WAHAM
Disusun oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JUNI / 2021
1. Waham
A. Pengertian
B. Etiologi
1. Teori Biologis
(Keilat B, 2011).
D. Faktor Presipitasi
a) Faktor Biokimia
(Direja, 2011).
E. Kriteria Waham
2) Bersifat egosentrik
4) Tidak bisa dikoreksi dengan cara apapun, termasuk dengan cara apapun,
termasuk dengan cara logis dan realistik
5) Pasien hidup atau berpilaku menurut wahamnya
F. Jenis-Jenis Waham
1) Waham kebesaran
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan maladaptive dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang Respon
Neurobiologis
Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala gangguan proses
pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan, perawatan diri, emosi, gerakan
tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai, menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara
kasar.
1. Waham Kebesaran
a. DS : Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan lainnya
yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
b. DO :
2) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti
2. Waham Curiga
a. DS :
b. DO :
1) Klien tampak waspada
4) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti)
3. Waham Agama
b. DO :
3) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti)
4. Waham Somatik
a. DS :
b. DO :
2) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti)
5. Waham Nihilistik
b. DO :
2) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti)
6. Waham Bizar
a. Sisip Pikir :
1) DS :
a) Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam pikirannya
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
2) DO :
b. Siar Pikir
1) DS :
a) Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan yang
dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
2) DO :
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
c. Kontrol Pikir
1) DS :
2) DO :
h) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
I. Sumber Koping
Menurut Hernawati (2008), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien
dari pengalaman yang berhubungan dengan respon neurobiologist yang mal adaptif
meliputi :
1. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas.
2. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
4. Pada keluarga : mengingkari.
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi
seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa
pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan. (Stuart, 2013)
Koping individu dalam pelaksanaan tentu saja akan dipengaruhi atau bahkan
ditentukan oleh berbagai hal. Bergabai ahli menunjukan ketertarikan untuk meneliti
berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi koping Brehm & Kassin (1990)
berpendapat bahwa koping dipengaruhi oleh:
Pervin & John (1997) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
individu dalam melakukan koping adalah waham. Cara individu dengan kepribadian
introvert atau ekstrovert misalnya, jelas akan berbeda. Pada individu introvert dia akan
lebih memfokuskan pada koping yang mendukung kepribadiannya yang lebih melihat
ke dalam dirinya. Sedangkan individu yang yang ekstrovert akan memilih koping yang
lebih banyak melihat atau melibatkan hal hal yang diluar dirinya.
Menurut Sment, 1984 berpendapat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
bagaimana individu melakukan koping terhadap tekanan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Farmakoterapi
1) Anti Psikotik
a) Chlorpromazine
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri.
Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c) Haloperidol
2) Anti Parkinson
3) Anti Depresan
a. Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
b. Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata :
“Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui,” tanpa menyetujui
setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal
ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat
klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai
depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki
terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat
dilakukan.
3. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu
dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli
terapi dan membantu perawatan klien.
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan
(reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang
sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak berharga.
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar
pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak
merugikan orang lain.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah
pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik
masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri
dan orang lain.
(Yusuf, 2015)
3. Pohon Diagnosis
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, dalam Yusuf (2015) beberapa hal yang harus dikaji
antara lain sebagai berikut.
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan
yang dicapai.
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi
badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
f. Konsep Diri.
a) Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri sendiri.
b) Identitas diri
c) Peran Klien
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah lama di RSJ.
e) Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan negatif terhadapdiri
sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
g. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak haramonis.
a) Kegiatan Ibadah
Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.
i. Status Mental.
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas motorik klien,
alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan
berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
j. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia
rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
k. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke wahamnya,bicara
cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.
l. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang berlebihan.
m. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan melukai dan
mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau
dirinya sudah meninggal.
n. Interaksi Selama Wawancara
o. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham kebesaran biasanya : klien mempunyai keyakinan yang
berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
p. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis, flight of ideas, pengulangan kata-
kata.
q. Tingkat Kesadaran
Analisis Data
Diagnosa Keperawatan
− Anjurkan
mengungkapkan dan
memvalidasi waham.
− Anjurkan melakukan
rutinitas harian secara
konsisten.
− Jelaskan tentang waham
serta penyakit terkait, cara
mengatasi dan obat yang
diberikan
Kolaborasi
− Kolaborasipemberian obat
Harga Diri Rendah Kronis Setelah dilakukan intervensi Manajemen Perilaku
keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan harga diri − Identifikasi harapan untuk
meningkat dengan kriteria mengendalikan perilaku
hasil: Terapeutik
− penilaian diri posisi − diskusikan tanggung jawab
meningkatkan terhadap perilaku
− perasaan memiliki − jadwalkan kegiatan
kelebihan positif terstruktur
meningkatkan − ciptakan dan pertahankan
− perasaan tidak mampu lingkungan dan kegiatan
melakukan apapun perawatan konsisten setiap
menurun dinas
− meremehkan kemampuan − tingkatkan aktivitas fisik
mengatasi masalah sesuai kemampuan
menurun − batasi jumlah pengunjung
− bicara dengan nada rendah
dan tenang
− lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
− cegah perilaku pasif dan
agresif
− beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
− lakukan pengekangan fisik
sesuai indikasi
− hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
− hindari sikap mengancam
dan berdebat
− hindari berdebat atau
menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi
− informasikan keluarga
Bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kognitif
Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika
Kaplan HI, Sadock. 2010. Psikiatri Jilid II. Jakarta: Binarupa Aksara
Prakasa, A., & Milkhatun, M. 2020. Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan Proses Pikir
Waham dengan Menggunakan Algoritma C4.5 di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam
Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 2(1), 8-15. Diakses dari
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:98_XaqlexBUJ:scholar.google.co
m/+prevalensi+WAHAM&hl=id&as_sdt=0,5 . Pada tanggal 8 Juni 2021
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 6 Th Editon. St.
______Louis: Mosby Yeart Book.
Yusuf, A., dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba