Oleh :
Kelompok 5
D-IV Keperawatan Tingkat II
(P07120214004)
(P07120214014)
(P07120214018)
(P07120214023)
(P07120214039)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul " Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bronkiektasis" mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah di Politeknik Kesehatan Denpasar tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................
3
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................
4
1.5 Metode Penulisan.....................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Bronkiektasis....................................................................................
5
1. Pengertian Bronkiektasis......................................................................................
5
2. Etiologi Bronkiektasis.........................................................................................
5
3. Tanda dan Gejala Bronkiektasis...........................................................................
6
4. Pathofisiologi Bronkiektasis.................................................................................
7
5. Manifestasi Klinis Bronkiektasis..........................................................................
9
3
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan secara normal. Pada makalah ini akan dijelaskan bagaimana Konsep Dasar
dari Penyakit Bronkiektasis dan bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Bronkiektasis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit Bronkiektasis ?
1. Bagaimanakah Pengertian dari Penyakit Bronkiektasis?
2. Bagaimanakah Etiologi dari Penyakit Bronkiektasis?
3. Bagaimanakah Tanda dan Gejala dari Penyakit Bronkiektasis?
4. Bagaimanakah Patofisiologi dari Penyakit Bronkiektasis?
5. Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari Penyakit Bronkiektasis?
6. Bagaimanakah
Pemeriksaan
Diagnostik
dari
Penyakit
Bronkiektasis?
7. Bagaimanakah Penatalaksanaan dari Penyakit Bronkiektasis?
1.2.2 Bagaimanakah Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Penyakit Bronkiektasis?
1. Bagaimanakah Pengakajian dari pasien dengan Penyakit
Bronkiektasis?
2. Apasajakah Diagnosa yang ada pada Penyakit Bronkiektasis?
3. Bagaimanakah Intervensi dari Penyakit Bronkiektasis?
4. Bagaimanakah implementasi dari Penyakit Bronkiektasis?
5. Bagaimanakah evaluasi dari Penyakit Bronkiektasis?
mampu
memahami
dan
mengetahui
Pemeriksaan
BAB II
PEMBAHASAN
Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau
tidak ada gejala sama sekali (Bronkiektasis ringan)
Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih
200-300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat
badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak
nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah, dan
batuk darah
Sesak nafas
Bronkiektasis
Lelah
Wheezing
Pucat
Demam berulang
Obstruksi saluran nafas
Ronkhi
Pnumoni berulang
Terkumpulnya sekret
Kerusakan permanen pada dinding bronkus
2.1.4 Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot dan elastin
Hipertermi
Kerusakan bronkus yang menetap
Tekanan intra pleura lebih negativ dari
7
Resiko infeksi
11
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran Radiologis
- Foto thorax
12
Ring shadow
Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat
mencapai diameter 1 cm). dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin
sehingga membentuk gambaran honeycomb appearance atau bounches
of grapes. Bayangan cincin tersebut menunjukkan kelainan yang terjadi
pada bronkus.
13
Tramline shadow
Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru.
Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal
yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini
sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline
shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah
parahilus.
Gambar
6.
Tramline
terlihat
diantara
shadow
bayangan
jantung
14
Tubular shadow
Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat
mencapai 8 mm. gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus
yang penuh dengan sekret. Gambaran ini jarang ditemukan, namun
gambaran ini khas untuk bronkiektasis.
- Bronkografi
Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media
kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP,
Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya
bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis yang
dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler (kistik) dan
varikosis.
15
Pemeriksaan
bronkografi
juga
dilakukan
pada
penderita
- CT-Scan thorax
CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang
terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari
foto thorax dan melihat letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat
pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas
sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.
CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan
penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus
mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah
diperlukan pembedahan.
Gambar 8. CT-Scan Thorax menunjukkan adanya dilatasi bronkus pada lobus inferior kiri.
16
b. Patologi Anatomi
Terdapat berbagai variasi bronkiektasis, baik mengenai jumlah atau
luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit.
Perubahan morfologis bronkus yang terkena
a. Dinding bronkus
Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa
proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan ireversibel. Pada
pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan berbagai tingkatan
keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan
bronkus yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus
juga elemen-elemen elastis.
b. Mukosa bronkus
Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel
epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa, dan
terjadi sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi
infeksi akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan
pernanahan.
c. Jaringan paru peribronkial
Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara
lain berupa pneumonia, fibrosis paru atau pleuritis apabila
prosesnya dekat pleura. Pada keadaan yang berat, jaringan paru
distal bronkiektasis akan diganti jaringan fibrotik dengan kistakista berisi nanah.
Variasi kelainan anatomi bronkiektasis
Pada tahun 1950, Reid mengkasifikasikan bronkiektasis
sebagai berikut :
17
Pengobatan simtomatik
a. Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat bronkodilator.
b. Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.
c. Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik.
d. Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan antipiretik.
Pengobatan Pembedahan
18
Pengkajian
Sress emosional
Polusi udara
19
Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi
Tes hemoglobolin.
EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.
2.2.2
Diagnosa
20
2.2.3
Interven
si
Rencana Keperawatan
No.
Dx
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Resiko Infeksi
NOC
NIC
Definis : Mengalami Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi
1 Bersihkan lingkungan setel
peningkatan
resiko keperawatan selama . X
dipakai px lain
terserang
organisme 24 jam diharapkan status
2 Pertahankan teknik isolasi
patogenik
kekebalan px meningkat 3 Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor resiko:
4 Instruksikan pada pengunju
dengan KH :
1 Penyakit kronis :
1 Klien bebas dari tanda
untuk mencuci tangan sa
DM dan Obesitas
dan gejala infeksi
berkunjung dan setelah berkunju
21
Pengetahuan
yang 2
Mendeskripsikan proses
,
meninggalkan px
Gunakan sabun
penularan
menghindari
faktor
pemanjangan
memengaruhi penularan
patogen
Pertahanan
serta penatalaksanaannya 7
Menunjukkn
tubuh 3
penyakit
yang
kemampuan
adekuat : gangguan
mencegahtimbunya
peritalsis, kerusakan
4
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan
kulit
(pemasangan kateter
IV, prosedur invasif)
, perubahan sekresi
pH, penurunan kerja
siliaris,
pecah
petunjuk
perilaku 10 Gunakan kateter intermiten u
hidup sehat
menurunkan
lama,
merokok,
stasis
jaringan
mis,
trauma
destruksi
jaringan)
Ketidak adekuatan
pertahanan sekunder
:
penurunan
Hb,
imunosupresan (mis.
Imunitas
perlu
farmaseutikal
termasuk
kandu
infection
protecti
infeksi
16 Pertahankan teknik aseptik pd p
yg beresiko
17 Pertahankan teknik isolasi k/p
18 Berikan perawatan kulit pada ar
epidema
19 Inspeksi
mukosa
didapat
infeksi
kemih
11 Tingkatkan intake nutrisi
12 Berikan terapi antibiotik bi
untuk 8
integritas
antimikro
20
21
22
23
kulit
dan
terhadap
membr
kemeraha
22
imunosupresan,stero
24 Instruksikan
id,
antibodi
monoklonal,
inflamasi)
Vaksinasi
adekuat
Pemajangan
terhadap
respon
NIC :
patogen
Airway Suction
1
meningkat : wabah
Prosedur invasif
Malnutrisi
Ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
untuk
membersihkan
obstruksi
Respiratory
status
Ventilation
status
Aspiration Control
saluran pernafasan
untuk
mempertahankan
(mampu
kebersihan
klien
Berikan
nafas
O2
menggunakan
nasal
memfasilitasi
atau Mendemonstrasikan
dari
Minta
dala
kriteria hasil :
jalan
oral
Airway patency
ketidakmampuan
kebutuhan
Respiratory
Definisi :
Pastikan
tracheal suctioning
NOC :
sekresi
minu
tidak
lingkungan
7
8
utk
imunomudulator,suo
resi
px
deng
unt
sucti
nasotrakeal
6
mengeluarkan
nafas.
