Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Modul Keperawatan Medikal Bedah 1
Disusun oleh :
JAKARTA
DESEMBER / 2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul “Penyakit Paru Obstruktif
Kronik“ ini dengan lancar, selawat serta salam kami panjatkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah menjauhkan kita dari zaman kegelapan dan
membawa kita menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)......................................................2
2.1.1 Definisi.....................................................................................................2
2.1.2 Etiologi.....................................................................................................2
2.1.3 Patofisiologi.............................................................................................5
2.1.5 Manifestasi Klinis....................................................................................7
2.1.6 Klasifikasi................................................................................................7
2.1.7 Derajat PPOK..........................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................8
2.1.9 Penatalaksanaan.......................................................................................9
2.1.10 Asuhan Keperawatan...........................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................11
3.1 Simpulan..................................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
PPOK adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang
menyerang paru-paru dalam jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran
udara dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan bernapas
(Sembiring, 2018). PPOK juga dapat diartikan sebagai penyakit kronik yang
ditandai dengan adanya hambatan aliran udara di saluran pernapasan yang
tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini umumnya bersifat
progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi pulmonal terhadap
partikel atau gas berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema
sering ditemukan secara bersamaan, meskipun keduanya memiliki proses
yang berbeda (Kardiyudiani & Brigitta, 2019).
2.1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) yaitu:
1. Kebiasaan merokok
2
mukus di saluran pernapasan yang merupakan ciri patologis yang
konsisten dari bronkitis kronis.
2. Perokok Pasif
3. Bekas Perokok
( Indeks Brinkman = Jumlah rata-2 batang rokok /hr X lama merokok /th):
1. Ringan: 0 - 200
3. Berat: >600
(Cahyono, 2009)
3
2. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat
pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon,
aldehid dan ozon.
5. Pekerjaan
4
Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan keramik
yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu katun, debu
gandum, dan debu asbes, mempunyai risiko yang lebih besar daripada
yang bekerja di tempat selain yang disebutkan di atas.
a. Usia
Semakin bertambah usia semakin besar risiko menderita PPOK. Pada
pasien yang didiagnosa PPOK sebelum usia 40 tahun, kemungkinan besar
dia menderita gangguan genetik berupa defisiensi α1 antitripsin. Namun
kejadian ini hanya dialami < 1% pasien PPOK.
b. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK daripada wanita, mungkin ini
terkait dengan kebiasaan merokok pada pria. Namun ada kecenderungan
peningkatan prevalensi PPOK pada wanita karena meningkatnya jumlah
wanita yang merokok.
c. Adanya gangguan fungsi paru
Adanya gangguan fungsi paru-paru merupakan faktor risiko terjadinya
PPOK, misalnya defisiensi Immunoglobulin A (IgA/hypogammaglobulin)
atau infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis.
Individu dengan gangguan fungsi paru-paru mengalami penurunan fungsi
paru-paru lebih besar sejalan dengan waktu daripada yang fungsi parunya
normal, sehingga lebih berisiko terhadap berkembangnya PPOK.
Termasuk di dalamnya adalah orang yang pertumbuhan parunya tidak
normal karena lahir dengan berat badan rendah, ia memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami PPOK.
(Rehatta dkk, 2019)
5
2.1.3 Patofisiologi
Hambatan aliran udara yang progresif memburuk merupakan perubahan
fisiologi utama pada PPOK yang disebabkan perubahan saluran nafas secara
anatomi di bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru
dikarenakan adanya suatu proses peradangan atau inflamasi yang kronik dan
perubahan struktural pada paru. Dalam keadaan normal, radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan dan jumlah yang seimbang, sehingga bila
terjadi perubahan pada kondisi dan jumlah ini maka akan menyebabkan
kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan
kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pajanan
terhadap faktor pencetus PPOK yaitu partikel noxius yang terhirup bersama
dengan udara akan memasuki saluran pernapasan dan mengendap hingga
terakumulasi. Partikel tersebut mengendap pada lapisan mukus yang melapisi
mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas silia. Akibatnya pergerakan
cairan yang melapisi mukosa berkurang dan menimbulkan iritasi pada sel
mukosa sehingga merangsang kelenjar mukosa, kelenjar mukosa akan
melebar dan terjadi hiperplasia sel goblet sampai produksi mukus berlebih.
Produksi mukus yang berlebihan menimbulkan infeksi serta menghambat
proses penyembuhan, keadaan ini merupakan suatu siklus yang menyebabkan
terjadinya hipersekresi mukus. Manifestasi klinis yang terjadi adalah batuk
kronis yang produktif.
6
jenis sentri-asinar kelainan terjadi pada bronkiolus dan daerah perifer asinar,
yang erat hubungannya dengan asap rokok.
Bronkitis Kronis
Emfisema
7
sehingga dikenal dengan istilah “pink puffer”. Sebagian besar pasien PPOK
memiliki kombinasi bronkitis dan emfisema.
2.1.6 Klasifikasi
8
b) Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu
tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari
tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial.
c) Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal,
disertai kerusakan dinding alveolus.
(Udin, 2019)
(Padila, 2012)
9
Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis pasien, tes tersebut
diantaranya adalah:
a. Tes fungsi paru-paru. Spirometri adalah tes fungsi paru yang paling
umum. Selama menjalani tes ini pasien akan bernapas melalui tabung besar
yang terhubung ke mesin kecil yang disebut spirometer. Mesin ini mengukur
berapa banyak udara yang masuk ke paru-paru dan seberapa cepat pasien
dapat mengeluarkan udara dari paru-paru.
b. X-ray dada. Foto toraks dapat menunjukkan emfisema yang merupakan
salah satu penyebab PPOK.
c. CT scan. CT scan paru-paru dapat membantu mendeteksi emfisema dan
membantu menentukan apakah pasien membutuhkan prosedur operasi.
d. Analisis Gas Darah. Tes ini mengukur seberapa baik paru-paru membawa
oksigen ke dalam darahTes Laboratorium. Tes laboratorium dapat digunakan
untuk menentukan penyebab gejala PPOK (Davey, 2010)
2.1.9 Penatalaksanaan
10
periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda
pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat.
Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan
baik.
Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan
adrenergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau
ipratorium bromide 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan
nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.
c) Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4
x 0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
nafas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
Fisioterapi.
Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
Mukolitik dan ekspektoran.
Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe
II dengan PaO2<7,3kPa (55 mmHg).
(Djojodibroto, 2009)
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dengan pembahasan mengenai materi diatas dapat disimpulkan
bahwasanya PPOK merupakan penyakit paru yang menyebabkan obstruksi jalan
napas, termasuk emfisema dan asma. Penyakit ini paling sering disebabkan karena
paparan zat iritan kimia dari rokok. Tanda dan gejalanya biasanya batuk produktif
kronis, pembentukan sputum purulen, sesak napas, penurunan berat badan, dan
sebagainya. Hal yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit tersebut salah
satunya dengan edukasi pemberhentian mengonsumsi rokok. Dengan
diterapkannya hal tersebut, maka dapat mengurangi resiko tinggi terkena PPOK.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan makalah diatas, telah diketahui bagaimana
manifestasi klinis dan penyebab dari PPOK. Oleh karena itu, diharapkan kepada
pembaca (masyarakat) agar dapat mencegah dari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan PPOK.
12
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Suharjo B.2009. Gaya Hidup & Penyakit Modern. Yogyakarta: Kasinus
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2015. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex media
Komputindo
13