A. Pengertian Bronkoskopi
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani: broncho yang berarti batang
tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi adalah
pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut bronkus. Lebih
khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang dilakukan oleh dokter yang
mempunyai kompetensi di bidangnya dengan memeriksa bronkus atau percabangan paruparu untuk tujuan diagnostik dan terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter
menggunakan bronkoskop, sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan
organ dalam tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi,
dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku (rigid) atau Fiber Optic Bronchoscopy (FOB).
Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan
bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku
(Smeltzer; 2001).
Bronkoskopi merupakan pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui
bronkoskop serat optik fleksibel dan sempit, yang dilakukan untuk memperoleh sapel biopsi
dan cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat plak lender atau banda asing yang
menghambat jalan napas (Potter & Perry:2005).
B. Jenis Bronkoskopi
Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi, saat ini dikenal dua macam
bronkoskopi, yaitu Rigid Bronkoskopi (Pipa Kaku) dan Fiber Optik Bronkhoskopi (Serat
Optik).
1. Rigid Bronkoskopi ( Pipa Kaku )
Menurut Smeltzer (2001), bronkoskopi adalah selang logam berongga dengan cahaya
pada ujungnya: panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk dewasa biasanya
berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dinding bronkoskop
berkisar 2-3 mm. Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan dengan penderita di bawah anestesi
umum. Tindakan ini harus dilakukan oleh bronchoscopist yang berpengalaman di ruang
operasi. Bronkoskopi rigid diindikasikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar
dimana dengan FOB tidak dapat dilakukan. Keuntungan dari penggunaan bronkoskop rigid
adalah lebih mudah untuk menilai dan mendiagnosis pita suara, kelainan saluran: pernapasan
atas, atau trakea. Indikasi umum lainnya adalah:
D. Indikasi Bronkoskopi
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnosis,
sebagai terapeutik serta evaluasi pre operatif / post operasi.
1. Indikasi Diagnostik
Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:
Batuk
Batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya
Wheezing lokal dan stridor
Gambaran foto toraks yang abnormal
Obstruksi dan atelektasis Adanya benda asing dalam saluran napas
Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
Karsinoma bronkhus Ada bukti sitologi atau masih tersangka
Penentuan derajat karsinoma bronkus
Follow up karsinoma bronkus
2. Indikasi Terapi
Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:
Mengeluarkan
sekret/gumpalan
mukus
yang
tertahan
penyebab
atelektasis,
Asma berat
Hiperkarbia berat
Koagulopati yang serius
Obstruksi trakea
F. Komplikasi Bronkoskopi
Pada umumnya FOB mempunyai batas keamanan yang tinggi dengan angka mortaliti
0-0,4 % dengan komplikasi mayor (perdarahan pada waktu dilakukan biopsi, depresi
pernafasan, henti jantung, aritmia, dan pneumotoraks) < 1 % pada waktu tindakan
bronkoskopi.
1.Komplikasi akibat premedikasi
Depresi pernapasan
Hypotensi
Sinkope
Henti napas
Spasme laring
Methemoglobinemia
Spasme laring
Gagal napas
Pneumonia
Pneumothorax
Perdarahan Henti jantung (cardiac arrest)
Takikardi
G. Premedikasi Bronkoskopi
Tindakan premedikasi sangat dianjurkan untuk semua penderita yang akan dilakukan
bronkoskopi, kecuali pada penderita yang tidak sadar atau penderita yang sudah terpasang
endotrakeal tube.
1. Tujuan premedikasi
a. Tujuan umum
Untuk mengurangi rasa takut atau nyeri dan dengan aktif akan memberikan
ketenangan pada penderita. Obat ini bekerja secara sentral dan amnestik (agar
penderita amnesia).
b. Tujuan khusus
bronkhospasme.
Dapat mengurangi kemungkinan timbulnya keracunan pada sistem nervus sentral
karena obat-obat anestesi.
2. Obat-obat premedikasi
a. Sulfas Atropin; diberikan dengan dosis 0.5 mg, dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan
keperluan, diberikan 30 menit sebelum dilakukan bronkoskopi dengan tujuan untuk :
b. Dipenhydramin
e. Persiapan penunjang
b. Meja instrument
c. Obat-obat emergency
Pethidin
Adrenalin
Kalmetason
Midazolam
Aminophylin
Valium
Cairan infus
Surflo
Transfusi set
Alupent
Epidrim
Transamin
Oxymeter
Oksigen
Suction
2 buah mangkok berisi larutan tepol dan aquades (untuk mencuci alat
bronkhoskopi).
J. Pelaksanaan Bronkoskopi
7
1. Tahap I
a. Diberikan motivasi tentang tujuan dan akibat yang mungkin timbul dari tindakan
bronkoskopi, diharapkan penderita kooperatif agar tindakan ini berhasil secara maksimal.
b. Menandatangani surat persetujuan tindakan, baik oleh penderita maupun keluarganya.
c. Ukur gejala cardinal ( tekanan darah, nadi).
