Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA : WAHAM

Disusun oleh:

ARIFA PUTRI ISLAMIATI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

A. Konsep Teori

1. Pengertian

Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang

tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah

secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang

sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang

berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009). Gangguan isi pikir adalah

ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara

akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang

tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu

tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya,

serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan

tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan

berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan

menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan

psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada

10 isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi

kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam


hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan

perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan

alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

2. Proses terjadinya masalah

a. Predisposisi

 Biologi

Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak

yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai

dipahami, ini termasuk hal berikut :

1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak

yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal,

temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.

2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia.

Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini:

a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan

b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain

c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin

Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang

diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan penyebab genetik pada

skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara

terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada

pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian genetik terakhir

memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka

kejadian skizofrenia yang tinggi.


 Psikologi

Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif

belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu

menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga

menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan

jiwa profesional).

 Sosial budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan

gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama

gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat

menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).

b. Presipitasi

 Biologi

Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang

maladaptif termasuk:

1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses

informasi

2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi

rangsangan.

 Stres lingkungan

Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan perilaku.
 Pemicu gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan

episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon

neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan,

sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)

Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan

pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).

b. Fungsi persepsi

Depersonalisasi dan halusinasi

c. Fungsi emosi

Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,

reaksi berlebihan, ambivalen.

d. Fungsi motorik

Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan

yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang

jelas, katatonia.

e. Fungsi sosial kesepian

Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah

Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu terbiasa

menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, ekspresi

wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah


tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan

kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan,

berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

4. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses pikir:


 Persepsi akurat menyimpang illusi Waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan dan  Kerusakan emosi
 Perilaku sosial kurang  Perilaku tidak sesuai
 Hubungan sosial  Perilaku tidak sesuai  Ketidakteraturan
 Menarik diri isolasi sosial

5. Mekanisme Koping

Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri

sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :

1.) Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal

untuk aktivitas hidup sehari-hari

2.) Projeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3.) Menarik diri


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

-Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan

klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu

pertemuan, topik pembicaraan.

-Keluhan utama/alasan masuk

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi

masalah dan perkembangan yang dicapai.

-Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan

jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,

seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan

kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin

mengakibatkan terjadinya gangguan:

a. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

psikologis dari klien.

b. Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan

perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

c. Sosial Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,

kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.


-Aspek fisik/biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.

Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada

keluhan

-Aspek psikososial

a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat

menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan

komunikasi, pengambilan keputusan dan polaasuh.

b. Konsep diri

 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang

disukai dan tidak disukai.

 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien

terhadap status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki-

laki/perempuan.

 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan masyarakat dan

kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan

penyakitnya.

 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan

orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan

terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,

kelompok yang diikuti dalam masyarakat

d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.


-Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas

motori klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi

selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya

tilik diri.

-Proses pikir

Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari satu

topik ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai

pada tujuan (flight ofideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan

yang sama (persevere)

2. Pohon Masalah

Akibat (Effect) Kerusakan komunikasi verbal

Masalah Utama (Problem) Perubahan proses pikir : Waham

Penyebab (Causa) Gangguan Harga Diri Rendah

3. Diagnosa

Menurut Damaiyanti (2012) Masalah keperawatan yang sering muncul pada

klien waham adalah: Gangguan proses pikir: waham, Kerusakan komunikasi

verbal dan Harga diri rendah kronik.


4. Intervensi Keperawatan Waham

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Kerusakan komunikasi Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
verbal b.d Perubahan TUM : Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya - Hubungan saling percaya merupakan
proses pikir waham Klien melakukan komunikasi mengungkapkan 2. Jangan menambah dan mendukung dasar untuk kelancaran hubungan
verbal. perasaannya dan waham klien interaksi selanjutnya.
keadaan saat ini secara 3. Yakinkan klien dalam keadaan - Mendorong keluarga untuk mampu
verbal. aman dan terlindungi merawat klien mandiri di rumah,
TUK : 4. Observasi apakah waham klien support system keluarga akan sangat
- Klien dapat membina - Ekspresi wajah klien mengganggu aktivitas sehari – hari mempengaruhi dalam mempercepat
hubungan saling percaya. bersahabat, dan perawatan diri. proses penyembuhan klien dan
- Klien dapat menunjukkan rasa 5. Beri tujuan pada penampilan dan meningkatkan peran serta keluarga
mengidentifikasi kebutuhan kemampuan klien yang realitas dalam merawat klien dirumah.
tenang dan ada
yang tidak terpenuhi 6. Observasi kebutuhan sehari – hari
kontak mata, mau 7. Bicara dengan klien dalam kontak
- Klien membina hubungan
realitas berjabat tangan dan realitas
- Klien dapat menggunakan mau menyebutkan 8. Sertakan klien dalam terapi
obat dengan benar. nama, mau aktivitas kelompok
menjawab salam dan 9. Diskusikan dengan keluarga
mau duduk tentang gejala waham, cara
merawatnya.
berdampingan
dengan perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
- Klien dapat
menjelaskan
kebutuhan yang tidak
terpenuhi
- Klien dapat bercerita/
sesuai dengan
realitas.
- Klien dapat minum
obat tepat waktu dan
sesuai dosis.

1. Bina hubungan saling percaya - Hubungan saling percaya merupakan


Perubahan proses pikir TUM : - Ekspresi wajah klien 2. Diskusikan kemampuan dan aspek dasar untuk kelancaran hubungan
b.d harga diri rendah Proses pikir baik sesuai bersahabat, positif interaksi selanjutnya.
kronis dengan realita 3. Diskusikan dengan klien
menunjukkan rasa - Mendiskusikan tingkat kemampuan
kemampuan yang masih dapat
tenang dan ada digunakan selama sakit klien menilai realitas, control diri,
TUK :
kontak mata, mau 4. Rencanakan bersama klien atau integritas ego diperlukan
- klien dapat membina
hubungan saling percaya berjabat tangan dan aktivitas yang dapat dilakukan sebagai dasar asuhan
dengan perawat mau menyebutkan setiap hari sesuai kemampuan keperawatannya.
- Klien dapat nama, mau 5. Berikan kesempatan pada klien - Reinforcement positif akan
mengidentifikasi menjawab salam dan mencoba kegiatan yang telah meningkatkan harga diri klien.
kemampuan dan aspek direncanakan
mau duduk - Memberikan kesempatan kepada
positif yang dimiliki 6. Berikan pendidikan kesehatan pada
berdampingan keluarga tentang cara merawat klien mandiri dapat meningkatkan
- Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan dengan perawat, mau klien dengan harga diri rendah. motivasi dan harga diri klien
- Klien dapat menetapkan mengutarakan - Mendorong keluarga untuk mampu
kegiatan sesuai kondisi masalah yang merawat klien mandiri di rumah,
- Klien dapat menggunakan dihadapi. support system keluarga akan sangat
system pendukung yang ada mempengaruhi dalam mempercepat
- Klien dapat
proses penyembuhan klien dan
menyebutkan aspek meningkatkan peran serta keluarga
positif dan dalam merawat klien dirumah
kemampuan yang
dimiliki klien, aspek
positif keluarga, dan
aspek positif
lingkungan klien.
- Klien dapat menilai
dan menyebutkan
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan.
- Klien dapat membuat
dan melaksanakan
rencana kegiatan
harian.
- Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada dikeluarga.
Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan komunikasi

Masalah Tindakan Keperawatan Untuk Pasien


Keperawatan

Waham SP I p
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP diantaranya sebagai berikut :
- S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
- O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat
tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau
memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
- A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
- P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien
yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Asis, S. J. De. (2018). Psychiatric Disorders Late in Life. Psychiatric Disorders Late in Life,
11–20. https://doi.org/10.1007/978-3-319-73078-3

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
https://doi.org/10.1177/2167702620951553

Dalami, E., ROCHIMAH, N., SURYATI, K. R., & LESTARI, W. (2009). Asuhan
Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.

Keliat, B. A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai