Aneurisma simptomatik
Nyeri mid-abdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi aorta
prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan aneurisma yang cepat, ruptur, atau
aneurisma aorta inflamatorik. Aneurisma inflamatorik terhitung kurang dari 5% dari
aneurisma aorta dan retroperitoneal dengan sebab yang belum diketahui. Pada pasien
ini terdapat demam ringan, peningkatan laju endap darah, dan riwayat infeksi saluran
pernapasan atas yang baru saja; pasien sering sebagai perokok aktif. Infeksi aneurisma
aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal dari
aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada pasien
dengan aneurisma sakular atau aneurisma yang bersamaan dengan fever of unknown
origin.
Ruptur aneurisma
Pasien dengan ruptur menderita nyeri hebat pada punggung, abdomen, serta
hipotensi. Ruptur posterior terbatas pada retroperitoneal dengan prognosis yang lebih
baik daripada ruptur anterior ke rongga peritoneum. 90% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Satu-satunya kesempatan untuk menolong adalah perbaikan bedah
emergensi.
3. Diagnosa Banding
Aneurisma aorta harus dibedakan dengan tumor jaringan lunak didekat aorta,
seperti tumor retroperitoneal : limpoma, lipoma, dan limposarkoma yang melekat
pada aorta. Kelainan ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan fisik yang teliti.
Aneurisma ini menimbulkan denyut yang terasa disetiap bagian massa sedangkan
tumor tidak demikian.
4. Penatalaksanaan
- Farmako terapi :
– Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau
kurang
– Propanolol untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan
kontraktilitas miokard.
Pembedahan dilakukan jika pengobatan farmako terapi tidak berhasil untuk
mencegah pembesaran aneurisma atau pasien menunjukan gejala-gejala nyeri
semakin memburuk.
a. Aneurisma aorta abdominalis
Terapi aneurisma dahulu adalah intervensi bedah atau observasi (watchful
waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah. Sekarang, endovascular
atau teknik invasif minimal telah dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.
Jika aneurisma berukuran kecil dan tidak ada gejala (misalnya aneurisma yang
ditemukan saat pemeriksan kesehatan rutin), maka direkomendasikan pemeriksaan
kesehatan periodik saja, meliputi pemeriksaan USG tiap tahunnya, untuk
memantau apakah aneurisma menjadi besar.
2. Retroperitoneal Approach
Pendekatan transperitoneal pada pasien dengan keadaan abdomen yang
kurang mendukung untuk menjalani operasi seperti aneurisma suprarenal
yang luas, horseshoe kidney, peritoneal dialysis, inflammatory aneurysm,
atau asites. Pada keadaan ini dengan pendekatan retroperitoneal adalah
yang paling baik.
Dengan teknik ini, posisi pasien lateral dekubitus kanan. Insisi untuk
lapangan operasi pada pertengahan dari atas crista iliaca dan tepi kosta.
Lengan kiri diberi bantalan dan diletakkan diatas lengan kanan dengan
diberi penyokong. Derajat kemiringan bahu 60o dan panggul 30o untuk
memudahakan mengeksplor lapangan operasi.
Insisi pada sela iga X dimulai dari linea aksilaris posterior dilebarkan ke
medial sampai batas lateral rectus sheat menuju titik tengah antara
umbilikus dan simfisis pubis.
Gambar 14. Teknik Perbaikan retroperitoneal AAA dengan graft prostese lurus
5. Komplikasi
Komplikasi aneurisma aorta dapat berupa ruptur atau emboli, ruptur aneurisma
aorta abdominalis (AAA) sering terjadi. Emboli yang berasal dari trombus didalam
aneurisma dapat menyebabkan obstruksi arteri di eksterimitas dan organ dalam. Jika
terjadi ruptur angka kematian semakin besar menjadi 50%.
6. Prognosis
Outcome biasanya baik jika perbaikan dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman sebelum ruptur. Kurang dari 50% dari pasien bertahan dari ruptur
aneurisma abdominal. Mortalitas setelah open elective atau endovascular repair
adalah 1-5%. Pada umumnya pasien dengan aneurisma aorta yang lebih besar dari 5
cm mempunyai kemungkinan tiga kali lebih besar untuk meninggal sebagai
konsekuensi dari ruptur dibandingkan dari reseksi bedah. Survival rate 5 tahun
setelah tindakan bedah adalah 60-80%. 5-10% pasien akan mengalami pembentukan
aneurisma lainnya berdekatan dengan graft.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat. R., de Jong. W. ”Buku Ajar Ilmu Bedah,” 2004. Jakarta; EGC
2. Jusi, H.D.”Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vascular.” 1991. Jakarta ; FKUI
3. Sabiston, David C. “Buku Ajar Ilmu Bedah.” 1995. Jakarta ; EGC
4. Powell, Janet T. “Detection, Management, And Prospects For The Medical Treatment
Of Small Abdominal Aortic Aneurysms.” 2004.
http://atvb.ahajournals.org/content/24/2/241. Diakses tanggal 1 Juli 2014
5. Gray, H. “Anatomy of the Human Body, The Aorta.” 1918.
http://www.bartleby.com/107/142.html. Diakses tanggal 5 Juli 2014
6. O'Connor, R.E. “Aneurysm, Abdominal.” 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/756735-overview. Diakses tanggal 5 Juli 2014
7. Purwohudoyo, Sudarmo S. “Pemeriksaan Kelainan-Kelainan Kardiovascular Dengan
Radiografi Polos.” 1984. Jakarta ; FKUI
8. Gloviczki, P & Ricotta, JJ. Aneurysmal Vascular Disease. In Sabiston Textbook of
Surgery.18thed.2007.