Batasan
lips)
23
Karakteristik :
Perubahan frekuensi
pernafasan
napas
rentang
nafas,
ada
Perubahan irama
Ajarkan
suara
bagaima
nafas
menunjukkan
apabila
pasi
bradikard
abnormal)
Mampu
mencegah
keluarga
tidak
mengidentifikasikan dan
mengeluarkan suara
dalam
normal,
Sianosis
frekuensi
napas
Airway management :
1
Buka
jalan
napas,
gunak
faktor
bila perlu
penyebab.
2
Penurunan bunyi
Posisikan
pasien
unt
memaksimalkan ventilasi
napas
3
Dipsneu
perlun
buatan
yang berlebihan
Orthopneu
Gelisah
7
pasien
efektif
Identifikasi
Faktor
yang
faktor
berhubungan :
Lingkungan :
-
Perokok pasif
Mengisap asap
11 Atur
intake
untuk
cair
mengoptimalkan keseimbanga
Merokok
Obstruksi
jalan
napas :
-
Spasme
jalan
napas
-
Mokus
dalam
jumlah berlebihan
-
Eksudat
dalam
jalan alveoli
-
Materi
asing
Adanya
jalan
napas buatan
NOC
Respiratory status
: ventilation
Sekresi
bertahan/sisa
: airway patency
sekresi
-
Sekresi
bronki
Fisiologis :
Respiratory status
NIC
Peripheral
Sensatio
Management (Manajeme
dalam
sensasi perifer)
Airway Management :
1
Buka
jalan
napas,
gunak
25
Jalan
napas
alergik
-
Asma
Penyakit
paru
Disfungsi
neuromuscular.
paten
pasien
perlun
buatan
Identifikasi
bernafas dengan
Menunjukkan
Definisi : inspirasi
unt
Infeksi
pola napas
pasien
sputum, mampu
tidak
tercekik,
nafas,
klien
atau suction
merasa
irama
frekuensi
pernafasan dalam
rentang
normal,
nafas abnormal )
Batasan
Karakteristik :
dalam
Perubahan kedalaman
normal ( tekanan
pernafasan
darah,
ekskursi
dada
mengeluarkan
Ketidakefektifan
Posisikan
memaksimalkan ventilasi
dyspneu ( mampu
Hyperplasia
Perubahan
dinding bronchial
bila perlu
obstruksi kronik
-
rentang
11 Atur
intake
untuk
cair
mengoptimalkan keseimbanga
nadi,
pernafasan )
titik
2
Bradipneu
Penurunan
paten
tekanan
ekspirasi
Penurunan
ventilasi
semenit
Penurunan
kapasitas
hipoventilasi
vital
Monitor
adanya
kecemas
Dipsneu
Peningkatan diameter
anterior-posterior
Pernafasan
cuping
darah
hidung
Ortopneu
Monitor
VS
saat
pasi
Fase
ekspirasi
memanjang
Auskultasi
TD
pada
ked
Pernafasan bibir
Takipneu
Gangguan
otot
aksesorius
untuk
bernapas
Factor
berhubungan :
pernapasan
yg
NOC
Thermoregulation
Monitor
pola
27
pernapas
Ansietas
Posisi tubuh
kriteria hasil :
Suhu
Nadi
dinding
dada
Keletihan
Hiperventilasi
dalam
rentang normal
Deformitas tulang
Deformitas
tubuh
abnormal
dan
RR
10 Monitor
suhu,
warna,
kelembapan kulit
dalam
rentang normal
ada
perubahan
pusing
13 Identifikasi
penyebab
da
Sindrom hipoventilasi
Gangguan
NIC
musculoskeletal
Fever treatment
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi
neuromuscular
Obesitas
Nyeri
Keletihan
pernapasan
otot
cedera
medulla spinalis.
Monitor
suhu
seseri
mungkin
2
Monitor IWL
Berikan
pengobatan
unt
Selimuti pasien
28
Hipertermia
:
mencegah
suhu
menggigil.
Definisi
peningkatan
pengobatan
unt
terjadin
Temperature regulation
1
Batasan
karakteristik :
2
Konvusi
Kulit kemerahan
Rencanakan monitoring su
secara kontinyu
Peningkatan suhu
tubuh
Monitor
diatas
kisaran normal
tanda-tan
Takikardi
Takipnea
Faktor-faktor yang
Selimuti
pasien
mencegah
unt
hilangn
kehangatan tubuh
8
29
berhubungan :
Anastesia
Penurunan
respirasi
suhu
Dehidrasi
Pemajanan
dari kedinginan
lingkungan yang
terjadinya
panas
penanganan emergency
Penyakit
Pemakaian pakaian
keletihan
diperlukan
11 Ajarkan
indikasi
da
yang diperlukan
dengan suhu
lingkungan
Peningk
atan
laju
Catat
metaboli
adanya
fluktua
tekanan darah
sme
3
Medikasi
Trauma
Aktivitas
berlebihan
Monitor
VS
saat
pasi
Monitor
TD,
nad,
30
Monitor
pola
pernafas
abnormal
peningkat
sistolik )
13 Identifikasi
penyebab
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan
pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien
mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat.
31
da
2)
3)
4)
5)
6)
b. Fase intervensi:
1)
2)
3)
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1) Sources Oriented Records (SOR)
2) Problem Oriented Records (POR)
32
evaluasi
yang
dilaksanakan
segera
setelah
perencanaan
33
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit bronkiektasis adalah:
1. Tidak ada gangguan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
sekret
batuk
tidak
efektif,
infeksi
bronkopulmonal.
2. Tidak ada gangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan
napas terganggu akibat spasme otot otot pernapasan , penekanan dinding
paru, penurunan ekspansi paru.
3. Tidak terjadi hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
(proses penyakit).
4. Tidak ada resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer ( kerusakan pada jaringan otot dan elastin ).
Hal ini sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan
tindakan.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa
bronkiektasis merupakan suatu kondisi dimana jalan napas mengalami pelebaran
abnormal. Pelebaran ini disebabkan oleh adanya blokade mukus. Blokade mukus
yang semakin lama semakin banyak terkumpul di jalan napas mengakibatkan
bakteri dapat tumbuh dan mengakibatkan terjadinya infeksi.
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus
pada penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi
tersering adalah H.influenza dan P. Aeruginosa. infeksi oleh bakteri lain, seperti
Klebsiela dan staphylococus Aureusdisebabkan oleh absen atau terlambatnya
pemberian antibiotik pada pengobatan pneumonia. Bronkiektasis ditemukan
pula pada pasien dengan infeksi HIV atau virus lainnya, seperti adenovirus atau
virus influensa.
Beberapa tanda dan gejala dari bronkiektasis yaitu, pasien mengalami
sesak nafas, penurunan berat badan, mudah lelah, adanya suara nafas ronkhi
maupun wheezing, warna kulit kebiruan, pucat, bau mulut, dan terjadi demam
berulang. Manifestasi klinis dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi
sputum harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan.
Sputum yang bercampur darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari
kerusakan jalan nafas dengan infeksi akut.
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada pasien bronkiektasis antara
lain dengan melakukan foto thorax, bronkografi, dan CT-scan thorax.
Pentalaksanaan pada pasien bronkiektasis dapat dilakukan dengan cara
pengobatan konservatif dan pengobatan pembedahan.
3.2 Saran
35
Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan bagaimana cara
perawatan agar pada saat melakukan perawatan pada pasien yang mengalami
Ayu.
2012.
Bronkiektasis.
(Online).
Available: