Anda di halaman 1dari 2

Mekanisme batuk dan bersin

1. Batuk dan bersin

a. Mekanisme refleks batuk


Broncus dan trakea sangat sensitif terhadap sentuhan yang sangat halus, bahkan
benda-benda asing yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan iritasi
sehingga menyebabkan batuk. Laring dan carina (tempat bercabangnya trakea
menjadi bronchi) adalah bagian tersensitif, sementara bronchiolus terminalis
hingga ke alveolus sangat sensitif terhadap zat korosif, misalnya sulfur dioxide
atau gas chlorine. Impuls saraf aferen dari saluran pernafasan umumnya melalui
nervus vagus, yang diteruskan ke medulla otak. Oleh karena itu, beberapa
urutan kejadian mekanisme batuk dipicu oleh rangkaian neuron yang ada di
medulla otak, dengan urutan sebagai berikut:
(1) sebanyak 2.5 liter udara secara cepat diinspirasi.
(2) Epiglottis menutup, dan pita suara menutup secara erat untuk menahan
udara agar tidak keluar dari paru-paru.
(3) Otot-otot abdominal berkontraksi secara kuat, sehingga dapat mendorong
diafragma; bersamaan dengan itu, otot-otot ekspirasi (misalnya m.
intercostalis interna) juga berkontraksi secara kuat. Akibatnya, tekanan di
dalam paru-paru meningkat secara drastis, hingga pada tekanan 100
mmHg atau lebih.
(4) Pita suara dan epiglottis secara cepat membuka, menyebabkan udara yang
bertekanan tinggi dari paru-paru meledak ke luar.
Oleh karena itu, kadang-kadang udara dapat dikeluarkan dari paru secepat 75-
100 mph karena mekanisme batuk ini. Kompresi yang kuat oleh paru-paru ini
menyebabkan kolapsnya bronchi dan trachea, akibatnya, struktur non-kartilago
yang mereka miliki menjadi cekung ke dalam. Udara yang keluar secara cepat ini
biasanya juga mengandung benda-benda asing yang ada di bronchi ataupun
trachea.

(Hall, 2006)

b. Respon refleks bersin


Mekanisme terjadinya refleks bersin sebetulnya mirip dengan batuk, namun
pada bersin, mekanisme utama terjadi pada rongga hidung. Stimulus yang
merangsang terjadinya bersin mengiritasi bagian nasal; impuls aferen
dihantarkan melalui nervus V menuju medulla, tempat di mana reflex dapat
dipicu. Serangkaian mekanisme selanjutnya sama dengan batuk, namun pada
bersin, terjadi depresi pada uvula, sehingga banyak udara yang keluar melalui
hidung; hal ini dapat membersihkan saluran hidung dari benda asing.
Istinsyaq

c. Istinsyaq

Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung, melalui rongga


hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fungsinya untuk
mensucikan selaput dan lendir hidung yang tercemar oleh udara kotor dan
juga kuman.Selama ini kita ketahui selaput dan lendir hidung merupakan
basis pertahanan pertama pernapasan.
Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) dapat dicegah.

Penelitian ilmu modern yang dilakukan oleh tim kedokteran Universitas


Aleksandria membuktikan bahwa kebanyakan orang yg berwudhu secara
kontinyu, maka hidung mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan
mikroba. Tidak diragukan lagi bahwa lubang hidung merupakan tempat yg
rentan dihinggapi mikroba dan virus, tetapi dengan membasuh hidung secara
kontinyu den melakukan istinsyaq (memasukan dan mengeluarkan air ke dan
dari hidung di saat berwudhu), maka lubang hidung menjadi bersih dan
terbebas dari radang dan bakteri, dan ini mencerminkan kesehatan tubuh
secara keseluruhan. Proses ini dapat menjaga manusia akan bahaya
pemindahan mikroba dari hidung ke anggota tubuh yg lain

Sumber :

Mukjizat Gerakan Sholat oleh dr. Sagiran, M.Kes, Sp.B

Komplikasi rinitis alergi yang paling sering adalah:

- Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: akumulasi sel-sel inflamasi


yang luar biasa banyaknya, hiperplasia epitel, hiperplasia sel goblet, dan
metaplasia skuamosa.
- Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak
- Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus
paranasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa
yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi
dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan
pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan
rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh
mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat
sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006)

Anda mungkin juga menyukai