,
bagian bawah vena kava superior dengan awal cabang vena
azigos, bifurkasio trakea, kedua bronkus utama, kedua
cabang arteri-vena pulmonalis, nervus frenikus, nervus
vagus bagian atas, dan beberapa kelenjar getah bening
yang berdampingan dengan trakea dan bronkus.
Mediastinum Posterior

BATAS :
• Anterior : jantung dengan perikardium
• Posterior : korpus V.T 5 – 12
• Lateral : pleura mediastinalis
• Superior : bidang yang sejajar dengan angulus sternalis
• Inferior : diafragma

ORGAN PENGISI
bagian tengah aorta descenden, vena azigos dan hemiazigos,
nervus vagus dan splanknikus, esofagus, duktus torasikus, beberapa
kelenjar getah bening dan serabut-serabut saraf (ganglion dan
radiks saraf).

• Biasanya organ – organ mediastinum dapat bergerak , sesuai


perubahan posisi dan perubahan volume didalam rongga toraks.
Perubahan bentuk mediastinum juga dipengaruhi pada saat
inspirasi dan ekspirasi.
Kompartemen Mediastinum.
Struktur anatomi normal pada X foto Toraks
PA dan Lateral

1. Trakea 8. A. pulmonalis
2. Bronkus utama ka lobus atas kanan 1. Pulmonary outflow tract 6. Bronkus lobus atas kanan
3. Bronku utama ki (truncus anterior) 2. Aorta ascenden 7. Bronkus lobus atas kiri
4. Arkus aorta 9. V. pulmonalis 3. Arkus aorta 8. A.pulmonalis kanan
5. V. azygos inferior kanan 4. V.Brachiocephalica 9. A.pulmonalis kiri
6. A.pulmonalis ka 10. Atrium kanan 5. Trakea 10. Pertemuan vena pulmonalis
7. A. pulmonalis ki 11. Ventrikel kiri
MASSA MEDIASTINUM
DEFINISI
Massa mediastinum adalah massa atau tumor
yang terdapat di dalam mediastinum yaitu
rongga di antara paru-paru kanan dan kiri
yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar,
pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar
timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah
bening dan salurannya.
DIAGNOSIS

• S : Sesak, stridor, disfagia, serak , batuk , paralisis diafragma, nyeri dada, anoreksia,
penurunan berat badan dan meningkatnya rasa lelah, Sindrom vena kava superior (SVKS)
• O : Sesuai dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan organ lain
• - miastenia gravis mungkin menandakan timoma
KLINIS • - limfadenopati mungkin menandakan limfoma

• Foto Toraks : screening awal kecurigaan massa mediastinum  lokasi massa


• CECT : lokasi, jenis massa, staging, guiding sitologi
• Lain – lain : fluoroskopi, angiografi, esofagografi, MRI, USG, Kedokteran nuklir
PX. RADIOLOGIS

• LED kadang meningkat pada limfoma dan TB mediastinum


• Uji tuberkulin dibutuhkan bila ada kecurigaan limfadenitis TB.
• Pemeriksaan kadar T3 dan T4 dibutuhkan untuk tumor tiroid.
PX. • Pemeriksaan a-fetoprotein dan b-HCG  tumor sel germinal.Kadar a-fetoprotein dan b-HCG
LABORATORIUM tinggi pada golongan nonseminoma.
GAMBARAN RADIOLOGI
KONVENSIONAL PADA MASSA
MEDIASTINUM
MASSA MEDIASTINUM SUPERIOR

• Massa mediastinum superior umumnya merupakan massa


dari regio leher atau mediastinum inferior yang meluas hingga
mediastinum superior, seperti massa tiroid, limfadenopati
maupun kelainan vaskuler seperti aneurisma.

• Massa mediastinum anterior umumnya tidak melewati level


clavicula

• Massa mediastinum media dan posterior dapat meluas ke


atas melewati clavicula

semakin ke atas perluasan suatu massa mediastinum,


menunjukan lokasi yang lebih posterior.
MASSA MEDIASTINUM ANTERIOR

Tanda :
 disrupsi dari anterior junction line
 obliterasi dari ruang retrosternal
 obliterasi sudut cardioprenikus
 gambaran hilum overlay sign
 posterior junction line tetap utuh
 hubungan dengan paru di atas level clavicula (-)
 pengaburan dari aorta ascenden (-)
Massa Mediastinum Anterior
(Prevascular Space)

4T : Timoma
Teratoma
Thyroid tumor
Terrible lymphoma

Massa ini biasanya terletak pada ruang


retrosternal.
a. Massa Timus
• Timoma (paling sering, 0,15 kasus per 100.000), Thymic
hyperplasia (pada anak-anak), Thymic carcinoma, Thymolipoma.

• Timoma merupakan keganasan mediastinum terbanyak setelah


limfoma pada dewasa. Insiden pd 40 – 60 tahun, jarang pd
anak2, M=F

• Timoma ~ miastenia gravis


 40% pasien timoma menderita miastenia gravis,
15% pasien miastenia gravis menderita timoma

• Kebanyakan timoma berada pada mediastinum anterior-superior,


Lesinya dapat meluas hingga ke mediastinum media dan bawah
hingga sudut cardioprenikus
Gambar 5. Timoma. X Foto Toraks PA menunjukan suatu massa mediastinum
pada hemitoraks kiri. Konfirmasi dari hasil biopsi menunjukan suatu timoma.
Gambar 6. Timoma jinak. (A). Pada X Foto Toraks PA pada seorang wanita 70 tahun
menunjukan massa bulat berbatas tegas yang superposisi dengan batas kanan
jantung.(B). Dari proyeksi lateral tampak massa berada pada mediatinum anterior.
b. Tumor Sel Germinal (Teratoma)
• Tumor sel germinal  seminoma, teratoma dan nonseminoma.

• Teratoma terdiri dari derivat sel ektodermal, mesodermal dan


endodermal, sehingga sering dijumpai komponen kulit, rambut,
tulang rawan atau gigi pada tumor.

• M > F; dewasa muda >>, 80% teratoma jinak dan 20% ganas.
• Ro teratoma : lobulated dan mengandung jaringan lunak dengan
elemen cairan dan lemak, kalsifikasi terlihat pada 20-43% kasus.

• Seminoma  peningkatan beta-HCG (+) alfafetoprotein (-)

• Nonseminoma (teratoma)  peningkatan beta-HCG (+)


alfafetoprotein (+) > 500 mg/ml
Gambar 7 . Tumor Sel Germinal Ganas. Pada X Foto Toraks PA pada seorang pria 38
tahun menunjukan massa mediastinum kanan disertai nodul paru (panah). Hasil biopsy
menunjukan suatu choriocarsinoma.
c. Tumor Tiroid
• pembesaran tiroid cervicalis dapat meluas hingga ke
mediastinum superior.

• 80% di anterior dari trakea, 20% di posterolateral


trakea

• dispneu atau disfagiakompresi trakea atau


esofagus oleh massa.

• karakter dari goiter tiroid  memiliki batas tegas,


merupakan kelanjutan dari massa tiroid di regio
cervical, disertai kalsifikasi yang kasar, kadang
didapati area kistik (nekrotik)
Gambar 8. Goiter tiroid. (A). Proyeksi AP. (B). Proyeksi lateral,menunjukan massa
mediastinum superior anterior kanan yang mendesak trakea dari posterior.
d. Limfoma
• Limfoma  massa mediastinum primer terbanyak pada dewasa
 LH >> di Mediastinum anterior

• LNH  40% keterlibatan mediastinum.

• LH mediastinum  radiosensitif +/- 90%

• X Foto toraks  limfoma pd mediastinum anterior sulit


dibedakan dari timoma.

• Kalsifikasi jarang pada limfoma

• Keterlibatan kelenjar limfe mediastinal atau hilar mendukung


diagnosis limfoma. Splenomegali yang menyebabkan udara
gaster bergeser ke medial sebagai tanda tambahan.
Gambar 9. Limfoma Non Hodgkins. X Foto Toraks PA-Lateral menunjukan
massa mediastinum anterior yang besar dengan bentuk lobulated.
Massa Mediastinum Anterior
(Cardiophhrenic Angle)

 Limfadenopati
 Pericardial Cyst
 Hernia Morgagni
 Epicardial fat pad
a. Pericardial (Epicardial) Fat Pad
•  timbunan lemak diantara pericardium parietal
dan pleura parietal

• berhubungan dengan obesitas visceral

• hubungan (+) antara ketebalan pericardial fat pad


dengan penyakit jantung koroner.

• Sering disalah artikan sebagai pneumonia atau


massa

• Pericardial fat pad ini tidak mengaburkan batas


jantung maupun diafragma.
Gambar 10. Pericardial Fat Pad. Pada X Foto Toraks PA tampak massa bulat pada sudut
cardioprenikus yang kurang opak dibanding dengan jantung didekatnya. Pada proyeksi lateral
tampak massa terletak di anterior inferior (panah) dari jantung, lokasi tipikal untuk lemak
pericardial.
b. Pericardial Cyst
•  Kista dari pericardium parietal yang terdiri dari lapisan
sel mesotelial tunggal

• Biasa pd 30-40 tahun, M : F = 3:2

• Asimptomatik dan ditemukan secara kebetulan, bisa


disertai nyeri dada yang atipikal

• Terletak pd sudut kardioprenikus (75%), sisi kanan (3:1)

• Karakteristik : lesi berbatas tegas, bentuk bulat atau oval,


berukuran 3-8 cm, jarang kalsifikasi dan dapat berubah
ukuran atau bentuk dengan respirasi atau perubahan posisi.
Gambar 11. Pericardial Cyst. Pada proyeksi PA dan Lateral menunjukan
massa pada sudut kardioprenikus kanan dengan rim-like calsification.
c. Hernia Morgagni

• defek parasternal di anteromedial (Space of


Larrey) karena gangguan perkembangan
septum tranversum

• F >> M, usia pertengahan , over weight

• Umumnya unilateral dan sering pada sisi


kanan.
Gambar 12. Hernia Morgagni. Pada X Foto Toraks PA dan lateral tampak loop usus
dengan udarar dan fecal material di dalamnya, herniasi ke mediastinum anterior
melalui defek pada diafragma bagian anteromedial.
MASSA MEDIASTINUM MEDIA
(Vascular Space)

Tanda :

pelebaran paratracheal stripes


massa pada AP window
massa di belakang trakea
bergesernya recessus azygoesofageal pada sisi
kanan
a. Limfadenopati

•  bisa oleh karena neoplasma, infeksi maupun


penyakit granulomatosa non infeksi (misal
sarcoidosis)

• Limfadenopati karena keganasan misalnya pada


limfoma maligna, kelainan limfoproliferatif,
leukemia dan metastasis (terbanyak metastasis
keganasan dari paru, esofagus, payudara,
ginjal, testis dan kepala leher).
Gambar 13. Limfadenopati pada Sarcoidosis. X Foto Toraks PA dan lateral
menunjukan limfadenopati hiler bilateral (panah lurus). Pada proyeksi lateral tampak
pula limfadenopati subcarinal (panah lengkung).
b. Aneurisma (Kelainan Vaskuler)
• Aneurisma aorta adalah dilatasi aorta > 50% dari
diameter N, karena kelemahan dinding aorta

• Nyeri dada (+), jika rupture  perdarahan masif, syok


dan berakir dengan kematian

• Aneurisma aorta torakal : aorta desendens > aorta


ascenden > arkus aorta

• Aneurisma aorta abdominal > aorta torakal  dapat


merupakan kelanjutan dari aorta descenden
Gambar 14. Aneurisma aorta. Kanan : Aneurisma arkus aorta pada seorang wanita 76tahun
menunjukan pembesaran diameter tranversal arkus aorta. Kiri : Aneurisma aorta descenden.
c. Malformasi Perkembangan

• Mediastinal cyst  bronchogenic cysts, esophageal


duplication cysts, neurenteric cysts (fore gut
malformation; sulit dibedakan) and pericardial cysts.

• Bronchogenic cysts biasanya muncul di daerah hilus


dan dapat ditemukan pada parenkim paru.

• Esophageal duplication cysts dan neurenteric cysts


berlokasi pada mediastinum posterior.
• Pericardial cyst sudah dibahas sebelumnya
Gambar 15. Bronchogenic cyst. Pada X foto Toraks PA (A) dan Lateral (B) dari seorang pria 23
tahun menunjukan massa bulat pada hemitoraks kiri sisi medial. Dari hasil CT scan menunjukan
massa dengan attenuasi cairan yang homogen pada hilus kiri yang tak menyangat paska injeksi
kontras, sesuai dengan kista (C).
d. Hiatal Hernia
• herniasi bagian atas dari gaster ke rongga dada
melalui hiatus esofageal.

• Asimptomtik, (±) : nyeri tumpul di dada, sesak napas,


palpitasi, kembung dan mual

• 2 tipe : sliding dan rolling (paraesofageal)

• Biasa pada wanita, > 50 tahun, over weight

• Sering ditemukan secara kebetulan  konfirmasi


dengan OMD atau endoskopi.
Gambar 16. Hiatal Hernia. A: X Foto Toraks PA menunjukan suatu massa mediastinum
dengan air-fluid level (panah). B: Pada proyeksi lateral tampak herniasi gaster melalui hiatus
esophageal pada mediastinum media dan menunjukan air-fluid level (panah).
MASSA MEDIASTINUM POSTERIOR
(Post Vascular Space)

• Tumor neural adalah tumor yang paling sering


ditemukan di mediastinum posterior

• Tanda :
pelebaran paravertebral stripes
cervicothoracic sign.
a. Tumor Neural
•  nerve sheat tumor dan ganglion cell tumor.

• Nerve sheat tumor seperti schwannoma (terbanyak),


neurofibroma dan degenerasi malignanya  berasal dari sel
Schwann; >> pada usia 30-40 tahun.

• Ganglion cell tumor meliputi neuroblastoma (maligna),


ganglioneuroma (benigna), dan ganglioneuroblastoma
(moderat)

• Ganglioneuroma >> 1-50 tahun; neuroblastoma dan


ganglioneuroblastoma >> pada anak-anak, dibawah 20
tahun.
Gambar 17. Schwannoma benigna. Dari X Foto Toraks PA dan Lateral pada anak perempuan
berumur 9 tahun, tampak massa bulat berbatas tegas pada apeks kanan (panah).
b. Kelainan Esofagus
• Tumor jinak esofagus (leiomyoma, fibroma dan lipoma) 
massa soliter,berbatas tegas, pada mediastinum posterior
dan lateral

• >> 1/3 distal esofagus ; subcarina s/d hiatus esofagus

• Neoplasma ganas esofagus  KSS

• Tanda : recessus azygoesofageal yang abnormal, pelebaran


mediastinum, penebalan tracheoesophageal stripe, deviasi
trakea dan kompresi trakea

• Dilatasi esofagus e.c obstruksi fungsional (akalasia,


scleroderma) dan anatomik (karsinoma, striktur) massa
pada sisi medial kanan secara vertical, air-fluid level pada
foto posisi erect
Gambar 18. Akalasia. X Foto Toraks PA pada wanita 86 tahun dengan disfagia menunjukan
pelebaran mediastinum superior (panah) dan tampak udara di dalam esofagus yang terdilatasi
(anak panah). Dari foto lateral tampak air-fluid level di dalam esofagus yang terdilatasi (anak
panah) dan deviasi trakea ke anterior (panah lengkung).
c. Kelainan Vertebra
• Neoplasma, infeksi, metabolik, trauma dan proses degenerative 
massa paraspinal
(1) ekspansi ke korpus vertebra atau bagian posteriornya
(multiple myeloma, aneurismal bone cyst);
(2) perluasan ekstraosseus dari infeksi, tumor atau sumsum
tulang (spondylitis, metastasis karsinoma, hematopoiesis
ekstrameduler)
(3) fraktur patologis dan hematom paraspinal (berbagai neoplasma
destruktif atau proses inflamasi, trauma)
(4) protusi dari spondylosis, degenerative.

• Extramedullary hematopoiesis tidak efektifnya produksi atau


destruksi hebat dari eritrosit ; talasemia dan sickle cell anemia
ekspansi pada sumsum tulang, pembentukan kista pada tulang
panjang, kosta dan korpus vertebra dengan massa paraspinal
berbentuk lobuler, khususnya pada regio torakal bawah atau
lumbalis atas .
Gambar 19. Extramedullary hematopoiesis . Foto polos toraks menunjukan
massa paraspinal bilateral bentuk lobulated dengan batas tegas tepi regular
disertai massa kosta posterior, tanpa erosi pada korpus vertebra maupun kosta.
Gambar 20. Hematom paraspinal. Bulging paraspinal line inferior kanan (panah) pada seorang
pria 27 tahun dengan riwayat trauma. Dari pemeriksaan CT scan ditemukan hematoma
mediastinal disertai fraktur processus tranversus kanan multiple pada vertebra torakal.
d. Meningokel Torakal
•  herniasi dari selaput meningen melalui foramen
intervertebralis atau defek pada tulang vertebra yang
membentuk kantong berisi cairan cerebrospinal dan
seringnya berlokasi di posterior pada regio lumbosakral.

• Sering ditemukan pada usia pertengahan dan biasanya pada


sisi kanan

• >> manifestasi dari neurofibromatosis  2/3 pasien dengan


meningokel menderita neurofibrmatosis

• Ro : massa paraspinal berbentuk bulat dengan batas tegas


yang sulit dibedakan dengan neurofibroma, erosi kosta,
pelebaran foramen intervertebralis, kelainan vertebra atau
kifoskoliosis.
Gambar 21. Meningokel. Foto polos toraks pada seorang pria 15 tahun menunjukan massa
mediastinum berbatas tegas pada hemitoraks kanan atas dengan defek pada korpus vertebra.
konfirmasi dari pemeriksaan CT scan, merupakan suatu meningokel.
Gambar 22. Meningokel. Pada foto polos
toraks tampak massa homogen pada
mediastinum superior (A). Foto torakal
menunjukan kelainan vertebra yang
mendasari pada segmen tersebut disertai
pelebaran canalis spinalis pada level yang
sama. (B).
MASSA MEDIASTINUM
VS
MASSA PARU
KARAKTERISTIK MASSA MASSA PARU
MEDIASTINUM
Air bronchogram (-) (+)

Sudut terhadap paru/ Tumpul Tajam


mediastinum
Disrupsi mediastinal line (+) (-)

Kelainan spinal, kosta (±) (-)


dan sternal yang
mendasari
Tepi lesi Reguler Irreguler ±

Vaskuler Normal Hipervaskularisasi


Gambar 23. Kiri : Massa paru berbatasan dengan tepi
mediastinum dan membentuk sudut yang tajam dengan parenkim
paru. Kanan : Massa mediastinum terletak pada tepi mediastinum
dan membentuk sudut yang tumpul dengan parenkim paru.
Gambar 2.4
• Tampak lesi dengan tepi yang membentuk
Pada X foto polos toraks tampak lesi dengan sudut tumpul dengan mediastinum dan
tepi yang membentuk sudut lancip dengan paru, menunjukan bahwa ini adalah massa
mediastinum.
medistinum, menunjukan bahwa ini massa
• Tampak silhouette sign dengan batas
paru.  Pancoast tumor kanan jantung, mendukung bahwa massa
berada pada mediastinum anterior.
KESIMPULAN
• Massa mediastinum sering berkaitan dengan lokasi
dan umur penderita.

• Pada anak-anak  masssa mediastinum posterior dan


jenisnya tumor saraf

• Pada orang dewasa  massa mediastinum anterior


dengan jenis limfoma atau timoma.

• Mendiagnosis suatu massa mediastinum,


membedakannya dari masa paru dan melokalisasi
kelainan  diagnosis radiologis dan klinis lebih akurat
AORTA

ANATOMI AORTA
Aorta :
Kanal yang dilalui darah
yang dipompakan
ventrikel kiri yang
kemudian dihantarkan ke
sirkulasi sistemik.
Aorta thorakalis terdiri dari :
- aorta ascendens
- aorta desendens

Dinding aorta terdiri dari :


1. Lapisan intima
2. Lapisan media
3. Lapisan adventetia
ANEURISMA AORTA

Defenisi : pelebaran diameter lebih dari 50 % dari


ukuran normal aorta

Tabel 1: Diameter aorta normal maksimal


SEGMEN UKURAN (cm )

ASCENDEN 4

DESENDEN THORAKAL 3

ABDOMINAL 2
Gambar : Seorang wanita umur 55 tahun dengan aneurisma
aorta ascenden yang ditemukan insidental. (A). Pada CECT
menunjukkan aneurisma aorta ascenden dengan pelebaran aorta
5,5 cm (panah). (B). Pada T1W1 potongan axial, 6 bulan setelah
gambar A tampak diameter yang stabil (panah)
• Fusiform aortic a.
Klasifikasi • Saccular aortic a.
Morfologi
• Pseudoaneurysm
• Dissecting aneurysm

• Abdominal aortic a.
Aneurisma • Thoracic aortic a.
Lokasi
Aorta • Thoracoabdominalis
aortic a.

• Aortic sinus a.
• Inflamation a.
Tipe
• Micotic a.
ANEURISMA AORTA THORAKALIS (AAT)

• Insidensi ± 450 per 100.000


• Laki-laki lebih banyak dengan perbandingan 3:1
• Penyebab AAT dapat kita lihat pada tabel 2
• Prevalensi AAT bervariasi tergantung dari penyebab.
• Atherosklerosis  penyebab ± 70 % dari
aneurysma aorta thorakalis
Tabel 2: Penyebab Aneurisma Aorta Thorakalis

Atheroslerosis Ankylosing spondylitis


Aortic dissection Giant cell arteritis
Medial degeneration ( genetic) Relapsing polychondritis
Marfan syndrome Takayasu arteritis

