PENDAHULUAN
Bronkoskopi merupakan salah satu upaya penting dalam bidang paru
karena alat ini dapat digunakan sebagai diagnostik dan terapeutik. Bronkoskopi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus. Prosedur
diagnostik dengan bronkoskop ini dapat menilai lebih baik mukosa saluran napas;
normal, hiperemis atau lesi infiltrat yang memperlihatkan mukosa compangcamping. Teknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat
kompresi dari luar atau massa intrabronkial tumor intra bronkus. Prosedur ini juga
dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan
menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening
subkarina atau intra bronkus. (1)
Tindakan bronkoskopi pada penderita di paru dan menemukan 81,1%
memperlihatkan gambaran keganasan, 3% peradangan, 30,89% menunjukkan
mukosa infiltratif, 36,58% stenosis infiltratif dan 32,53% massa intrabronkial
intrabronkus.(2)
Dengan
berkembangnya
teknologi
peralatan
dan
keterampilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang
tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi
adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut
bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang
dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan
memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop,
sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam
tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi,
dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku (rigid) dan Fiber Optic
Bronchoscopy (FOB).(1)
2.2.
Tujuan
Manfaat pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung keadaan saluran
nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah. Kelainan yang dapat
dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah : (2)
1. Inflamasi
Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya bronkitis kronis) ataupun lokal
(akibat benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara akut, misalnya radang paru yang
berhubungan dengan segmental maupun kronis (misalnya tuberkulosis).
Sekresi
Mukosa yang normal hanya sedikit menghasilkan lendir yang berguna
untuk pembersihan. Pada waktu peradangan, sekresi menjadi banyak dan sifat
sangat bervariasi, misalnya mukoid, tebal dan mukus yang kental (bronkitis
kronis), Mukus berupa plague (asma), pus/nanah (infeksi berat).
Reaksi lokal dapat dijumpai pada kelainan seperti pneumonia, abses paru, TBC,
aspirasi benda asing, bronkiektasis, karsinoma, dan lain lain.
Ascociated changes
Terutama terlihat pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis
tekanan intrinsic
2.
Tumor
Gambaran bronkoskopi pada tumor atau pembesaran kelenjar getah bening
Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau ulserasi dari
mukosa pada sebagian atau seluruh lumina.
2.3.
terbuat dari bahan stainless steel. Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi
untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5
mm, tebal dinding bronkoskop berkisar 2-3 mm. Terdiri dari pipa metal dengan
lampu. Terdapat dua macam penyinaran, yaitu lampu diletakan di distal (pada
ujung bronkoskop), atau di proksimal. Lampu proksimal terletak pada ganggang
bronkoskop yang diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke distal bronkoskop (tipe
Haslinger). Dengan kemajuan teknologi sekarang, dibuat lampu yang terang (150400 Watt) yang berisi halogen yang disalurkan dengan serat optic ke bagian distal
bronkoskop.(1)
Indikasi umum lainnya adalah:(1)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Laser bronkoskopi
b.
2.4.
Indikasi
Kontraindikasi
Kontraindikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra indikasi absolut
dan relatif.(4)
Yang termasuk kontra indikasi absolut:(4)
Penderita kurang kooperatif
Keterampilan operator kurang
Fasilitas kurang memadai
Angina yang tidak stabil
Aritmia yang tidak terkontrol
Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen
Yang termasuk kontra indikasi relatif antara lain :(4)
Asma berat
Hiperkarbia berat
Koagulopati yang serius
Bulla emfisema berat
Obstruksi trakea
High Positive end-expiratory pressure
2.6.
Persiapan
A.
Persiapan penderita.(4)
1. Informasi yang berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya,
penyakit sekarang, kondisi fisik dan mental penderita dan riwayat
reaksi alergi terhadap obat yang akan digunakan untuk tindakan
bronkoskopi.
2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang akan
dilakukan mulai dari persiapan bronkoskopi sampai pasca
bronkoskopi, penjelasan tentang tindakan anestesi yang dilakukan
dan efek anestesi yang dirasakan penderita
3. Menandatangani surat persetujuan tindakan (informed consent)
4. Persiapan fisik antara lain :
a.
b.
c.
5. Persiapan penunjang
a)
b)
Faal paru
1.
VC > 1000 cc
2.
c)
d)
Faal hemostatis
1.
e)
B.
Hb > 10 gr%
EKG
4. Meja instrument
a) Disp Spuit 50 cc
b) Disp Spuit 10 cc
c) Disp Spuit 5 cc
d) Lidocain 2%
e) Hand schoon
f) Botol penampung washing
g) Alat untuk aspirasi biopsi
h) Alat untuk forcep biopsi
i) Alat untuk brushing
j) Alat bronkhoskopi (fiber optic)
k) Alkohol 90%
l) Alkohol 70%
m) Formalin cair 10%
n) Kasa dan tissue secukupnya
o) Objek glass
p) Pengaman gigi (mouth piece)
5. Obat-obat emergency
a)
Pethidin
b) Adrenalin
c)
Kalmetason
d)
Midazolam
e) Aminophylin
f) Valium
g) Transamin
h)
Epidrin
j) Transfusi set
l)
Cairan infuse
10
2.7.
