Anda di halaman 1dari 2

Caya-gaya kohesif antara molekul-molekul air sedemikian kuat sehingga jika alveolus hanya dilapisi

oleh air maka tegangan permukaan akan sedemikian besar sehingga paru kolaps. Gaya recoil yang
ditimbulkan oleh serat elastin dan tingginya regangan permukaan akan melebihi gaya yang
meregangkan yang ditimbulkan oleh gradien tekanan transmural. Selain itu, compliance paru akan
sangat rendah sehingga diperlukan kontraksi orot yang melelahkan untuk meregangkan dan
mengembangkan alveolus.

Terdapat dua faktor yang melawan kecenderungan alveolus kolaps


sehingga stabilitas alveolus dapat dipertahankan dan kerja bernapas berkurang. Keduanya adalah
surfaktan paru dan alveolar interdependence. Tegangan permukaan air murni yang sangat besar
normalnya dilawan oleh surfaktan Paru.

Surfaktan paru adalah suatu campuran kompleks lemak dan protein yang dikeluarkan oleh sel
alveolus tipe II. Campuran ini terselip di antara molekul-molekul air di cairan yang melapisi bagian
dalam alveolus dan menurunkan tegangan permukaan alveolus, karena gaya kohesif antara sebuah
molekul air dan molekul surfaktan paru di dekatnya sangat rendah. Dengan menurunkan tegangan
permukaan alveolus, surfaktan paru memberi dua manfaat penting:
(1) bahan ini meningkatkan compliance paru, mengurangi kerja untuk mengembangkan paru; dan
(2) bahan ini memperkecil kecenderungan paru :untuk recoil sehingga paru tidak mudah kolaps.

Peran surfaktan paru dalam mengurangi kecenderungan alevolus mengalami recoil sehingga
mencegah alveolus kolaps, penting untuk membantu mempertahankan stabilitas paru.

Pembagian paru menjadi kantung-kantung udara kecil yang sangat banyak menghasilkan permukaan
yang sangat luas unntuk pertukaran O, dan CO, tetapi hal ini juga menimbulkan masalah dalam
mempertahankan stabilitas seluruh alveolus tersebut. Ingatlah bahwa tekanan yang dihasilkan oleh
tegangan permukaan alveolus memiliki arah ke dalam, memeras udara di alveolus. Jika anda
memandang alveolus sebagai gelembung bulat, menurut hukum LaPlace, besar tekanan ke arah
dalam yang cenderung menyebabkan alveolus kolaps berbanding lurus dengan tegangan permukaan
dan berbanding terbalik dengan jari-jari gelembung:

P = 2T/r

di mana
P = tekanan ke arah dalam yang menyebabkan kolaps

T = tegangan permukaan

r = jari-jari gelembung (alveolus)

Karena tekanan untuk kolaps berbanding terbalik dengan jari-jari maka semakin kecil alveolus
semakin kecil jari-jarinya dan semakin besar kecenderungannya untuk kolaps pada tegangan
permukaan yang sama. Karena itu, jika dua alveolus dengan ukuran berbeda tetapi tegangan
permukaannya sama dihubungkan oleh saluran udara yang sama maka alveolus yang lebih kecil-
karena menghasilkan tekanan ke dalam yang lebih besar-cenderung kolaps dan mengosongkan
udara di dalamnya ke alveolus yang lebih besar
Namun, dalam keadaan normal alveolus kecil tidak koIaps dan mengembungkan alveolus besar,
karena surfaktan paru lebih menurunkan tegangan permukaan alveolus kecil daripada alveolus
besar. Surfaktan paru menurunkan tegangan permukaan dengan derajat lebih besar pada alveolus
kecil dibandingkan alveolus besar karena molekul-molekul surfaktan terletak lebih berdekatan di
alveolus kecil. Semakin besar suatu alveolus, semakin tersebar molekul-molekul surfaktannya dan
semakin kecil efek molekul-molekul tersebut dalam menurunkan tegangan permukaan. Penurunan
tegangan permukaan yang dipicu oleh surfaktan pada alveolus kecil mengalahkan efek jari-jari kecil
alveolus tersebut dalam menentukan tekanan ke arah dalam. Karena itu, keberadaan surfaktan
menyebabkan tekanan penyebab kolaps alveolus kecil menjadi setara dengan yang terdapat di
alveolus besar dan memperkecil kecenderungan alveolus kecil kolaps dan menyalurkan isinya ke
alveolus besar.

Dengan demikian, surfaktan paru membantu menstabilkan ukuran alveolus serta membantu
alveolus tetap terbuka dan ikut serta dalam pertukaran gas.

Referensi: Sherwood, lauralee.2011.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jilid 6. Jakarta:EGC.Hal 513-


514.

Anda mungkin juga menyukai