Outside influences ( acquired) Reiter syndrome

Syphilis Systemic lupus erythematous


Mycosis ( infection) Scleroderm
Noninfective aortitis Psoriasis
Trauma Ulcerative colitis
Ehlers-Danlos syndrome Radiation
Rheumatic fever Behcet disease
Rheumatoid arthritis Congenital aneurysm ( rare)
• AAT dibagi dua kategori yaitu :
true dan false aneurisma ( tergantung patologinya)
True aneurisma
 ketiga lapisan dinding terlibat formasi
aneurisma tanpa disrupsi lapisan aorta
 bentuk biasanya fusiform, circumferential dan
meluas secara signifiikan dengan panjang vaskuler
False aneurisma ( pseudoaneurisma)
 disrupsi intima (kadang lapisan media), dan
darah mengisi jaringan adventitia & periadventitia
 biasanya saccular, dengan penyempitan neck pada aorta.
Gambar : Pseudoaneurism pada aorta descenden. (A). CECT
menunjukkan aneurisma aorta descenden besar dengan mural
trombus besar. Tampak penyempitan neck aneurisma (panah).
(B). Potongan coronal tampak aneurisma diproyeksikan pada
paru kiri dan setelah operasi dikonfirmasi sebagai
pseudoaneurisma akibat komplikasi penetrasi ulkus
atherosklerosis
EVALUASI RADIOLOGI ANEURISMA AORTA THORAKALIS

1. X-FOTO POLOS
 pelebaran mediastinum dengan atau tanpa
kalsifikasi
 terkadang berupa efek massa lokal pada aorta 
scalloping dari aspek anterior corpus
vertebra
Gambar : Aneurisma
aorta desenden. Aorta
desenden dilatasi yang
ditandai dengan
peningkatan ukuran
( panah). Perubahan
tervisualisasi dengan
baik pada foto PA (a) dan
lateral (b).
2. CT SCAN

• CT  bentuk, panjang dan diameter


aneurisma, adanya mural trombus, kalsifikasi
serta hubungan aneurisma dengan organ
lainnya.
• Aterosklerotik aneurisma  dilatasi fusiform
dengan mural trombus halus yang tampak
sebagai crescent atau concentric.
• Mycotik aneurisma  saccular dengan
dilatasi fokal dan trombus eccentric serta
kalsifikasi mural.
• Pseudoaneurisma traumatik  saccular
dengan kalsifikasi mural
• Aneurisma karena penetrasi ulkus
atherosklerosis  saccular
• Rheumatoid arthritis, sindrome Reiter dan
ankylosing spondilitis  aneurisma aorta
ascenden bentuk fusiform
Gambar 2 : Aneurisma arkus dan aorta ascenden.
(A). CECT pada setinggi ujung atrium kiri pada
pasien sindrom Reiter menunjukkan aneurisma
aorta ascenden. (B). CECT pada setinggi arkus aorta
menunjukkan aneurisma ringan
3. MRI

• Keunggulan :
 informasi tambahan mengenai kantong
aneurisma dan trombus
 tidak menggunakan radiasi pengion dan
kontras media
• Kekurangan : biaya mahal, claustrofobia,
waktu pemeriksaan lama
Gambar : Aneurisma aorta thorakalis desenden (A)
dan ascenden (B)
KOMPLIKASI ANEURISMA AORTA THORAKALIS

1. Ruptur

mudah
dilihat
dengan CT ekstravasasi kontras aktif
atau hematom high-attenuasi
dalam mural trombus pada
aneurisma aorta thorakalis
cavum
pleura

Aneurisma
Mediastinum aorta dapat Perikardium
ruptur

esofagus
“draped 2.Fistula
aorta sign” aortobronkial

Pada CT tampak sebagai


konsolidasi pada paru yang
menyebabkan perdarahan.
DISEKSI AORTA

• Diseksi aorta adalah :


kejadian yang terjadi mendadak dimana darah
mengalir menembus dinding aorta melalui robekan
pada tunika intima dan membelah lapisan tengah
sehingga terbentuk aliran yang salah.
• Insidensi 0,2 – 0,8 %
• Manifestasi klinis : chest pain yang menjalar
ke punggung ,sincope,
nafas pendek, hipertensi,
insufisiensi aorta, hemoptisis.
PATOFISIOLOGI

PERUBAHAN DEGENERATIF
DINDING AORTA

KERUSAKAN COLLAGEN DAN


ELASTIN

HILANGNYA SEL OTOT POLOS

PENINGKATAN JUMLAH
SUBSTANSI BASOFIL
• Faktor resiko : nekrosis kistik sampai penyakit
jaringan ikat ( seperti sindrom Marfan dan
Ehlers-Danlos ), lesi kongenital seperti
katub aorta bikuspid dan cortasio aorta,
kehamilan, trauma dan arteritis
• Gambaran patologi adalah intimal tear dalam dinding
pembuluh darah yang melemah
KLASIFIKASI DISEKSI AORTA

• Terdapat dua klasifikasi berdasarkan keberadaan


intimal tear dan perluasan keterlibatan aorta :
klasifikasi Debakey dan Stanford
EVALUASI RADIOLOGI DISEKSI AORTA

1. X-FOTO POLOS
Gambaran : pelebaran mediastinal, dilatasi aorta, calsium
sign, displacement trakhea ke kanan, efusi pleura , efusi
pericard dan opasitas apical kiri.
3. CT SCAN
• Memberikan pengukuran yang tepat tentang perluasan
diseksi, termasuk panjang, diameter aorta serta true dan false
lumen, keterlibatan vaskuler vital dan jarak intimal tear ke
percabangan vaskuler vital
• Sensitivitas dan spesifisitas 100%
Tabel 3 : Temuan Diseksi aorta pada CT Scan
Enhanced Scan Nonenhanced Scan

Intimal flap Displacement kalsifikasi intimal dari


dinding pembuluh darah
Trombosis false lumen
( differensial attenuasi )
Periaortic hematoma
Distorsi kontur aortic
KOMPLIKASI DISEKSI AORTA
Komplikasi diseksi aorta tipe A :
1. Tamponade  perdarahan perikardial
2. Insufisiensi aorta akut  ruptur aorta,
3. Diseksi arteri coronary  infark myocard
4. Diseksi arteri carotis  stroke

Gambar : Intimal flap ( panah hitam)


pada diseksi Stanford tipe B yang
memisahkan false lumen posterior dan
true lumen anterior dari aneurisma aorta
desenden yang ruptur, dimana terlihat
ekstravasasi aktif dari kontras (panah
putih).
TERIMA KASIH
GARIS PENANDA PADA KOMPARTEMEN
MEDIASTINUM
(MEDIASTINAL LINE, STRIPE AND SPACE)
• Proyeksi Posteroanterior
1. Anterior junction line
 aposisi pleura visceral-parietal pada aspek anteromedial kedua paru.
 di anterior dari aorta dan dibelakang 2/3 atas sternum
 tidak melewati bagian atas dari manubrium sterni. obliq dari kanan atas ke kiri bawah
 25-57% X Foto Toraks PA.
 Ab-N : massa tiroid, limfadenopati, massa timus, lipomatosis

Post right middle


lobectomy
anterior junction
line (arrows)
displaced to the
right.
2. Posterior junction line
 Aposisi dari pleura visceral-parietal pada aspek posteromedial
 Anterior dari korpus V.Th 3-5 dan di belakang esofagus
 Tampak lurus/sedikit melengkung ke kiri yang menggambarkan struktur trakea.
 Meluas lebih ke cranial hingga di atas clavicula > anterior junction line
 Tampak pada 32% X foto Torak PA.
 Ab-N :ormal pada massa esofagus, limfadenopati, kelainan aorta, neurogenic
tumor.
3. Right paratracheal stripe
 Refleksi batas lateral kanan trakea-lobus paru kanan atas, tebal 1-4 mm
 Memanjang dari clavicula kanan ke arkus azygos pada sudut trakeobronkial kanan.
 Paling banyak dijumpai, sekitar 97%
 Ab-N : limfadenopati paratrakea kanan, neoplasma trakea, stenosis trakea, tumor tiroid-
paratiroid.

large ectopic parathyroid adenoma widening of the right paratracheal stripe


4. Left paratracheal stripe
 Refleksi dari batas lateral kiri dari trakea dengan lobus atas paru kiri
 memanjang vertical dari arkus aorta ke arteri subclavia kiri
 Tampak pada 21-31% X Foto Thora PA.
 Ab-N : pada efusi pleura kiri, limfadenopati paratrakea kiri, hematoma mediastinal

metastatic thyroid carcinomawidening of the left paratracheal stripe (arrows)