Prosedur Tindakan
Sebelum pemeriksaan pasien dipuasakan selama 8 jam. Penjelasan
Tidur terlentang
b.
Duduk di kursi
11
Tahap I(2)
1. Diberikan motivasi tentang tujuan dan akibat yang mungkin timbul
dari tindakan bronkhoskopi, diharapkan penderita kooperatif agar
tindakan ini berhasil secara maksimal
2. Menandatangani surat persetujuan tindakan, baik oleh penderita
maupun keluarganya
3. Ukur gejala cardinal ( tekanan darah, nadi)
b.
Tahap II(2)
1. Test lidocain 2% 0.1 cc intracutan dan dibaca setelah 15 menit
2. Diberikan dipenhydramin 1 cc (10 mg) dan sulfas atropine 2 amp
(0.5 mg) intramuscular dan ditunggu selama 30 menit
3. Lepas gigi palsu kalau ada (agar tidak tertelan saat penderita batuk,
selama dilakukan tindakan bronkhoskopi)
4. Sesudah 30 menit dilakukan lokal anestesi dengan pemberian
xylocain spray 10% pada pangkal lidah dengan dosis tidak boleh
lebih dari 20 kali semprotan
12
13
Komplikasi
Pada umumnya FOB mempunyai batas keamanan yang tinggi
dengan angka mortaliti 0-0,4 % dengan komplikasi mayor (perdarahan
pada waktu dilakukan biopsi, depresi pernafasan, henti jantung, aritmia,
dan pneumotoraks) < 1 % pada waktu tindakan bronkoskopi. (5)
a. Komplikasi akibat premedikasi. (5)
b.
1)
Depresi pernapasan
2)
Hypotensi
3)
Sinkope
4)
Henti napas
Spasme laring
2)
Methemoglobinemia
Spasme laring
2)
Gagal napas
3)
Pneumonia
4)
Pneumothorax
5)
Perdarahan
6)
7) Takikardi
14
2.9.
Interpretasi
Pada saat melakukan bronkoskopi, ada beberapa keadaan yang
dapat dijumpai, seperti: (6)
a. Normal
Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi tidak dijumpai kelainan
pada mukosa ataupun cabang-cabang bronkus. (6)
b. Inflamasi
Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya bronkitis kronis)
ataupun lokal (akibat benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara
akut (misalnya radang paru yang berhubungan dengan segmental)
maupun kronis (misalnya tuberkulosis). (6)
Perubahan peradangan meliputi: (5)
1)
2)
Pembengkakan (swelling)
Pada peradangan ringan, tampak sedikit pinggir dari karina
tumpul dan buram atau kehilangan kontur sehingga tulang
rawan bronkial menonjol. Pada peradangan yang parah terjadi
penyempitan mukosa.
3)
Sekresi
Mukosa yang normal hanya sedikit menghasilkan lendir yang
berguna untuk pembersihan. Pada waktu peradangan, sekresi
menjadi banyak dan sifat sangat bervariasi, misalnya mukoid,
tebal dan mukus yang kental (bronkitis kronis), Mukus berupa
plague (asma), pus/nanah (infeksi berat).
4)
15
5)
Tuberkulosis
Dijumpai peradangan pada endobronkial, distorsi pada lumen
trakea/bronkus yang disebabkan limfadenofati ekstrabronkial.
c. Tumor
Gambaran bronkoskopi pada tumor, pembesaran kelenjar getah
bening atau metastasis dapat dijumpai tiga perubahan utama, yaitu :
1. Distorsi anatomi oleh karena adanya tekanan eksternal pada
trakeo bronkial, biasanya disebabkan oleh limfadenopati
sekunder berupa pelebaran sudut karina, pembengkakan pada
dinding trakea/bronkus utama
2. Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau
ulserasi dari mukosa pada sebagian atau seluruh lumina
3. Pertumbuhan intraluminer mungkin merupakan awal dari
intralumen itu sendiri, dijumpai pelebaran atau ruptur dari
kelenjar
limfe
sekunder
melalui
dinding
bronkial.
16
17
BAB III
KESIMPULAN
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang
tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi
adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut
bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang
dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan
memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop,
sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam
tubuh.
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah.
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis, sebagai terapeutik serta pre operatif/post operasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Vachani A, Seijo L. Sterman D. In Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, et al,
editors. Fishmans pulmonary diesease and disorders. New York : McGrawHill Companies.2008
19