2. Tahap II
a. Test lidocain 2% 0.1 cc intracutan dan dibaca setelah 15 menit.
b. Diberikan dipenhydramin 1 cc (10 mg) dan sulfas atropine 2 amp (0.5 mg)
intramuscular dan ditunggu selama 30 menit.
c. Lepas gigi palsu kalau ada (agar tidak tertelan saat penderita batuk, selama dilakukan
tindakan bronkoskopi).
d. Sesudah 30 menit dilakukan lokal anestesi dengan pemberian xylocain spray 10%
pada pangkal lidah dengan dosis tidak boleh lebih dari 20 kali semprotan
e. Instilasi lidocain 2% sebanyak 4-6 cc pada plika vokalis dan trakea. Pemakaian
lidocain tidak boleh lebih dari 400 mg.
f. Penderita ditidurkan dimeja operasi dengan posisi terlentang dan mata ditutup dengan
mitella.
g. Dipasang oxymeter untuk memonitor nadi dan saturasi oksigen
h. Diberikan oksigen 2 litet per menit melalui nasal kanul.
i. Mouth piece (pengaman gigi) dipasang, selanjutnya operator memasukkan ujung
bronkoskop yang sudah diolesu jelly (lubricating gel) kedalam mulut melalui mouth
piece.
j. Posisi perawat berdiri disebelah kiri penderita dan dokter untuk memudahkan
membantu pelaksanaan tindakan tersebut.
k. Skop masuk malalui plika vokalis, trakea, karina utama, bronkhus dan cabangcabangnya.
l. Pada cabang bronkhus yang diduga ada kelainan dilakukan pengambilan spesimen
dengan cara :
ditancapkan ke jaringan tersebut dan ditutup (sesuai aba-aba operator). Hal ini
tepol melalui channel. Jika sebelumnya channel dipakai biopsi, maka bersihkan dengan
memakai sikat khusus terlebih dahulu.
b. Usap/lap dengan air bersih (aquadest) beberapa kali, lalu hisap aquadest untuk
membersihkan bagian dalam bronkoskop.
c. Rendam dalam larutan cidex selama 15-20 menit, lalu bilas dengan aquadest.
d. Keringkan dengan cara tetap menghubungkan alat bronkoskopi dengan alat penghisap
(suction) beberapa menit sampai cairan dalam channel tersedot seluruhnya.
e. Simpan dengan cara menggantung alat bronkoskopi dilemari khusus dengan sinar ultra
violet selama sampai 1 jam.
Perhatian :
a. Alat bronkoskopi tidak boleh ditekuk, karena serat optik bisa putus yang
menyebabkan gambar tidak terang
b. Perendaman didalam larutan cidex tidak boleh terlalu lama, karena bronkoskopi
bagian luar akan menjadi kasar dan bisa menyebabkan iritasi mukosa saluran napas.
L. Pemerikasaan Laboratorium
Tindakan bronkoskopi biasanya ada specimen-specimen yang diperiksa di
laboratorium, yaitu:
1. Bahan sedian langsung ; terdiri dari pemeriksaan kultur, Aerob, Anaerob, Micobacterium
TB, Smear, BTA, Gram.
2. Bahan sitologi dan fiksasinya ; Aspirasi biopsi fiksasi alkohol 90%, Bronkhial washing
fiksasi alkohol 70%, Bronkhial brushing fiksasi alkohol 70%,
3. Bahan histologi dan fiksasinya; Biopsi forcep dengan fiksasi formalin 6-10%, keadaan
tersebut sesuai dengan permintaan laboratorium yang memeriksa.
M. Kriteria Penampakan Gambaran Bronkoskopi
Pada saat melakukan bronkoskopi, ada beberapa keadaan yang dapat dijumpai,
seperti:
1. Normal ; Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi tidak dijumpai kelainan pada mukosa
ataupun cabang-cabang bronkus.
2. Inflamasi ; Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya bronkitis kronis) ataupun
lokal (akibat benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara akut (misalnya radang paru yang
10
Hiperemis dan peningkatan vaskularisasi dari mukosa (berwarna gelap atau merah
muda atau bahkan merah). Mukosa bronkus normal berupa palepink atau berwarna
merah kuning.
Pembengkakan (swelling); Pada peradangan ringan, tampak sedikit pinggir dari karina
tumpul dan buram atau kehilangan kontur sehingga tulang rawan bronkial menonjol.
bronkiol.
Tuberkulosis; Dijumpai peradangan pada endobronkial, distorsi pada lumen
oleh
limfadenopati
sekunder
berupa
pelebaran
sudut
karina,
11
sumber perdarahan.
Benda asing; Benda asing sering menyebabkan peradangan lokal, bahkan
menyebabkan infeksi yang luas dan kerusakan pada bronkial dan jaringan paru distal
12
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses dan Praktik Edisi
4.Jakarta:EGC.
Smeltzer,S.danBare,B.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8:Volume 1.Jakarta:EGC
13