with mass effect on the trachea.
5. Azygoesophageal recess
 Ruang antara lateroposterior esofagus dan anterior dari vertebra
 memanjang dari arkus anterior v.azygos ke hiatus aorta di bagian bawah
 Bag 1/3 tengahnya bervariasi, umumnya lurus/sedikit melengkung ke kiri
 Bag 1/3 atas dan bawah umumnya lurus
 Ab-N : limfadenopati, hiatal hernia, neoplasma esofagus, kelainan pleura, LAH

hiatal hernia 1/3 distal azygoesophageal recess demonstrates an


abnormal contour and right lateral convexity (arrows).
6. Right paraspinal line
 Batas antara paru kanan dengan tepi lateral kanan dari korpus vertebra
 Garis ini tampak lurus memanjang sepanjang V.T 8-12
 Tampak pada 23% dari X foto Toraks PA
 Ab-N : osteofit, lemak mediastinum yang tebal, neoplasma, hematoma
mediastinum, hematopoiesis extra meduler

POST KLL : abnormal bulge in the right paraspinal line inferiorly  mediastinal hematoma
(arrow) from multiple right-sided transverse process fractures of the thoracic spine
7. Left paraspinal line
 Batas antara paru kiri dengan tepi lateral kiri dari korpus vertebra
 Memanjang vertical dari arkus aorta-diafragma, di antara dinding medial-
lateral dari aorta descenden.
 Tampak pada 41% X Foto Toraks PA.
 Garis paraspinal kiri >> kanan karena adanya aorta descenden pada sisi kiri
 Ab-N : osteofit, lemak mediastinum yang tebal, hematoma mediastinum,
hematopoiesis ekstrameduler, aorta descenden yang tortuous dan varises

esophageal varices focal lateral bulge in the left paraspinal line


8. Aorticopulmonary stripe
 Persinggungan bag.anterior paru kiri dengan arteri pulmonalis kiri dan arkus aorta.
 Garis ini tampak lurus atau sedikit melengkung, menyilang ke lateral melewati arkus aorta
dan arteri pulmonalis.
 Ab-N : pneumomediastinum, massa tiroid dan timus, limfadenopati prevaskuler.

lymphoma  Abnormal aortic-pulmonary stripe


9. Aortic-pulmonary (AP) window
 Ruang antara bagian bawah arkus aorta dan dinding atas arteri pulmonalis kiri
 Di posterior dari aorticopulmonary stripe.
 Bagian anterior dibatasi oleh dinding posterior aorta ascenden, bagian posterior
dibatasi oleh dinding anterior aorta descenden, bagian medial dibatasi oleh trakea,
dinding lateral bronkus utama kiri dan esofagus, serta bagian lateral dibatasi oleh
paru kiri
 Ab-N : limfadenopati, lemak mediastinum yang tebal, aneurisma aorta atau arteeri
bronchial, nerve sheath tumor.

normal AP window as a shallow


concave interface (*) between
the aorta and the pulmonary
artery.
BRONCHOGENIC CARCINOMA.
an abnormal bulge in the AP
window (arrow). Thickening of
the right paratracheal stripe (*)
• Proyeksi Lateral
1. Tracheoesophageal / posterior tracheal stripe
 Garis vertical yang dibentuk oleh udara di dalam trakea dengan paru kanan
 Di depan dari ruang retrotrakea (Raider triangle). Ketebalan maksimum hingga 2,5 mm;
hingga 5,5 mm jika udara di dalam esofagus ikut dinilai.
 Ab-N : anomaly perkembangan arkus aorta, lesi vaskuler, lesi esofagus, malformasi
llimfatik, mediastinitis, hematoma post trauma

Achalasia  Lateral
chest radiograph
shows widening of the
posterior tracheal
stripe (arrows)
2. Posterior wall of bronchus intermedius
 Dibentuk oleh udara di dalam bronkus intermedius (turun 3-4 cm dari bronkus lobus
atas kanan) dan paru di dalam recesus azygoesofageal.
 Garis tipis vertical atau sedikit obliq sepanjang area radiolusen yang dibentuk oleh
bronkus lobus atas kiri.
 Tampak pada 90-95% X Foto Toraks Lateral dengan ketebalan 0,5-3mm.
 Menebal pada edema paru, neoplasma paru, limfadenopati pada limfoma,
metastasis,tuberculosis dan sarcoidosis.

Pulmonary edema 
Lateral chest radiograph
demonstrates diffuse
bandlike thickening of the
posterior wall of the
bronchus intermedius
(arrows).
ORGAN – ORGAN BESAR PENGISI MEDIASTINUM
– Trakea
– Esofagus
– Aorta
– Timus
– Vena Cava
– Jantung

Anda mungkin juga menyukai